PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Total nilai ekspor komoditas perikanan tahun 2012 mencapai USD 3,59
miliar dan tahun 2016 meningkat menjadi 3,86 miliar dollar AS.Jika dilihat dari
jenis komoditasnya, terlihat bahwa besarnya nilai ekspor komoditas perikanan
didominasi oleh komoditas udang
vaname beku. Berdasarkan data International Trade Center (2017), terlihat bahwa
kontribusi
nilai ekspor udang vaname beku (Whiteleg shrimps) terhadap total nilai ekspor
perikanan
tahun 2016 mencapai lebih dari 27 persen. Berdasarkan hal tersebut, tampak
bahwa udang
memiliki peranan yang besar terhadap kinerja ekonomi perikanan
Indonesia.Namun demikian, sampai saat ini nilai ekspor udang Indonesia masih
lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara produsen udang dunia
lainnya,seperti India, Vietnam, Ekuador, China, dan Thailand.Dari data
International Trade Center (2017), pada tahun 2016 India tercatat sebagai negara
yang memiliki nilai ekspor udang tertinggi di dunia, yaitu mencapai 3,70 miliar
dollar AS. Berikutnya Vietnam, Ekuador, China, Thailand,dan Indonesia yang
masing-masing memilikinilai ekspor dalam dollar AS sebanyak 2,71miliar; 2,60
miliar; 2,16 miliar; 1,98 miliar; dan 1,67 miliar (Suhana, 2017). Tercatat produksi
1
udang tahun 2016 sebesar 698.138 ton dan 70 % dari total produksi dang berasal
dari udang vaname. Akan tetapi, pada tahun 2017, volume produksiudang
mengalami penurunan yang signifikan sampai 20 % menjadi 555.138 ton. Salah
satu penyebabnya adalah penyakit White Feces Syndrome (WFS), White Spot
Syndrome (WSS) dan Infectious Mionecrosis Virus (IMNV)
Budidaya pola intensif dan super intensif udang vaname di Indonesia hingga
kini telah
berkembang dan menggunakan berbagai jenis tambak yaitu tambak tanah, tambak
semen dan
tambak HDPE. Masing-masing jenis tambak tersebut mempunyai keunggulan dan
kelemahan secara teknis dan ekonomis. Untuk lokasi budidaya udang dengan
tingkat porositasyang tinggi dan tingkat resiko serangan penyakit yang tinggi
karena faktor lingkungan yang kurang ideal, tambak plastik menggunakan HDPE
merupakan pilihan yang tepat. Kabupaten Pasuruan meliputi wilayah perairan laut
yang terbentang sepanjang ± 48km mulai dari Kecamatan Nguling sampai Bangil,
yang terdiri atas kawasan danau,
perikanan air tawar dan perikanan air payau yang sangat potensial untuk
dikembangkan. Kegiatan utama usaha perikanan adalah penangkapan ikan di laut
dan budidaya ditambak.
2
B.TUJUAN
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Kingdom : Animalia
Filum : Artrhopoda
Kelas : Malascostraca
Ordo : Decapoda
Famili : Penaeidae
Genus : Litopenaeus
Morfologi
Tubuh udang vannamei dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian
kepala dan bagian badan. Bagian kepala menyatu dengan bagian dada disebut
cephalothorax yang terdiri dari 13 ruas, yaitu 5 ruas di bagian kepala dan 8 ruas di
bagian dada. Bagian badan dan abdomen terdiri dari 6 ruas, tiap-tiap ruas
(segmen) mempunyai sepasang anggota badan (kaki renang) yang beruas-ruas
pula. Ujung ruas keenam terdapat ekor kipas 4 lembar dan satu telson yang
berbentuk runcing (Wyban dan Sweeney, 1991).
5
Gambar 1.Morfologi udang vannamei (Warsito, 2012).
Udang vannamei termasuk genus Penaeus dicirikan oleh adanya gigi pada
rostrum bagian atas dan bawah, mempunyai dua gigi di bagian ventral dari
rostrum dan gigi 8-9 di bagian dorsal serta mempunyai antena panjang
(Elovaara,2001). Menurut Kordi (2007), juga menjelaskan bahwa kepala udang
vannamei terdiri dari antena, antenula, dan 3 pasang maxilliped . Kepala udang
vannamei juga dilengkapi dengan 3 pasang maxilliped dan 5 pasang kaki berjalan
(periopoda). Maxilliped sudah mengalami modifikasi dan berfungsi sebagai organ
untuk makan. Pada ujung peripoda beruas-ruas yang berbentuk capit (dactylus).
