AFNIANTI SIANTURI
140302007
SKRIPSI
AFNIANTI SIANTURI
140302007
SKRIPSI
AFNIANTI SIANTURI
140302007
Skripsi sebagai Satu Diantara Beberapa Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara
Ikan Lele salah satu ikan air tawar yang sudah berkembang budidayanya di
masyarakat karena dapat di budidayakan pada tempat terbatas dan kepadatan
tinggi dan memiliki keunggulan, cepat pertumbuhan dan tahan terhadap penyakit.
Kecepatan laju pertumbuhan ikan sangat dipengaruhi oleh jenis, kualitas dan
manajemen pakan yang diberikan serta kondisi lingkungan hidupnya. Penelitian
ini dilakukan di UPTD. Balai Benih Ikan Tuntungan pada bulan April sampai juni
2018, yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari waktu pemberian pakan
buatan terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele. Penelitian
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 3 kali
ulangan, sebagai berikut: P1 (waktu pemberian pakan Buatan 3 kali sehari), P2
(waktu pemberian pakan Buatan 4 kali sehari) dan P3 (waktu pemberian pakan
buatan 5 kali sehari). Data dianalisis menggunakan Analisis Variansi (ANOVA),
jika terdapat pengaruh perlakuan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil
(BNT).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan frekuensi pemberian pakan
yang berbeda berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan namun tidak
berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup ikan lele. Waktupemberian pakan
yang terbaik dalam meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele
yaitu perlakuan P3 dengan pertambahan panjang larva sebesar 8,0 cm dan
peningkatan berat 32,24 gr.
Catfish one of the freshwater fish that has developed cultivation in the
community because it can be cultivated in limited places and high density and has
the advantage, fast growth and resistance to disease. The speed of fish growth rate
is strongly influenced by the type, quality and management of feed given and
environmental conditions. This research was conducted at UPTD Tuntung Fish
Seed Hall from April to June 2018, which aims to determine the effect of the
frequency of artificial feeding on the growth and survival of catfish. The study
used Completely Randomized Design (RAL) with 3 treatments and 3 replications,
as follows: P1 (Time feeding 3 times daily), P2 (Time feeding 4 times daily) and
P3 (Time feeding 5 times daily ). The data were analyzed using Analysis of
Variance (ANOVA), followed by the Smallest Significant Difference (BNT) test.
The results showed that the frequency treatment of different feeding
significantly affected the growth but did not significantly affect the survival of
catfish. The best feeding time in increasing the growth and survival of catfish is
P3 treatment with larva length increase of 8,0 cm and weight increase 32,24gr.
ii
Aek Nabara, Labuhan Batu pada tahun 2008-2011 dan terakhir menyelesaikan
pendidikannya di SMA Negeri 1 Bilah Hulu Aek Nabara, Labuhan Batu pada
Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara pada tahun 2014 melalui
Kerja Lapangan (PKL) di UPTD. Balai Benih Ikan di Bantun Kerbo, Sidikalang.
iii
Puji syukur penulis senantiasa panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa
(Clarias sp.). Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
pembimbing saya yang telah senantiasa memberikan arahan dan motivasi dengan
penuh kesabaran dan keikhlasan. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan
kepada :
1. Ibu Dr. Eri Yusni, M. Sc, selaku Kepala Program Studi Manajemen
Sumberdaya Perairan.
3. Ibu dan Ayah saya yang tercinta Rosmawati Simarmata dan Sopanda Sianturi,
adek saya Jenni Sianturi, serta semua keluarga yang tercinta yang telah
Berutu, Yohanna L.Tobing dan Piter Daniel Maharaja, S.P yang telah
iv
Simarmata, Eryanto Hutabarat dan Reksi Tarigan, serta seluruh Sahabat Msp
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................. i
DAFTAR TABEL.................................................................................... vi
PENDAHULUAN
Latar Belakang .................................................................................... 1
Rumusan Masalah .............................................................................. 2
Kerangka Pemikiran ........................................................................... 2
Tujuan Penelitian ............................................................................... 5
Hipotesa ........................................................................................... 5
Manfaat Penelitian .............................................................................. 5
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan Lele (Clarias sp.) ...................................................................... 6
Morfologi ....................................................................................... 6
Pakan Buatan Pelet ............................................................................ 9
Parameter Kualitas Air ....................................................................... 11
Pertumbuhan ..................................................................................... 12
Kelangsungan Hidup .......................................................................... 13
Sistem Pencernaan Ikan Lele ............................................................. 14
METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................................. 20
Alat dan Bahan ................................................................................. 20
Metode Penelitian ............................................................................. 20
Prosedur Penelitian
Menyiapkan Wadah Pemeliharaan ............................................. 20
Menyiapkan Air Media .............................................................. 21
Menyiapkan Ikan Uji ................................................................. 21
MenebaKan Ikan ....................................................................... 21
Menyiapkan Pakan Uji ............................................................... 21
Mengukur Parameter Kualitas Air ............................................ 22
Mengontrol ................................................................................. 22
Rancangan Percobaan ....................................................................... 22
Variabel Pengamatan
Pertambahan Panjang ................................................................. 23
Peningkatan Bobott ..................................................................... 24
Kelangsungan Hidup ikan ........................................................... 24
Rasio Konversi Pakan (FCR) ...................................................... 25
vi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
viii
ix
Latar Belakang
Ikan Lele salah satu ikan air tawar yang sudah berkembang budidayanya di
tinggi dan memiliki keunggulan, cepat pertumbuhan dan tahan terhadap penyakit.
Budidaya ikan Lele ini sangat diminati para petani ikan pembudidaya karena
pasarnya yang terus berkembang dengan jangka waktu pemeliharaan yang pendek
tambahan yang berkualitas tinggi, yaitu pakan yang memenuhi kebutuhan nutrisi
ikan. Nutrisi pakan ikan pada umumnya dilihat dari komposisi zat gizinya, seperti
kandungan protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Selain nilai gizi
makanan, perlu diperhatikan pula bentuk dan ukuran yang tepat untuk ikan yang
agar pakan yang diberikan dapat dimanfaatkan oleh ikan secara efektif dan efisien
berapa kali pakan diberikan dalam satu hari. Waktu pemberian pakan ini
pakan ini sengaja di atur untuk memacu pertumbuhan ikan. Pemberian pakan
dengan frekuensi yang lebih sering akan membuat ikan tidak lekas kenyang dan
menjadi lebih efisien. Frekuensi waktu pemberian pakan ditentukan antara lain
oleh spesies dan ukuran ikan, serta faktor-faktor yang mempengaruhi nafsu makan
ikan. Pada dasarnya ketiga faktor tersebut sangat berkaitan satu dengan yang
lainnya. Makin kecil ukuran ikan, makin sering frekuensi pemberian pakannya.
