Anda di halaman 1dari 31

BAB I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Udang vaname (Litopenaeus vannamei) yang dikenal dengan nama udang
putih merupakan salah satu spesies introduksi yang dibudidayakan di Indonesia
(Kalesaran, 2010). Udang vaname ini berasal dari perairan Amerika Tengah dan
negara-negara di Amerika Tengah serta Amerika Selatan seperti Ekuador,
Venezuela, Panama, Brasil dan Meksiko (Nababan et al., 2015). Pemerintah
secara resmi memperkenalkan udang vaname dan mulai memasuki Indonesia pada
tahun 2001 (Pratama et al., 2017). Dirilisnya udang vaname di Indonesia yaitu
dengan tujuan dapat dijadikan sebagai jenis udang alternatif, pengganti udang
Windu (Panaeus monodon) yang produksinya terus menurun (Purnamasari, et al.,
2017). Penurunan produksi tersebut disebabkan karena kasus kematian total yang
terjadi sejak awal tahun 1994. Kematian yang terjadi secara massal di seluruh
pertambakan di dunia ini terutama disebabkan oleh serangan penyakit (Arief et al.,
2015). Adanya kejadian tersebut menjadikan pembudidaya beralih
membudidayakan udang vaname. Oleh karena itu, kehadiran variates udang
vaname tersebut diharapkan dapat menggantikan kedudukan udang windu (Arief
et al., 2015) dan menjadi penopang kebangkitan kembali usaha udang di
Indonesia (Putra dan Manan, 2014).
Udang vaname (L. vannamei) saat ini telah mengalami perkembangan cukup
pesat di Indonesia (Nuntung et al., 2018). Udang vaname berkembang pesat
karena mempunyai banyak keunggulan antara lain yaitu, responsif terhadap
pakan/nafsu makan yang tinggi (Putra dan Manan, 2014), lebih tahan terhadap
serangan penyakit dan kualitas lingkungan yang buruk (Kaligis, 2015), pertumbuhan
lebih cepat, tingkat kelangsungan hidup tinggi (Purnamasari, 2017), padat tebar yang
cukup tinggi (Fuady et al., 2013), pertumbuhan lebih cepat (Panjaitan, 2012), dan
waktu pemeliharaan yang relatif singkat yaitu sekitar 90-100 hari per siklus. Hal
itu menyebabkan meningkatnya budidaya udang vaname (Fendjalang et al., 2016).
Meningkatnya budidaya udang vaname, tentu diperlukan ketersediaan benur
secara kontinyu serta berkualitas. Ketersediaan benih merupakan salah satu faktor
penentu dari keberhasilan budidaya udang (Nuntung et al., 2018). Oleh karena itu

1
diharapkan ketersediaan benih yang berkualitas dan tetap kontinyu mampu meningkatkan
produksi udang vaname (Haliman dan Adijaya, 2005 dalam Sakaria 2018). Dalam
budidaya udang vaname, kualitas benih haruslah benar-benar diperhatikan seperti
perkembagan larva yang baik, serta karakter morfologi yang tinggi (Wahidah, 2015
dalam Sakaria, 2018). Dan untuk menghasilkan komoditas vaname yang unggul,
maka proses pemeliharaan harus memperhatikan aspek eksternal yang mencakup
kualitas air budidaya (Haliman dan Adijaya, 2005). Permasalahan utama yang
sering ditemukan dalam kegagalan produksi udang vaname adalah buruknya
kualitas air selama masa pemeliharaan,
Kualitas air yang buruk pada media pemeliharaan mengakibatkan rendahnya
tingkat pertumbuhan (Subyakto,2009). Apabila kualitas air tidak sesuai standar
untuk budidaya akan menyebabkan kematian pada biota budidaya sehingga
menimbulkan kerugian dalam usaha budidaya (Kilawati dan Maimunah, 2015).
Secara langsung, kualitas air sangat mempengaruhi pertumbuhan dan kesehatan
udang yang dibudidayakan (Panjaitan, 2012). Saat ini budidaya udang vaname
juga sering mengalami kegagalan karena ketidaksesuaian kualitas air untuk
budidaya (Subyakto,2009). Oleh karena itu, salah satu teknik untuk menjaga
kualitas air budidaya agar tetap sesuai standar adalah manajemen kualitas air
(Fuady et al., 2013)..
Manajemen kualitas air dilakukan untuk mempertahankan kondisi kimia dan
biologi dalam media budidaya agar tetap steril sehingga tidak mudah terkena
penyakit. Pengontrolan kualitas air diukur dari PH, DO, salinitas, kecerahan, dan
amoniak. Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan penerapan
manajemen kualitas air yang baik pada setiap kegiatan budidaya udang vaname.
Kegiatan PKL ini akan dilaksanakan di PT. Bibit Unggul, Rempek, Kabupaten
Lombok Utara, yang mana perusahaan ini fokus dalam memproduksi benih udang
vaname dalam sistem budidaya indoor.

1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapang


Tujuan dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapang adalah :
1. Untuk mengetahui cara menejemen kualitas air pada pemeliharaan larva udang
vanname (L.vannamei)

2
2. Untuk menambah keterampilan dalam pemeliharaan Larva udang vanname
(L.vannamei)

1.3 Manfaat Praktek Kerja Lapang


Manfaat dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan adalah :
1. Memperoleh pengetahuan tentang manajemen kualitas air pada pemeliharaan
larva udang vaname (L. vannamei).
2. Laporan PKL yang di hasilkan dapat di gunakan sebagai bahan bacaan untuk
melakukan manajemen kualitas air pada pemeliharaan larva udang vaname (L.
vannamei)

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Biologi Udang Vaname

2.1.1. Klasifikasi
Klasifikasi udang vannamei (Litopenaeus vannamei) (Haliman, 2005)
adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Metazoa
Filum : Arthropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Subkelas : Eumalacostraca
Superordo : Eucarida
Ordo : Decapoda
Subordo : Dendrobrachiata
Famili : Panaeidae
Genus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei
2.1.2. Morfologi
Secara garis besar morfologi udang vaname(L. vannamei) (Gambar 1) terdiri
dari dua bagian utama yaitu kepala (cephalotorax) dan perut (abdomen). Kepala
udang vaname (L. vannamei) dibungkus oleh lapisan kitin yang berfungsi sebagai
pelindung, terdiri dari antennulae, antenna, mandibula,dan dua pasang maxillae.
Kepala udang vaname juga dilengkapi dengan tiga pasang maxiliped dan lima
pasang kaki jalan (peripoda) atau kaki sepuluh (decapoda) (Kitani, 1994).
Abdomen terdiri dari 6 segmen. Setiap segmen tubuh memiliki anggota badan
yang masing-masing mempunyai fungsi sendiri. Pada abdomen terdapat lima
pasang kaki renang dan sepasang urupoda (mirip ekor) yang membentuk kipas
bersama-sama telson. Ukuran udang vaname(L. vannamei) dapat mencapai
panjang total 24 cm (betina) dan 20 cm (jantan) dengan warna tubuh putih
berbintik kemerahan, transparan, (bening) berkulit licin dan halus (Kitani, 1994).

