Anda di halaman 1dari 81

1

PENGARUH WAKTU PEMBERIAN PAKAN BUATAN TERHADAP


PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP
IKAN LELE (Clarias sp.)

AFNIANTI SIANTURI
140302007

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018

Universitas Sumatera Utara


2

PENGARUH WAKTU PEMBERIAN PAKAN BUATAN TERHADAP


PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP
IKAN LELE (Clarias sp.)

SKRIPSI

AFNIANTI SIANTURI
140302007

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018

Universitas Sumatera Utara


3

PENGARUH WAKTU PEMBERIAN PAKAN BUATAN TERHADAP


PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP
IKAN LELE (Clarias sp.)

SKRIPSI

AFNIANTI SIANTURI
140302007

Skripsi sebagai Satu Diantara Beberapa Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018

Universitas Sumatera Utara


4

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

AFNIANTI SIANTURI. Pengaruh Waktu Pemberian Pakan Buatan terhadap


Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Lele (Clarias sp.). Dibimbing oleh
Syammaun Usman.

Ikan Lele salah satu ikan air tawar yang sudah berkembang budidayanya di
masyarakat karena dapat di budidayakan pada tempat terbatas dan kepadatan
tinggi dan memiliki keunggulan, cepat pertumbuhan dan tahan terhadap penyakit.
Kecepatan laju pertumbuhan ikan sangat dipengaruhi oleh jenis, kualitas dan
manajemen pakan yang diberikan serta kondisi lingkungan hidupnya. Penelitian
ini dilakukan di UPTD. Balai Benih Ikan Tuntungan pada bulan April sampai juni
2018, yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari waktu pemberian pakan
buatan terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele. Penelitian
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 3 kali
ulangan, sebagai berikut: P1 (waktu pemberian pakan Buatan 3 kali sehari), P2
(waktu pemberian pakan Buatan 4 kali sehari) dan P3 (waktu pemberian pakan
buatan 5 kali sehari). Data dianalisis menggunakan Analisis Variansi (ANOVA),
jika terdapat pengaruh perlakuan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil
(BNT).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan frekuensi pemberian pakan
yang berbeda berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan namun tidak
berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup ikan lele. Waktupemberian pakan
yang terbaik dalam meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele
yaitu perlakuan P3 dengan pertambahan panjang larva sebesar 8,0 cm dan
peningkatan berat 32,24 gr.

Kata kunci : Waktu Pemberian Pakan

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

AFNIANTI SIANTURI. Effect of Time of Artificial Feeding on Growth and


Survival of Catfish (Clarias sp.)
Under the Supervision by SYAMMAUN USMAN.

Catfish one of the freshwater fish that has developed cultivation in the
community because it can be cultivated in limited places and high density and has
the advantage, fast growth and resistance to disease. The speed of fish growth rate
is strongly influenced by the type, quality and management of feed given and
environmental conditions. This research was conducted at UPTD Tuntung Fish
Seed Hall from April to June 2018, which aims to determine the effect of the
frequency of artificial feeding on the growth and survival of catfish. The study
used Completely Randomized Design (RAL) with 3 treatments and 3 replications,
as follows: P1 (Time feeding 3 times daily), P2 (Time feeding 4 times daily) and
P3 (Time feeding 5 times daily ). The data were analyzed using Analysis of
Variance (ANOVA), followed by the Smallest Significant Difference (BNT) test.
The results showed that the frequency treatment of different feeding
significantly affected the growth but did not significantly affect the survival of
catfish. The best feeding time in increasing the growth and survival of catfish is
P3 treatment with larva length increase of 8,0 cm and weight increase 32,24gr.

Keywords: Feeding time

ii

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung, pada tanggal 06 April

1996. Penulis merupakan anak kedua dari

tiga bersaudara pasangan bapak Sopan Santun Sianturi

dan ibu Rosmawati Simarmata.

Pendidikan pertama penulis dimulai di SD Negeri

114377 Aek Nabara, Labuhan Batu pada tahun

2002–2008. Kemudian dilanjutkan di SMP Methodist

Aek Nabara, Labuhan Batu pada tahun 2008-2011 dan terakhir menyelesaikan

pendidikannya di SMA Negeri 1 Bilah Hulu Aek Nabara, Labuhan Batu pada

tahun 2011–2014. Penulis diterima di Program Studi Manajemen Sumberdaya

Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara pada tahun 2014 melalui

jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Pada bulan Juli–Agustus 2017 penulis melaksanakan kegiatan Praktek

Kerja Lapangan (PKL) di UPTD. Balai Benih Ikan di Bantun Kerbo, Sidikalang.

Selama masa perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa

Manajemen Sumberdaya Perairan (IMASPERA) dan Unit Kegiatan Mahasiswa-

Kegiatan Mahasiswa Kristen ( UKM-KMK).

iii

Universitas Sumatera Utara


KATA PEMGANTAR

Puji syukur penulis senantiasa panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa

atas segala limpahan rahmat dan berkat-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Waktu Pemberian Pakan

Buatan Terhadpa Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Lele

(Clarias sp.). Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang

setulus-tulusnya kepada bapak Ir. Syamaun Usman, Mp Selaku dosen

pembimbing saya yang telah senantiasa memberikan arahan dan motivasi dengan

penuh kesabaran dan keikhlasan. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan

kepada :

1. Ibu Dr. Eri Yusni, M. Sc, selaku Kepala Program Studi Manajemen

Sumberdaya Perairan.

2. Dosen dan Staf Tata Usaha Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas

Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu dan Ayah saya yang tercinta Rosmawati Simarmata dan Sopanda Sianturi,

adek saya Jenni Sianturi, serta semua keluarga yang tercinta yang telah

memberikan dukungan, moril, materi dan doa.

4. Kelompok kecil Byonce Rosmawati Waruwu, Eddy Marbun, Wantrido

Berutu, Yohanna L.Tobing dan Piter Daniel Maharaja, S.P yang telah

memberikan semangat dan motivasi serta selalu mendoakan saya didalam

setiap kejenuhan saat melakuan penelitian.

5. Mike Andrean Aprilio Manurung, S.Kom sebagai seorang yang sangat

memotivasi saya di kontrakan untuk mengerjakan penelitian saya.

iv

Universitas Sumatera Utara


6. Sahabat tercinta Nadya Manurung, Jefri Danel Waruwu Louren Bangun,

Erinta Gultom, Nancy Simatupang, Wantrido Berutu, Piter Maharaja, Lisbet

Simarmata, Eryanto Hutabarat dan Reksi Tarigan, serta seluruh Sahabat Msp

14 yang telah membantu.

7. Teman tim penelitian, Yohanna L.Tobing, Fera Lingga, Tiurma Sihombing,

Agnes Simanulang, Agnes Silaban, Putri Clarita, Putri Cristy, Armando

Simbolon, Tiara Sandi, Devi Permatasari, Febya Hasibuan dan Adenia

Cahyati yang telah bekerja sama dalam penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................ iii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... v

DAFTAR TABEL.................................................................................... vi

PENDAHULUAN
Latar Belakang .................................................................................... 1
Rumusan Masalah .............................................................................. 2
Kerangka Pemikiran ........................................................................... 2
Tujuan Penelitian ............................................................................... 5
Hipotesa ........................................................................................... 5
Manfaat Penelitian .............................................................................. 5

TINJAUAN PUSTAKA
Ikan Lele (Clarias sp.) ...................................................................... 6
Morfologi ....................................................................................... 6
Pakan Buatan Pelet ............................................................................ 9
Parameter Kualitas Air ....................................................................... 11
Pertumbuhan ..................................................................................... 12
Kelangsungan Hidup .......................................................................... 13
Sistem Pencernaan Ikan Lele ............................................................. 14

METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................................. 20
Alat dan Bahan ................................................................................. 20
Metode Penelitian ............................................................................. 20
Prosedur Penelitian
Menyiapkan Wadah Pemeliharaan ............................................. 20
Menyiapkan Air Media .............................................................. 21
Menyiapkan Ikan Uji ................................................................. 21
MenebaKan Ikan ....................................................................... 21
Menyiapkan Pakan Uji ............................................................... 21
Mengukur Parameter Kualitas Air ............................................ 22
Mengontrol ................................................................................. 22
Rancangan Percobaan ....................................................................... 22
Variabel Pengamatan
Pertambahan Panjang ................................................................. 23
Peningkatan Bobott ..................................................................... 24
Kelangsungan Hidup ikan ........................................................... 24
Rasio Konversi Pakan (FCR) ...................................................... 25

vi

Universitas Sumatera Utara


Analisis Data ..................................................................................... 25
HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................
Hasil .................................................................................................. 26
Pembahasan ....................................................................................... 33
KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................
Kesimpulan ........................................................................................ 43
Saran ................................................................................................. 43

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

No. Isi Halaman

1. Kerangka Pemikiran Penelitian............................................ 4

2. Ikan Lele (Clarias sp.)......................................................... 7

3. Rata-Rata Pertumbuhan Panjang Ikan Lele......................... 23

4. Grafik Pertumbuhan Panjang Ikan Lele............................... 23

5. Rata-Rata Pertumbuhan Berat Ikan Lele............................. 25

6. Grafik Pertumbuhan Berat Ikan Lele................................... 25

7. Kelangsungan Hidup Ikan Lele............................................ 26

viii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

No. Isi Halaman

1. Kandungan Pelet 781-1.......................................................... 18

2. Rata-Rata Pertumbuhan Panjang IkanLele............................. 22

3. Hasil Analisis Keragaman (ANOVA) Panjang Ikan Lele....... 24

4. Analisis Keragaman (ANOVA) Panjang Ikan Lele................ 24

5. Rata-Rata Pertumbuhan Berat Ikan Lele................................. 25

6. Hasil Analisis Keragaman (ANOVA) Berat Ikan Lele........... 26

7. Analisis Keragaman (ANOVA) Berat Ikan Lele.................... 26

8. Rata Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Lele......................... 27

9. Hasil Analisis Keragaman (ANOVA) SR............................... 28

10. Kisaran Nilai Kualitas Air Selama Penelitian......................... 28

ix

Universitas Sumatera Utara


PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan Lele salah satu ikan air tawar yang sudah berkembang budidayanya di

masyarakat karena dapat di budidayakan pada tempat terbatas dan kepadatan

tinggi dan memiliki keunggulan, cepat pertumbuhan dan tahan terhadap penyakit.

