Anda di halaman 1dari 17

BAB I.

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kegiatan magang budidaya udang vannamei yang dilakukan di kabupaten


pemalang di lakukan pada bulan Oktober – November pada tahun 2019 laporan
ini dibuat untuk memenuhi Mata Kuliah Magang, Budidaya Udang Vanamei
menjadi budidaya air payau yang banyak di budidayakan di indonesia untuk
memenuhi pasar dalam negri hingga pasar Internasional, Oleh karena itu
Budidaya udang vannamei di indonesia sangat populer , umum nya budidaya
udang vannamei secara busmetik yaitu dengan kolam yang kecil dan kepadatan
tinggi dengan dasar kolam Plastik HDPE yang berwarna hitam.

Budidaya Udang Vanamei Secara Busmetik adanya berbagai macam-


macam proses disini kami akan menjelaskan bagaimana saja proses-nya mulai
dari persiapan lahan hingga panen udang vanamei pada umur 100 hari sesuai
dengan standar yang di terapkan Kementrian Perikanan dan Kelautan Republik
Indonesia.

Budidaya udang vanamei di kabupaten pemalang di kelompok budidaya


Vanamei Makmur memiliki standart yang sesuai dengan kriteria Budidaya dengan
adanya arahan dari Dinas maupun Kemtrian Perikanan dan Kelautan.

Total nilai ekspor komoditas perikanan tahun 2012 mencapai USD 3,59
miliar dan tahun 2016 meningkat menjadi 3,86 miliar dollar AS.Jika dilihat dari
jenis komoditasnya, terlihat bahwa besarnya nilai ekspor komoditas perikanan
didominasi oleh komoditas udang
vaname beku. Berdasarkan data International Trade Center (2017), terlihat bahwa
kontribusi
nilai ekspor udang vaname beku (Whiteleg shrimps) terhadap total nilai ekspor
perikanan
tahun 2016 mencapai lebih dari 27 persen. Berdasarkan hal tersebut, tampak
bahwa udang
memiliki peranan yang besar terhadap kinerja ekonomi perikanan
Indonesia.Namun demikian, sampai saat ini nilai ekspor udang Indonesia masih
lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara produsen udang dunia
lainnya,seperti India, Vietnam, Ekuador, China, dan Thailand.Dari data
International Trade Center (2017), pada tahun 2016 India tercatat sebagai negara
yang memiliki nilai ekspor udang tertinggi di dunia, yaitu mencapai 3,70 miliar
dollar AS. Berikutnya Vietnam, Ekuador, China, Thailand,dan Indonesia yang
masing-masing memilikinilai ekspor dalam dollar AS sebanyak 2,71miliar; 2,60
miliar; 2,16 miliar; 1,98 miliar; dan 1,67 miliar (Suhana, 2017). Tercatat produksi

1
udang tahun 2016 sebesar 698.138 ton dan 70 % dari total produksi dang berasal
dari udang vaname. Akan tetapi, pada tahun 2017, volume produksiudang
mengalami penurunan yang signifikan sampai 20 % menjadi 555.138 ton. Salah
satu penyebabnya adalah penyakit White Feces Syndrome (WFS), White Spot
Syndrome (WSS) dan Infectious Mionecrosis Virus (IMNV)

Budidaya pola intensif dan super intensif udang vaname di Indonesia hingga
kini telah
berkembang dan menggunakan berbagai jenis tambak yaitu tambak tanah, tambak
semen dan
tambak HDPE. Masing-masing jenis tambak tersebut mempunyai keunggulan dan
kelemahan secara teknis dan ekonomis. Untuk lokasi budidaya udang dengan
tingkat porositasyang tinggi dan tingkat resiko serangan penyakit yang tinggi
karena faktor lingkungan yang kurang ideal, tambak plastik menggunakan HDPE
merupakan pilihan yang tepat. Kabupaten Pasuruan meliputi wilayah perairan laut
yang terbentang sepanjang ± 48km mulai dari Kecamatan Nguling sampai Bangil,
yang terdiri atas kawasan danau,
perikanan air tawar dan perikanan air payau yang sangat potensial untuk
dikembangkan. Kegiatan utama usaha perikanan adalah penangkapan ikan di laut
dan budidaya ditambak.

