PENDAHULUAN
1
diharapkan ketersediaan benih yang berkualitas dan tetap kontinyu mampu meningkatkan
produksi udang vaname (Haliman dan Adijaya, 2005 dalam Sakaria 2018). Dalam
budidaya udang vaname, kualitas benih haruslah benar-benar diperhatikan seperti
perkembagan larva yang baik, serta karakter morfologi yang tinggi (Wahidah, 2015
dalam Sakaria, 2018). Dan untuk menghasilkan komoditas vaname yang unggul,
maka proses pemeliharaan harus memperhatikan aspek eksternal yang mencakup
kualitas air budidaya (Haliman dan Adijaya, 2005). Permasalahan utama yang
sering ditemukan dalam kegagalan produksi udang vaname adalah buruknya
kualitas air selama masa pemeliharaan,
Kualitas air yang buruk pada media pemeliharaan mengakibatkan rendahnya
tingkat pertumbuhan (Subyakto,2009). Apabila kualitas air tidak sesuai standar
untuk budidaya akan menyebabkan kematian pada biota budidaya sehingga
menimbulkan kerugian dalam usaha budidaya (Kilawati dan Maimunah, 2015).
Secara langsung, kualitas air sangat mempengaruhi pertumbuhan dan kesehatan
udang yang dibudidayakan (Panjaitan, 2012). Saat ini budidaya udang vaname
juga sering mengalami kegagalan karena ketidaksesuaian kualitas air untuk
budidaya (Subyakto,2009). Oleh karena itu, salah satu teknik untuk menjaga
kualitas air budidaya agar tetap sesuai standar adalah manajemen kualitas air
(Fuady et al., 2013)..
Manajemen kualitas air dilakukan untuk mempertahankan kondisi kimia dan
biologi dalam media budidaya agar tetap steril sehingga tidak mudah terkena
penyakit. Pengontrolan kualitas air diukur dari PH, DO, salinitas, kecerahan, dan
amoniak. Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan penerapan
manajemen kualitas air yang baik pada setiap kegiatan budidaya udang vaname.
Kegiatan PKL ini akan dilaksanakan di PT. Bibit Unggul, Rempek, Kabupaten
Lombok Utara, yang mana perusahaan ini fokus dalam memproduksi benih udang
vaname dalam sistem budidaya indoor.
2
2. Untuk menambah keterampilan dalam pemeliharaan Larva udang vanname
(L.vannamei)
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Klasifikasi
Klasifikasi udang vannamei (Litopenaeus vannamei) (Haliman, 2005)
adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Metazoa
Filum : Arthropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Subkelas : Eumalacostraca
Superordo : Eucarida
Ordo : Decapoda
Subordo : Dendrobrachiata
Famili : Panaeidae
Genus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei
2.1.2. Morfologi
Secara garis besar morfologi udang vaname(L. vannamei) (Gambar 1) terdiri
dari dua bagian utama yaitu kepala (cephalotorax) dan perut (abdomen). Kepala
udang vaname (L. vannamei) dibungkus oleh lapisan kitin yang berfungsi sebagai
pelindung, terdiri dari antennulae, antenna, mandibula,dan dua pasang maxillae.
Kepala udang vaname juga dilengkapi dengan tiga pasang maxiliped dan lima
pasang kaki jalan (peripoda) atau kaki sepuluh (decapoda) (Kitani, 1994).
Abdomen terdiri dari 6 segmen. Setiap segmen tubuh memiliki anggota badan
yang masing-masing mempunyai fungsi sendiri. Pada abdomen terdapat lima
pasang kaki renang dan sepasang urupoda (mirip ekor) yang membentuk kipas
bersama-sama telson. Ukuran udang vaname(L. vannamei) dapat mencapai
panjang total 24 cm (betina) dan 20 cm (jantan) dengan warna tubuh putih
berbintik kemerahan, transparan, (bening) berkulit licin dan halus (Kitani, 1994).