Hal ini berhubungan dengan kapasitas dan laju pengosongan lambung; makin
makin tinggi. Setelah terjadi pengurangan isi lambung, nafsu makan beberapa
ikan lele, maka perlu dilakukan penelitian mengenai waktu pemberian pakan yang
Perumusan Masalah
kelangsungan hidup ikan yang dibudidayakan. Pakan yang diberikan pada ikan
dinilai baik tidak hanya dari komponen penyusun pakan tersebut melainkan juga
dari seberapa besar komponen yang terkandung dalam pakan mampu diserap dan
dimanfaatkan oleh ikan dalam kehidupannya. Waktu pemberian pakan yang tepat
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, maka dapat di tentukan masalah
Kerangka Pemikiran
Budidaya ikan lele secara intensif memerlukan pakan sebagai faktor utama
dalam pemeliharaan ikan lele. Hal ini dikarenakan ikan lele membutuhkan pakan
satu ditentukan oleh pakan yang baik, Pada saat ini pakan buatan yang
dimanfaatkan bagi ikan yaitu pakan yang memiliki kualitas nutrisi dan jumlah
yang mencukupi intuk memenuhi kebutuhan makan ikan, untuk itu perlu
manajemen yang baik agar diperoleh pakan ikan yang memiliki kualitas nutrisi
pakan ikan yang diformulasikan khusus untuk semua jenis bibit ikan. Memiliki
nutrisi yang tinggi dengan kandungan protein yang sesuai untuk pertumbuhan
bibit ikan, Mempunyai Atractant yang kuat, merangsang nafsu makan ikan lele
dan ukuran pakan sesuai dengan bukaan mulut ikan sehingga mudah dicerna
dengan baik. Untuk mengetahui pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan
lele Pakan tersebut diberikan dengan Waktu pemberian pakan buatan 3,4 dan 5
Budidaya Intensif
Pellet
FCR
Tujuan Penelitian
ikan lele.
2. Untuk mengetahui pengaruh waktu pemberian pakan yang paling baik untuk
3. Untuk mengetahui pengaruh waktu pemberian pakan yang paling baik untuk
Hipotesa
Nilai FCR,
Manfaat Penelitian
Memberi informasi khususnya bagi petani ikan lele tentang waktu pemberian
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan Lele
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actonopteryii
Ordo : Ostariophysi
Famili : Claridae
Genus : Clarias
Morfologi
Habitat atau lingkungan hidup ikan lele adalah semua perairan tawar,
meliputi sungai dan aliran yang tidak terlalu deras atau perairan yang tenang,
seperti waduk, danau, telaga, rawa dan genangan air seperti kolam. Ikan lele tahan
hidup di perairan yang mengandung sedikit oksigen dan relatif tahan terhadap
pencemaran bahan –bahan organik. Ikan lele dapat hidup normal yang memiliki
kandungan oksigen terlaut 4 ppt dan aiir yang ideal, mempunyai kadar dioksoda
kurang dari 2 ppt. Namun, pertumbuhan dan perkembangan ikan lele akan cepat
dan sehat jika diperlihara dari sumber air yang cukup bersih, seperti sungai, mata
air, saluran irigasi ataupun sumber air. Kualitas air yang dianggap baik untuk
kehidupan lele adalah suhu yang berkisar antara 20-300C, akan tetapi suhu
optimum adalah 270C. Kandungan oksigen terlarut >3 ppm. pH 6.5-8 dan NH3
Ikan lele juga dapat hidup dalam kondisi air yang rendah O 2 seperti dalam
lumpur atau air yang memiliki kadar oksigen yang rendah. Hal tersebut dapat
dapat hidup ditempat beroksigen rendah. Alat tersebut juga memungkinkan lele
kondisi yang kekurangan oksigen, Ikan Lele memang dapat hidup dalam kondisi
air yang keruh dan kekurangan oksigen. Labirin memungkinkan ikan lele dapat
mengambil oksigen langsung dari udara, sehingga mampu hidup di perairan yang
tinggi. Labirin hanya berfungsi saat insang tidak dapat memenuhi kebutuhan
oksigen. Ikan lele dapat tetap hidup di luar perairan saat kondisi lembab
(Karlina, 2017).
Menurut Suyanto, (2006) ikan lele adalah ikan yang termasuk dalam
golongan catfish. Ikan lele mudah beradaptasi meskipun dalam lingkungan yang
kritis, misalnya perairan yang kecil kadar oksigennya dan sedikit air. Ikan lele
juga termasuk ikan omnivora, yaitu pemakan segala jenis makanan tetapi
cenderung pemakan daging atau karnivora. Secara alami ikan lele bersifat
nokturnal, artinya aktif pada malam hari atau lebih menyukai tempat yang gelap,
tetapi dalam usaha budidaya ikan lele dibuat beradaptasi menjadi diurnal.
Bachtiar, (2006) menambahkan bahwa ikan lele termasuk hewan nocturnal, yaitu
hewan yang lebih aktif dalam beraktifitas dan mencari makan pada malam hari.
Sifat ini juga membuat ikan lele lebih menyenangi tempat yang terlindung atau
gelap. Djarijah (2003) menambahkan bahwa ikan lele memiliki sifat tenang dan
tidak mudah berontak saat disentuh atau dipegang. Ikan lele suka meloncat bila
tambahan, Pakan tambahan yang baik untuk lele adalah yang banyak mengandung
protein hewani. Jika pakan yang diberikan banyak mengandung protein nabati,
yang suka memakan jenisnya sendiri. Jika kurang. Sifat kanibalisme juga akan
timbul oleh karena perbedaan ukuran. Lele yang berukuran besar akan memangsa
pencernaan yang terdiri dari mulut, rongga mulut, esofagus, lambung, usus, dan
dubur. Usus yang dimiliki ikan Lele lebih pendek dari panjang badannya. Hal ini
merupakan ciri khas jenis ikan karnivora. Sementara itu, lambungnya relatif besar
dan panjang. Selain itu Lele mempunyai kebiasaan makan di dasar perairan atau
ikan yang bersifat karnivora (pemakan daging) (Darmi dan Abdullah, 2006).
atau ikan yang hidup bebas di alam, hanya memanfaatkan pakan yang tersedia
secara alami. Itulah yang menyebabkan mengapa laju pertumbuhan dan tingkat
kelangsungan hidup ikan yang dipelihara secara intensif dan semi intensif jauh
lebih tinggi daripada ikan yang dipelihara secara tradisional atau yang hidup
Untuk mencapai laju pertumbuhan ikan yang baik, selain diberi pakan alami
perlu diberikan pakan buatan sesuai kebutuhan ikan. Banyak bahan yang dapat
digunakan untuk pakan buatan. Tipe bahan yang digunakan tergantung dua faktor,
yaitu jenis ikan dan ketersediaan bahan. Permasalahan yang sering dihadapi dalam
penyediaan pakan buatan ini adalah biaya yang cukup tinggi untuk pembelian
pakan. Biaya pakan ini dapat mencapai 60-70% dari komponen biaya produksi.
Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk menekan biaya produksi tersebut
adalah dengan membuat pakan buatan sendiri. Pembuatan pakan buatan ini
baku lokal, termasuk pemanfaatan limbah hasil industri pertanian yang relatif
antara 3-7%. Namun demikian, kisaran tersebut dapat berkurang atau lebih
tergantung pada jenis, ukuran, kondisi fisiologis ikan, serta kualitas lingkungan
keberhasilan budidaya. Karena apabila jumlah yang diberikan kurang dari jumlah
yang dibutuhkan ikan maka pertumbuhan ikan akan terhambat. Sebaliknya, jika
jumlah yang diberikan melebihi dari jumlah yang dibutuhkan selain pemborosan
biaya penyedia pakan, juga sisa pakan yang ada dapat merusak kualitas air
Semakin besar nilai efisiensi pakan maka semakin baik pakan dapat
dimanfaatkan jumlah dan kualitas pakan yang diberikan kepada ikan berpengaruh
terhadap pertumbuhan ikan. Kualitas pakan buatan tergantung pada nilai nutrisi
dari protein yang terkandung dalam pakan. Kualitas protein suatu bahan pakan
ditentukan oleh kandungan asam amino, khususnya asam amino esensial. Untuk
esensial maupun asam amino non-esensial bahan baku pakan ikan merupakan
sangat penting dalam pertumbuhan suatu organisme karena 60 % dari total biaya
digunakan untuk biaya pakan. Pemberian pakan pada waktu yang berbeda akan
Ikan karnivora dan bersifat nokturnal atau aktif mencari makan pada malam hari,
sehingga sifat kanibalismenya tinggi. Untuk itu, perlu adanya informasi tentang
efisiensi pakan dan frekuensi pemberian pakan yang tepat terhadap benih ikan.
(Mulyadi, 2010).
Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan air. Suhu
berbanding terbalik dengan suhu. Kenaikkan suhu diperairan akan diikuti dengan
(Faja, 2012).
Menurut Afifi, (2014) Setiap spesies memiliki toleransi yang berbeda pada
pH. Nilai pH yang optimal bagi organism aquatic termasuk plankton berkisar
antara 7-8. Kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat basa akaan
merupakan salah satu faktor yang sangat penting didalam ekosistem perairan.
anaerob Kecepatan difusi oksigen didalam suatu perairan tidak terlepas dari faktor
Pertumbuhan
perubahan ukuran baik panjang, bobot maupun volume dalam kurun waktu
tertentu, atau dapat juga diartikan sebagai pertambahan jaringan akibat dari
pembelahan sel secara mitosis, yang terjadi apabila ada kelebihan pasokan energi
dan protein. Dalam hal ini frekuensi pemberian pakan pada ikan pakan adalah
faktor yang sangat perlu diperhatikan. Pertumbuhan yang terjadi pada ikan lele
seperti umur, dan sifat genetik ikan yang meliputi keturunan, kemampuan untuk
merupakan faktor yang berkaitan dengan lingkungan tempat hidup ikan yang
meliputi sifat fisika dan kimia air, ruang gerak dan ketersediaan makanan dari segi
Pertumbuhan ikan bergantung kepada beberapa faktor yaitu jenis ikan, sifat
serta didukung oleh faktor lingkungan seperti kualitas air, pakan dan ruang gerak
Kelangsungan Hidup
tertentu, sedangkan mortalitas adalah kematian yang terjadi pada suatu populasi
(Rahmalia, 2014).
perbandingan antara jumlah individu yang hidup pada akhir pemeliharaan dengan
merupakan peluang hidup dalam suatu saat tertentu. Kelangsungan hidup ikan
dipengaruhi oleh faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik yang mempengaruhi
dari hewan dan penanganan manusia. Faktor abiotik yang berpengaruh antara lain
yaitu sifat fisika dan sifat kimia dari suatu lingkungan perairan. Jumlah waktu
(Radhiyufa, 2011).
diperhatikan adalah padat tebar, pemberian pakan, penyakit, dan kualitas air.
Begitu juga pakan yang diberikan kualitasnya harus memenuhi kebutuhan nutrisi
ikan dan kuantitasnya disesuaikan dengan jumlah ikan yang ditebar. Penyakit
yang menyerang biasanya berkaitan dengan kualitas air, sehingga kualitas air
yang baik akan mengurangi resiko ikan terserang penyakit dan ikan dapat
kompleks menjadi molekul sederhana dalam bentuk glukosa, asam lemak, dan
lambung atau laju energi per unit waktu oleh akibat pembakaran pakan ikan yang
pengaruh peningkatan bobot tubuh. Sementara pemberian pakan lebih dari sekali
pencernaan yang terdiri dari mulut, rongga mulut, esofagus, lambung, usus, dan
dubur. Usus yang dimiliki ikan Lele lebih pendek dari panjang badannya. Hal ini
merupakan ciri khas jenis ikan karnivora. Sementara itu, lambungnya relatif besar
dan panjang. Selain itu Lele mempunyai kebiasaan makan di dasar perairan atau
ikan yang bersifat karnivora (pemakan daging) (Darmi dan Abdullah, 2006).
Pakan yang dimakan ikan lele akan melewati suatu sistem pencernaan.
bahan yang mudah diserap, kemudian diedarkan ke seluruh tubuh melalui sistem
peredaran darah. Pakan lele akan dicerna dalam saluran pencernaan. Saluran
Pencernaanya terdiri dari mulut, rongga mulut, esofagus, lambung, usus, dan
dubur. Usus yang dimiliki ikan lele lebih pendek dari panjang badannya. Hal ini
merupakan ciri khas jenis ikan karnivora. Sementara itu, lambungnya relatif besar
Makanan yang dimakan oleh ikan, setelah masuk kedalam rongga mulut
akan ditelan dan masuk kedalam lambung. Pergerakan makanan pada saluran
Pencernaan dapat diketahui pada laju pengosongan isi lambung. Waktu yang
pakan yang dikonsumsi, tipe atau struklur pakan dan temperatur lingkungan.
penting yang mempengaruhi kecepatan makan dan jumlah rnakanan yang dicema
mulut, yaitu dengan berperannya gigi dalam proses pemotongan dan penggerusan
terjadi secara efektif karena adanya aktifitas cairan digestif. Proses pencernaan
pencernaan ikan lele terdiri dari hati dan juga berfungsi membentuk cairan
empedu. Lambung dan usus juga dapat berfungsi sebagai kelenjar pencernaan.