Kedua usaha tersebut memberikan kontribusi yang besar dalam peningkatan


produksi perikanan. Produksi perikanan budidaya di Kabupaten Pasuruan pada
tahun 2016 mengalami peningkatan dari 15.261,24 ton tahun 2015 menjadi
16.390,60 ton pada tahun 2016 atau terjadi peningkatan 7,40%. Produksi
perikanan budidaya memberikan kontribusi sebesar 64,03% dari total produksi
hasil kelautan dan perikanan tahun 2016

Hampir seluruh kawasan budidaya perikanan di Kabupaten Pasuruan


merupakan
kawasan budidaya yang mengadopsi pola tradisional (ekstensif) dengan luas lahan
budidaya minimal 1 - 2 ha dan padat penebaranyang rendah. Untuk meningkatkan
produksi
perikanan budidaya di Kabupaten Pasuruan.

2
B.TUJUAN

Berdasarkan uraian tersebut maka laporan Magang ini dibuat untuk


mempelajari “Teknik Pembesaran Udang Vanname (Litopenaeus vannamei) di
Tambak Busmetik Mulai dari Penebaran benur hingga masa panen sesuai dengan
SNI yang di berlakukan di Kementrian Perikanan dan Kelautan.

Mata Kuliah Magang Melatih Kemampuan Mahasiswa dalam Berbudidaya


Udang vannamei yang sesuai ada di lapangan dengan penerapan disiplin ilmu
yang diberikan dari perkuliahan atau mampu menjawab permasalahan yang ada di
Budidaya Udang Vanamei Di Kabupaten Pemalang Kelompok Vanamei Widuri
Makmur.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Pengertian Udang Vannamei

Udang vaname L. vannamei (Boone, 1931) merupakan salah satu produk


perikanan yang diharapkan mampu menghasilkan devisa bagi negara. Produksi
komoditas udang pada tahun 2014 mencapai 699.000 ton dan akan ditingkatkan
menjadi 755.000 ton pada tahun 2015, dimana sekitar 70% dari target produksi
tersebut adalah udang vaname. Akan tetapi, budidaya udang vanname secara
intensif menimbulkan resiko terjangkit penyakit yang lebih tinggi. Sekitar 40%
dari produksi udang hilang akibat infeksi penyakit, terutama penyakit yang
disebabkan oleh serangan virus. Salah satu virus yang mengancam budidaya
udang di dunia termasuk di Indonesia adalah Infectious myonecrosis virus
(IMNV).

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh salinitas terhadap infeksi


IMNV pada udang vaname serta mengkaji salinitas terbaik untuk pemeliharaan
udang vaname yang diinfeksi IMNV. Penelitian dilakukan dengan metode
eksperimen mengunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan
dan 3 ulangan. Udang uji yang digunakan berukuran berat ±2 g. Udang dipelihara
dalam media bervolume 30 L pada akuarium yang berukuran 60 cm x 30 cm x 30
cm dengan salinitas media A 15 ppt, B 20 ppt, C 25 ppt, D 30 ppt dan tanpa
infeksi 30 ppt. Udang uji dipelihara selama 24 hari, yaitu 7 hari aklimatisasi, 3
hari proses infeksi dan 14 hari pascainfeksi. Proses infeksi IMNV pada udang uji
dilakukan melalui karkas. Setiap perlakuan diberi pakan 10% dari total biomassa.
Hasil penelitian menunjukan bahwa perbedaan salinitas memberikan pengaruh
terhadap perkembangan infeksi IMNV pada udang vaname. Salinitas
memperlambat kemunculan gejala klinis. Mortalitas tertinggi pada perlakuan A
(46,67%), kemudian perlakuan B (40,00%), perlakuan C (33,33%) dan terendah
perlakuan D (23,33%), sedangkan perlakuan tanpa infeksi tidak mengalami
kematian. Salinitas optimum untuk pemeliharaan udang vaname adalah 30 ppt.