4
Kepala udang vannamei terdiri dari antenula, antena, mandibula, dan dua
pasang maxillae. Kepala udang vannamei juga dilengkapi dengan tiga pasang
maxillipied dan lima pasang kaki berjalan (periopoda) atau kaki sepuluh
(decapoda). Maxillipied sudah mengalami modifikasi dan berfungsi sebagai organ
untuk makan. Endopodite kaki berjalan menempel pada chepalothorax yang
dihubugka oleh coxa. Bentuk periopoda beruas-ruas yang berujung di bagian
dactylus. Dactylus ada yang berbentuk capit (kaki ke-1, ke-2, dan ke-3) dan tanpa
capit (kaki ke-4 dan ke-5). Di antara coxa dan dactylus, terdapat ruang berturut-
turut disebut basis, ischium, merus, carpus, dan cropus. Pada bagian ischium
terdapat duri yang bisa digunakan untuk mengidentifikasi beberapa spesies
penaeid dalam taksonomi. Abdomen terdiri dari 6 ruas. Pada bagian abdomen
terdapat 5 pasang kaki renang dan sepasang uropods (mirip ekor) yang
membentuk kipas. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat dari (Gambar 1) berikut
5
2.1.3. Tingkah Laku
Dalam usaha pembenihan udang, perlu adanya pengetahuan tentang tingkah
laku udang. beberapa tingkah laku udang yang perlu diketahui antara lain :
1. Sifat Nokturnal
Sifat nokturnal yaitu sifat binatang yang aktif mencari makan pada waktu
malam, dan siang hari udang vaname lebih suka beristirahat, baik membenamkan
diri pada lumpur maupun menempel pada suatu benda yang terbenam.
2. Sifat Kanibalisme
Kepadatan tinggi sering terjadi dalam memperebutkan makanan shingga
udang sering memangsa sesamanya karena pakan yang diberika kurang sehingga
berdampak pada pertumbuhan yang tidak merata dan tingkat kematian yang
tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan (muzaki, 2004) dalam Purnamasari, 2017
yang menyatakan bahwa menurunnya tingkat kelangsungan hidup udang
disebabkan karena padat penebaran tinggi akan meningkatkan kompetisi udang
dalam mendapatkan makanan, ruang gerak, tempat hidup, dan oksigen.
3. Ganti Kulit (moulting)
Moulting yaitu suatu proses pergantian kutikula lama digantikan dengan
kutikula yang baru. Kutikula adalah kerangka luar udang yang keras (tidak
elastis). Oleh karena itu untuk tumbuh menjadi besar udang vaname perlu melepas
kulit lama dan menggantikan dengan kulit baru.
4. Daya Tahan
Udang pada waktu masih berupa benih sangat tahan pada perubahan kadar
garam (salinitas). Sifat demikian dinamakan sifat euryhaline. Sifat lain yang
menguntungkan adalah ketahanan terhadap perubahan suhu dan sifat ini dikenal
sebagai eurytherma.
6
yang maksimal dalam usaha budidaya udang, perlu di perhatikan kualitas air yang
baik. Persyaratan yang layak bagi beberapa parameter kualitas air bagi budidaya
udang akan di jelaskan satu persatu.
2.2.1. Salinitas
Udang vaname dapat hidup pada salinitas yang tinggi sehingga udang vaname
termasuk ke dalam golongan euryhaline laut, yaitu hewan laut yang mampu hidup
pada air tawar. Meskipun udang menyukai salinitas tidak terlalu tinggi, yaitu
optimum pada salinitas 10-30 ppt (Amri dan Kanna, 2008) dalam Arsad, 2017,
namun salinitas yang optimal bagi larva udang vaname adalah 15-30 ppt (Amri
dan kanna, 2008) dalam Cristine, 2012. Jika nilai salinitas terlalu tinggi, konversi
rasio pakan akan tinggi sehingga untuk mengantisipasinya, volume penggantian
air harus diperbesar. Salinitas yang terlalu tinggi sering terjadi pada musim
kemarau, sedangkan pada waktu musim hujan salinitas terlalu rendah.
7
(Suprapto, 2005) dalam Arsad, 2017. Air yang memiliki pH sangat rendah
umumnya disebabkan oleh keasaman tanah. Pengaruh langsung dari pH rendah
adalah menyebabkan kulit udang menjadi keropos dan selalu lembek karena tidak
dapat membentuk kulit baru.
