PENDAHULUAN
jumlah konsumsi yang semakin meningkat dari tahun ke tahun baik pasar dalam negeri
tahun 2004 sebesar 19.992 ton dan ke Jepang 23.807 ton.Udang merupakan komoditas
unggulan perikanan Indonesia .Tingginya permintaan udang dapat terlihat pada tahun 2007
Indonesia dapat mengekspor udang dengan volume sekitar 160.797 ton,dan mengalami
peningkatan sebesar 6,33 % ,sedangkan pada tahun 2008 volume ekspor 171.658 ton
dari setiap tahun.Indonesia juga merupakan salah satu produsen terbesar di dunia,dengan
volume ekspor yang cukup besar,hingga akhir tahun 2009 Indonesia telah mampu
telah melakukan introduksi Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) yang berasal dari
negeri Paman Sam (Amerika). Udang Vannamei ini telah menggairahkan kembali usaha
penyakit, terutama bintik putih (white spot). White spot telah menyerang tambak-tambak
udang windu.Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan produksi udang secara nasional.
akibat wabah penyakit tersebut, salah satu alternative pengembanganya adalah budidaya
Salah satu tempat pengembangan dan budidaya udang vannamei adalah Balai Besar
Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) yang berada di Jepara, Jawa Tengah. BBPBAP
1
Supra Intensif dalam pengelolaannya.Bak supra intensif merupakan wadah budidaya dengan
memajukan aspek-aspek sarana dan prasarana, kesehatan lingkungan, pakan, teknologi, benih
yang baik, serta sistem budidaya yang terintegrasi. Dengan alasan tersebut, penulis memilih
untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) bidang Pembesaran Udang vannamei di
balai untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) bidang Pembesaran Udang
vannamei di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara Provinsi Jawa
Tengah.
2
1.2 Tujuan
Tujuan pelaksanaan PKL (Praktek Kerja Lapangan) dengan judul Pembesaran udang
vannamei (Litopenaeus Vannamei) yang bertempat di BBPBAP Jepara Provinsi Jawa Tengah
antara lain:
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
ilmu taksonomi (system penggolongan hewan berdasarkan bentuk tubuh dan sifat-sifatnya),
Filum : Arthropoda
Subfilum : Mandibulata
Kelas : Crustacea
Subkelas : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Subordo : Dendrobrachiata
Famili : Penaeidae
Genus : Penaeus
Subgenus : Litopenaeus
4
2.1.2 Ciri-ciri Morfologi
Udang vannamei (gambar 2) dibentuk oleh dua cabang (biamous), yaitu expodite dan
endopodite. Udang ini memiliki bentuk tubuh yang berbuku-buku dan aktivitas berganti kulit
luar secara periodik (moulting). Bagian tubuh udang vannamei telah mengalami modifikasi,
a) Kepala (thorax)
Kepala udang vannamei terdiri dari antena, antenula, mandibula dan 2 pasang
maxillae. Kepala udang vannamei juga dilengkapi dengan 3 pasang maxilliped dan 5 pasang
kaki berjalan (periopoda) atau kaki sepuluh (decapoda). Maxilliped sudah mengalami
modifikasi dan berfungsi sebagai organ untuk makan. Endopodite kaki berjalan menempel
pada chepalothorax yang dihubungkan oleh coxa. Bentuk perioda beruas-ruas yang berujung
di bagian dactylus. Dactylus ada yang berbentuk capit (kaki ke-1, ke-2, dan ke-3) dan tanpa
capit (kaki ke-4 dan ke-5). Di antara coxa dan dactylus, terdapat ruang yang berturut-turut
5
b) Dada
Bagian dada terdiri 8 ruas yang masing-masing ruas mempunyai sepasang anggota
badan yang disebut Thoracopoda. Thoracopoda pertama sampai dengan ketiga dinamakan
maxilliped yang berfungsi sebagai pelengkap dibagian mulut dalam memegang makanan.