Dactylus ada pada 8 kaki ke-1, ke-2, dan ke-3. Abdomen terdiri dari 6 ruas, ada
bagian abdomen terdapat 5 pasang (pleopoda) kaki renang dan sepasang uropods
(ekor) yangmembentuk kipas bersama-sama telson (Suyanto dan Mujiman, 2004).
Udang vanammei adalah jenis udang laut yang habitat aslinya di daerah
dasar dengan kedalaman 72 meter. Udang vannamei dapat ditemukan di perairan
atau lautan Pasifik mulai dari Mexico, Amerika Tengah dan Selatan. Habitat
udang vannamei berbeda-beda tergantung dari jenis dan persyaratan hidup dari
tingkatan-tingkatan dalam daur hidupnya. Umumnya udang vannamei bersifat
bentis dan hidup pada permukaan dasar laut. Adapun habitat yang disukai oleh
udang vannamei adalah dasar laut yang lumer (soft) yang biasanya campuran
lumpur dan pasir(Haliman dan Adijaya, 2006). Menurut Haliman dan Adijaya
(2006), bahwa induk udang vannamei ditemukan diperairan lepas pantai dengan
kedalaman berkisar antara70-72 meter (235 kaki). Udang ini menyukai daerah
6
yang dasar perairannya berlumpur. Sifat hidup dari udang vannamei adalah
catadromous atau dua lingkungan, dimana udang dewasa akan memijah di laut
terbuka. Setelah menetas, larva dan yuwana udang vannamei akan bermigrasi
kedaerah pesisir pantai atau mangrove yang biasa disebut daerah estuarine tempat
nurseri groundnya, dan setelah dewasa akan bermigrasi kembali ke laut untuk
melakukan kegiatan pemijahan seperti pematangan gonad (maturasi) dan
perkawinan (Wyban dan Sweeney, 1991).
Setelah mencapai remaja, mereka kembali ke laut lepas menjadi dewasa dan
siklus hidup berlanjut kembali. Habitat dan siklus hidup udang vannamei dapat
dilihat pada Gambar 2 dibawah ini.
sebagai berikut:
7
1. Nocturnal
Secara alami udang merupakan hewan nocturnal yang aktif pada malam hari
untuk mencari makan, sedangkan pada siang hari sebagian dari mereka
bersembunyi di dalam substrat atau lumpur.
2. Kanibalisme
3. Omnivora
Udang vannamei termasuk jenis hewan pemakan segala, baik dari jenis
tumbuhan maupun hewan (omnivora), sehingga kandungan protein pakan yang
diberikan lebih rendah dibandingkan dengan pakan untuk udang windu yang
bersifat cenderung karnivora, sehingga biaya pakan relatif lebih murah.
8
BAB III
METODE
II. METODE
a) Persiapan wadah
9
b) Persiapan media
c) Persiapan sarana budidaya yang meliputi kincir dan sumber tenaga listrik
(PLN sebagai sumber utama serta genset sebagai sumber cadangan).
e) Pemeliharaan
Proses Aklimatisasi
10
Seleksi dilakukan sesuai standard benih yang baik.
Proses Sipon
11
Monitoring pertumbuhan dengan nilai ADG yang telah diukur 0.1-0.3
gram/hari dengan sampling anco dan jala.
Panen sudah dilakukan sesuai standard, namun nilai FCR terlalu tinggi
yaitu 1.8- 2.18.
12
Proses Panen Udang Vanamei
13
BAB IV
Penebaran benih dilakukan pada malam hari dikarenakan pada saat malam
hari untuk mengghindari kontak langsung dengan sinar matahari atau suhu yang
tinggi pada saat siang hari ,Penebaran benih pada 1 kolam busmetik 100.000 ekor
benih udang vaname dan sebelum masuk ditambak kantong benih udang
vannamei di Aklimatisasi di dalam kolam busmetik.
B. Pemberian pakan
Pemberian pakan pelet udang di lakukan 4 kali sehari pada saat pagi hari ,
siang hari , sore hari , malam hari dan pemberian pakan volume atau massa terus
ditambah dibarengi intensitas kehabisan pelet di anco , pemberian pakan untuk di
dalam anco 1% dari massa pelet 1 kali makan .
14
BAB. V
A. Kesimpulan
B.Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
Amri, Khairul dan Iskandar Kanna. 2008. Budidaya Udang Vaname secara
Intensif, Semi Intensif, dan Tradisional. Jakarta: Gramedia
Kordi, Ghufran dan Andi Baso Tanjung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam
Budidaya Perairan. Jakarta : Rineka Cipta.
16
17