(Mahyuddin, 2008).
terdapat muara dari kantung empedu dan pankreas. Kelenjar pencernaan pada ikan
lele terdiri dari hati dan pankreas. Kelenjar pencernaan berfungsi untuk
makanan. Empedu merupakan organ berbentuk buah pear berongga yang melekat
duktus sistikus. Fungsi utama kantung empedu adalah menyimpan empedu dan
memiliki dua tipe sel yaitu sel eksokrin (menghasilkan enzim pencernaan:
protease, amilase dan lipase) dan sel endokrin (menghasilkan hormon yang
struktur histologi empedu dan pankreas pada ikan lele (Pamungkas et al., 2011).
pencernaan, di dalam sel dan beredar dalam darah. Amilase merupakan kelompok
penting di dalam tubuh. Enzim ini dihasilkan oleh organ-organ pencernaan untuk
lipase adalah enzim dalam saluran pencernaan yang berfungsi untuk memecah
lemak menjadi penyusunnya, yaitu asam lemak dan gliserol, sehingga dapat
jumlah pakan yang harus diberikan, serta menjadi dasar untuk menentukan waktu
pemberian pakan yang mesti diterapkan. Semakin banyak jumlah pakan yang
dimakan tentunya memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencerna pakan
30-60 menit setelah menelan makanan. Semua makanan akan habis dalam waktu
12-48 jam setelah makan isi lambung awal tidak harus secara signifikan
Di habitat aslinya, Lele makan cacing, siput air, belatung, laron, jentik-
jentik serangga, kutu air, dan serangga air. Karena bersifat karnivora, pakan
tambahan yang baik untuk Lele adalah yang banyak mengandung protein hewani.
Tidak seperti ikan herbivora yang memiliki usus yang panjang, ikan Lele
memiliki usus yang pendek, sehingga makanan yang masuk akan diserap dalam
waktu yang singkat dan akan segera keluar kembali. Alhasil ikan Lele akaan cepat
lapar. Daya kecernaan lambung ikan Lele cepat. Sehingga jika penyerapannya
cepat dan makanan berada di usus ikan Lele tidak lama maka makanan yang
diberikan harus berprotein tinggi atau makanan itu harus sudah mengalami proses
pembusukan yang mudah diserap , makanan berprotein tinggi dan makanan yang
baik dan waktu pemberian pakan yang tepat pada saat ikan lapar kembali.
bahwa tiap jenis dan ukuran ikan mempunyai waktu untuk makan yang berbeda,
sehingga terjadi pengurangan isi lambung, nafsu makan ikan akan meningkat
kembali jika segera tersedia pakan. Pakan berlebih atau tidak seluruhnya dapat
dikonsumsi ikan karena pada saat lambung penuh, ikan akan segera menghentikan
pengambilan makanan dan pemanfaatan pakan tidak efisien. Pada saat ikan lapar,
ikan akan memangsa ikan yang lain karena tidak adanya pakan yang tersedia.
(2015) menyatakan bahwa ikan yang mengalami lapar yang terlalu lama sehingga
pada saat pakan diberikan, lambung ikan telah kosong dan nafsu makan tinggi.
Dalam kondisi ini, ikan akan makan sebanyak-banyaknya sehingga isi lambung
mencapai maksimum dan proses pencernaan tidak akan berjalan sempurna. Pakan
yang bercampur dengan enzim dapat dicerna dengan baik, sedangkan yang lain
METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2018 di
Adapun alat yang diperlukan dalam penelitian ini adalah Aquarium (untuk
kualitas air), Test kit (untuk mengukur Amoniak) dan Kamera Digital
(Dokumentasi).
Prosedur Penelitian
untuk menambah suplai oksigen dalam air. Air dalam akuarium diisi sebanyak 12
adalah air yang berasal dari sumur gali selanjutnya di masukan ke dalam
24 jam, agar ikan uji tidak stress karena ikan yang stres berpeluang besar
menjadi lemah, terkena penyakit dan mati. Ikan uji ikan yang sudah homogen
yang berukuran 10 cm dengan bobot ± 15 gram dan dari genetik yang sama
Pengukuran panjang ikan lele dilakukan pada awal penebaran ikan akan dilakukan
sebanyak 12 ekor pada setiap aquarium dengan total ikan lele sebanyak 120 ekor.
Waktu yang baik untuk tebar ikan uji adalah pagi atau sore hari, karena pada saat
sore atau pagi hari suhu air cenderung stabil dan tidak membuat ikan uji stres.
Pakan uji dalam penelitian ini adalah pakan yang berkualitas dan memiliki
nutrisi yang cukup bagi ikan pakan yang digunakan berupa pellet sebagai
asupan untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele dengan pemberian
Parameter kualitas air yang diukur yaitu suhu, pH, DO dan amoniak.
Mengontrol
Evaluasi dilakukan setiap 7 hari sekali dengan cara menangkap ikan yang
Sedangkan kualitas air juga akan dilakukan evaluasi setiap 7 hari sekali , sistem
kontrol air setiap tiga kali sehari dilakukan penyiponan dan seminggu sekali
Rancangan Percobaan
Menurut Gasperz (1991) model linear yang digunakan dari Rancangan Acak
Xij = μ + σi + ԑij
Dimana : Xij : Hasil pengamatan pada perlakuan ke-I dan ulangaan ke-j
μ : Rataan Umum
ԑij : Pengaruh faktor random pada perlakuan ke-I dan ulangan ke-j
P1 : Waktu pemberian pakan 3 kali (pukul 09.00, 15.00 dan 21.00) per hari.
P2 : Waktu pemberian pakan 4 kali (pukul 09.00, 13.00, 17.00 dan 21.00) per
hari
P3 : Waktu pemberian pakan 5 kali (pukul 09.00, 12.00, 15.00, 18.00 dan 21.00)
per hari.
Variabel Pengamatan
1. Pertumbuhan Panjang
dilakukan dengan cara ikan diletakkan diatas kertas millimeter kemudian di catat
L = Lt-L0
Keterangan:
2. Peningkatan Bobot
pengambilan ikan contoh sebanyak 10 % dari jumlah ikan uji pada setiap wada
W =Wt –W0
pada akhir periode dengan jumlah ikan yang mati pada akhir periode tertentu.
Kelangsungan Hidup ikan nila yang diamati setiap harinya yaitu dengan
atau Survival Rate (SR) diukur dengan menggunakan rumus menurut Efendie
Keterangan :
et al., (2007) :
FCR
Analisis Data
Data peubah atau variabel yang diperoleh dari hasil penelitian selanjutnya
dilakukan analisis secara statistik yaitu dengan menggunakan uji SPSS. Data
variabel yang sedang di uji serta perbedaanya antar perlakuan. Uji lanjut yang
variabel yang sedang diuji menggunakan BNJ (Beda Nyata Jujur) dengan
Hasil
pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele didalam aquarium, Data yang di
panjang yaitu sebesar 8,0 cm dari panjang awal 14,3 menjadi 21,6 cm.