Thoracapoda lainnya (ke-5 sampai ke-8) berfungsi sebagai kaki jalan yang disebut pereipoda.
Pereipoda pertama sampai dengan ketiga memiliki capit kecil yang merupakan ciri khas dari
c) Perut
Abdomen terdiri dari 6 ruas. Pada bagian abdomen terdapat 5 pasang kaki renang dan
sepasang uropods (mirio ekor) yang membentuk kipas bersama-sama telson. Warna dari
udang vannamei ini putih transparan dengan warna biru yang terdapat dekat dengan bagian
Alat kelamin udang jantan disebut petasma, yang terletak pada pangkal kaki renang
pertama. Alat kelamin udang betina disebut juga dengan thelicum terbuka yang terletak
1. Sifat Nokturnal
Semua spesies udang yang ada di dunia ini memiliki sifat nokturnal.Sifat nokturnal
merupakan sifat hewan yang aktif melakukan pergerakan pada malam hari.
2. Kanibalisme
jenisnya sendiri.
6
3. Molting (Pergantian Kulit)
Secara alami,molting merupakan suatu proses yang dilakukan oleh semua spesies
udang sebagai akibat dari pertambahan ukuran tubuhnya.Pada udang Vannamei dan
jenis udang lainnya molting terjadi dalam beberapa tahapan ,diantaranya yaitu :
1. Postmolt
Merupakan tahapan pertama pada proses molting .Pada tahap ini terjadi
2. Intermolt
Merupakan tahapan kedua setelah kulit lama udang terlepas.Pada tahap ini
terjadi pembentukan kulit baru.Pada tahap ini juga terjadi proses mineraisasi
dan deposisi protein yang akan digunakan untuk mengeraskan kulit yang baru
3. Early premolt
4. Late premolt
Merupakan tahapan terakhir pada proses molting atau pergantian kulit pada
7
Udang-udang yang sedang mengalami molting dan tidak sehat memiliki
karang .hal tersebut dilakukan sebagai bentuk pertahannan diri sehingga udang
Udang vannamei memiliki sifat nocturnal, yaitu aktif mencari makan pada malam
hari. Pada waktu siang hari lebih suka beristirahat, baik membenamkan diri dalam lumpur
maupun menempel pada suatu benda yang terbenam dalam air (Erlangga,2012). Udang
penaeid di alam bersifat omnivora dan pemakan bangkai, tetapi secara umum merupakan
(Erlangga,2012) menyatakan bahwa pakan yang diberikan untuk induk berupa cumi 16%
total berat tubuh dan 10% berupa cacing laut serta pemberian pakan enam kali sehari.
Udang vannamei mempunyai sifat kanibal. Kanibal adalah sifat suka memangsa
jenisnya sendiri. Sifat ini sering muncul pada udang yang sehat, yang sedang tidak ganti kulit.
Mangsanya adalah udang-udang yang sedang ganti kulit (moulting). Keadaan kekurangan
makanan, sifat kanibal akan tampak pada waktu udang tingkatan mysis (Erlangga,2012).
Udang termasuk golongan omnivor atau pemakan segalanya. Beberapa sumber pakan
udang antara lain udang kecil (rebon), fitoplankton, cocepoda, polyhaeta, larva kerang, dan
lumut.
1) Pendeteksian pakan dengan sinyal kimiawi (berupa getaran dengan bantuan organ
2) Orientasi (pengenalan media), saat udang akan bergerak menuju sumber pakan.
8
4) Menjepit pakan dengan capit kaki jalan dan dimasukkan ke dalam mulut.