Budidaya ikan Lele ini sangat diminati para petani ikan pembudidaya karena

pasarnya yang terus berkembang dengan jangka waktu pemeliharaan yang pendek

(Suraya et al., 2016).

Dalam kegiatan budidaya pakan merupakan faktor yang memegang peranan

sangat penting dan menentukan dalam keberhasilan usaha perikanan. Untuk

mendapatkan pertumbuhan ikan yang optimum, perlu ditambahkan pakan

tambahan yang berkualitas tinggi, yaitu pakan yang memenuhi kebutuhan nutrisi

ikan. Nutrisi pakan ikan pada umumnya dilihat dari komposisi zat gizinya, seperti

kandungan protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Selain nilai gizi

makanan, perlu diperhatikan pula bentuk dan ukuran yang tepat untuk ikan yang

dipelihara (Dani et al., 2005).

Untuk mendukung keberhasilan usaha budidaya budidaya maka di perlukan

manajemen pemberian pakan, dengan manajemen pemberian pakan diharapkan

agar pakan yang diberikan dapat dimanfaatkan oleh ikan secara efektif dan efisien

sehingga menghasilkan pertumbuhan ikan yang optimal. Salah satu penerapan

manajemen pemberian pakan adalah pengaturan Waktui Pemberian pakan yaitu

berapa kali pakan diberikan dalam satu hari. Waktu pemberian pakan ini

berhubungan dengan frekuensi lapar ikan. Kadang kekerapan frekuensi pemberian

Universitas Sumatera Utara


2

pakan ini sengaja di atur untuk memacu pertumbuhan ikan. Pemberian pakan

dengan frekuensi yang lebih sering akan membuat ikan tidak lekas kenyang dan

nafsu makan ikan tetap terjaga (Fatimah dan Mada, 2015).

Waktu pemberian pakan perlu diperhatikan agar penggunaan pakan

menjadi lebih efisien. Frekuensi waktu pemberian pakan ditentukan antara lain

oleh spesies dan ukuran ikan, serta faktor-faktor yang mempengaruhi nafsu makan

ikan. Pada dasarnya ketiga faktor tersebut sangat berkaitan satu dengan yang

lainnya. Makin kecil ukuran ikan, makin sering frekuensi pemberian pakannya.

Hal ini berhubungan dengan kapasitas dan laju pengosongan lambung; makin

cepat waktu pengosongan lambung, frekuensi pemberian pakan yang dibutuhkan

makin tinggi. Setelah terjadi pengurangan isi lambung, nafsu makan beberapa

jenis ikan akan meningkat kembali jika makanan tersedia

(Tahapari dan Suhenda, 2009).

Dalam rangka meningkatkan proses pertumbuhan serta kelangsungan hidup

ikan lele, maka perlu dilakukan penelitian mengenai waktu pemberian pakan yang

terbaik untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan lele.

Perumusan Masalah

Pemberian pakan menjadi salah satu permasalahan dalam budidaya

perikanan. Ketersediaan pakan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

kelangsungan hidup ikan yang dibudidayakan. Pakan yang diberikan pada ikan

dinilai baik tidak hanya dari komponen penyusun pakan tersebut melainkan juga

dari seberapa besar komponen yang terkandung dalam pakan mampu diserap dan

dimanfaatkan oleh ikan dalam kehidupannya. Waktu pemberian pakan yang tepat

dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan secara optimal.

Universitas Sumatera Utara


3

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, maka dapat di tentukan masalah

utama dalam penelitian ini adalah :

1. Belum diketahuinya pertumbuhan yang efisien dalam pemberian pakan

untuk menunjang pertumbuhan ikan lele. .

2. Rendahnya kelangsungan hidup ikan lele dalam waktu pemberian pakan

yang tidak efisien.

3. Belum efisiennya nilai FCR pada pembesaran budidaya ikan lele.

Kerangka Pemikiran

Budidaya ikan lele secara intensif memerlukan pakan sebagai faktor utama

dalam pemeliharaan ikan lele. Hal ini dikarenakan ikan lele membutuhkan pakan

sebagai pertumbuhan bagi ikan. Keberhasilan dalam budidaya perikanan salah

satu ditentukan oleh pakan yang baik, Pada saat ini pakan buatan yang

dimanfaatkan bagi ikan yaitu pakan yang memiliki kualitas nutrisi dan jumlah

yang mencukupi intuk memenuhi kebutuhan makan ikan, untuk itu perlu

manajemen yang baik agar diperoleh pakan ikan yang memiliki kualitas nutrisi

dan jumlah yang mencukupi .

Pakan yang digunakan pakan buatan yaitu pakan komersial merupakan

pakan ikan yang diformulasikan khusus untuk semua jenis bibit ikan. Memiliki

nutrisi yang tinggi dengan kandungan protein yang sesuai untuk pertumbuhan

bibit ikan, Mempunyai Atractant yang kuat, merangsang nafsu makan ikan lele

dan ukuran pakan sesuai dengan bukaan mulut ikan sehingga mudah dicerna

dengan baik. Untuk mengetahui pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan

lele Pakan tersebut diberikan dengan Waktu pemberian pakan buatan 3,4 dan 5

kali sehari dengan waktu.

Universitas Sumatera Utara


4

Kerangka pemikiran penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat pada


Gambar 1.

Budidaya Ikan Lele

Budidaya Intensif

Kualitas Air Pakan Hama dan Penyakit

Waktu Pemberian Pakan

Pellet

Analisis Pertumbuhan Kelangsungan Hidup

Pertambahan Panjang Peningkatan Bobot

FCR

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Universitas Sumatera Utara


5

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh waktu pemberian pakan terhadap pertumbuhan

ikan lele.

2. Untuk mengetahui pengaruh waktu pemberian pakan yang paling baik untuk

mendukung kelangsungan hidup ikan lele yang optimal.

3. Untuk mengetahui pengaruh waktu pemberian pakan yang paling baik untuk

mengetahui Nilai FCR yang terendah.

Hipotesa

1. Diduga dengan waktu pemberian pakan buatan akan berpengaruh terhadap

pertumbuhan Ikan Lele.

2. Diduga dengan waktu pemberian pakan buatan akan berpengaruh terhadap

kelangsungan hidup Ikan Lele.

3. Diduga dengan waktu pemberian pakan buatan akan berpengaruh terhadap

Nilai FCR,

Manfaat Penelitian

Memberi informasi khususnya bagi petani ikan lele tentang waktu pemberian

pakan buatan yang dapat meningkatkan pertumbuhan ikan lele, sehingga

produksinya diharapkan dapat meningkat.

Universitas Sumatera Utara


6

TINJAUAN PUSTAKA

Ikan Lele

Menurut Pratiwi (2014), klasifkasi Ikan Lele antara lain :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Actonopteryii

Ordo : Ostariophysi

Famili : Claridae

Genus : Clarias

Spesies : Clarias sp.

Gambar. 2 Ikan lele (Clarias sp.)

Morfologi

Habitat atau lingkungan hidup ikan lele adalah semua perairan tawar,

meliputi sungai dan aliran yang tidak terlalu deras atau perairan yang tenang,

seperti waduk, danau, telaga, rawa dan genangan air seperti kolam. Ikan lele tahan

hidup di perairan yang mengandung sedikit oksigen dan relatif tahan terhadap

pencemaran bahan –bahan organik. Ikan lele dapat hidup normal yang memiliki

kandungan oksigen terlaut 4 ppt dan aiir yang ideal, mempunyai kadar dioksoda

Universitas Sumatera Utara


7

kurang dari 2 ppt. Namun, pertumbuhan dan perkembangan ikan lele akan cepat

dan sehat jika diperlihara dari sumber air yang cukup bersih, seperti sungai, mata

air, saluran irigasi ataupun sumber air. Kualitas air yang dianggap baik untuk

kehidupan lele adalah suhu yang berkisar antara 20-300C, akan tetapi suhu

optimum adalah 270C. Kandungan oksigen terlarut >3 ppm. pH 6.5-8 dan NH3

sebesar 0.03 ppm (Kordi, 2010).

Ikan lele juga dapat hidup dalam kondisi air yang rendah O 2 seperti dalam

lumpur atau air yang memiliki kadar oksigen yang rendah. Hal tersebut dapat

dimungkinkan karena lele memiliki alat pernafasan tambahan yaitu arborecent.