2.2.4. Suhu
Udang vaname tidak dapat hidup pada suhu kurang dari 15 ºC atau lebih dari
40 ºC. Suhu optimal bagi udang vaname adalah 25 ºC - 32 ºC (Dharmadi, 1993)
dalam Christine, 2012. Suhu secara tidak langsung mempengaruhi metabolisme,
termasuk oksigen serta berbagai reaksi kimia air. Perubahan - perubahan yang
mendadak dari suhu secara drastis selama kegiatan budidaya menyebabkan
kondisi udang menjadi stress. Untuk mengantisipasinya dilakukan usaha dengan
pembuangan lapisan air permukaan tambak.
8
BAB III. METODOLOGI
Data-data yang diperoleh selama Praktek Kerja Lapang ini akan dianalisis
secara deskriptif, yaitu menjabarkan semua kegiatan yang dilakukan secara jelas
dan rinci yang didukung dengan studi pustaka, sehingga dapat memberikan
informasi yang jelas dan lengkap.
9
3.5 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
Jadwal kegiatan yang akan
dikerjakan selama Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah sebagai berikut
Tabel 2. Jadwal Kegiatan PKL
No Jadwal Kegiatan November Desember Januari Maret
Minggu ke-
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
1. Penyusunan Proposal
2. Persiapan PKL
3. Pelaksanaan PKL
4. Penyusunan Laporan
5. Ujian
10
BAB IV. KEADAAN UMUM LOKASI
11
1. Sebelah Utara : Pantai Montong Pal
2. Sebelah Timur : Dusun Luk
3. Sebelah Selatan : Desa Rempek
4. Sebelah Barat : Dusun Lempenge
12
Menerapkan alat dan teknologi terbaru dalam pemuliaan udang
Menjaga daya saing yang kompetitif dengan menghasilkan produk yang
berkualitas dan kuantitas.
Memenuhi atau melampaui standar-standar kesehatan udang sesuai
panduan yang dikeluarkan oleh OIE (Organisasi Internasional) yang
mengatur standar kesehatan komoditas hewan budidaya.
Melakukan riset dan pengembangan secara inovatif guna menjadi yang
terdepan dalam budidaya dan teknologi pemuliaan udang
Ikut berpartisipasi dan terlibat dalam pengembagan industry akuakultur
yang lestari.
PT. Bibit Unggul memiliki struktur organisasi dengan tugas pokok dan
fungsi seperti pada (Gambar 6). Direktur bertugas mengontrol dan memastikan
kegiatan produksi pemasaran berjalan lancar. Koordinator Nukleus Breading
Center (NBC) bertugas untuk menangani induk yang sudah mengeluarkan telur.
Koordinator Boodstock Multiplication Center (BMC) memiliki tugas untuk
13
menangani pembesaran udang vaname untuk perbanyakan calon induk udang
vaname. Administrasi bertugas untuk mengelola keuangan dan masuknya
permintaan pengiriman induk udang ke berbagai negara. Maturasi memiliki tugas
sebagai pematangan gonad dan sperma induk udang vaname sampai spent. HRD
(Human Resources Departement) memiliki tugas yang berkaitan dan
kepegawaian. Bagian Logistic berkaitan dengan kelengkapan kebutuhan selama
proses produksi berlangsung. Quality Control bertanggung jawab dalam
mengontrol kualitas air, benur yang dihasilkan maupun induk yang digunakan.
Grow out (pembesaran) bertugas dalam mengontrol kegiatan pembesaran dan
produksi indukan. Koordinator Maintenance, bertanggung jawab dalam setiap
perbaikan sarana dan prasarana yang digunakan. Bagian Shadow bertanggung
jawab dalam kegiatan seleksi induk udang vaname.