4
Kepala udang vannamei terdiri dari antenula, antena, mandibula, dan dua
pasang maxillae. Kepala udang vannamei juga dilengkapi dengan tiga pasang
maxillipied dan lima pasang kaki berjalan (periopoda) atau kaki sepuluh
(decapoda). Maxillipied sudah mengalami modifikasi dan berfungsi sebagai organ
untuk makan. Endopodite kaki berjalan menempel pada chepalothorax yang
dihubugka oleh coxa. Bentuk periopoda beruas-ruas yang berujung di bagian
dactylus. Dactylus ada yang berbentuk capit (kaki ke-1, ke-2, dan ke-3) dan tanpa
capit (kaki ke-4 dan ke-5). Di antara coxa dan dactylus, terdapat ruang berturut-
turut disebut basis, ischium, merus, carpus, dan cropus. Pada bagian ischium
terdapat duri yang bisa digunakan untuk mengidentifikasi beberapa spesies
penaeid dalam taksonomi. Abdomen terdiri dari 6 ruas. Pada bagian abdomen
terdapat 5 pasang kaki renang dan sepasang uropods (mirip ekor) yang
membentuk kipas. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat dari (Gambar 1) berikut

Gambar 1. Morfologi Udang Penaeus spp. Keterangan:


1. Antennula,
2. Rostrum,
3.Carapace,
4. Abdominal segments,
5. Scaphocerite,
6. Maksiliped ke-
7. Antenna, 8. Periopods,
9. Telson,
10 & 11. Eksopod dan Endopod segmen,
12. Uropod (Takeda et al., 2000).

5
2.1.3. Tingkah Laku
Dalam usaha pembenihan udang, perlu adanya pengetahuan tentang tingkah
laku udang. beberapa tingkah laku udang yang perlu diketahui antara lain :
1. Sifat Nokturnal
Sifat nokturnal yaitu sifat binatang yang aktif mencari makan pada waktu
malam, dan siang hari udang vaname lebih suka beristirahat, baik membenamkan
diri pada lumpur maupun menempel pada suatu benda yang terbenam.
2. Sifat Kanibalisme
Kepadatan tinggi sering terjadi dalam memperebutkan makanan shingga
udang sering memangsa sesamanya karena pakan yang diberika kurang sehingga
berdampak pada pertumbuhan yang tidak merata dan tingkat kematian yang
tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan (muzaki, 2004) dalam Purnamasari, 2017
yang menyatakan bahwa menurunnya tingkat kelangsungan hidup udang
disebabkan karena padat penebaran tinggi akan meningkatkan kompetisi udang
dalam mendapatkan makanan, ruang gerak, tempat hidup, dan oksigen.
3. Ganti Kulit (moulting)
Moulting yaitu suatu proses pergantian kutikula lama digantikan dengan
kutikula yang baru. Kutikula adalah kerangka luar udang yang keras (tidak
elastis). Oleh karena itu untuk tumbuh menjadi besar udang vaname perlu melepas
kulit lama dan menggantikan dengan kulit baru.
4. Daya Tahan
Udang pada waktu masih berupa benih sangat tahan pada perubahan kadar
garam (salinitas). Sifat demikian dinamakan sifat euryhaline. Sifat lain yang
menguntungkan adalah ketahanan terhadap perubahan suhu dan sifat ini dikenal
sebagai eurytherma.

2.2 Kualitas Air


Air merupakan media hidup bagi udang dan organisme lainnya penting untuk
diperhatikan. Kesalahan mengelola air berakibat fatal bagi kesehatan
pembenihan. Untuk memperoleh air laut yang bersih selain mengambil langsung
dari laut dapat pula dihasilkan melalui penyaringan. Untuk mendapatkan hasil

6
yang maksimal dalam usaha budidaya udang, perlu di perhatikan kualitas air yang
baik. Persyaratan yang layak bagi beberapa parameter kualitas air bagi budidaya
udang akan di jelaskan satu persatu.

2.2.1. Salinitas
Udang vaname dapat hidup pada salinitas yang tinggi sehingga udang vaname
termasuk ke dalam golongan euryhaline laut, yaitu hewan laut yang mampu hidup
pada air tawar. Meskipun udang menyukai salinitas tidak terlalu tinggi, yaitu
optimum pada salinitas 10-30 ppt (Amri dan Kanna, 2008) dalam Arsad, 2017,
namun salinitas yang optimal bagi larva udang vaname adalah 15-30 ppt (Amri
dan kanna, 2008) dalam Cristine, 2012. Jika nilai salinitas terlalu tinggi, konversi
rasio pakan akan tinggi sehingga untuk mengantisipasinya, volume penggantian
air harus diperbesar. Salinitas yang terlalu tinggi sering terjadi pada musim
kemarau, sedangkan pada waktu musim hujan salinitas terlalu rendah.

2.2.2. Oksigen Terlarut (DO)


DO (Dissolved Oxygen) adalah banyaknya oksigen terlarut (mg) dalam satu
liter air. Kondisi suatu badan air dapat dikatakan baik jika nilai konsentrasi
oksigen terlarutnya besar. Oksigen merupakan salah satu faktor pembatas,
sehingga bila ketersediaannya di dalam air tidak mencukupi kebutuhan biota
budidaya, maka segala aktivitas biota akan terhambat. Biota air membutuhkan
oksigen guna pembakaran bahan bakarnya (makanan) untuk menghasilkan
aktivitas, seperti aktivitas berenang, pertumbuhan, reproduksi. Oleh karena itu,
kekurangan oksigen dalam air dapat mengganggu kehidupan biota air, termasuk
kepesatan pertumbuhannya, bahkan dapat mengakibatkan kematian. Kandungan
oksigen terlarut yang baik bagi larva udang vaname adalah 3-7.5 mg/L (Arsad,
2017).