Pertambahn panjang pada masing-masing perlakuan yang tertinggi yaitu pada P3,
kemudian diikuti P2 sebesar 6,6 cm dari panjang awal 13,9 menjadi 19,7 cm dan
yang terendah terdapat pada P1 yaitu sebesar 4,2 cm dari panjang awal ikan lele
13,6 menjadi 17,4 cm. Hasil pengamatan panjang ikan lele dapat dilihat pada
Gambar 3.
panjang mutlak dari panjang akhir dikurang dengan panjang awal. Dari data
perlakuan peningkatan bobot yang paling tertinggi yaitu pada P3 sebesar 8,0
kemudian diikuti P2 sebesar 6,6 dan yang terendah terdapat pada P1 yaitu sebesar
4,2, seperti pada Gambar 4. Data panjang rata-rata ikan lele pada setiap perlakuan
dianalisis secara statistik menggunakan analisis sidik ragam yang dapat dilihat
pada Lampiran 2. Hasil analisis data (ANOVA) pada SPSS dan uji F
menunjukkan bahwa jika F Hitung Lebih besar dari dar F table maka perlakuan
ikan lele. Analisis variansi (ANOVA) panjang ikan lele dengan menggunakan
yang sangat nyata terhadap pertambahan panjang ikan lele, dapat dilihat pada
Tabel 3.
bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang sangat nyata dari perbedaan notasi
huruf yang berbeda. Analisis Dunchan bobot ikan lele dengan menggunakan
yang sangat nyata terhadap pertumbuhan panjang ikan lele, dapat dilihat pada
Tabel 4.
Hari
ke-
Perlakuan h7 h21 h35 h49 h56
13,800a 15,438a 17,524a 19,087a 19,740a
p1 (0,026) (0,018) (0,048) (0,051) (0,440)
bobot yaitu sebesar 32,24 dari bobot awal 19,4 menjadi 47,08 gram. Laju
peningkatan bobot pada masing-masing perlakuan yang tertinggi yaitu pada P3,
kemudian diikuti P2 sebesar 25,80 gram dari bobot awal 19,40 menjadi 40,01 dan
yang terendah terdapat pada P1 yaitu sebesar 18,10 gram dari bobot awal ikan
lele 14,3 menjadi 32,31 gram. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Gambar 5.
bobot mutlak dari peningkatan bobot akhir dikurang dengan bobot awal. Dari data
perlakuan peningkatan bobot yang paling tertinggi yaitu pada P3 sebesar 32,24
kemudian diikuti P2 sebesar 25,80 dan yang terendah terdapat pada P1 yaitu
sebesar 17,94, seperti pada Gambar 6. Data bobot rata-rata ikan lele pada setiap
Data bobot ikan lele yang di peroleh dari setiap perlakuan selama
ragam yang dapat dilihat pada Lampiran 4. Hasil analisis data (ANOVA) dan uji F
terhadap peningkatan bobot ikan lele karena F hitung lebih besar daru F table
Pakage of Social Science (SPSS) yang dapat menunjukkan perbedaan yang sangat
nyata terhadap peningkatan bobot ikan lele, dapat dilihat pada Tabel 6. Hasil rata-
bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang sangat nyata dari perbedaan notasi
huruf yang berbeda. Analisis Dunchan bobot ikan lele dengan menggunakan
sangat nyata terhadap peningkatan bobot ikan lele, dapat dilihat pada Tabel 7.
Hari
ke- h7 h14 h21 h28 h35 h42 h49 h56
Perlakuan
13,800a 14,406a 15,438a 16,707a 17,524a 18,330a 19,087a 19,740a
p1
(0,026) (0,040) (0,018) (0,027) (0,048) (0,020) (0,051) (0,440)
Tingkat kelangsungan hidup ikan yang dipelihara dari tiap perlakuan P1,
P2, dan P3 berkisar 76,66-80,66 %. Nilai tertinggi kelangsungan hidup ikan lele di
dapat pada perlakuan 3 (86,66%), kemudian diikuti perlakuan 2 (80%) dan yang
kelangsungan hidup ikan lele pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada
lampiran 7.
secara statistik menggunakan analisis sidik ragam yang dapat dilihat pada
Lampiran 6. Hasil analisis data (ANOVA) dan uji F menunjukkan dimana nilai F
hitung lebih kecil dari F tabel maka perlakuan memberikan pengaruh tidak nyata
menunjukan bahwa semakin tinggi pakan yang di berikan pada ikan maka
semakin rendah nilai FCR. Dimana Nilai FCR yang tertinggi Pada P1 dan Yang
didalam ruangan sehinggak kondisi lingkungan relatif homogen dan lebih mudah
dikontrol. Data parameter kualitas air dapat dilihat pada Tabel 10.
Pembahasan
merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatau kegiatan usaha
2013 pertumbuhan adalah perubahan ukuran baik panjang, bobot maupun volume
dalam kurun waktu tertentu, atau dapat juga diartikan sebagai pertambahan
jaringan akibat dari pembelahan sel secara mitosis, yang terjadi apabila ada
kelebihan pasokan energi dan protein. Dalam hal ini frekuensi pemberian pakan
pada ikan pakan adalah faktor yang sangat perlu diperhatikan. Pertumbuhan yang
terjadi pada ikan lele dalam penelitian ini meningkat seiring bertambahnya waktu
ikan lele. Panjang rata-rata ikan lele pada awal penelitian yaitu 13,2 cm. Pada
akhir penelitian terjadi perbedaan pertumbuhan yang diperoleh dapat dilihat pada
sebesar 8,0 cm yang diikuti pada perlakuan P2 sebesar 6,6 cm dan pada P1
sebesar 4,2 cm. Hal ini menunjukkan bahwa waktu pemberian pakan yang
tersedianya pakan yang cukup setiap hari bagi ikan lele dan pakan dapat
dimanfaatkan dengan optimal. Menurut Mudjiman, 1984 dalam Deftari et al, 2015
kuantitas dan kualitas pakan, tetapi juga dipengaruhi oleh frekuensi dan
nyata terhadap perlakuan P2 dan P3. Perlakuan P2 juga berbeda sangat nyata
pertumbuhan ikan lele, dimana Pertumbuhan panjang rata-rata tertinggi ikan lele
selama penelitian terdapat pada P3, Karena memiliki tingkat konsumsi pemberian
pakan ikan lele yang berbeda setiap perlakuannya. Semakin sering ikan diberi
makan maka semakin bagus pertumbuhan ikan tersebut. Barrington, 1957 dalam
meningkatkan laju pertumbuhan dan aliran makanan didalam pencernaan. Hal ini
(frekuensi pemberian pakan formula lima kali sehari) dan terenda terjadi pada
nyata terhadap pertambahan panjang ikan lele. Pada perlakuan P3 dengan waktu
tinggi terhadap ikan lele dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini sesuai dengan
Setiawati et al, 2014 peneliti terdahulu yang dilakukan pada ikan toman dengan
peningakatan bobot yang lebih tinggi juga dimana ikan dapat memanfaatkan
pakan yang lebih baik dengan optimal sehingga diperoleh pertumbuhan lebih
baik.