Alat tersebut memungkinkan lele mengambuil O 2 langsung dari udara sehingga

dapat hidup ditempat beroksigen rendah. Alat tersebut juga memungkinkan lele

hidup di darat asalkan udara di sekitarnya memiliki kelembapan yang cukup

(Madinawati et al., 2011).

Labirin berfungsi menyimpan cadangan oksigen sehingga ikan tahan pada

kondisi yang kekurangan oksigen, Ikan Lele memang dapat hidup dalam kondisi

air yang keruh dan kekurangan oksigen. Labirin memungkinkan ikan lele dapat

mengambil oksigen langsung dari udara, sehingga mampu hidup di perairan yang

kandungan oksigennya rendah maupun perairan yang kadar karbon dioksidanya

tinggi. Labirin hanya berfungsi saat insang tidak dapat memenuhi kebutuhan

oksigen. Ikan lele dapat tetap hidup di luar perairan saat kondisi lembab

(Karlina, 2017).

Menurut Suyanto, (2006) ikan lele adalah ikan yang termasuk dalam

golongan catfish. Ikan lele mudah beradaptasi meskipun dalam lingkungan yang

kritis, misalnya perairan yang kecil kadar oksigennya dan sedikit air. Ikan lele

Universitas Sumatera Utara


8

juga termasuk ikan omnivora, yaitu pemakan segala jenis makanan tetapi

cenderung pemakan daging atau karnivora. Secara alami ikan lele bersifat

nokturnal, artinya aktif pada malam hari atau lebih menyukai tempat yang gelap,

tetapi dalam usaha budidaya ikan lele dibuat beradaptasi menjadi diurnal.

Bachtiar, (2006) menambahkan bahwa ikan lele termasuk hewan nocturnal, yaitu

hewan yang lebih aktif dalam beraktifitas dan mencari makan pada malam hari.

Sifat ini juga membuat ikan lele lebih menyenangi tempat yang terlindung atau

gelap. Djarijah (2003) menambahkan bahwa ikan lele memiliki sifat tenang dan

tidak mudah berontak saat disentuh atau dipegang. Ikan lele suka meloncat bila

tidak merasa aman.

Ikan lele merupakan ikan yang karnivora yang membutuhkan pakan

tambahan, Pakan tambahan yang baik untuk lele adalah yang banyak mengandung

protein hewani. Jika pakan yang diberikan banyak mengandung protein nabati,

maka pertumbuhannya lambat. Lele bersifat kanibalisme, yaitu mempunyai sifat

yang suka memakan jenisnya sendiri. Jika kurang. Sifat kanibalisme juga akan

timbul oleh karena perbedaan ukuran. Lele yang berukuran besar akan memangsa

ikan lele yang berukuran lebih kecil (Mahyuddin, 2008)

Sistem ikan Lele seperti kebanyakan ikan lainnya memiliki saluran

pencernaan yang terdiri dari mulut, rongga mulut, esofagus, lambung, usus, dan

dubur. Usus yang dimiliki ikan Lele lebih pendek dari panjang badannya. Hal ini

merupakan ciri khas jenis ikan karnivora. Sementara itu, lambungnya relatif besar

dan panjang. Selain itu Lele mempunyai kebiasaan makan di dasar perairan atau

kolam (bottom feeder). Berdasarkan jenis pakannya, Lele digolongkan sebagai

ikan yang bersifat karnivora (pemakan daging) (Darmi dan Abdullah, 2006).

Universitas Sumatera Utara


9

Pakan Buatan (Pelet)

Pakan merupakan unsur terpenting dalam menunjang pertumbuhan dan

kelangsungan hidup ikan. Jenis-jenis ikan budidaya komersial yang dipelihara

secara semi-intensif, pakan yang dimakan sepenuhnya mengandalkan suplai yang

diberikan oleh pembudidaya. Sedangkan ikan yang dipelihara secara tradisional

atau ikan yang hidup bebas di alam, hanya memanfaatkan pakan yang tersedia

secara alami. Itulah yang menyebabkan mengapa laju pertumbuhan dan tingkat

kelangsungan hidup ikan yang dipelihara secara intensif dan semi intensif jauh

lebih tinggi daripada ikan yang dipelihara secara tradisional atau yang hidup

bebas di alam (Yanuar, 2017).

Untuk mencapai laju pertumbuhan ikan yang baik, selain diberi pakan alami

perlu diberikan pakan buatan sesuai kebutuhan ikan. Banyak bahan yang dapat

digunakan untuk pakan buatan. Tipe bahan yang digunakan tergantung dua faktor,

yaitu jenis ikan dan ketersediaan bahan. Permasalahan yang sering dihadapi dalam

penyediaan pakan buatan ini adalah biaya yang cukup tinggi untuk pembelian

pakan. Biaya pakan ini dapat mencapai 60-70% dari komponen biaya produksi.

Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk menekan biaya produksi tersebut

adalah dengan membuat pakan buatan sendiri. Pembuatan pakan buatan ini

menggunakan teknik yang sederhana dengan memanfatkan sumbersumber bahan

baku lokal, termasuk pemanfaatan limbah hasil industri pertanian yang relatif

murah (Dani et al., 2005).

Umumnya, persentase pemberian pakan dalam budidaya kultivan berkisar

antara 3-7%. Namun demikian, kisaran tersebut dapat berkurang atau lebih

tergantung pada jenis, ukuran, kondisi fisiologis ikan, serta kualitas lingkungan

Universitas Sumatera Utara


10

budidaya. Ketepatan jumlah pakan yang diberikan sangat menentukan

keberhasilan budidaya. Karena apabila jumlah yang diberikan kurang dari jumlah

yang dibutuhkan ikan maka pertumbuhan ikan akan terhambat. Sebaliknya, jika

jumlah yang diberikan melebihi dari jumlah yang dibutuhkan selain pemborosan

biaya penyedia pakan, juga sisa pakan yang ada dapat merusak kualitas air

budidaya (Aslamyah dan Fujaya, 2011).

Semakin besar nilai efisiensi pakan maka semakin baik pakan dapat

dimanfaatkan jumlah dan kualitas pakan yang diberikan kepada ikan berpengaruh

terhadap pertumbuhan ikan. Kualitas pakan buatan tergantung pada nilai nutrisi

dari protein yang terkandung dalam pakan. Kualitas protein suatu bahan pakan

ditentukan oleh kandungan asam amino, khususnya asam amino esensial. Untuk

meningkatkan laju pertumbuhan ikan, maka kelengkapan asam-asam amino

esensial maupun asam amino non-esensial bahan baku pakan ikan merupakan

faktor-faktor yang sangat penting untuk diperhatikan (Herawati, 2014).

Dalam usaha budidaya secara intensif, makanan memegang peranan yang

sangat penting dalam pertumbuhan suatu organisme karena 60 % dari total biaya

digunakan untuk biaya pakan. Pemberian pakan pada waktu yang berbeda akan

mempengaruhi pertumbuhan ikan. Untuk mencapai pertumbuhan dan

kelulushidupan yang optimal diperlukan waktu pemberian makanan yang tepat.

Ikan karnivora dan bersifat nokturnal atau aktif mencari makan pada malam hari,

sehingga sifat kanibalismenya tinggi. Untuk itu, perlu adanya informasi tentang

efisiensi pakan dan frekuensi pemberian pakan yang tepat terhadap benih ikan.

(Mulyadi, 2010).

Universitas Sumatera Utara


11

Parameter Kualitas Perairan

Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan air. Suhu

diperairan juga mempengaruhi kadar oksigen terlarut. Kadar oksigen terlarut

berbanding terbalik dengan suhu. Kenaikkan suhu diperairan akan diikuti dengan

penurunan oksigen terlarut kenaikan suhu yang terus menerus dapat

mengakibatkan kelarutan gas didalam air menurun sehingga fitoplankton

mengalami kekurangan karbondioksida yang diperlukan dalam proses fotosintesis

(Faja, 2012).

Menurut Afifi, (2014) Setiap spesies memiliki toleransi yang berbeda pada

pH. Nilai pH yang optimal bagi organism aquatic termasuk plankton berkisar

antara 7-8. Kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat basa akaan

membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan

terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi . Nilai pH perairan sangat

dipengaruhi oleh (CO2). Faza ( 2012) menambahkan bahwa Oksigen Terlarut

(DO) merupakan sejumlah oksigen yang terlarut didalam suatu perairan. DO

merupakan salah satu faktor yang sangat penting didalam ekosistem perairan.

Tanpa adanya oksigen, penguraian bahan organic akan berlangsung secara

anaerob Kecepatan difusi oksigen didalam suatu perairan tidak terlepas dari faktor

– faktor lainya, seperti suhu, kekeruhan dan pergerakkan massa

Pertumbuhan

Menurut Effendie 1997, dalam Alnanda et al 2013 pertumbuhan adalah

perubahan ukuran baik panjang, bobot maupun volume dalam kurun waktu

tertentu, atau dapat juga diartikan sebagai pertambahan jaringan akibat dari

pembelahan sel secara mitosis, yang terjadi apabila ada kelebihan pasokan energi

Universitas Sumatera Utara


12

dan protein. Dalam hal ini frekuensi pemberian pakan pada ikan pakan adalah

faktor yang sangat perlu diperhatikan. Pertumbuhan yang terjadi pada ikan lele

dalam penelitian ini meningkat seiring bertambahnya waktu pemeliharaan dan

frekuensi pemberian pakan yang diberikan.

Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor

internal merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan ikan itu sendiri

seperti umur, dan sifat genetik ikan yang meliputi keturunan, kemampuan untuk

memanfaatkan makanan, dan ketahanan terhadap penyakit. Faktor eksternal

merupakan faktor yang berkaitan dengan lingkungan tempat hidup ikan yang

meliputi sifat fisika dan kimia air, ruang gerak dan ketersediaan makanan dari segi

kualitas dan kuantitas (Rahmalia, 2014).

Pertumbuhan ikan bergantung kepada beberapa faktor yaitu jenis ikan, sifat

genetis, dan kemampuan memanfaatkan makanan, ketahanan terhadap penyakit

serta didukung oleh faktor lingkungan seperti kualitas air, pakan dan ruang gerak

atau padat penebaran (Utomo et al., 2005).

Kelangsungan Hidup

Kelangsungan hidup adalah peluang hidup suatu individu dalam waktu

tertentu, sedangkan mortalitas adalah kematian yang terjadi pada suatu populasi

organisme yang menyebabkan berkurangnya jumlah individu di populasi tersebut

(Rahmalia, 2014).

Kelangsungan hidup yang biasa disebut Survival rate (SR) adalah

perbandingan antara jumlah individu yang hidup pada akhir pemeliharaan dengan

jumlah individu yang hidup pada awal pemeliharaan. Kelangsungan hidup

merupakan peluang hidup dalam suatu saat tertentu. Kelangsungan hidup ikan

Universitas Sumatera Utara


13

dipengaruhi oleh faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik yang mempengaruhi

yaitu kompetitor, parasit, umur, predasi, kepadatan populasi, kemampuan adaptasi

dari hewan dan penanganan manusia. Faktor abiotik yang berpengaruh antara lain

yaitu sifat fisika dan sifat kimia dari suatu lingkungan perairan. Jumlah waktu

pemberian pakan dan pemberian shelter pada kolam pemeliharaan akan

mempengaruhi kelangsungan hidup ikan karena dapat mengurangi mortalitas

(Radhiyufa, 2011).

Faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup ikan yang perlu

diperhatikan adalah padat tebar, pemberian pakan, penyakit, dan kualitas air.

Begitu juga pakan yang diberikan kualitasnya harus memenuhi kebutuhan nutrisi

ikan dan kuantitasnya disesuaikan dengan jumlah ikan yang ditebar. Penyakit

yang menyerang biasanya berkaitan dengan kualitas air, sehingga kualitas air

yang baik akan mengurangi resiko ikan terserang penyakit dan ikan dapat

bertahan hidup (Rahmalia, 2014).

Sistem Pencernaan Ikan Lele

Dalam memproses makanan makhluk hidup mengolahnya melalui proses

pencernaan. Pencernaan adalah proses perombakan makanan dari molekul yang

kompleks menjadi molekul sederhana dalam bentuk glukosa, asam lemak, dan

gliserol serta nutrisi-nutrisi lain. Laju pencernaan adalah laju pengosongan

lambung atau laju energi per unit waktu oleh akibat pembakaran pakan ikan yang

dikonsumsi untuk memperoleh energi. Informasi mengenai laju pengosongan

lambung pada ikan berguna untuk memperkirakan pemberian pakan berikutnya

sesuai kebutuhan pakan dan frekuensi pemberian pakan. Laju pengosongan

lambung misalnya berkaitan erat dengan frekuensi pemberian pakan memberikan

Universitas Sumatera Utara


14

pengaruh peningkatan bobot tubuh. Sementara pemberian pakan lebih dari sekali

dalam sehari menghasilkan peningkatan lemak tubuh tanpa dibarengi

pertumbuhan ikan (Herawati, 2014).

Sistem ikan Lele seperti kebanyakan ikan lainnya memiliki saluran

pencernaan yang terdiri dari mulut, rongga mulut, esofagus, lambung, usus, dan

dubur. Usus yang dimiliki ikan Lele lebih pendek dari panjang badannya. Hal ini

merupakan ciri khas jenis ikan karnivora. Sementara itu, lambungnya relatif besar

dan panjang. Selain itu Lele mempunyai kebiasaan makan di dasar perairan atau

kolam (bottom feeder). Berdasarkan jenis pakannya, Lele digolongkan sebagai

ikan yang bersifat karnivora (pemakan daging) (Darmi dan Abdullah, 2006).

Pakan yang dimakan ikan lele akan melewati suatu sistem pencernaan.

Pakan tersebut disederhanakan melalui mekanisme fisik dan kimiawi menjadi

bahan yang mudah diserap, kemudian diedarkan ke seluruh tubuh melalui sistem

peredaran darah. Pakan lele akan dicerna dalam saluran pencernaan. Saluran

Pencernaanya terdiri dari mulut, rongga mulut, esofagus, lambung, usus, dan

dubur. Usus yang dimiliki ikan lele lebih pendek dari panjang badannya. Hal ini

merupakan ciri khas jenis ikan karnivora. Sementara itu, lambungnya relatif besar

dan panjang (Mahyuddin, 2011).

Makanan yang dimakan oleh ikan, setelah masuk kedalam rongga mulut

akan ditelan dan masuk kedalam lambung. Pergerakan makanan pada saluran

Pencernaan dapat diketahui pada laju pengosongan isi lambung. Waktu yang

dibutuhkan untuk mengosongkan isi lambung sangat tergantung pada jumlah

pakan yang dikonsumsi, tipe atau struklur pakan dan temperatur lingkungan.

Berkurangnya jumlah makanan dalam lambung diakibatkan oleh bergeraknya

Universitas Sumatera Utara


15

makanan dari segrnen lambung kearah segnen dibagian pasteriornya. Kecepatan

pengambilan makanan oleh ikan ditentukan oleh banyak interaksi faktor

lingkungan (eksternal) dan fisiologis (intemal). Lapar merupakan faktor intemal

penting yang mempengaruhi kecepatan makan dan jumlah rnakanan yang dicema

dalarn berbagai hewan, termasuk ikan (Darmi dan Abdullah, 2006).

Pencernaan bahan makanan secara fisik/mekanik dimulai dari bagian rongga

mulut, yaitu dengan berperannya gigi dalam proses pemotongan dan penggerusan

makanan. Selanjutnya, bahan makanan dicerna di lambung dan usus dengan

adanya gerakan/kontraksi otot. Pencernaan secara fisik/mekanik pada segmen ini

terjadi secara efektif karena adanya aktifitas cairan digestif. Proses pencernaan

makanan dipercepat oleh sekresi kelenjar pencernaan. Adapun kelenjar

pencernaan ikan lele terdiri dari hati dan juga berfungsi membentuk cairan

empedu. Lambung dan usus juga dapat berfungsi sebagai kelenjar pencernaan.

Kelenjar pencernaan ini menghasilkan enzim pencernaan yang berguna dalam

membantu proses penghancuran makanan. Kelenjar pencernaan pada ikan

karnivora (ikan lele) menghasilkan enzim-enzim pemecah protein

(Mahyuddin, 2008).

Usus merupakan segmen terpanjang pada saluran pencernaan. Pada usus

terdapat muara dari kantung empedu dan pankreas. Kelenjar pencernaan pada ikan

lele terdiri dari hati dan pankreas. Kelenjar pencernaan berfungsi untuk

menghasilkan enzim pencernaan yang membantu dalam proses pencernaan

makanan. Empedu merupakan organ berbentuk buah pear berongga yang melekat

pada permukaan bawah hati. Berhubungan dengan duktus koledokus melalui

duktus sistikus. Fungsi utama kantung empedu adalah menyimpan empedu dan

Universitas Sumatera Utara


16

memekatkannya dengan mereabsorpsi airnya.Kontraksi otot polos kantung

empedu dirangsang oleh kolesistokinin, suatu hormon yang dihasilkan dalam

mukosa usus halus (Morina et al., 2017).

Pankreas sebagai kelenjar pencernaan pada ikan lele lokal berfungsi

menghasilkan pencernaan yang membantu dalam proses pencernaan. Pankreas

memiliki dua tipe sel yaitu sel eksokrin (menghasilkan enzim pencernaan:

protease, amilase dan lipase) dan sel endokrin (menghasilkan hormon yang

berhubungan dengan kapiler darah). Pankreas juga berfungsi mensekresikan

enzim dan bikarbonat yang berperan dalam pencernaan makanan serta

menghasilkan hormon insulin. Pankreas terletak berdekatan dengan usus depan

dan lambung. Saluran pankreati ini bermuara pada usus depan,warnanya

kekuning-kuningan. Struktur histologi empedu dan pankreas pada ikan belum

banyak dilaporkan sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

struktur histologi empedu dan pankreas pada ikan lele (Pamungkas et al., 2011).

Protease adalah enzim-enzim yang mengkatalisis pemecahan protein.