2.2.3. Derajat Keasaman


pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Kisaran normal pH air
untuk larva udang berkisar 7 – 8,5 dan dapat metoleransi pH dengan kisaran 6,5-9

7
(Suprapto, 2005) dalam Arsad, 2017. Air yang memiliki pH sangat rendah
umumnya disebabkan oleh keasaman tanah. Pengaruh langsung dari pH rendah
adalah menyebabkan kulit udang menjadi keropos dan selalu lembek karena tidak
dapat membentuk kulit baru.

2.2.4. Suhu
Udang vaname tidak dapat hidup pada suhu kurang dari 15 ºC atau lebih dari
40 ºC. Suhu optimal bagi udang vaname adalah 25 ºC - 32 ºC (Dharmadi, 1993)
dalam Christine, 2012. Suhu secara tidak langsung mempengaruhi metabolisme,
termasuk oksigen serta berbagai reaksi kimia air. Perubahan - perubahan yang
mendadak dari suhu secara drastis selama kegiatan budidaya menyebabkan
kondisi udang menjadi stress. Untuk mengantisipasinya dilakukan usaha dengan
pembuangan lapisan air permukaan tambak.

8
BAB III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Kegiatan Praktek Kerja Lapang ini akan dilaksanakan pada bulan
Desember 2019 sampai dengan bulan Januari 2020 di PT. Bibit Unggul Rempek,
Kabupaten Lombok Utara.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang akan digunakan dalam kegiatan Praktek Kerja Lapang ini
sebagai berikut :

Tabel 1. Alat dan Bahan Pengumpulan Data


No Nama Alat dan Bahan Fungsi
1 Alat Tulis Untuk mencatat data yang diperoleh
2 Kamera (Handphone) Untuk dokumentasi kegiatan
3 Alat perekam Untuk merekam hasil wawancara
4 Log Book Untuk mencatat kegiatan harian

3.3 Teknik Pengumpulan Data


Data yang akan dikumpulkan selama
kegiatan PKL berupa semua tahapan pengontrolan dan manajemen kualitas air
pada wadah budidaya selama kegiatan dengan dibuktikan oleh dokumentasi saat
pelaksanaan, wawancara dengan tanya jawab seputar manajemen kualitas air pada
teknisi, dan data juga akan diproleh dari berbagai literature dan dari berbagai
sumber sebagai data pendukung kegiatan PKL.

3.4 Analisis Data

Data-data yang diperoleh selama Praktek Kerja Lapang ini akan dianalisis
secara deskriptif, yaitu menjabarkan semua kegiatan yang dilakukan secara jelas
dan rinci yang didukung dengan studi pustaka, sehingga dapat memberikan
informasi yang jelas dan lengkap.

9
3.5 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
Jadwal kegiatan yang akan
dikerjakan selama Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah sebagai berikut
Tabel 2. Jadwal Kegiatan PKL
No Jadwal Kegiatan November Desember Januari Maret

Minggu ke-

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

1. Penyusunan Proposal

2. Persiapan PKL

3. Pelaksanaan PKL

4. Penyusunan Laporan

5. Ujian

10
BAB IV. KEADAAN UMUM LOKASI

4.1. Sejarah dan perkembangan


PT. Bibit Unggul atau sering disebut dengan Global Gen ini didirikan oleh
Zulkifli Kib Rachnalim pada tahun 2007 bertempat di Desa Rempek, Kecamatan
Gangga, Kabupaten Lombok Utara. Perusahan ini dibangun untuk mendukung
produksi indukan udang vaname (Litopenaeus vannamei) di Indonesia maupun di
negara-negara lain seperti Thailand, Malaysia, China dan Qatar. Perusahaan PT.
Bibit Unggul memiliki anak Perusahaan yang berada di Kecamatan Bayan, Desa
Tampes. Perusahaan PT. Bibit Unggul (Global Gen) berdiri di lahan bekas
perkebunan mangga dengan luas 7,4 hektar dengan ketinggian mencapai 30 meter
di atas permukaan laut. PT. Bibit Unggul (Global Gen) adalah OIE SPF sejak
tahun 2008. Fasilitas yang dimiliki oleh PT. Bibit Unggul yaitu Bio-secure yang
terdiri dari Pusat Pembiakan Inti dan Pusat Perbanyankan Induk, Menghasilkan
peternak dari garis keturunan yang dipilih. PT. Bibit Unggul telah terakreditasi
pemerintah sebagai produsen SPF vannamei serta memiliki izin ekspor ke banyak
negara di Asia.

4.2 Lokasi Dan Tata Letak

PT. Bibit Unggul terletak di 8o17’44.8” BT dan 116°12'50.6" LS. Pintu


belakang perusahaan PT. Bibit Unggul ini menghadap ke arah laut dan tidak jauh
dari air laut yang berjarak hanya sekitar 20 meter dari pintu belakang Perusahaan.
PT. Bibit Unggul memiliki letak yang sangat strategis dimana sumber air laut
tidak terlalu jauh dan sumber air tawar yang sangat melimpah mengingat PT.
Bibit Unggul berlokasi di dataran tinggi sehingga aman juga dari hempasan
ombak dan pasang surut. Perusahaan ini juga memiliki jalan akses yang terbuka
dimana alat transportasi mobil dan motor sangat mudah masuk sehingga tidak
sulit ketika pengangkutan induk. Adapun batas-batas lokasi batas-batas PT. Bibit
Unggul yaitu:

11
1. Sebelah Utara : Pantai Montong Pal
2. Sebelah Timur : Dusun Luk
3. Sebelah Selatan : Desa Rempek
4. Sebelah Barat : Dusun Lempenge