4.5 Sarana dan Prasarana
Dibawah ini merupakan daftar sarana dan prasarana pendukung kegiatan yang
terdapat di PT. Bibit Unggul
Tabel 3. Sarana dan Prasarana di PT. Bibit Unggul
Jumlah
Uraian Spesifikasi Satuan
(Unit)
1. Sarana
Bak fiber induk udang vaname Volume 5 – 10 m3 16
Bak fiber pembenihan Volume 0,5 – 1 m3 81
Bak kultur fitoplankton Volume 0,5 – 1 m3 5
Bak kultur zooplankton Volume 0,5 – 1 m3 5
Bak fiber BMC Shadow Volume 0,5 – 1 m3 20
2. Sarana
Bangunan
Kantor (Administrasi) Luas 400,50 m2 1
Laboratorium Pakan Alami Luas 100,4 m2 1
Modul Pemeliharaan Luas 1000 m2 1
Modul BMC Shadow Luas 650 m2 1
14
Rumah Blower dan Pompa Luas 15 m2 3
Rumah Karyawan Luas 250 m2 5
Rumah Reservoir Luas 550 m2 2
Rumah Kantin Luas 350 m2 1
Kendaraan
Kijang Inova - - 1
Isuzu Panther - - 1
Toyota L300 - - 1
Motor Karisma - - 1
Motor Vario Techno - - 1
3. Prasarana
Freezer Container - - 1
Cold Storage - - 5
Pompa Air Laut - - 2
Pompa Air Tawar - - 1
Dispenser - - 2
Televisi - - 2
Printer - - 3
Laptop - - 5
15
(a) (b)
Gambar 4. Tenaga listrik PT. Bibit Unggul
Keterangan : (a) mesin genset dan (b) gardu listrik PT. Bibit Unggul
16
Gambar 5. Layout pipa air laut PT. Bibit Unggul
Sebelum masuk kedalam tabung reservoir 1 air laut yang disedot harus
masuk melalui tahap ozonisasi untuk menghilangkan dan mematikan sel bakteri
ataupun pathogen yang dapat membahayakan induk udang vaname yang
dibudidayakan. Setelah melalui proses ozonisasi kemudian masuk kedalam
filterisasi atau tabung reservoir 1yang terlihat pada (Gambar 6). Tabung ini berisi
bahan seperti karbon aktif untuk menyerap ion-ion yang terlarut dalam air.
Setelah dari tabung reservoir 1 tersebut lalu di pompa lagi menuju kolam
penampungan 1 yang bertujuan untuk mengendapkan pasir ataupun lumpur yang
ikut terbawa pada saat pemompaan. Setelah dari kolam reservoir 1 kemudian air
dipompa lagi untuk masuk kedalam tabung reservoir 2 dimana perlakuannya juga
sama dilakukan penyaringan dengan karbon aktif lalu di pompa lagi untuk masuk
kedalam kolam reservoir 2 untuk mengendapkan pasir dan lumpur yang terlarut
dalam air. Setelah itu air akan dipompa untuk digunakan pada masing-masing bak
fiber yang digunakan untuk memelihara udang vaname dengan melalui pipa
paralon yang memiliki ukuran sekitar 3 atau 4 inch. Penggunaan paralon
berukuran tersebut agar proses pengisian air laut lebih cepat dan tidak memakan
waktu yang lama.
17
(a) (b) (c)
Keterangan :
(a) Mesin ozon,
(b) Tabung dan
(c) Kolam reservoir PT. Bibit Unggul
18
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
19
Menurut Andriyanto, et al (2013), dalam usaha pemeliharaan larva udang
vaname, perlu dilakukan persiapan kolam yang akan digunakan dalam pembesaran
udang vaname (Litopenaeus vannamei). Kegiatan persiapan kolam antara lain
pengeringan kolam, pemberian kaporit, pemasagan kincir pada kolam, dan
pengisian air.