Protease yang aktif dapat ditemukan di seluruh tubuh, termasuk saluran

pencernaan, di dalam sel dan beredar dalam darah. Amilase merupakan kelompok

enzim yang berperan dalam mengkatalisis karbohidrat kompleks berupa amilum

menjadi karbohidrat yang lebih sederhana. Enzim amilase memiliki peranan

penting di dalam tubuh. Enzim ini dihasilkan oleh organ-organ pencernaan untuk

membantu mengkatalisis pemecahan senyawa makanan secara kimiawi. Enzim

lipase adalah enzim dalam saluran pencernaan yang berfungsi untuk memecah

lemak menjadi penyusunnya, yaitu asam lemak dan gliserol, sehingga dapat

diserap di dalam usus dan dimanfaatkan oleh tubuh (Mahyudin, 2008).

Universitas Sumatera Utara


17

Laju pengosongan lambung dapat menjadi acuan untuk menentukan

jumlah pakan yang harus diberikan, serta menjadi dasar untuk menentukan waktu

pemberian pakan yang mesti diterapkan. Semakin banyak jumlah pakan yang

dimakan tentunya memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencerna pakan

tersebut. Pelepasan enzim dari hepatopankreas dan pencernaan berikutnya terjadi

30-60 menit setelah menelan makanan. Semua makanan akan habis dalam waktu

12-48 jam setelah makan isi lambung awal tidak harus secara signifikan

memepengaruhi tingkat pengosongan lambung (Aslamyah dan Fujaya, 2011).

Di habitat aslinya, Lele makan cacing, siput air, belatung, laron, jentik-

jentik serangga, kutu air, dan serangga air. Karena bersifat karnivora, pakan

tambahan yang baik untuk Lele adalah yang banyak mengandung protein hewani.

Tidak seperti ikan herbivora yang memiliki usus yang panjang, ikan Lele

memiliki usus yang pendek, sehingga makanan yang masuk akan diserap dalam

waktu yang singkat dan akan segera keluar kembali. Alhasil ikan Lele akaan cepat

lapar. Daya kecernaan lambung ikan Lele cepat. Sehingga jika penyerapannya

cepat dan makanan berada di usus ikan Lele tidak lama maka makanan yang

diberikan harus berprotein tinggi atau makanan itu harus sudah mengalami proses

pembusukan yang mudah diserap , makanan berprotein tinggi dan makanan yang

membusuk cepat diserap oleh ikan Lele (Mahyuddin, 2011).

Pertambahan panjang tertinggi, sesuai dengan volume dan kapasitas

lambung dimana hampir keseluruhan pakan yang diberikan dimanfaatkan dengan

baik dan waktu pemberian pakan yang tepat pada saat ikan lapar kembali.

Pengaturan waktu pemberian pakan dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan

bahwa tiap jenis dan ukuran ikan mempunyai waktu untuk makan yang berbeda,

Universitas Sumatera Utara


18

bergantung pada kapasitas dan laju pengosongan lambungnya (Gwither dan

Grove, 1981 dalam Tahapari dan Suhenda, 2009).

Menurut Mulyadi et al., (2010) semakin kecil volume lambung maka

semakin sedikit volume makanan yang dapat ditampung. Sedangkan semakin

kecil kapasitas lambung, makin cepat waktu untuk mengosongkan lambung,

sehingga terjadi pengurangan isi lambung, nafsu makan ikan akan meningkat

kembali jika segera tersedia pakan. Pakan berlebih atau tidak seluruhnya dapat

dikonsumsi ikan karena pada saat lambung penuh, ikan akan segera menghentikan

pengambilan makanan dan pemanfaatan pakan tidak efisien. Pada saat ikan lapar,

ikan akan memangsa ikan yang lain karena tidak adanya pakan yang tersedia.

Sehingga menyebabkan banyaknya kematian ikan. Akan tetapi Adekayasa et al.,

(2015) menyatakan bahwa ikan yang mengalami lapar yang terlalu lama sehingga

pada saat pakan diberikan, lambung ikan telah kosong dan nafsu makan tinggi.

Dalam kondisi ini, ikan akan makan sebanyak-banyaknya sehingga isi lambung

mencapai maksimum dan proses pencernaan tidak akan berjalan sempurna. Pakan

yang bercampur dengan enzim dapat dicerna dengan baik, sedangkan yang lain

tidak dicerna dan dikeluarkan oleh tubuh sebagai kotoran.

Universitas Sumatera Utara


19

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2018 di

UPTD Budidaya-Balai Benih Ikan (BBI) di Kelurahan Baru Ladang Bambu,

Medan Tuntungan Provinsi Sumatera Utara.

Alat dan Bahan Penelitian

Adapun alat yang diperlukan dalam penelitian ini adalah Aquarium (untuk

pemeliharaan ikan uji) berukuran 40 x 20 x 20 cm3 sebanyak 10 buah, Timbangan

Digital (untuk menimbang ikan uji), Pengaris, DO Meter (untuk mengukur

oksigen terlarut), Thermometer (Untuk mengukur suhu), pH Meter (mengukur

kualitas air), Test kit (untuk mengukur Amoniak) dan Kamera Digital

(Dokumentasi).

Sedangkan bahan yang diperlukan dalam penelitian ini ikan Lele

(Clarias sp.) dan pakan komersial.

Prosedur Penelitian

Menyiapkan Wadah Pemeliharaan

Wadah pemeliharaan yang di gunakan adalah berupa 10 buah Aquarium

yang berukuran berukuran 40 x 20 x 20 cm3, yakni untuk 1 kontrol, 3 perlakuan

dengan 3 ulangan. Akuarium tersebut dilengkapi dengan aerasi yang bertujuan

untuk menambah suplai oksigen dalam air. Air dalam akuarium diisi sebanyak 12

liter dengan ketinggian 15 cm.

Universitas Sumatera Utara


20

Menyediakan Air Media

Air yang di gunakan sebagai media pemeliharaan dalam penelitian ini

adalah air yang berasal dari sumur gali selanjutnya di masukan ke dalam

akuarium, air di endapkan selama 1 hari dan diaerasi selama 4 hari.

Menyiapkan Ikan Uji

Ikan uji perlu di aklimatisasi (adaptasikan) sebelum ditebar dikolam selama

24 jam, agar ikan uji tidak stress karena ikan yang stres berpeluang besar

menjadi lemah, terkena penyakit dan mati. Ikan uji ikan yang sudah homogen

yang berukuran 10 cm dengan bobot ± 15 gram dan dari genetik yang sama

Pengukuran panjang ikan lele dilakukan pada awal penebaran ikan akan dilakukan

menggunakan millimeter block dan pengukuran bobot ikan lele dilakukan

menggunakan timbangan analitik.

Menebarkan Ikan Uji

Ikan lele yang sudah diadaptasi ditebar di dalam aquarium masing-masing

sebanyak 12 ekor pada setiap aquarium dengan total ikan lele sebanyak 120 ekor.

Waktu yang baik untuk tebar ikan uji adalah pagi atau sore hari, karena pada saat

sore atau pagi hari suhu air cenderung stabil dan tidak membuat ikan uji stres.

Menyiapkan Pakan Uji

Pakan uji dalam penelitian ini adalah pakan yang berkualitas dan memiliki

nutrisi yang cukup bagi ikan pakan yang digunakan berupa pellet sebagai

asupan untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele dengan pemberian

pakan 5% dari bobot tubuh.

Universitas Sumatera Utara


21

Mengukur Kualitas Air

Parameter kualitas air yang diukur yaitu suhu, pH, DO dan amoniak.

Pengukuran suhu dan pH dilakukan setiap hari selama penelitian. Pengukuran DO

dan amoniak dilakukan setiap seminggu sekali selama penelitian.

Mengontrol

Evaluasi dilakukan setiap 7 hari sekali dengan cara menangkap ikan yang

ada, lalu menimbang bobot tubuhnya dan mengukur panjang tubuhnya.

Sedangkan kualitas air juga akan dilakukan evaluasi setiap 7 hari sekali , sistem

kontrol air setiap tiga kali sehari dilakukan penyiponan dan seminggu sekali

dilakukan pengantian air.

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 taraf perlakuan dan 3 kali

pengulangan. Waktu pemberian pakan dilakukan dengan 3, 4, dan 5 kali perhari.

Menurut Gasperz (1991) model linear yang digunakan dari Rancangan Acak

Lengkap adalah sebagai berikut :

Xij = μ + σi + ԑij

Dimana : Xij : Hasil pengamatan pada perlakuan ke-I dan ulangaan ke-j

μ : Rataan Umum

σi : Pengaruh perlakuan ke-i

ԑij : Pengaruh faktor random pada perlakuan ke-I dan ulangan ke-j

Universitas Sumatera Utara


22

Perlakuan-perlakuan yang akan digunakan adalah sebagai berikut :

P1 : Waktu pemberian pakan 3 kali (pukul 09.00, 15.00 dan 21.00) per hari.

P2 : Waktu pemberian pakan 4 kali (pukul 09.00, 13.00, 17.00 dan 21.00) per

hari

P3 : Waktu pemberian pakan 5 kali (pukul 09.00, 12.00, 15.00, 18.00 dan 21.00)

per hari.