B. Klasifikasi dan Morfologi

Udang vannamei termasuk crustacea, ordo decapoda seperti halnya udang


lainnya, lobster dan kepiting.Decapoda dicirikan mempunyai 10 kaki, carapace
berkembang baik menutup seluruh kepala. Udang paneid berbeda dengan
decapoda lainnya. Perkembangan larva dimulai dari stadia nauplidan betina
menyimpan telur didalam tubuhnya (Ditjenkan, 2006).Menurut Haliman dan
Adijaya (2005), klasifikasi udang vannamei (Litopenaeus vannamei) meliputi:

4
Kingdom : Animalia

Sub kingdom : Metazoa

Filum : Artrhopoda

Sub filum : Crustacea

Kelas : Malascostraca

Sub kelas : Eumalacostraca

Super ordo : Eucarida

Ordo : Decapoda

Sub ordo : Dendrobrachiata

Infra ordo : Penaeidea

Super famili : Penaeioidea

Famili : Penaeidae

Genus : Litopenaeus

Spesies : Litopenaeus vannamei

Morfologi

Tubuh udang vannamei dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian
kepala dan bagian badan. Bagian kepala menyatu dengan bagian dada disebut
cephalothorax yang terdiri dari 13 ruas, yaitu 5 ruas di bagian kepala dan 8 ruas di
bagian dada. Bagian badan dan abdomen terdiri dari 6 ruas, tiap-tiap ruas
(segmen) mempunyai sepasang anggota badan (kaki renang) yang beruas-ruas
pula. Ujung ruas keenam terdapat ekor kipas 4 lembar dan satu telson yang
berbentuk runcing (Wyban dan Sweeney, 1991).

5
Gambar 1.Morfologi udang vannamei (Warsito, 2012).

Udang vannamei termasuk genus Penaeus dicirikan oleh adanya gigi pada
rostrum bagian atas dan bawah, mempunyai dua gigi di bagian ventral dari
rostrum dan gigi 8-9 di bagian dorsal serta mempunyai antena panjang
(Elovaara,2001). Menurut Kordi (2007), juga menjelaskan bahwa kepala udang
vannamei terdiri dari antena, antenula, dan 3 pasang maxilliped . Kepala udang
vannamei juga dilengkapi dengan 3 pasang maxilliped dan 5 pasang kaki berjalan
(periopoda). Maxilliped sudah mengalami modifikasi dan berfungsi sebagai organ
untuk makan. Pada ujung peripoda beruas-ruas yang berbentuk capit (dactylus).
Dactylus ada pada 8 kaki ke-1, ke-2, dan ke-3. Abdomen terdiri dari 6 ruas, ada
bagian abdomen terdapat 5 pasang (pleopoda) kaki renang dan sepasang uropods
(ekor) yangmembentuk kipas bersama-sama telson (Suyanto dan Mujiman, 2004).

C. Habitat dan Siklus hidup

Udang vanammei adalah jenis udang laut yang habitat aslinya di daerah
dasar dengan kedalaman 72 meter. Udang vannamei dapat ditemukan di perairan
atau lautan Pasifik mulai dari Mexico, Amerika Tengah dan Selatan. Habitat
udang vannamei berbeda-beda tergantung dari jenis dan persyaratan hidup dari
tingkatan-tingkatan dalam daur hidupnya. Umumnya udang vannamei bersifat
bentis dan hidup pada permukaan dasar laut. Adapun habitat yang disukai oleh
udang vannamei adalah dasar laut yang lumer (soft) yang biasanya campuran
lumpur dan pasir(Haliman dan Adijaya, 2006). Menurut Haliman dan Adijaya
(2006), bahwa induk udang vannamei ditemukan diperairan lepas pantai dengan
kedalaman berkisar antara70-72 meter (235 kaki). Udang ini menyukai daerah

6
yang dasar perairannya berlumpur. Sifat hidup dari udang vannamei adalah
catadromous atau dua lingkungan, dimana udang dewasa akan memijah di laut
terbuka. Setelah menetas, larva dan yuwana udang vannamei akan bermigrasi
kedaerah pesisir pantai atau mangrove yang biasa disebut daerah estuarine tempat
nurseri groundnya, dan setelah dewasa akan bermigrasi kembali ke laut untuk
melakukan kegiatan pemijahan seperti pematangan gonad (maturasi) dan
perkawinan (Wyban dan Sweeney, 1991).