Gambar 2. Tata Letak Pt. Bibit Unggul


Keterangan gambar :
(A) Kolam Reservior 2 (H) Modul BMC Shadow (R) Kolam Reservior 1
(B) Tandon Reservior 2 (I) Kantin (T) Tandon Reservior 1
(C) Modul Pemeliharaan (J) Berugak (U) Rumah Pompa
(D) Rumah Blower (K) Limbah
(E) Kantor Administrasi (M) Frezzer container
(F) Rumah Karyawan (N) Bengkel
(G) Rumah Manager (O) Rumah Genset

4.3 Visi dan Misi


Dalam menjalankan roda kegiatan, PT. Bibit Unggul Memegang Visi
“Menjadi yang terdepan dalam pemuliaan udang di dunia dan memberikan produk
yang terbaik bagi pelanggan”
Adapun Misi PT. Bibit Unggul Lombok Utara adalah Sebagai berikut

12
 Menerapkan alat dan teknologi terbaru dalam pemuliaan udang
 Menjaga daya saing yang kompetitif dengan menghasilkan produk yang
berkualitas dan kuantitas.
 Memenuhi atau melampaui standar-standar kesehatan udang sesuai
panduan yang dikeluarkan oleh OIE (Organisasi Internasional) yang
mengatur standar kesehatan komoditas hewan budidaya.
 Melakukan riset dan pengembangan secara inovatif guna menjadi yang
terdepan dalam budidaya dan teknologi pemuliaan udang
 Ikut berpartisipasi dan terlibat dalam pengembagan industry akuakultur
yang lestari.

4.4 Struktur Organisasi


Struktur Organisasi Di Pt. Bibit Unggul, Lombok Utara:

Gambar 3. Struktur Organisasi PT. Bibit Unggul

Gambar 3. Struktur Organisasi Di Pt. Bibit Unggul

PT. Bibit Unggul memiliki struktur organisasi dengan tugas pokok dan
fungsi seperti pada (Gambar 6). Direktur bertugas mengontrol dan memastikan
kegiatan produksi pemasaran berjalan lancar. Koordinator Nukleus Breading
Center (NBC) bertugas untuk menangani induk yang sudah mengeluarkan telur.
Koordinator Boodstock Multiplication Center (BMC) memiliki tugas untuk

13
menangani pembesaran udang vaname untuk perbanyakan calon induk udang
vaname. Administrasi bertugas untuk mengelola keuangan dan masuknya
permintaan pengiriman induk udang ke berbagai negara. Maturasi memiliki tugas
sebagai pematangan gonad dan sperma induk udang vaname sampai spent. HRD
(Human Resources Departement) memiliki tugas yang berkaitan dan
kepegawaian. Bagian Logistic berkaitan dengan kelengkapan kebutuhan selama
proses produksi berlangsung. Quality Control bertanggung jawab dalam
mengontrol kualitas air, benur yang dihasilkan maupun induk yang digunakan.
Grow out (pembesaran) bertugas dalam mengontrol kegiatan pembesaran dan
produksi indukan. Koordinator Maintenance, bertanggung jawab dalam setiap
perbaikan sarana dan prasarana yang digunakan. Bagian Shadow bertanggung
jawab dalam kegiatan seleksi induk udang vaname.
4.5 Sarana dan Prasarana
Dibawah ini merupakan daftar sarana dan prasarana pendukung kegiatan yang
terdapat di PT. Bibit Unggul
Tabel 3. Sarana dan Prasarana di PT. Bibit Unggul
Jumlah
Uraian Spesifikasi Satuan
(Unit)
1. Sarana
Bak fiber induk udang vaname Volume 5 – 10 m3 16
Bak fiber pembenihan Volume 0,5 – 1 m3 81
Bak kultur fitoplankton Volume 0,5 – 1 m3 5
Bak kultur zooplankton Volume 0,5 – 1 m3 5
Bak fiber BMC Shadow Volume 0,5 – 1 m3 20
2. Sarana
Bangunan
Kantor (Administrasi) Luas 400,50 m2 1
Laboratorium Pakan Alami Luas 100,4 m2 1
Modul Pemeliharaan Luas 1000 m2 1
Modul BMC Shadow Luas 650 m2 1

Modul Karantina Luas 350 m2 1


Rumah Genset Luas 150 m2 1

14
Rumah Blower dan Pompa Luas 15 m2 3
Rumah Karyawan Luas 250 m2 5
Rumah Reservoir Luas 550 m2 2
Rumah Kantin Luas 350 m2 1
Kendaraan
Kijang Inova - - 1
Isuzu Panther - - 1
Toyota L300 - - 1
Motor Karisma - - 1
Motor Vario Techno - - 1
3. Prasarana
Freezer Container - - 1
Cold Storage - - 5
Pompa Air Laut - - 2
Pompa Air Tawar - - 1
Dispenser - - 2
Televisi - - 2
Printer - - 3
Laptop - - 5

4.5.1 Sarana Penyedia listrik PT. Bibit Unggul


PT. Bibit Unggul memiliki sistem kelistrikan yang besar berkisar 200 kVA
sehingga dengan daya tersebut PT. Bibit Unggul dapat menjalankan mesin pompa
sebanyak 3 buah, mesin container pendingin, mesin blower, seluruh sistem
penerangan serta AC (Air Conditioner) yang terlihat pada (Gambar 4). Tidak
hanya itu kelistrikan PT. Bibit unggul memiliki tenaga cadangan yang besar yaitu
mesin genset yang memiliki bahan bakar solar. Genset mampu menyalakan listrik
dengan cepat sekitar 2 detik pada saat listrik PLN padam. Ini sangatlah penting
dikarenakan udang akan cepat mati apabila tidak mendapatkan asupan oksigen
yang optimal. Untuk itu diperlukan mesin genset yang dapat menyalakan lampu
secepatnya ketika listrik PLN padam.