Variabel Pengamatan

1. Pertumbuhan Panjang

Pada ikan budidaya panjang merupakan salah satu faktor penanda

pertumbuhan ikan. Pengukuran panjang dilakukan setiap 7 hari. Pengukuran

dilakukan dengan cara ikan diletakkan diatas kertas millimeter kemudian di catat

panjang ikan. Pengukuran panjang ikan menggunakan rumusan pertumbuhan

panjang menurut Effendie (1997) yaitu :

L = Lt-L0
Keterangan:

L = Pertumbuhan panjang (cm)

Lt = Panjang akhir ikan (cm)

L0 = Panjang awal ikan (cm)

2. Peningkatan Bobot

Pengukuran bobot ikan menggunakan timbangan digital. Bobot ikan yang

telah di timbang kemudian di catat. Pengukuran dilakukan setiap 7 hari dengan

pengambilan ikan contoh sebanyak 10 % dari jumlah ikan uji pada setiap wada

percobaan. Peningkatan bobot menggunakan rumus pertumbuhan menurut

Effendie (1997) yaitu :

Universitas Sumatera Utara


23

W =Wt –W0

Keterangan: W = Peningkatan bobot ikan (gr)

Wt = Bobot akhir ikan pada waktu ke-t (gr)

Wo = Bobot awal ikan (gr)

3. Kelangsungan Hidup Ikan

Kelangsungan hidup adalah dengan membedakan jumlah ikan yang hidup

pada akhir periode dengan jumlah ikan yang mati pada akhir periode tertentu.

Kelangsungan Hidup ikan nila yang diamati setiap harinya yaitu dengan

melakukan sampling pengamatan setiap 7 hari sekali. Tingkat kelangsungan hidup

atau Survival Rate (SR) diukur dengan menggunakan rumus menurut Efendie

(1997) sebagai berikut:

Keterangan :

SR = Kelulusan hidup (%)

Nt = Jumlah ikan hidup pada akhir pengamatan (ekor)

N0 = Jumlah ikan hidup pada awal pengamatan (ekor)

Universitas Sumatera Utara


24

4. Rasio Konversi Pakan (FCR)

Rasio konversi pakan dapat dihitung dengan menggunakan rumus Aryanto

et al., (2007) :

FCR

Dimana : FCR : Rasio Konversi Pakan

Analisis Data

Data peubah atau variabel yang diperoleh dari hasil penelitian selanjutnya

dilakukan analisis secara statistik yaitu dengan menggunakan uji SPSS. Data

variabel yang diperoleh menggunakan Analysis of variance (ANOVA) dan nilai

tengahnya agar diketahui nilai signifikansi dari perlakuan tersebut terhadap

variabel yang sedang di uji serta perbedaanya antar perlakuan. Uji lanjut yang

digunakan untuk mengetahui perbedaan pengaruh antar perlakuan terhadap

variabel yang sedang diuji menggunakan BNJ (Beda Nyata Jujur) dengan

menggunakan selang kepercayaan 95%..

Universitas Sumatera Utara


25

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil Pengamatan dan pengukuran selama 56 hari masa pemeliharaan

terhadap objek penelitian tentang waktu pemberian pakan buatan terhadap

pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele didalam aquarium, Data yang di

peroleh meliputi peningkatan bobot (gr), pertumbuhan panjang (cm), tingkat

kelangsungan hidup serta data parameter kualitas air sebagai penunjang.

Pengambilan sampel ikan lele di lakukan setiap 7 hari sekali.

Pertambahan Panjang Ikan lele

Ikan lele yang telah dipelihara selama 56 hari mengalami pertambahan

panjang yaitu sebesar 8,0 cm dari panjang awal 14,3 menjadi 21,6 cm.

Pertambahn panjang pada masing-masing perlakuan yang tertinggi yaitu pada P3,

kemudian diikuti P2 sebesar 6,6 cm dari panjang awal 13,9 menjadi 19,7 cm dan

yang terendah terdapat pada P1 yaitu sebesar 4,2 cm dari panjang awal ikan lele

13,6 menjadi 17,4 cm. Hasil pengamatan panjang ikan lele dapat dilihat pada

Gambar 3.

Gambar 3. Pertambahan Panjang Ikan Lele

Universitas Sumatera Utara


26

Dari pengamatan akhir yang telah di lakukan diperoleh hasil pertambahan

panjang mutlak dari panjang akhir dikurang dengan panjang awal. Dari data

peningkatan bobot rata-rata ikan lele yang diperoleh dari masing-masing

perlakuan peningkatan bobot yang paling tertinggi yaitu pada P3 sebesar 8,0

kemudian diikuti P2 sebesar 6,6 dan yang terendah terdapat pada P1 yaitu sebesar

4,2, seperti pada Gambar 4. Data panjang rata-rata ikan lele pada setiap perlakuan

dapat dilihat pada Tabel 2.

Gambar 4. Pertambahan Panjang Rata-rata Ikan Lele

Tabel 2. Rata-rata Pertambahan Panjang (cm) Ikan Lele

Rata-Rata Pertambahan Panjang per Hari


Perlakuan (cm) Δp
7 14 21 28 35 42 49 56
P1 13,6 14,2 15,1 15,5 15,9 16,4 16,9 17,4 4,2
P2 13,9 14,4 15,4 16,2 17,4 18,8 19,3 19,7 6,6
P3 14,3 14,7 15,8 16,9 18,5 19,7 20,8 21,6 8

Data yang di peroleh dari setiap selama perlakuan pemeliharaan kemudian

dianalisis secara statistik menggunakan analisis sidik ragam yang dapat dilihat

pada Lampiran 2. Hasil analisis data (ANOVA) pada SPSS dan uji F

menunjukkan bahwa jika F Hitung Lebih besar dari dar F table maka perlakuan

Universitas Sumatera Utara


27

memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap pertambahan panjang

ikan lele. Analisis variansi (ANOVA) panjang ikan lele dengan menggunakan

Stastical Pakage of Social Science (SPSS) yang dapat menunjukkan perbedaan

yang sangat nyata terhadap pertambahan panjang ikan lele, dapat dilihat pada

Tabel 3.

Tabel 3. Analisis Keragaman (ANOVA) pada SPSS Panjang Ikan Lele.

Sumber Panjang Ikan Lele


Df
Variasi H7 H14 H21 H28 H35 H42 H49 H56
P1 2 ** ** ** ** ** ** ** **
P2 2 ** ** ** ** ** ** ** **
P3 2 ** ** ** ** ** ** ** **
Error 18,6 5,72 12,6 47,5 106,2 154,1 193,6 446,4
**Signifikan (p≤0,01)

Hasil rata-rata Pertambahan panjang ikan setiap perlakuan menunjukkan

bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang sangat nyata dari perbedaan notasi

huruf yang berbeda. Analisis Dunchan bobot ikan lele dengan menggunakan

Stastical Pakage of Social Science (SPSS) yang dapat menunjukkan perbedaan

yang sangat nyata terhadap pertumbuhan panjang ikan lele, dapat dilihat pada

Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Rata-rata Panjang Ikan Setiap Perlakuan

Hari
ke-
Perlakuan h7 h21 h35 h49 h56
13,800a 15,438a 17,524a 19,087a 19,740a
p1 (0,026) (0,018) (0,048) (0,051) (0,440)

13,966b 15.755b 18,033b 19,536b 20,575b


p2 (0,046) (0,062) (0,088) (0,049) (0,336)

13,466c 14,75c 15,900c 16,966c 17,385c


p3 (0,017) (0,066) (0,042) (0,072) (0,248)
A,b,c
: Perbedaan notasi huruf menyatakan bahwa adanya perbedaan yang
signifikan antar perlakuan

Universitas Sumatera Utara


28

Peningkatan bobot Ikan Lele

Ikan lele yang telah dipelihara selama 56 hari mengalami peningkatan

bobot yaitu sebesar 32,24 dari bobot awal 19,4 menjadi 47,08 gram. Laju

peningkatan bobot pada masing-masing perlakuan yang tertinggi yaitu pada P3,

kemudian diikuti P2 sebesar 25,80 gram dari bobot awal 19,40 menjadi 40,01 dan

yang terendah terdapat pada P1 yaitu sebesar 18,10 gram dari bobot awal ikan

lele 14,3 menjadi 32,31 gram. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Peningkatan bobot Ikan Lele

Dari pengamatan akhir yang telah di lakukan diperoleh hasil peningkatan

bobot mutlak dari peningkatan bobot akhir dikurang dengan bobot awal. Dari data

peningkatan bobot rata-rata ikan lele yang diperoleh dari masing-masing

perlakuan peningkatan bobot yang paling tertinggi yaitu pada P3 sebesar 32,24

kemudian diikuti P2 sebesar 25,80 dan yang terendah terdapat pada P1 yaitu

sebesar 17,94, seperti pada Gambar 6. Data bobot rata-rata ikan lele pada setiap

perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5.

Universitas Sumatera Utara


29

Gambar 6. Peningkatan Bobot Rata-rata Ikan Lele

Tabel 5. Rata-rata Peningkatan Bobot (gr) Ikan Lele.

Rata-Rata Peningkatan Panjang per


Perlakuan Hari (cm) Δb
7 14 21 28 35 42 49 56
P1 18,1 20,3 22,1 24,0 25,6 28,0 30,0 32,3 17,94
P2 19,4 22,6 25,5 27,7 30,2 32,6 35,4 40,0 25,8
P3 19,4 23,1 25,8 29,0 33,1 37,0 40,9 47,1 32,24

Data bobot ikan lele yang di peroleh dari setiap perlakuan selama

pemeliharaan kemudian dianalisis secara statistik menggunakan analisis sidik

ragam yang dapat dilihat pada Lampiran 4. Hasil analisis data (ANOVA) dan uji F

menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01)

terhadap peningkatan bobot ikan lele karena F hitung lebih besar daru F table

Analisis variansi (ANOVA) bobot ikan lele dengan menggunakan Stastical

Pakage of Social Science (SPSS) yang dapat menunjukkan perbedaan yang sangat

nyata terhadap peningkatan bobot ikan lele, dapat dilihat pada Tabel 6. Hasil rata-

rata panjang ikan dapat dinyatakan dengan notasi.