Menurut Haliman dan Adijaya (2006), perkembangan Siklus hidup udang


vannamei adalah dari pembuahan telur berkembang menjadi naupli, mysis, post
larva, juvenil, dan terakhir berkembang menjadi udang dewasa. Udang dewasa 9
memijah secara seksual di air laut dalam. Masuk ke stadia larva dari stadia naupli
sampai pada stadia juvenil berpindah ke perairan yang lebih dangkal dimana
terdapat banyak vegetasi yang dapat berfungsi sebagai tempat pemeliharaan.

Setelah mencapai remaja, mereka kembali ke laut lepas menjadi dewasa dan
siklus hidup berlanjut kembali. Habitat dan siklus hidup udang vannamei dapat
dilihat pada Gambar 2 dibawah ini.

Gambar 2. Siklus hidup udangvannamei (Wyban and Sweeney, 1991).

Hendrajat dan Mangampa (2007), menyatakan bahwa udang vannamei


(Litopenaeus vannamei) semula digolongkan kedalam hewan pemakan segala
macam bangkai (omnivorusscavenger) atau pemakan detritus. Usus udang
menunjukkan bahwa udang ini adalah merupakan omnivora, namun cenderung
karnivora yang memakan crustacea kecil dan polychaeta. Adapun sifat yang
dimiliki udang vannamei (Litopenaeus vannamei), menurut (Fegan, 2003) adalah

sebagai berikut:

7
1. Nocturnal

Secara alami udang merupakan hewan nocturnal yang aktif pada malam hari
untuk mencari makan, sedangkan pada siang hari sebagian dari mereka
bersembunyi di dalam substrat atau lumpur.

2. Kanibalisme

Udang vannamei suka menyerang sesamanya, udang sehat akan menyerang


udangyang lemah terutama pada saat moulting atau udang sakit. Sifat kanibal
akan muncul terutama bila udang tersebut dalam keadaan kekurangan pakan pada
padat tebar tinggi.

3. Omnivora

Udang vannamei termasuk jenis hewan pemakan segala, baik dari jenis
tumbuhan maupun hewan (omnivora), sehingga kandungan protein pakan yang
diberikan lebih rendah dibandingkan dengan pakan untuk udang windu yang
bersifat cenderung karnivora, sehingga biaya pakan relatif lebih murah.

8
BAB III

METODE

II. METODE

Metode pengumpulan data yang akan diterapkan dalam pelaksanaan


Magang adalah metode observasi dengan mengikuti semua kegiatan yang ada.
Data yang dikumpulkan yaitu data primer. Data primer diperoleh dari pengamatan
langsung di lokasi praktek meliputi pengamatan lokasi budidaya, persiapan
pemeliharaan, penebaran benih, monitoring pertumbuhan, pengelolaan pakan,
pengelolaan kualitas air dan pengendalian hama dan penyakit.

METODE yang dilakukan pada proses budidaya udang vaname menggunakan


sistem BUSMETIK antara lain pada tahap budidaya, yang meliputi :

a) Persiapan wadah

 Pengeringan lahan untuk memudahkan pembersihan.

 Pembersihan tambak untuk menghilangkan lumpur dan organisme


pengganggu seperti tritip.

 Perbaikan plastik akibat kerusakan dan kebocoran plastik pada siklus


sebelumnya.

9
b) Persiapan media

 Pengisian air dilakukan dengan sedimentasi terlebih dahulu sehingga


partikelpartikel dari laut terendap.

 Sterilisasi menggunakan kaporit 60% dengan dosis 60 ppm untuk


membunuh semua organisme di dalam media dan sebagai koagulan partikel yang
masih terbawa.

 Pembentukan air media dilakukan dengan aplikasi probiotik 2 ppm


selama 3 hari.

c) Persiapan sarana budidaya yang meliputi kincir dan sumber tenaga listrik
(PLN sebagai sumber utama serta genset sebagai sumber cadangan).

d) Biosecuriti yang digunakan sebagai pengaman dari masuknya hama


pengganggu yaitu salah satunya CSD sebagai pencegah kepiting masuk.

e) Pemeliharaan

Proses Aklimatisasi

10
 Seleksi dilakukan sesuai standard benih yang baik.

 Penebaran benur dilakukan dengan menerapkan aklimatisasi suhu dan


salinitas.