15
(a) (b)
Gambar 4. Tenaga listrik PT. Bibit Unggul
Keterangan : (a) mesin genset dan (b) gardu listrik PT. Bibit Unggul

4.5.2 Sarana Penyedia Air


Sumber air yang digunakan oleh PT. Bibit Unggul yaitu berasal dari dua
sumber yaitu sumber air laut dan air tawar yang terlihat seperti (Gambar 5).
Sumber air laut ini berasal dari Sebelah Barat Pulau Lombok yang berdekatan
dengan selat Lombok/selat Bali dengan kisaran salinitas 30 – 35 ppt, keberadaan
laut ini berkisar jarak 50 meter dari pintu belakang PT. Bibit Unggul. Air laut ini
disedot dengan menggunakan pompa dengan kapasitas berkisar 5 Horse Power
(HP) serta dengan menggunakan pipa besi yang tertanam dibawah dasar laut
dengan jarak 200 meter dari bibir pantai dengan kedalaman berkisar hingga 10 –
15 meter. Pada ujung pipa diberikan alat penyaring agar pasir, teritip dan yang
lainnya tidak ikut tersedot yang nantinya menghambat dan merusak mesin pompa.
Pengecekan ujung pipa ini dilakukan selama 3 bulan sekali untuk membersihkan
kotoran yang menempel pada alat saring ujung pipa besi tersebut.

16
Gambar 5. Layout pipa air laut PT. Bibit Unggul

Sebelum masuk kedalam tabung reservoir 1 air laut yang disedot harus
masuk melalui tahap ozonisasi untuk menghilangkan dan mematikan sel bakteri
ataupun pathogen yang dapat membahayakan induk udang vaname yang
dibudidayakan. Setelah melalui proses ozonisasi kemudian masuk kedalam
filterisasi atau tabung reservoir 1yang terlihat pada (Gambar 6). Tabung ini berisi
bahan seperti karbon aktif untuk menyerap ion-ion yang terlarut dalam air.
Setelah dari tabung reservoir 1 tersebut lalu di pompa lagi menuju kolam
penampungan 1 yang bertujuan untuk mengendapkan pasir ataupun lumpur yang
ikut terbawa pada saat pemompaan. Setelah dari kolam reservoir 1 kemudian air
dipompa lagi untuk masuk kedalam tabung reservoir 2 dimana perlakuannya juga
sama dilakukan penyaringan dengan karbon aktif lalu di pompa lagi untuk masuk
kedalam kolam reservoir 2 untuk mengendapkan pasir dan lumpur yang terlarut
dalam air. Setelah itu air akan dipompa untuk digunakan pada masing-masing bak
fiber yang digunakan untuk memelihara udang vaname dengan melalui pipa
paralon yang memiliki ukuran sekitar 3 atau 4 inch. Penggunaan paralon
berukuran tersebut agar proses pengisian air laut lebih cepat dan tidak memakan
waktu yang lama.

17
(a) (b) (c)

Gambar 6. Penampungan air laut PT. Bibit Unggul

Keterangan :
(a) Mesin ozon,
(b) Tabung dan
(c) Kolam reservoir PT. Bibit Unggul

18
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Pemeliharaan Larva


Pemeliharaan larva di PT.Bibit Unggul terdiri dari persiapan bak pemeliharaan,
pengisian air, penebaran benih, dan pemberian pakan. Untuk pengolaan kualitas air
sendiri akan dibahas pada sub bab berikutnya, manajemen kualitas air yang diukur
antara lain yaitu suhu, salinitas, derajat keasaman, oksigen terlarut, serta penyiponan.
5.1.1 Sterilisasi dan Persiapan Bak Pemeliharaan
Pengeringan merupakan langkah awal persiapan bak sebelum dilakukan
budidaya selanjutnya. Persiapan ini dilakukan saat tank selesai digunakan hingga siap
untuk ditebar kembali sehingga tank benar - benar siap saat akan digunakan yang
terlihat pada (Gambar 7). Pengeringan ini bertujuan untuk menguraikan bahan-bahan
organik yang ada di kolam dan juga untuk membunuh bakteri-bakter yang tidak
menguntungkan dalam kegiatan pemeliharaan larva. Proses pengeringan ini dilakukan
dengan membuang semua air yang ada didalam bak dengan membuka outlet kolam
dan menunggu air yang didalam hingga air habis terbuang. Air sisa budidaya tersebut
dialirkan melalui parit yang telah dibuat yang natinya akan ditampung di IPAL
(Instalasi Pengolahan Air Limbah). Waktu yang dibutuhkan untuk proses pengeringan
selama 2 hari dan sampai benar-benar kering dan siap digunakan kembali.

Gambar 7. Pengeringan kolam pemeliharaan

19
Menurut Andriyanto, et al (2013), dalam usaha pemeliharaan larva udang
vaname, perlu dilakukan persiapan kolam yang akan digunakan dalam pembesaran
udang vaname (Litopenaeus vannamei). Kegiatan persiapan kolam antara lain
pengeringan kolam, pemberian kaporit, pemasagan kincir pada kolam, dan
pengisian air.
Pemberian kaporit bertujuan untuk membunuh parasit, dan bakteri yang ada di
dalam perairan. Dosis kaporit yang dibutuhkan untuk ditebar bak yaitu 100 ppm
dalam air satu ton yang terlihat pada (Gambar 8). Pada saat pemberian kaporit aerasi
dinyalakan untuk mempermudah penyebarannya. Aerasi dinyalakan sampai proses
kaporit selesai yaitu 24 jam untuk mempercepat penguapan kaporit. Menurut
Ghufron (2017) tujuan dari pemberian kaporit adalah sebagai upaya sanitasi air yang
dapat membunuh bakteri dan mikroorganisme lain yang merupakan bahan pencemar,
selain itu kaporit juga dapat mengoksidasi zat besi yang apabila konsentrasinya
terlalu tinggi dapat membahayakan kelangsungan hidup udang vaname. Setelah
proses kaporit selesai kemudian bak/kolam dicuci sampai bersih dari bekas kaporit.

(a) (b)
Gambar 8. Tank yang dikaporit
Keterangan: a. Tank Dikaporit b. Kaporit

20
5.1.2 Pengisian Air
Pasokan air laut pada kolam budidaya udang vaname di PT. Bibit Unggul
diambil dari Sebelah Barat Pulau Lombok yang berdekatan dengan Selat
Lombok/Selat Bali dengan kisaran salinitas 30-35 ppt, keberadaan laut ini berkisar
jarak 50 meter dari pintu belakang PT. Bibit Unggul. Sebelum diisi kedalam kolam
pemeliharaan air ditampung terlebih dahulu dalam tendon untuk sterilisasi agar
pathogen dan bakteri yang terkandung dalam air mati. Setelah disterilisasi air
dialirkan melalui pipa untuk diisi pada kolam pemeliharaan. Pengisian air pada tank
pemeliharaan larva dilakukan sampai dengan volume 1000 liter yang terlihat pada
(Gambar 9).