Universitas Sumatera Utara


30

Tabel 6. Analisis Keragaman (ANOVA) pada SPSS Bobot Ikan Lele.

Sumber Bobot Ikan Lele


Df
Variasi H7 H14 H21 H28 H35 H42 H49 H56
P1 2 ** ** ** ** ** ** ** **
P2 2 ** ** ** ** ** ** ** **
P3 2 ** ** ** ** ** ** ** **
Error 113,8 328,4 431,5 699,7 1131,7 1298,2 1662,7 8374,4
**Signifikan (p≤0,01)

Hasil rata-rata peningkatan bobot ikan setiap perlakuan menunjukkan

bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang sangat nyata dari perbedaan notasi

huruf yang berbeda. Analisis Dunchan bobot ikan lele dengan menggunakan

Stastical Pakage of Social Science yang dapat menunjukkan perbedaan yang

sangat nyata terhadap peningkatan bobot ikan lele, dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil Rata-rata Panjang Ikan Setiap Perlakuan

Hari
ke- h7 h14 h21 h28 h35 h42 h49 h56
Perlakuan
13,800a 14,406a 15,438a 16,707a 17,524a 18,330a 19,087a 19,740a
p1
(0,026) (0,040) (0,018) (0,027) (0,048) (0,020) (0,051) (0,440)

13,966b 14,806b 15.755b 17,417b 18,033b 18,900b 19,536b 20,575b


p2
(0,046) (0,040) (0,062) (0,121) (0,088) (0,032) (0,049) (0,336)

13,466c 14,127b 14,75c 15,317c 15,900c 16,300c 16,966c 17,385c


p3
(0,017) (0,044) (0,066) (0,060) (0,042) (0,048) (0,072) (0,248)
A,b,c
: Perbedaan notasi huruf menyatakan bahwa adanya perbedaan yang
signifikan antar perlakuan

Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Lele

Tingkat kelangsungan hidup ikan yang dipelihara dari tiap perlakuan P1,

P2, dan P3 berkisar 76,66-80,66 %. Nilai tertinggi kelangsungan hidup ikan lele di

dapat pada perlakuan 3 (86,66%), kemudian diikuti perlakuan 2 (80%) dan yang

terendah terdapat pada perlakuan 1 (76,66%) seperti pada Gambar 7. Data

kelangsungan hidup ikan lele pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada

lampiran 7.

Universitas Sumatera Utara


31

Gambar 7. Rata-rata Kelangsungan Hidup Ikan Lele

Data yang di peroleh setiap perlakuan selama penelitian kemudian dianalisis

secara statistik menggunakan analisis sidik ragam yang dapat dilihat pada

Lampiran 6. Hasil analisis data (ANOVA) dan uji F menunjukkan dimana nilai F

hitung lebih kecil dari F tabel maka perlakuan memberikan pengaruh tidak nyata

(P>0,01) terhadap kelangsungan hidup ikan lele.

FCR (Food Convertio Rate)

Data yang di peroleh setiap perlakuan selama penelitian kemudian dianalisis

menunjukan bahwa semakin tinggi pakan yang di berikan pada ikan maka

semakin rendah nilai FCR. Dimana Nilai FCR yang tertinggi Pada P1 dan Yang

terendah pada P3.

Gambar 8. Konversi Pakan

Universitas Sumatera Utara


32

Parameter Kualitas Air

Hasil pengamatan parameter kualitas air selama penelitian dilakukan

relatif stabil. Karena pemeliharaan dilakukan secara intensif, yang dilakukan

didalam ruangan sehinggak kondisi lingkungan relatif homogen dan lebih mudah

dikontrol. Data parameter kualitas air dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Kisaran Nilai Kualitas Air Selama Penelitian

Data Parameter Kualitas Air


Waktu Perlakuan
P1 P2 P3
Suhu (°C) 26,3 26,7 26,4
Pagi Do (Mg/L) 7,1 7,1 7,1
pH 7,3 7,4 7,2
Suhu (°C) 28,1 28,6 28,3
Sore Do (Mg/L) 6,9 6,9 6,9
pH 7 7,0 7,1
Suhu (°C) 26,5 26,6 26,4
Malam Do (Mg/L) 7,1 7,1 7,1
pH 7,3 7,4 7,4

Pembahasan

Pertambahan Panjang Ikan Lele

Pertumbuhan merupakan pertambahan panjang dan peningkatan bobot yang

merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatau kegiatan usaha

budidaya dalam pencapaian target produksi. Effendie 1997, dalam Alnanda et al

2013 pertumbuhan adalah perubahan ukuran baik panjang, bobot maupun volume

dalam kurun waktu tertentu, atau dapat juga diartikan sebagai pertambahan

jaringan akibat dari pembelahan sel secara mitosis, yang terjadi apabila ada

kelebihan pasokan energi dan protein. Dalam hal ini frekuensi pemberian pakan

pada ikan pakan adalah faktor yang sangat perlu diperhatikan. Pertumbuhan yang

Universitas Sumatera Utara


33

terjadi pada ikan lele dalam penelitian ini meningkat seiring bertambahnya waktu

pemeliharaan dan frekuensi pemberian pakan yang diberikan.

Ikan lele mengalami pertambahan panjang rata-rata yang berbeda pada

masing-masing perlakuan yang diberikan. Hal ini menunjukkan bahwa waktu

pemberian pakan yang berbeda juga berpengaruh terhadap pertambahan panjang

ikan lele. Panjang rata-rata ikan lele pada awal penelitian yaitu 13,2 cm. Pada

akhir penelitian terjadi perbedaan pertumbuhan yang diperoleh dapat dilihat pada

Tabel 2. Dimana pertambahan panjang yang diperoleh pada perlakuan P3 yaitu

sebesar 8,0 cm yang diikuti pada perlakuan P2 sebesar 6,6 cm dan pada P1

sebesar 4,2 cm. Hal ini menunjukkan bahwa waktu pemberian pakan yang

berbeda berpengaruh terhadap pertambahan panjang ikan lele.

Tingginya pertambahan panjang pada perlakuan P3 diduga karena

tersedianya pakan yang cukup setiap hari bagi ikan lele dan pakan dapat

dimanfaatkan dengan optimal. Menurut Mudjiman, 1984 dalam Deftari et al, 2015

menyatakan bahwa pertumbuhan pada ikan tidak hanya dipengaruhi oleh

kuantitas dan kualitas pakan, tetapi juga dipengaruhi oleh frekuensi dan

kemampuan ikan dalam memanfaatkan pakan untuk kelangsungan hidup,

metabolisme, pergerakan dan pertumbuhan.

Berdasarkan hasil analisis ANOVA panjang ikan lele (Tabel 3.)

menunjukkan bahwa waktu pemberian pakan yang berbeda berpengaruh sangat

nyata (Fhitung>Ftabel) terhadap pertambahan panjang ikan lele. Pada Lampiran 2

hasil uji lanjut BNT memperlihatkan perbedaan notasi dimana menunjukkan

perbedaan yang signifikan pada semua perlakuan. Perlakuan P1 berbeda sangat

Universitas Sumatera Utara


34

nyata terhadap perlakuan P2 dan P3. Perlakuan P2 juga berbeda sangat nyata

terhadap perlakuan P3.

Waktu pemberian pakan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap laju

pertumbuhan ikan lele, dimana Pertumbuhan panjang rata-rata tertinggi ikan lele

selama penelitian terdapat pada P3, Karena memiliki tingkat konsumsi pemberian

pakan ikan lele yang berbeda setiap perlakuannya. Semakin sering ikan diberi

makan maka semakin bagus pertumbuhan ikan tersebut. Barrington, 1957 dalam

Mulyani et al, 2016 menyatakan bahwa frekuensi pemberian pakan akan

meningkatkan laju pertumbuhan dan aliran makanan didalam pencernaan. Hal ini

menunjukkan perlakuan B (frekuensi pemberian pakan formula empat kali sehari)

mempunyai kesempatan lebih sering makan, dengan demikian pakan selalu

tersedia dan waktu pemberian pakan formula lebih teratur di perlakuan B

(frekuensi pemberian pakan formula empat kali sehari) menunjukan pertumbuhan

ikan kerapu macan yang palingmeningkatpada perlakuan B (frekuensi

pemberianpakan formula empat kali sehari) dan disusul oleh perlakuan C

(frekuensi pemberian pakan formula lima kali sehari) dan terenda terjadi pada

perlakuan A (frekuensi pemberian pakan formula tiga kali sehari).

Perbedaan waktu pemberian pakan buatan memberikan pengaruh yang

nyata terhadap pertambahan panjang ikan lele. Pada perlakuan P3 dengan waktu

pemberian pakan 5 kali sehari memberikan pertambahan panjang yang lebih

tinggi terhadap ikan lele dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini sesuai dengan

Setiawati et al, 2014 peneliti terdahulu yang dilakukan pada ikan toman dengan

perlakuan pemberian pakan yang sama yang menyatakan bahwa frekuensi

pemberian pakan yang lebih tinggi memberikan pertambahan panjang dan

Universitas Sumatera Utara


35

peningakatan bobot yang lebih tinggi juga dimana ikan dapat memanfaatkan

pakan yang lebih baik dengan optimal sehingga diperoleh pertumbuhan lebih

baik.