A. Ukuran bak
kedalaman maksimal 4 meter sehingga luas bak adalah 76,8 m² dengan volume air
a) Pengeringan bak dengan intensitas sinar matahari yang tinggi sangat penting untuk
dinding dan dasar bak, untuk memudahkan dapat menggunakan air klorin (kaporit)
(pertama) desain aerasi sistem lingkaran cukup efektif baik dalam mensuplay
b) Bahan yang digunakan untuk membuat desain aerasi adalah paralon PVC 2 inch
panjang 4 meter sebanyak 24-25 batang, alat bor lengkap dengan mata bor 2
9
c) Membuat titik lubang aerasi pada tiga bagian lingkaran paralon dengan mata bor 2
mm. Pembagian lingkaran pertama (bagian dalam) 100 titik lubang, lingkaran kedua
(bagian tengah) 200 titik lubang dan lingkaran ketiga (bagian luar) 300 titik lubang.
a. Sistem pembuangan untuk masing-masing air bak ini didesain dengan 3 (tiga) bentuk
berbeda yaitu sistem matahari pada bak supra 2 (dua), paralon dengan posisi
horizontal untuk bak supra 3, 4 dan 6 serta paralon dengan posisi berdiri (vertikal)
pada bak supra 5 (lima). Setiap paralon pembuangan di lapisi dengan kasa hitam
E. Pengisian air
a) Pengisian air laut pertama dilakukan setelah selesai pembuatan desain aerasi dan
sistem pembuangan. Air laut langsung diisi ke bak-bak pemeliharaan (bak supra 3,
dosis 30 ppm
b) Air laut disalurkan dari pompa submersible 10 inch yang terletak di tengah laut
ditampung di tandon (bak supra 1 dan 2) dengan kedalaman air 3,0-3,5 m kemudian
c) Air yang telah di sterilisasi kaporit dibiarkan 3x24 jam kemudian dapat digunakan
sebagai air baku mengganti pengurangan air akibat rembesan, penguapan dan lain-
lain.
d) Air dari tandon (bak supra 1 dan 2) didistribusikan dengan pompa submersible 3 dan
10
a) Setelah air dianggap bebas dari pengaruh chlorine maka dapat dilakukan pemupukan
b) Pemupukan menggunakan NPK,TSP dan Urea yang telah di larutkan dengan aerasi
24 jam. Sedangkan jenis bakteri yang digunakan adalah bakteri Bacillus spp,
BBPBAP Jepara.
Menurut (Rubiyanto dan Dian, 2005). Acuan memilih benur vannamei, yaitu:
sempurna
3. Bergerak aktif
Benur yang sudah terseleksi diangkat ke tambak dan kemudian sebelum dilepas
terlebih dahulu diadaptasikan terhadap parameter kualitas air yaitu suhu, salinitas, pH, dan
parameter kualitas air lainnya. Secara perlahan-lahan lamanya adaptasi berkisar 5-15 menit.
Waktu penebaran yang baik diusahakan pagi (jam 05.00 – 07.00 wib).
Kepadatan udang disesuaikan dengan ukuran udang dan ukuran bak. Jika ukuran
udang besar maka padat tebarnya rendah, dan begitu juga sebaliknya, jika ukuran kecil maka
padat tebar tinggi. Perlu diperhatikan bahwa ukuran baik bak yang digunakan sangat
11
2.6 Penebaran Benih
Penebaran benur vaname harus segera dilakukan setelah media pemeliharaan siap
untuk pemeliharaan. Waktu penebaran sebaiknya dilakukan pada pagi hari sebelum jam
08.00 atau pada malam hari atau pada saat kondisi cuaca teduh. Karena pada waktu tersebut
kondisi fluktuasi suhu tidak menyolok, parameter air yang lain seperti pH, salinitas
tidak benyak berubah. Kondisi lingkungan demikian mengurang tingkat stress pada benih
2.7 Aklimatisasi
Aklimatisasi yaitu proses penyesuaian terhadap lingkungan yang baru dari biota yang
tidak tinggi, penebaran dapat dilakukan pagi, sore atau malam hari sehingga dapat
mengurangi tingkat stress, sebelum benih ditebar terlebih dahulu dilakukan pengecekan
salinitas air bak /media pemeliharaan dan salinitas di kantong benur, suhu air bak dan
suhu di kantong benur. Kemudian kantong benur diapung-apungkan disalah satu sudut
tambak kurang lebih 30-45 menit, untuk mempermudah proses aklimatisasi dibagian
sudut diberi bambu sebagai alat untuk penahan agar kantong benur tidak menyebar
keseluruh bagian bak, tujuan cara ini untuk mempercepat penyesuaian suhu air bak dengan
Setelah 45 menit kantong benur dibuka dan secara perlahan ditambahkan air dari bak
beton, dilakukan secara manual menggunakan tangan atau menggunakan alat bantu gayung
sehingga proses aklimatisasi salinitas lebih cepat, volume air yang ditambahkan ke
dalam kantong benur disesuaikan (kurang lebih 1/3 dari volume kantong benur), untuk
12
pengukuran menggunakan refraktometer, sebagai indikatornya bisa dicoba
mengeluarkan sebagian benur dikantong ke air bak, jika benur telah keluar dan tidak
Pakan udang selama ini sering diartikan sebagai pelet karena kebutuhan nutrisi udang
yang dibudidayakan akan dipenuhi dari pakan buatan yang berbentuk pelet. Namun
demikian, ada juga jenis pakan lain, yaitu pakan alami dan pakan tambahan yang mempunyai
fungsi penting.