Gambar 9. Pengisian Air Pada Tank

21
5.1.3 Penebaran Larva

Setelah 24 jam dari tank penetasan, larva kemudian dipindahkan menggunakan


ember ke bak pemeliharaan khusus dengan kepadatan 38.230/tank dan diaerasi kuat
selama pemeliharaan. Tujuan aerasi ini selain menyuplai oksogen terlarut dalam air
adalah untuk mengarakan bahan organik pada dasar tank (Nur, 2011), menyatakan
fungsi aerasi adalah untuk mengarahkan bahan organik pada dasar tambak sehingga
bagian tambak yang lain bersih dari akumulias bahan organik. Pemeliharaan larva
dilakukan selama selama 2 bulan satu minggu sampai stadia PL 10. Setelah mencapai
stadia PL 10 kemudian dipindahkan ke bak pembesaran dengan kepadatan 4000 ekor
dalam satu bak dengan volume air pemeliharaan 20 ton.

5.1.4 Manajemen Pakan


Manajemen pakan yang baik dapat mengoptimalkan pertumbuhan dan
perkembangan larva karena pakan merupakan sumber nutrisi untuk pertumbuhan dan
perkembangan larva. Dalam pemeliharaan larva udang vannamei (Litopenaeus
vannamei) terdapat dua jenis pakan yang digunakan yaitu pakan buatan dan pakan
alami. Larva mulai makan ketika memasuki stadia zoea 1, karena pada stadia naupli
larva mendapatkan pasokan makanan dari kuning telurnya. Jadwal pakan untuk larva
selama sehari adalah 8 kali yaitu pada jam 07:00, 11:00, 15:00, 19:00, 23:00 dan
pukul 03:00 diberikan pakan buatan, lalu pada pukul 08:00, 17:00 diberikan pakan
alami. SOP pakan larva udang vannamei Litopenaeus vannamei di PT. Bibit unggul.
(Tabel 3).
Pakan buatan mulai diberikan ketika larva memasuki stadia zoea 1. Pakan buatan
yang diberikan merupakan pakan campuran yang diberi nama mix. Pakan mix terdiri
dari 4 jenis mix yaitu mix 1 , mix 2, mix 3 dan mix 4 dimana setiap pakan memiliki
kandungan nutrisi yang tidak jauh berbeda namun yang membedakan adalah
ukurannya. Pakan mix 1 merupakan pakan dengan ukuran paling kecil yang diberikan
pada stadia zoea 1-3, mysis 1, kemudian mix 2 diberikan untuk stadia mysis 1-3 dan
mix 3 pakan untuk stadia mysis 3, PL 1-5 dan ukuran yang paling besar mix 4
diberikan untuk stadia PL 6-10.

22
Selain pakan buatan, larva udang vannamei juga diberikan pakan alternatif
berupa artemia, Chaetoceros spp. dan Thalassiosira sp. Artemia diberikan kepada
larva mulai dari stadia PL 1 sampai PL 10, sedangkan Chaetoceros spp. dan
Thalassiosira sp. diberikan ketika larva stadia nauply sampai post larva.
Tabel 4. Waktu Pemberian Pakan
Untuk kepadatan 100.000
Plankton Pakan Buatan
08:00 08:00
No Stadia
17.00 17.00 07.00 11.00 19.00 23.00 01.00 03.00
Thala Cheto
1 N5-6
2 Z1 Mix1 = 0,7 Mix1 = 0,7 Mix1 = 0,8 Mix1 = 0,8 Mix1 = 0,8 Mix1 = 0,7 g
g g g g g
3 Z2 Mix1 = 1 g Mix1 = 1 g Mix1 = 1 g Mix1 = 1 g Mix1 = 1 g Mix1 = 1 g
4 Z3 Mix1 = 1,2 Mix1 = 1,2 Mix1 = 1,2 Mix1 = 1,2 Mix1 = 1,2 Mix1 = 1,2 g
g g g g g
5 Z3 Mix1 = 1,4 Mix1 = 1,4 Mix1 = 1,4 Mix1 = 1,4 Mix1 = 1,4 Mix1 = 1,4 g
M1 g g g g g
6 M1 Mix2 = 1,7 Mix2 = 1,7 Mix2 = 1,7 Mix2 = 1,7 Mix2 = 1,7 Mix2 = 1,7 g
g g g g g
7 M2 Mix2 = 2 g Mix2 = 2 g Mix2 = 2 g Mix2 = 2 g Mix2 = 2 g Mix2 = 2 g
8 M3 Mix2 = 2,5 Mix2 = 2,5 Mix2 = 2,5 Mix2 = 2,5 Mix2 = 2,5 Mix2 = 2,5 g
g g g g g
9 M3 Mix3 = 3 g Mix3 = 3 g Mix3 = 3 g Mix3 = 3 g Mix3 = 3 g Mix3 = 3 g
PL1
10 PL1 Mix3 = 4 g Mix3 = 4 g Mix3 = 4 g Mix3 = 4 g Mix3 = 4 g Mix3 = 4 g
11 PL2 Mix3 = 5 g Mix3 = 5 g Mix3 = 5 g Mix3 = 5 g Mix3 = 5 g Mix3 = 5 g
12 PL3 Mix3 = 6 g Mix3 = 6 g Mix3 = 6 g Mix3 = 6 g Mix3 = 6 g Mix3 = 6 g
13 PL4 Mix3 = 6,5 Mix3 = 6,5 Mix3 = 6,5 Mix3 = 6,5 Mix3 = 6,5 Mix3 = 6,5 g
g g g g g
14 PL5 Mix3 = 7 g Mix3 = 7 g Mix3 = 7 g Mix3 = 7 g Mix3 = 7 g Mix3 = 7 g
15 PL6 Mix4 = 7,5 Mix4 = 7,5 Mix4 = 7,5 Mix4 = 7,5 Mix4 = 7,5 Mix4 = 7,5 g
g g g g g
16 PL7 Mix4 = 8 g Mix4 = 8 g Mix4 = 8 g Mix4 = 8 g Mix4 = 8 g Mix4 = 8 g
17 PL8 Mix4 = 8,5 Mix4 = 8,5 Mix4 = 8,5 Mix4 = 8,5 Mix4 = 8,5 Mix4 = 8,5 g
g g g g g
18 PL9 Mix4 = 9 g Mix4 = 9 g Mix4 = 9 g Mix4 = 9 g Mix4 = 9 g Mix4 = 9 g
19 PL10 Mix4 = 9,5 Mix4 = 9,5 Mix4 = 9,5 Mix4 = 9,5 Mix4 = 9,5 Mix4 = 9,5 g
g g g g g

23
5.2 Manajemen Kualitas Air
Pengukuran parameter kualitas air pada pembesaran udang vaname di PT. Bibit
unggul terdiri dari salinitas, pH, DO dan suhu diukur setiap harinya, sekali sedangkan
untuk amoniak diukur setiap minggunya.