Pemberian kaporit bertujuan untuk membunuh parasit, dan bakteri yang ada di
dalam perairan. Dosis kaporit yang dibutuhkan untuk ditebar bak yaitu 100 ppm
dalam air satu ton yang terlihat pada (Gambar 8). Pada saat pemberian kaporit aerasi
dinyalakan untuk mempermudah penyebarannya. Aerasi dinyalakan sampai proses
kaporit selesai yaitu 24 jam untuk mempercepat penguapan kaporit. Menurut
Ghufron (2017) tujuan dari pemberian kaporit adalah sebagai upaya sanitasi air yang
dapat membunuh bakteri dan mikroorganisme lain yang merupakan bahan pencemar,
selain itu kaporit juga dapat mengoksidasi zat besi yang apabila konsentrasinya
terlalu tinggi dapat membahayakan kelangsungan hidup udang vaname. Setelah
proses kaporit selesai kemudian bak/kolam dicuci sampai bersih dari bekas kaporit.
(a) (b)
Gambar 8. Tank yang dikaporit
Keterangan: a. Tank Dikaporit b. Kaporit
20
5.1.2 Pengisian Air
Pasokan air laut pada kolam budidaya udang vaname di PT. Bibit Unggul
diambil dari Sebelah Barat Pulau Lombok yang berdekatan dengan Selat
Lombok/Selat Bali dengan kisaran salinitas 30-35 ppt, keberadaan laut ini berkisar
jarak 50 meter dari pintu belakang PT. Bibit Unggul. Sebelum diisi kedalam kolam
pemeliharaan air ditampung terlebih dahulu dalam tendon untuk sterilisasi agar
pathogen dan bakteri yang terkandung dalam air mati. Setelah disterilisasi air
dialirkan melalui pipa untuk diisi pada kolam pemeliharaan. Pengisian air pada tank
pemeliharaan larva dilakukan sampai dengan volume 1000 liter yang terlihat pada
(Gambar 9).
21
5.1.3 Penebaran Larva
22
Selain pakan buatan, larva udang vannamei juga diberikan pakan alternatif
berupa artemia, Chaetoceros spp. dan Thalassiosira sp. Artemia diberikan kepada
larva mulai dari stadia PL 1 sampai PL 10, sedangkan Chaetoceros spp. dan
Thalassiosira sp. diberikan ketika larva stadia nauply sampai post larva.
Tabel 4. Waktu Pemberian Pakan
Untuk kepadatan 100.000
Plankton Pakan Buatan
08:00 08:00
No Stadia
17.00 17.00 07.00 11.00 19.00 23.00 01.00 03.00
Thala Cheto
1 N5-6
2 Z1 Mix1 = 0,7 Mix1 = 0,7 Mix1 = 0,8 Mix1 = 0,8 Mix1 = 0,8 Mix1 = 0,7 g
g g g g g
3 Z2 Mix1 = 1 g Mix1 = 1 g Mix1 = 1 g Mix1 = 1 g Mix1 = 1 g Mix1 = 1 g
4 Z3 Mix1 = 1,2 Mix1 = 1,2 Mix1 = 1,2 Mix1 = 1,2 Mix1 = 1,2 Mix1 = 1,2 g
g g g g g
5 Z3 Mix1 = 1,4 Mix1 = 1,4 Mix1 = 1,4 Mix1 = 1,4 Mix1 = 1,4 Mix1 = 1,4 g
M1 g g g g g
6 M1 Mix2 = 1,7 Mix2 = 1,7 Mix2 = 1,7 Mix2 = 1,7 Mix2 = 1,7 Mix2 = 1,7 g
g g g g g
7 M2 Mix2 = 2 g Mix2 = 2 g Mix2 = 2 g Mix2 = 2 g Mix2 = 2 g Mix2 = 2 g
8 M3 Mix2 = 2,5 Mix2 = 2,5 Mix2 = 2,5 Mix2 = 2,5 Mix2 = 2,5 Mix2 = 2,5 g
g g g g g
9 M3 Mix3 = 3 g Mix3 = 3 g Mix3 = 3 g Mix3 = 3 g Mix3 = 3 g Mix3 = 3 g
PL1