Pakan alami merupakan organisme yang hidup dalam tambak yang berfungsi sebagai
pakan udang. Pada umumnya jenis pakan ini adalah plankton. Fungsi plankton disamping
sebagai pakan alami bagi udang adalah penghasil oksigen dalam air. Pakan alami lebih
Pakan tambahan digunakan sebagai nutrisi pelengkap pakan alami dan pakan
buatan.Selain itu, pakan tambahan dapat berfungsi sebagai perangsang nafsu makan udang
buatan didasarkan pada sifat dan tingkah laku makan udang vannamei.
Pakan yang diberikan harus mengandung nutrisi sesuai dengan kebutuhan udang
vannamei nutrisi yang dibutuhkan udang vannamei antara lain protein, lemak, karbohidrat,
vitamin, mineral, dan asam amino esensial. Nutrisi tersebut digunakan untuk aktivitas
Lemak dan karbohidrat merupakan sumber energi. Mineral dan vitamin berfungsi
yang terkena air akan menyebabkan kandungan nutrisi berkurang, aroma berubah, dan
13
berjamur. Pakan yang terlalu lama terkena cahaya matahari juga tidak baik karena kandungan
vitamin C-nya akan rusak. Penyimpanan yang baik apabila disimpan pada tempat yang
kering, memiliki sirkulasi udara yang lancar, dan terlindung dari air dan matahari. (Rubiyanto
2.9 Sampling
Kegiatan sampling pertama akan dilakukan pada saat udang mencapai umur 40 hari
kepadatan (populasi) udang, laju pertumbuhan, dan sekaligus sebagai dasar dalam
menetapkan jumlah yang dibutuhkan oleh udang selama pemeliharaan. Sampling dilakukan
menggunakan jala tebar (felling gear) seluas 4m² sebanyak 6 titik. Udang yang tertangkap
segera dihitung dan ditimbang untuk mengetahui kepadatan dan berat rata-rata. Setelah itu,
2.10 Panen
Panen merupakan akhir dari suatu periode budidaya udang vannamei yang ditunggu-
tunggu oleh para petambak. Udang vannamei dapat dipanen setelah berumur 120 hari, dengan
pertumbuhan udang sudah tidak optimal lagi, bahkan tidak tumbuh lagi.
terpaksa dipanen untuk menghindari kerugian yang yang lebih besar lagi.
14
3) Kondisi darurat yang mengharuskan udang dipanen, seperti kincir air yang tidak
mampu menyuplai oksigen ke tambak karena beban biomassa udang yang besar
pembudidaya memanen udang pada malam hari.Selain untuk menghindari terik matahari,
pemanenan pada malam hari juga bertujuan untuk mengurangi resiko udang ganti kulit
selama panen akibat stress. Udang yang ganti kulit pada saat dipanen akan menurunkan
harga jual.