5.2.1 Penyiponan
Penyiponan pada air pemliharaan dilukan tujuan untuk membuang sisa pakan
alami, feses larva dan endapan bahan organic yang ada didasar tank dan juga
membuat kualitas air tidak terlalu buruk, penyiponan dilakukan pada modul
pemeliharaan larva udang vanname, penyiponan dilakukan pada pagi hari seitar pukul
8 WITA, penyiponan dilakukan oleh pegawai tabak yang bertugas piket, dan
penyiponan dilakukan dengan membuang sisa air sebanyak 10%. (Suhariadi, 2011)
menyatakan untuk membuang endapan dasar dilakukan penyiponan. Tujuan lain dari
penyiponan yaitu untuk mengganti pakan alami yang sebelumnya dngan pakan alami
yang baru sebanyak 10 liter. Selain dilakukan penyiponan untuk menjaga kualitas air
dilakukan juga pergantian air ebanyak 10 % dari 1000 liter air pemeliharaan.
Tabel 5. Waktu Manajemen Kualitas Air
Kegiatan Stadia Waktu Keterangan
Penyiponan PL 1 - 10 Pagi 8 Jika air sudah coklat pekat
10 %
Pergantian air PL 1 - 10 sekali Jika air sudah coklat pekat
Ukur kualitas Jam 6 Sebelum pergantian air dan
air Semua Pagi pakan

5.2.2 Salinitas
Alat yang digunakan untuk mengukur kadar garam yaitu refractometer.
Refraktometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur bahan terlarut, salah
satunya yaitu garam. Kadar garam yang diukur yaitu pada pemeliharaan larva udang
vanname, nilai kadar garam yang diukur yaitu berkisar 31-34 ppt, nilai tersebut dapat
dikatakan optimal karena salinitas yang baik bagi larva udang yaitu berkisar 30-34.
24
Hal ini menurut Subaidah, 2005 dalam Nuntung 2018, salinitas yang optimum bagi
larva udang vanname adalah 30-35 ppt. Pengukuran salintas pada bak larva dilakukan
satu kali sehari yaitu pagi hari.

Salinitas
35.5
35.3
35.1
34.9
34.7
34.5
34.3
34.1
33.9
33.7
33.5
minggu 1 minggu2 minggu 3 minggu 4

Grafik 1. Salinitas

5.2.3 Suhu
Suhu merupakan parameter kualitas air yang diukur pada pemeliharaan larva
udang vanname. Suhu adalah salah satu yang berpengaruh terhadap kelangsungan
hidup larva udang vanname. Alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah pada
gambar dibawah ini. Pada pengukuran suhu didapatkan kisaran 32-33 ̊C, hal ini
dikatakan cukup baik karena suhu yang baik bagi kehidupan larva udang vanname
adalah kisaran 29-32 ̊C.(Nuntung 2018). Pengukuran suhu dilakukan dua kali dalam
satu hari yaitu pagi dan sore. Suhu yang didapatkan pada pengukuran pagi yaitu
kisaran 33-34 ̊C dan sore kisaran 33-32 ̊C. Pengukuran suhu dilakukan dua kali sehari
yaitu pagi dan sore hari.

Suhu
34.5
34
33.5
33
32.5
32
31.5
minggu 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4

25
Grafik 2. Suhu

5.2.4 Derajat Keasaman


pH atau nilai derajat keasaman perairan sangat berpengaruh bagi pertumbuhan
larva udang vanname pada air. Pada pengukuran pH didapatkan nilai 8,2 ppm, hal ini
terbilang baik karena PH yang baik bagi pertumbuhan larva udang yaitu kisaran 7,5-
8,5 ppm. Menurut Subaidah 2005 dalam Nuntung 2018 nilai PH yang baik bagi larva
udang vanname berkisar 7,5-8,5 ppm. Pengukuran derajat keasaman dilakukan
pengukuran sekali dalam sehari yaitu pada pagi hari.

Ph
8.4
8.35
8.3
8.25
8.2
8.15
8.1
8.05
8
7.95
7.9
minggu 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4

Grafik 3. Derajat Keasaman


5.2.5 Oksigen Terlarut
DO atau kandungan oksigen terlarut dalam perairan memiliki peranan penting
dalam pertumbuhan makhlik hidup, kurangnya suhu dalam perairan akan
menyebabkan makhluk hidup didalamnya kurang baik dalam pertumbuhannya. Oleh
karena itu perlu dilakukan pengukuran DO agar mendapatkan nilai yang optimal.
Pada pengukuran suhu larva udang vanname didapatkan nilai 4,5-5,4 ppm, nilai
tersebut dikatakain baik, menurut (Subaidah, 2005) DO yang optimal bagi larva
udang vanname berada diatas 5 ppm. Pengukuran DO dilakukan dua kali sehari pada
pagi dan sore hari.