ikan lele selama penelitian terdapat pada P1 (4,2) yaitu waktu pemberian pakan
sebanyak 3 kali sehari, perlakuan 3 terendah diduga karena jumlah pakan yang
diberikan tidak dapat dimanfaatkan secara efektif oleh ikan. Waktu pemberian
pakan 3 kali sehari akan menyebabkan pakan berlebih atau tidak seluruhnya dapat
et al., (2010) menyatakan bahwa pengaruh frekuensi pemberian pakan pada ikan
seluruhnya pakan yang diberikan dapat dimanfaatkan dengan baik oleh ikan dan
menyebabkan pakan tidak seluruhnya dapat dikomsumsi ikan karena pada saat
lambung penuh, ikan akan segera berhenti mengambil makanan dan pemanfaatan
pakan menjadi tidak efisien. Pada perlakuan P2 yaitu waktu pemberian pakan 4
kali sehari, juga kurang mencapai pertambahan panjang tertinggi. Sedangkan pada
baik dan waktu pemberian pakan yang tepat pada saat ikan lapar kembali.
bahwa tiap jenis dan ukuran ikan mempunyai waktu untuk makan yang berbeda,
Nilai laju peningkatan bobot ikan lele yang tertinggi diperoleh pada waktu
pemberian pakan 5 kali per hari, waktu pemberian pakan yang lebih sering yaitu 5
kali per hari memberikan peningkatan bobot yang lebih baik. Hal ini diduga
karena jumlah pakan yang diberikan mendekati kapasitas tampung lambung ikan
sehingga pakan yang diberikan dapat dikonsumsi dan dicerna dengan sempurna
oleh ikan. Laju pertumbuhan terus meingkat seiring dengan waktu pemberian
pakan. Mulyadi et al., (2010) menyatakan bahwa semakin kecil volume lambung
lambung, sehingga terjadi pengurangan isi lambung, nafsu makan ikan akan
meningkat kembali jika segera tersedia pakan. Pada perlakuan dengan frekuensi
pemberian pakan 3 kali sehari akan menyebabkan pakan berlebih atau tidak
seluruhnya dapat dikonsumsi ikan karena pada saat lambung penuh, ikan akan
Pada saat ikan lapar, ikan akan memangsa ikan yang lain karena tidak adanya
perlakuan P1.
Pada waktu pemberian pakan yang lebih rendah 3 kali per hari
pertumbuhannya lebih rendah, hal ini disebabkan karena jumlah pakan yang
lambung untuk menampung pakan. Sisa pakan yang tidak termakan akan larut
dalam air sehingga akan menurunkan mutu air dan selanjutnya dapat menghambat
menyatakan bahwa ikan yang diberi pakan sebanyak 2 kali sehari akan mengalami
lapar yang terlalu lama sehingga pada saat pakan diberikan, lambung ikan telah
kosong dan nafsu makan tinggi. Dalam kondisi ini, ikan akan makan sebanyak-
tidak akan berjalan sempurna. Pakan yang bercampur dengan enzim dapat dicerna
dengan baik, sedangkan yang lain tidak dicerna dan dikeluarkan oleh tubuh
sebagai kotoran.
terhadap peningkatan bobot ikan lele. Pada Lampiran 4 hasil uji lanjut BNT
perlakuan P2 dan P3. Perlakuan P2 juga berbeda sangat nyata terhadap perlakuan
P3.
dengan cara mengamati dan menghitung jumlah ikan pada awal dan akhir
penelitian. Tingkat kelangsungan hidup ikan lele selama penelitian berkisar antara
bahwa setiap perlakuan yang ada dalam media pemeliharaan yaitu perlakuan P1,
hidup ikan lele sehingga uji ANOVA tidak dapat dilanjutkan untuk melihat
perlakuan perbedaan waktu pemberian pakan, karena F hitung lebih kecil dari F
table. Kematian ikan uji yang banyak mati terjadi pada waktu pemberian pakan
satu (1) dan tiga (3) kali perhari berturut turut besarnya 76,66% dan 80%
sedangkan untuk waktu lima (5) kali perhari tingkat kelangsungan hidup ikan uji
86,66%, karena kualitas airnya masih dibatas toleransi untuk ikan. Menurut NRC,
hidup ikan terutama dipengaruhi oleh sifat fisika-kimia air media dan kualitas
pakan. Nilai peubah fisika-kimia air media selama penelitian masih berada pada
kisaran yang baik bagi sintasan ikan dan pertumbuhan benih ikan. Dari hasil
analisa parameter kualitas air selama penelitian menunjukkan, bahwa suhu air, pH
air, karbondioksida, oksigen terlarut dan amoniak cukup ideal dan masih dalam
sumberdaya perikanan dengan baik, maka salah satu faktor yang perlu
3 yaitu 86,66 %, diduga karena ikan dapat memanfaatkan pakan yang diberikan
bagi individu ikan yang gesit dalam mengkonsumsi pakan yang diberikan. Dalam
berusaha mengkonsumsi pakan yang tersedia. Oleh karena itu, akan ada ikan yang
rendahnya kelangsungan hidup karena salah satu fungsi pakan juga meningkatkan
pakan pengaruh tidak nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan. Pada
tergolong baik. Mulyani et al., 2014 dalam Arsyadana et al., 2017 bahwa tingkat
Nilai konvensi pakan yang tertinggi yaitu terdapat pada waktu pemberian
pakan 5 kali. Hal ini mempengaruhi tingkat pemanfaatan pakan yang kemudian
akan mempengaruhi laju pertumbuhan. Hal ini diduga karena ikan mencerna dan
efesiensi pakan menjadi tinggi. Alnanda et al., (2013) menyatakan bahwa nilai
efesiensi penggunaan pakan yang sering dijumpai pada ikan budidaya yaitu
sebesar 30 - 40% dan nilai terbaik mencapai 60%. Dalam hal ini efesiensi pakan
pada pemberian pakan 6 kali sudah termasuk dalam efesiensi pakan yang baik
pertumbuhan.