10 PL1 Mix3 = 4 g Mix3 = 4 g Mix3 = 4 g Mix3 = 4 g Mix3 = 4 g Mix3 = 4 g
11 PL2 Mix3 = 5 g Mix3 = 5 g Mix3 = 5 g Mix3 = 5 g Mix3 = 5 g Mix3 = 5 g
12 PL3 Mix3 = 6 g Mix3 = 6 g Mix3 = 6 g Mix3 = 6 g Mix3 = 6 g Mix3 = 6 g
13 PL4 Mix3 = 6,5 Mix3 = 6,5 Mix3 = 6,5 Mix3 = 6,5 Mix3 = 6,5 Mix3 = 6,5 g
g g g g g
14 PL5 Mix3 = 7 g Mix3 = 7 g Mix3 = 7 g Mix3 = 7 g Mix3 = 7 g Mix3 = 7 g
15 PL6 Mix4 = 7,5 Mix4 = 7,5 Mix4 = 7,5 Mix4 = 7,5 Mix4 = 7,5 Mix4 = 7,5 g
g g g g g
16 PL7 Mix4 = 8 g Mix4 = 8 g Mix4 = 8 g Mix4 = 8 g Mix4 = 8 g Mix4 = 8 g
17 PL8 Mix4 = 8,5 Mix4 = 8,5 Mix4 = 8,5 Mix4 = 8,5 Mix4 = 8,5 Mix4 = 8,5 g
g g g g g
18 PL9 Mix4 = 9 g Mix4 = 9 g Mix4 = 9 g Mix4 = 9 g Mix4 = 9 g Mix4 = 9 g
19 PL10 Mix4 = 9,5 Mix4 = 9,5 Mix4 = 9,5 Mix4 = 9,5 Mix4 = 9,5 Mix4 = 9,5 g
g g g g g
23
5.2 Manajemen Kualitas Air
Pengukuran parameter kualitas air pada pembesaran udang vaname di PT. Bibit
unggul terdiri dari salinitas, pH, DO dan suhu diukur setiap harinya, sekali sedangkan
untuk amoniak diukur setiap minggunya.
5.2.1 Penyiponan
Penyiponan pada air pemliharaan dilukan tujuan untuk membuang sisa pakan
alami, feses larva dan endapan bahan organic yang ada didasar tank dan juga
membuat kualitas air tidak terlalu buruk, penyiponan dilakukan pada modul
pemeliharaan larva udang vanname, penyiponan dilakukan pada pagi hari seitar pukul
8 WITA, penyiponan dilakukan oleh pegawai tabak yang bertugas piket, dan
penyiponan dilakukan dengan membuang sisa air sebanyak 10%. (Suhariadi, 2011)
menyatakan untuk membuang endapan dasar dilakukan penyiponan. Tujuan lain dari
penyiponan yaitu untuk mengganti pakan alami yang sebelumnya dngan pakan alami
yang baru sebanyak 10 liter. Selain dilakukan penyiponan untuk menjaga kualitas air
dilakukan juga pergantian air ebanyak 10 % dari 1000 liter air pemeliharaan.
Tabel 5. Waktu Manajemen Kualitas Air
Kegiatan Stadia Waktu Keterangan
Penyiponan PL 1 - 10 Pagi 8 Jika air sudah coklat pekat
10 %
Pergantian air PL 1 - 10 sekali Jika air sudah coklat pekat
Ukur kualitas Jam 6 Sebelum pergantian air dan
air Semua Pagi pakan
5.2.2 Salinitas
Alat yang digunakan untuk mengukur kadar garam yaitu refractometer.
Refraktometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur bahan terlarut, salah
satunya yaitu garam. Kadar garam yang diukur yaitu pada pemeliharaan larva udang
vanname, nilai kadar garam yang diukur yaitu berkisar 31-34 ppt, nilai tersebut dapat
dikatakan optimal karena salinitas yang baik bagi larva udang yaitu berkisar 30-34.
24
Hal ini menurut Subaidah, 2005 dalam Nuntung 2018, salinitas yang optimum bagi
larva udang vanname adalah 30-35 ppt. Pengukuran salintas pada bak larva dilakukan
satu kali sehari yaitu pagi hari.