2.11 Pemasaran
dicuci untuk menghilangkan kotoran kemudian disortir berdasarkan ukuran dan kualitas
udang. Pemasaran udang vannamei dilakukan dengan cara pembeli datang langsung ke
15
III. PELAKSANAAN KEGIATAN
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini telah dilaksanakan selama 3 minggu
dimulai dari tanggal 7 November sampai dengan 26 November 2016. Pelaksanaan praktek
bertempat di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara Provinsi Jawa
Tengah.
Praktek kerja lapangan ini dilaksanakan dengan metode magang yaitu taruna/i terjun
langsung ke lapangan, serta mengikuti semua kegiatan yang dilakukan di BBPBAP Jepara
Pengambilan data pada Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini meliputi data primer dan
data sekunder.
a. Data primer
Data primer merupakan pengumpulan data melalui hasil kerja praktek lapangan dan
b. Data sekunder
lokasi PKL dan studi pustaka tentang teknik pembesaran udang vannamei.
a. Jenis Wadah
16
c. Desain sumber oksigen (aerator)
e. Pengisian air
b. Pemilihan Benur
Menurut (Rubiyanto dan Dian, 2005). Acuan memilih benur vannamei, yaitu:
sempurna
3. Bergerak aktif
c. Penebaran Benih
Penebaran benih udang vannamei di Bak Supra Intensif dilakukan secara bersamaan.
Pada bak supra-3,4,5 dan 6 dilakukan bersamaan pada pagi hari 20 September 2014
d. Aklimatisasi
Aklimatisasi yaitu proses penyesuaian terhadap lingkungan yang baru dari biota yang
e. Pemberian Pakan
17
a. Pemberian pakan dilakukan sebanyak delapan kali dalam sehari yaitu pada
pada kegiatan pembesaran udang vannamei karena udang vannamei sangat rentang
terhadap fluktuasi suhu dan serangan penyakit. Pengukuran kualitas air dilakukan pada
pagi dan sore hari. Parameter yang diukur pada kualitas air adalah pH, DO, suhu dan
salinitas. Pada saat melakukan pengukuran kualitas air juga harus diperhatikan,
biasanya pengukuran dilakukan pada pagi dan sore hari karena dinilai masih alami dan
g. Sampling
Kegiatan sampling pertama akan dilakukan pada saat udang mencapai umur
sekali dari sampling sebelumnya. Adapun maksud dilakukan sampling adalah untuk
dasar dalam menetapkan jumlah yang dibutuhkan oleh udang selama pemeliharaan.
Sampling dilakukan menggunakan jala tebar (felling gear) seluas 4m² sebanyak 6
titik. Udang yang tertangkap segera dihitung dan ditimbang untuk mengetahui
kepadatan dan berat rata-rata. Setelah itu, udang hasil sampling dikembalikan ke bak
pemeliharaan
18
h. Pemanenan
Kegiatan pemanenan dilakukan setelah udang berumur sekitar 100 hari. Pemanenan
dilakukan dengan beberapa tahap yaitu mulai dari proses pengeringan 50% dari volume air
keseluruhan dan kemudian dilakukan pengambilan udang dengan jala. Setelah itu, dilakukan
pengeringan pada bal dan pada udang yang masih tersisa, dilakukan pemungutan secara
manual.
Agar proses kegiatan Praktek Kerja Lapangan berjalan dengan baik dan terkontrol
maka diperlukan jadual kegiatan (time schedule) yang akan dilaksanakan dapat dilihat pada
tabel. 2.
19
Tabel 1. Rencana Kegiatan PKL I di BBPBAP Jepara - Jawa Tengah
Bulan
No
7 Novvember 2016
Uraian Kegiatan
26 November 2016
Minggu IV Minggu I Minggu II
1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7
1 Orientasi tempat
2 Persiapan sarana
dan prasarana
3 Aklimatisasi
4 Penebaran benih
5 Pemberian pakan
6 Pengamatan
kualitas air
7 Pengendalian
20