Nilai konvensi pakan (FCR) yang terendah yaitu pada P1 dengan waktu
pemberian pakan 3 kali sehari, dimana semakin tinggi pakan yang di berikan pada
ikan maka semakin rendah nilai FCR . Ikan yang diberi pakan hanya 3 kali per
hari akan mengalami lapar yang terlalu lama sehingga pada saat pakan diberikan,
lambung ikan telah kosong dan nafsu makan tinggi. Selanjutnya kondisi ini
menyebabkan proses pencernaan pakan yang terjadi berjalan tidak sempurna. Hal
Tahapari dan Suhenda, (2009) menyatakan bahwa pakan yang tercampur dengan
enzim dapat tercerna dengan baik sedangkan yang tidak akan dikeluarkan sebagai
kotoran. Oleh karena itu, energi yang dihasilkan relatif lebih rendah dibandingkan
dengan yang dicerna secara sempurna. Pakan yang diberikan dalam jumlah terlalu
Kualitas Air
air yang yang berperan dalam budidaya. Beberapa pengaruh suhu terhadap ikan
oksigen pada ikan shingga menyebabkan ikan stress, proses metabolism ikan akan
terhambat dan nafsu makan ikan akan menurun, sehingga dapat menyebabkan
beberapa faktor yang akan terjadi diantaranya yaitu laju pertumbuhan ikan yang
lambat sehingga peningkatan bobot ikan pun akan rendah dan banyak pakan yang
tidak termanfaatkan. Pada tabel 10 didapat suhu pagi dan sore 26,8-29,4 °C,
sedang kan pada malam hari suhu berkisar 25,4 oC dan masih dikatakan golongan
yang baik dan masih memiliki nafsu makan yang baik dan tidak menggangu
aktifitas ikan lele. Menurut Afifi (2014) menyatakan bahwa ikan lele memiliki
toleransi terhadap suhu 22-34°C. Suhu air yang sesuai akan meningkatkan
aktivitas makan ikan, sehingga pertumbuha ikan lele akan semakin baik.
Kesimpulan
3. Nilai FCR dengan waktu pemberian pakan 5 kali sehari yaitu 0,88 lebi
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Bachtiar, Y. 2006. Panduan Lengkap Budi Daya Lele Dumbo. Agro Media.
Bogor.
Darmi dan Abdullah. 2006. Laju Pengosongan Isi Lambung Benih Ikan Gurami
(Osphronemus Gouramy) yang diberi Pakan Pelet. Jurnal WARTA –
WIPTEK.
Deftari, P., H, Syandri dan Azrita. 2015. Perbedaan Frekuensi Pemberian Pakan
Tubifex Sp Terhadap Sintasan dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurami
(Osphronemous Goramy Lac). Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Universitas Bung Hatta. Jakarta.
Fatimah, E. N dan Mada, S. 2015. Kilat Sukses Budidaya Ikan Lele dari
Pembenihan, Panen Raya dan Pasca Panen. Bibit Publishet. Jakarta.
Kordi, M. G. H. 2010. Budidaya Ikan Lele di Kolam Terpal Lebih Mudah, Lebih
Murah Lebih Untung. Lily Publisher. Yogyakarta
Mahyudin. 2011. Sistem Pencernaan dan Pernafasan Pada Ikan Lele (Clarins
Batrachus). Fakultas Biologi. Universitas Soedirman.
Morina, G., Zainuddin dan Masyitha, D. 2017. Struktur Histologi Empedu dan
Pankreas Ikan Lele Lokal (Claria Bathracus). Universitas Syiah Kuala.
Banda Aceh
Mulyadi., M.T. Usman dan Suryani. 2010. Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan
Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan
Pamungkas, S. E., Pramesda V., Elisabeth, B., Aji.N, dan Ary.P. 2011. Sistem
Pencernaan. Jurusan Biologi ,Universitas Negeri. Semarang.
Radhiyufa, M. 2011. Dinamika Fosfat dan Klorofil dengan Penebaran Ikan Nila
pada Kolam Budidaya Ikan Lele Sistem Heterotrofik. Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatulllah. Jakarta.
Rahmalia, M. 2014. Pengaruh Jenis Pakan Usus Ayam dan Ampas Tahu Terhadap
Lele Dumbo (Clarius gariepinus) Sumbangsih pada Materi Pertumbuhan
dan Perkembangan Mata Pelajaran Biologi Kelas VIII Smp/Mts. [Skripsi].
Universitas Islam Negeri Raden Fatah. Palembang.
Yanuar, V. 2017. Pengaruh Pemberian Jenis Pakan Yang Berbeda Terhadap Laju
Pertumbuhan Benih Ikan Nila Dan Kualitas Air Di Akuarium Pemeliharaan.
Universitas Antakusuma. Pangkalan Bun.
LAMPIRAN
Keterangan :
1. P1U1 : Waktu pemberian pakan 3 kali dengan ulangan ke 1
2. P1U2 : Waktu pemberian pakan 3 kali dengan ulangan ke 2
3. P1U3 : Waktu pemberian pakan 3 kali dengan ulangan ke 3
4. P2U1 : Waktu pemberian pakan 4 kali dengan ulangan ke 1
5. P2U2 : Waktu pemberian pakan 4 kali dengan ulangan ke 2
6. P2U3 : Waktu pemberian pakan 4 kali dengan ulangan ke 3
7. P3U1 : Waktu pemberian pakan 5 kali dengan ulangan ke 1
8. P3U2 : Waktu pemberian pakan 5 kali dengan ulangan ke 2
9. P3U3 : Waktu pemberian pakan 5 kali dengan ulangan ke 3
Laju
Pertumbuhan
Perlakuan Jumlah Rata-
Panjang
(cm) Kelompok rata
U1 U2 U3
P1 4,1 4,3 4,2 12,6 4,2
P2 6,7 6,8 6,4 19,9 6,6
P3 8,1 8,1 7,8 24 8
Total 18,9 19,2 18,4 56,5 18,8
- FK = 354,69
- JK total = 22,4
- JK perlakuan = 22,23
- JK galat = 0,17
Tabel ANOVA
KK= 2,69%
Lampiran 2. Lanjutan
BNT α = t (α,DbG).
Rumus
KTG = 0,03
t (∝, DbG) = 2,447
∝ = 0,05
DbG =6
r =3
Nilai BNT = 2,557
Means
Report
H7 H14 H21 H28 H35 H42 H49 H56
Mean 13,9416 14,4690 15,4235 16,2138 17,3125 18,3792 19,1466 19,7319
Std. Error
,04881 ,02864 ,04425 ,08673 ,12967 ,16229 ,19195 ,29554
of Mean
Measures of Association
Eta Eta Squared
H7 * Perlakuan ,603 ,364
H14 * Perlakuan ,803 ,644
H21 * Perlakuan ,707 ,500
H28 * Perlakuan ,758 ,575
H35 * Perlakuan ,937 ,877
H42 * Perlakuan ,984 ,969
H49 * Perlakuan ,994 ,988
H56 * Perlakuan ,710 ,503
Lampiran 3. Lanjutan
Oneway
ANOVA
Sum of df Mean Square F Sig.