Proses Pemberian Pakan

 Pengelolaan pakan (waktu, frekuensi, jenis dan ukuran, dosis,


penyimpanan)

Proses Sipon

 Pengelolaan air dilakukan untuk memastikan media tetap dalam kisaran


optimum untuk udang.

11
 Monitoring pertumbuhan dengan nilai ADG yang telah diukur 0.1-0.3
gram/hari dengan sampling anco dan jala.

 Monitoring kesehatan dilakukan dengan pengamatan setiap hari dari


tingkah laku dan nafsu makan udang.

f) Pengendalian hama dan penyakit

Proses Pemberian Probiotik Zipang

 Pengendalian hama dilakukan dengan memasang biosecuriti dan


mengeluarkannya apabila sudah masuk ke dalam tambak. Contoh hama yang
terdapat di tmbak antara lain : kepiitng, tritip, biawak.

 Pengendalian penyakit dilakukan dengan pemberian vitamin untuk


meningkatkanimunitas sehingga udang tidak terkena penyakit.

g) Panen dan pasca panen

Proses Sortir Udang Vanamei

 Panen sudah dilakukan sesuai standard, namun nilai FCR terlalu tinggi
yaitu 1.8- 2.18.

12
Proses Panen Udang Vanamei

 Pasca panen dilakukan dengan penanganan yang memperhatikan rantai


dingin.

13
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Penebaran Benih Pembesaran

Penebaran benih dilakukan pada malam hari dikarenakan pada saat malam
hari untuk mengghindari kontak langsung dengan sinar matahari atau suhu yang
tinggi pada saat siang hari ,Penebaran benih pada 1 kolam busmetik 100.000 ekor
benih udang vaname dan sebelum masuk ditambak kantong benih udang
vannamei di Aklimatisasi di dalam kolam busmetik.

B. Pemberian pakan

Pemberian pakan pelet udang di lakukan 4 kali sehari pada saat pagi hari ,
siang hari , sore hari , malam hari dan pemberian pakan volume atau massa terus
ditambah dibarengi intensitas kehabisan pelet di anco , pemberian pakan untuk di
dalam anco 1% dari massa pelet 1 kali makan .

C. Proses Pemeliharaan Budidaya

Proses pemeliharan biasanya dilakukan nya kegiatan yang bersifat


berkelanjutan yaitu Pemberian Probiotik, SIPON,Penambahan dan Penggurangan
Air. Dan dilakukan pemberian probiotik Seminggu 2 kali pemakaian , Sepon 2
kali dalam Seminggu, Dan Penambahan dan Penggurangan air 2 kali seminggu

14
BAB. V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Magang dalam Budidaya udang Vannamei Secara Busmetik Merupakan


Suatu Penerapan Dalam Materi di Perkuliahan, agar adanya pemantapan Materi
Secara Pratik dalam Budidaya langsung bagaimana melihat Pertumbuhan udang
vanamei didalam Rentang waktu yang ada

B.Saran

Dengan di buat laporan magang Ini dapat membantu pembaca untuk


mendapatkan informasi dalam budidaya udang vannamei yang ada di tambak
udang di kabupaten pemalang yang di bantu dengan adanya probiotik di aplikasi
tambak vannamei , dengan adanya kelebihan maupun kekurangan dalam
penulisan kami ucapkan mohon maaf, terimakasih.

15
DAFTAR PUSTAKA

Amri, Khairul dan Iskandar Kanna. 2008. Budidaya Udang Vaname secara
Intensif, Semi Intensif, dan Tradisional. Jakarta: Gramedia

Haliman, R.W dan D. Adijaya S. 2005. Udang Vannamei. Jakarta: Penebar


Swadaya.

Kordi, Ghufran dan Andi Baso Tanjung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam
Budidaya Perairan. Jakarta : Rineka Cipta.

Mita Umiliana, Sarjito, Desrina.2016. PENGARUH SALINITAS TERHADAP


INFEKSI Infectious myonecrosis virus (IMNV).Semarang.E-Jurnal. Jurusan
Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro.

Suwoyo, Hidayat Suryanto dan Markus Mangampa. Aplikasi Probiotik dengan


Konsentrasi Berbeda pad Pemeliharaan Udang Vaname (Litopenaeus vannamei).
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Hal 239-248.

16
17

Anda mungkin juga menyukai