Salinitas
35.5
35.3
35.1
34.9
34.7
34.5
34.3
34.1
33.9
33.7
33.5
minggu 1 minggu2 minggu 3 minggu 4
Grafik 1. Salinitas
5.2.3 Suhu
Suhu merupakan parameter kualitas air yang diukur pada pemeliharaan larva
udang vanname. Suhu adalah salah satu yang berpengaruh terhadap kelangsungan
hidup larva udang vanname. Alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah pada
gambar dibawah ini. Pada pengukuran suhu didapatkan kisaran 32-33 ̊C, hal ini
dikatakan cukup baik karena suhu yang baik bagi kehidupan larva udang vanname
adalah kisaran 29-32 ̊C.(Nuntung 2018). Pengukuran suhu dilakukan dua kali dalam
satu hari yaitu pagi dan sore. Suhu yang didapatkan pada pengukuran pagi yaitu
kisaran 33-34 ̊C dan sore kisaran 33-32 ̊C. Pengukuran suhu dilakukan dua kali sehari
yaitu pagi dan sore hari.
Suhu
34.5
34
33.5
33
32.5
32
31.5
minggu 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4
25
Grafik 2. Suhu
Ph
8.4
8.35
8.3
8.25
8.2
8.15
8.1
8.05
8
7.95
7.9
minggu 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4
26
DO
5.6
5.4
5.2
5
4.8
4.6
minggu 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4
5.3 Panen
Pemanenan larva udang vanname dilakukan pada saat larva masuk stadia PL 10.
Kegiatan panen yang dilakukan yaitu memindahkan larva pada ember yang telah diisi
air, setelah larva dipindahkan kemudian suhu air diturunkan hingga 21̊ C, penurunan
suhu ini dilakukan untuk menjaga ketahanan pada larva agar tidak stres, menurut
(Ockstan, 2010) menurunkan suhu air 15̊ selama 15 menit, bila larva bertahan hidup
lebih dari 50% maka larva berkualitas baik.
27
28
BAB VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
29
DAFTAR PUSTAKA
Amri, K. dan Kanna I. 2008. Budidaya Udang Vaname Secara Intensif, Semi Intensif,
dan Tradisional. Gramedia, JakartaAth-thar, Performa Ikan Nila BEST dalam
Media Salinitas. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar. Bogor.
Arsad, S., Ahmad, A., Atika, P, Purwadhi., Bethrina, M, V., Dhira K, S., Nanik, R, B.
2017. Studi Kegiatan Budidaya Pembesaran Udang Vaname (Litopenaeus
Vannamei) Dengan Penerapan Sistem Pemeliharaan Berbeda. Jurnal Ilmiah
Perikanan dan Kelautan. 9 (1)
Fuady, M. F., Supardjo, M. N., & Haeruddin. (2013). Pengaruh Pengelolaan Kualitas
Air Terhadap Tingkat Kelulushidupan dan Laju Pertumbuhan Udang Vaname
(Litopenaeus vannamei) di PT. Indokor Bangun Desa, Yogyakarta. Diponegoro
journal of maquares 2(4), 155-162
Nababan, E., I. Putra, & Rusliadi. (2015). Pemeliharaan Udang Vaname (Litopenaeus
vannamei) dengan Persentase Pemberian Pakan yang Berbeda. Jurnal Ilmiah
Perikanan dan Kelautan 3(2)
Sakaria, N., Andi, P, S, I., Wahidah. 2018. Teknik Pemeliharaan Udang Vaname
( (Litopenaeus Vannamei Bonne ) Di PT Central Pertiwi Bahari Rembang, Jawa
Tengah. Prosiding Seminar Nasional. 1
Subyakto, S., Sutende D., Afandi M., Sofiat. 2009. Budidaya Udang Vaname
(Litopenaeus vannamei) Semi intensif Dengan Metode Sirkulasi Tertutup
30
Untuk Menghindari Serangan Virus. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 1
(2).
Wulandari, T., Niniek, W., Pujiono, W.P. 2015. Hubungan Pengelolaan Kualitas Air
Dengan Kandungan Bahan Organik, NO2, dan NH3, Pada Budidaya Udang
Vaname (Litopenaeus Vannamei) di Desa Keburuhan Purworejo. Diponegoro
Journal Of Maquares Management Of Aquatic Resources, 3 (4).
31