Squares
Lampiran 3. Lanjutan
Homogeneous Subsets
H7
a,b
Duncan
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2 3
P1 30 13,6333
P2 29 13,8897
P3 30 14,3000
Sig. 1,000 1,000 1,000
H14
a,b
Duncan
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2 3
P1 27 14,2333
P2 27 14,4111
P3 30 14,7333
Sig. 1,000 1,000 1,000
H21
Duncana,b
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2 3
P1 26 15,1000
P2 27 15,3667
P3 28 15,7786
Sig. 1,000 1,000 1,000
Lampiran 3. Lanjutan
H28
a,b
Duncan
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2 3
P1 26 15,5000
P2 26 16,1654
P3 28 16,9214
Sig. 1,000 1,000 1,000
H35
a,b
Duncan
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2 3
P1 26 15,8962
P2 26 17,4308
P3 28 18,5179
Sig. 1,000 1,000 1,000
H42
Duncana,b
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2 3
P1 24 16,4000
P2 25 18,7560
P3 28 19,7393
Sig. 1,000 1,000 1,000
H49
a,b
Duncan
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2 3
P1 22 16,8727
P2 24 19,3333
P3 27 20,8333
Sig. 1,000 1,000 1,000
H56
Lampiran 3. Lanjutan
H56
a,b
Duncan
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2 3
P1 22 17,3682
P2 23 19,7130
P3 27 21,6741
Sig. 1,000 1,000 1,000
Laju
Perlakuan Pertumbuhan Jumlah Rata-
Panjang (cm) Kelompok rata
U1 U2 U3
P1 17,82 17,56 18,45 53,83 17,94
P2 26,92 25,49 24,98 77,39 25,80
- FK = 5.757,26
- JK total = 312,84
- JK perlakuan = 302,59
- JK galat = 10,25
Tabel ANOVA
KK= 4,78%
Lampiran 4. Lamjutan
BNT α = t (α,DbG).
Rumus
KTG = 1,70
t (∝, DbG) = 2,447
∝ = 0,05
DbG =6
r =3
Nilai BNT = 2,593
Hari ke-
Perlakuan Ulangan Δp
0 7 14 21 28 35 42 49 56
1 14,32 15,79 16,97 18,78 19,94 21,65 25,67 30,06 32,14 17,8
P1 2 14,09 19,03 22,78 24,09 25,87 26,21 27,87 28,35 31,65 17,6
3 14,71 19,44 21,18 23,33 26,24 28,89 30,35 31,60 33,16 18,5
Rata-Rata 14,4 18,1 20,3 22,1 24,0 25,6 27,96 30 32,3 17,94
1 14,18 19,36 23,11 26,71 29,25 32,17 35,21 38,45 41,10 26,9
P2 2 13,73 19,56 21,03 23,66 25,40 28,11 30,35 33,41 39,22 25,5
3 14,73 19,15 23,71 26,20 28,47 30,43 32,32 34,41 39,71 25,0
Rata-Rata 14,2 19,4 22,6 25,5 27,7 30,2 32,63 35,42 40 25,80
1 15,50 19,40 22,70 25,90 29,02 34,33 38,54 42,77 46,75 31,3
P3 2 14,55 19,35 23,71 26,20 29,47 33,56 37,11 40,00 45,70 31,2
3 14,47 19.45 22,88 25,15 28,45 31,45 35,48 39,90 48,78 34,3
Rata-Rata 13,0 13,9 23,1 25,8 29,0 33,1 37,04 40,89 47,1 32,24
Means
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
H7 * 89 98,9% 1 1,1% 90 100,0%
Perlakua
n
H14 * 84 93,3% 6 6,7% 90 100,0%
Perlakua
n
H21 * 81 90,0% 9 10,0% 90 100,0%
Perlakua
n
H28 * 80 88,9% 10 11,1% 90 100,0%
Perlakua
n
H35 * 79 87,8% 11 12,2% 90 100,0%
Perlakua
n
H42 * 77 85,6% 13 14,4% 90 100,0%
Perlakua
n
H49 * 73 81,1% 17 18,9% 90 100,0%
Perlakua
n
H56 * 71 78,9% 19 21,1% 90 100,0%
Perlakua
n
Report
H7 H14 H21 H28 H35 H42 H49 H56
Mean 18,940 22,053 24,475 27,024 29,715 32,750 35,789 40,433
9 8 8 6 1 5 2 5
Std. Error 1,2980
of Mean ,12058 ,21705 ,25806 ,33275 ,42856 ,47100 ,56245
7
Measures of Association
Eta Eta Squared
H7 * Perlakuan ,539 ,290
H14 * ,614 ,377
Perlakuan
Lampiran 5. Lanjutan
Oneway
ANOVA
Sum of df Mean Square F Sig.
Squares
Lampiran5. Lanjutan
Homogeneous Subsets
H7
a,b
Duncan
Perlakuan N Subset for alpha =
0.05
1 2
P1 30 18,0867
P2 29 19,3497
P3 30 19,4000
Sig. 1,000 ,842
H14
a,b
Duncan
Perlakuan N Subset for alpha =
0.05
1 2
P1 27 20,3100
P2 27 22,6389
P3 30 23,0967
Sig. 1,000 ,285
H21
a,b
Duncan
Perlakuan N Subset for alpha =
0.05
1 2
P1 26 22,0181
P2 27 25,5044
P3 28 25,7661
Sig. 1,000 ,550
H28
a,b
Duncan
Perlakuan N Subset for alpha =
0.05
1 2
P1 26 23,9312
P2 26 27,9935
P3 28 28,9975
Sig. 1,000 ,075
H35
a,b
Duncan
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2 3
P1 25 25,4260
P2 26 30,1623
P3 28 33,1293
Sig. 1,000 1,000 1,000
H42
a,b
Duncan
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2 3
P1 24 27,9633
P2 25 32,5356
P3 28 37,0457
Sig. 1,000 1,000 1,000
H49
a,b
Duncan
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2 3
P1 22 29,9282
P2 24 35,4233
P3 27 40,8900
Sig. 1,000 1,000 1,000
H56
a,b
Duncan
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2 3
P1 21 32,3167
P2 23 40,0474
P3 27 47,0756
Sig. 1,000 1,000 1,000
- FK = 59.211,11
- JK total = 288,89
- JK perlakuan = 155,55
- JK galat = 133,34
Tabel ANOVA
Lampiran 6. Lanjutan
1 10 0 0 2 0 0 0 0 0 0 8 80
P2 2 10 0 1 0 0 0 0 0 1 0 8 80
3 10 0 0 0 0 1 0 1 0 0 8 80
Jumlah 30 24 240
Rerata 10 80
1 10 0 0 0 1 0 0 0 0 1 8 80
P3 2 10 0 0 0 0 0 0 0 1 0 9 90
3 10 0 0 0 1 0 0 0 0 0 9 90
Jumlah 30 26 260
Rerata 10 86.67
Sipon Aquadest
Denah Aquarium