26
DO
5.6
5.4
5.2
5
4.8
4.6
minggu 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4

Grafik 4. Oksigen Terlarut


5.2.6 Amoniak
Pengukuran amoniak dan nitrit dilakukan tiap minggunya dengan beberapa
sampel tank pembesaran, adapun nilai amoniak yang diperoleh perminggu selama 5
pekan yaitu 0.00 ppm. Pada kegiatan budidaya, semakin bertambahnya umur udang,
maka jumlah pemberian pakan semakin meningkat pula. Peningkatan jumlah pakan
ini dapat memicu peningkatan bahan organik dan senyawa toksik. Selain berasal dari
sisa pakan yang tidak terkonsumsi, kedua senyawa tersebut juga dapat berasal dari
feses hasil ekskresi udang (Wulandari, 2015). Menurut Kilawati dan Yunita (2014)
bahwa nilai NH3 yang optimal untuk pertumbuhan udang vaname yaitu dibawah 0,01
ppm, sedangkan batas toleransi NH3 sekitar 0,01-0,2 ppm. Kadar NH3 pada modul
budidaya larva dikatakan sangat baik, hal ini dikarenakan air yang terdapat pada tank
larva disipon setiap hari untuk mengganti sisa pakan alami yang ada dalam tank
pelemiharaan, oleh karena itu nilai amoniak yang didapatkan yaiutu 0,00 ppm.

5.3 Panen
Pemanenan larva udang vanname dilakukan pada saat larva masuk stadia PL 10.
Kegiatan panen yang dilakukan yaitu memindahkan larva pada ember yang telah diisi
air, setelah larva dipindahkan kemudian suhu air diturunkan hingga 21̊ C, penurunan
suhu ini dilakukan untuk menjaga ketahanan pada larva agar tidak stres, menurut
(Ockstan, 2010) menurunkan suhu air 15̊ selama 15 menit, bila larva bertahan hidup
lebih dari 50% maka larva berkualitas baik.

27
28
BAB VI. PENUTUP

6.1 Kesimpulan

1. Pengukuran kualitas air pada pemelharaan larva udang vanname diantaranya,


PH, suhu, salinitas, Do. Pada pengukuran PH didapatkan angka kisaran 8,2
ppm. pengukuran suhu didapatkan nilai 32-33 ̊C. Pada salinitas didapatkan nilai
31-34 ppt. sedangkan pada DO didapatkan nilai 4,5-5,4 ppm.
2. Dengan mengukur kualitas air, dapat diketahui kisaran nilai yang optimal bagi
pemeliharaan larva udang vanname.

6.2 Saran

Diperlukan pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan alat-alat


pengukur kualitas air seperti PH meter, Refraktometer, dan Hach.

29
DAFTAR PUSTAKA

Amri, K. dan Kanna I. 2008. Budidaya Udang Vaname Secara Intensif, Semi Intensif,
dan Tradisional. Gramedia, JakartaAth-thar, Performa Ikan Nila BEST dalam
Media Salinitas. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar. Bogor.

Arsad, S., Ahmad, A., Atika, P, Purwadhi., Bethrina, M, V., Dhira K, S., Nanik, R, B.
2017. Studi Kegiatan Budidaya Pembesaran Udang Vaname (Litopenaeus
Vannamei) Dengan Penerapan Sistem Pemeliharaan Berbeda. Jurnal Ilmiah
Perikanan dan Kelautan. 9 (1)

Buwono, D. 1993. Tambak Udang Windu Sistem Pengelolaan Berpola Intensif.


Kanisius. Yogyakarta.

Christine, Y, P. 2012. Performa Pertumbuhan, Kelulushidupan, Dan Kandungan


Nutrisi Udang Vanamei ( Litopenaeus Vannamei ) Melalui Pemberian Pakan
Artemia Produk Lokal Yang Diperiksa Dengan Sel Diatom. Journal Of
Aquaculture Managemnt and Technology. 1 (1)

Fuady, M. F., Supardjo, M. N., & Haeruddin. (2013). Pengaruh Pengelolaan Kualitas
Air Terhadap Tingkat Kelulushidupan dan Laju Pertumbuhan Udang Vaname
(Litopenaeus vannamei) di PT. Indokor Bangun Desa, Yogyakarta. Diponegoro
journal of maquares 2(4), 155-162

Kilawati, Y., Y. Maimunah. 2014. Kualitas Lingkungan Tambak Intensif Litopenaeus


vannamei dalam Kaitannya dengan Prevalensi Penyakit White Spot Syndrome
Virus. Research Journal of Life Science, 2 (1) : 50-59.

Nababan, E., I. Putra, & Rusliadi. (2015). Pemeliharaan Udang Vaname (Litopenaeus
vannamei) dengan Persentase Pemberian Pakan yang Berbeda. Jurnal Ilmiah
Perikanan dan Kelautan 3(2)

Nur, A. 2011. Manajemen Pemeliharaan Udang Vaname. Direktorat Jendral


Perikanan Budidaya BBPBAP. Jepara.

Sakaria, N., Andi, P, S, I., Wahidah. 2018. Teknik Pemeliharaan Udang Vaname
( (Litopenaeus Vannamei Bonne ) Di PT Central Pertiwi Bahari Rembang, Jawa
Tengah. Prosiding Seminar Nasional. 1

Subyakto, S., Sutende D., Afandi M., Sofiat. 2009. Budidaya Udang Vaname
(Litopenaeus vannamei) Semi intensif Dengan Metode Sirkulasi Tertutup
30
Untuk Menghindari Serangan Virus. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 1
(2).

Suhariadi. 2011. Budidaya Udang Vaname (Litopenaus Vannamei). Kementrian


Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Ockstan J. Kalesaran. 2010. Pemeliharaan Post Larva (PL4-PL9) Udang Vannamei


(Penaeus Vannamei) di Hatchery PT. Banggai Sentral Shrimp Provinsi
Sulawesi Tengah.. Jurnal Perikanan Dan Kelautan. 4 (1).

Panjaitan, A. S. (2012). Pemeliharaan Larva Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)


dengan Pemberian Jenis Fitoplankton yang Berbeda. Program Pascasarjana
Universitas Terbuka. Jakarta.

Purnamasari, I., Purnama, D., Maya, M, A, F, U. 2017. Pertumbuhan Udang Vaname


(Litopenaeus Vannamei) Di Tambak Intensif. Jurnal Enggano 2 (1).

Wulandari, T., Niniek, W., Pujiono, W.P. 2015. Hubungan Pengelolaan Kualitas Air
Dengan Kandungan Bahan Organik, NO2, dan NH3, Pada Budidaya Udang
Vaname (Litopenaeus Vannamei) di Desa Keburuhan Purworejo. Diponegoro
Journal Of Maquares Management Of Aquatic Resources, 3 (4).

31

Anda mungkin juga menyukai