Waktu pemberian pakan, dimana Pertumbuhan panjang rata-rata terendah

ikan lele selama penelitian terdapat pada P1 (4,2) yaitu waktu pemberian pakan

sebanyak 3 kali sehari, perlakuan 3 terendah diduga karena jumlah pakan yang

diberikan tidak dapat dimanfaatkan secara efektif oleh ikan. Waktu pemberian

pakan 3 kali sehari akan menyebabkan pakan berlebih atau tidak seluruhnya dapat

dikonsumsi ikan yang menyebabkan ikan lapar berkepanjangan. Menurut Mulyadi

et al., (2010) menyatakan bahwa pengaruh frekuensi pemberian pakan pada ikan

sebanyak 3 kali menghasilkan pertumbuhan yang sangat rendah, karena tidak

seluruhnya pakan yang diberikan dapat dimanfaatkan dengan baik oleh ikan dan

pemberian pakan setelah ikan mengalami masa lapar yang panjang.

Pada perlakuan P1 yaitu waktu pemberian pakan 3 kali sehari akan

menyebabkan pakan tidak seluruhnya dapat dikomsumsi ikan karena pada saat

lambung penuh, ikan akan segera berhenti mengambil makanan dan pemanfaatan

pakan menjadi tidak efisien. Pada perlakuan P2 yaitu waktu pemberian pakan 4

kali sehari, juga kurang mencapai pertambahan panjang tertinggi. Sedangkan pada

perlakuan yaitu waktu pemberian pakan dengan 5 kali sehari menghasilkan

pertambahan panjang tertinggi, karena sesuai dengan volume dan kapasitas

lambung dimana hampir keseluruhan pakan yang diberikan dimanfaatkan dengan

baik dan waktu pemberian pakan yang tepat pada saat ikan lapar kembali.

Pengaturan waktu pemberian pakan dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan

bahwa tiap jenis dan ukuran ikan mempunyai waktu untuk makan yang berbeda,

Universitas Sumatera Utara


36

bergantung pada kapasitas dan laju pengosongan lambungnya

(Gwither dan Grove, 1981 dalam Tahapari dan Suhenda, 2009).

Peningkatan Bobot Ikan Lele

Nilai laju peningkatan bobot ikan lele yang tertinggi diperoleh pada waktu

pemberian pakan 5 kali per hari, waktu pemberian pakan yang lebih sering yaitu 5

kali per hari memberikan peningkatan bobot yang lebih baik. Hal ini diduga

karena jumlah pakan yang diberikan mendekati kapasitas tampung lambung ikan

sehingga pakan yang diberikan dapat dikonsumsi dan dicerna dengan sempurna

oleh ikan. Laju pertumbuhan terus meingkat seiring dengan waktu pemberian

pakan. Mulyadi et al., (2010) menyatakan bahwa semakin kecil volume lambung

maka semakin sedikit volume makanan yang dapat ditampung. Sedangkan

semakin kecil kapasitas lambung, makin cepat waktu untuk mengosongkan

lambung, sehingga terjadi pengurangan isi lambung, nafsu makan ikan akan

meningkat kembali jika segera tersedia pakan. Pada perlakuan dengan frekuensi

pemberian pakan 3 kali sehari akan menyebabkan pakan berlebih atau tidak

seluruhnya dapat dikonsumsi ikan karena pada saat lambung penuh, ikan akan

segera menghentikan pengambilan makanan dan pemanfaatan pakan tidak efisien.

Pada saat ikan lapar, ikan akan memangsa ikan yang lain karena tidak adanya

pakan yang tersedia. Sehingga menyebabkan banyaknya kematian ikan pada

perlakuan P1.

Pada waktu pemberian pakan yang lebih rendah 3 kali per hari

pertumbuhannya lebih rendah, hal ini disebabkan karena jumlah pakan yang

diberikan berlebih sehingga pakan tidak seluruhnya dikonsumsi (termakan). Hal

ini menyebabkan adanya pakan yang terbuang akibat keterbatasan kemampuan

Universitas Sumatera Utara


37

lambung untuk menampung pakan. Sisa pakan yang tidak termakan akan larut

dalam air sehingga akan menurunkan mutu air dan selanjutnya dapat menghambat

pertumbuhan ikan. Menurut Hickling, 1971 dalam Adekayasa et al., 2015

menyatakan bahwa ikan yang diberi pakan sebanyak 2 kali sehari akan mengalami

lapar yang terlalu lama sehingga pada saat pakan diberikan, lambung ikan telah

kosong dan nafsu makan tinggi. Dalam kondisi ini, ikan akan makan sebanyak-

banyaknya sehingga isi lambung mencapai maksimum dan proses pencernaan

tidak akan berjalan sempurna. Pakan yang bercampur dengan enzim dapat dicerna

dengan baik, sedangkan yang lain tidak dicerna dan dikeluarkan oleh tubuh

sebagai kotoran.

Hasil analisis sidik ragam (ANOVA), menunjukkan bahwa perlakuan waktu

pemberian pakan yang berbeda berpengaruh sangat nyata (Fhitung>Ftabel)

terhadap peningkatan bobot ikan lele. Pada Lampiran 4 hasil uji lanjut BNT

memperlihatkan perbedaan notasi dimana menunjukkan perbedaan yang

signifikan pada semua perlakuan. Perlakuan P1 berbeda sangat nyata terhadap

perlakuan P2 dan P3. Perlakuan P2 juga berbeda sangat nyata terhadap perlakuan

P3.

Tingkat Kelangsungan Hidup

Pengamatan terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan lele dilakukan

dengan cara mengamati dan menghitung jumlah ikan pada awal dan akhir

penelitian. Tingkat kelangsungan hidup ikan lele selama penelitian berkisar antara

76,66-80,66%. Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) lampiran 6 menunjukkan

bahwa setiap perlakuan yang ada dalam media pemeliharaan yaitu perlakuan P1,

P2 dan P3 tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat kelangsungan

Universitas Sumatera Utara


38

hidup ikan lele sehingga uji ANOVA tidak dapat dilanjutkan untuk melihat

perbedaan antar perlakuan .

Tingkat kelangsungan hidup ikan lele Berpengaruh tidak nyata oleh

perlakuan perbedaan waktu pemberian pakan, karena F hitung lebih kecil dari F

table. Kematian ikan uji yang banyak mati terjadi pada waktu pemberian pakan

satu (1) dan tiga (3) kali perhari berturut turut besarnya 76,66% dan 80%

sedangkan untuk waktu lima (5) kali perhari tingkat kelangsungan hidup ikan uji

86,66%, karena kualitas airnya masih dibatas toleransi untuk ikan. Menurut NRC,

(1983) dalam Tahapari dan Ningrum (2009) menyatakan bahwa kelangsungan

hidup ikan terutama dipengaruhi oleh sifat fisika-kimia air media dan kualitas

pakan. Nilai peubah fisika-kimia air media selama penelitian masih berada pada

kisaran yang baik bagi sintasan ikan dan pertumbuhan benih ikan. Dari hasil

analisa parameter kualitas air selama penelitian menunjukkan, bahwa suhu air, pH

air, karbondioksida, oksigen terlarut dan amoniak cukup ideal dan masih dalam

batas-batas toleransi untuk mendukung pertumbuhan secara optimum . Hal ini

sesuai dengan berbagai pendapat mengenai dukungan kualitas air untuk

lingkungan budidaya terhadap pertumbuhan ikan, untuk dapat mengelola

sumberdaya perikanan dengan baik, maka salah satu faktor yang perlu

diperhatikan adalah kualitas airnya.

Tingginya rata-rata persentase kelangsungan hidup ikan lele Pada perlakuan

3 yaitu 86,66 %, diduga karena ikan dapat memanfaatkan pakan yang diberikan

sehingga ikan dapat bertahan hidup. Aryzegovina1 et al., (2015) mengatakan

bahwa pakan berfungsi untuk mempertahankan hidup dan kelebihannya baru

dimanfaatkan untuk pertumbuhan ikan tersebut. Faktor- faktor yang

Universitas Sumatera Utara


39

mempengaruhi mortalitas benih adalah ketersediaan makanan baik kualitas

maupun kuantitasnya. Persaingan dalam memperoleh pakan akan menguntungkan

bagi individu ikan yang gesit dalam mengkonsumsi pakan yang diberikan. Dalam

keadaan lapar, ikan cenderung untuk segera memenuhi kebutuhannya dengan

berusaha mengkonsumsi pakan yang tersedia. Oleh karena itu, akan ada ikan yang

tidak mendapatkan pakan dari kebutuhan semestinya. Hal ini mempengaruhi

rendahnya kelangsungan hidup karena salah satu fungsi pakan juga meningkatkan

daya tahan tubuh ikan.

Dari uji F yang dilakukan pada penelitian yang dilakukan dengan

pemeliharaan ikan lele selama 56 hari menunjukkan bahwa waktu pemberian

pakan pengaruh tidak nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan. Pada

penelitan di dapat kelangsungan hidup pada perlakuan 1 sebesar 76,66%,

perlakuan 2 sebesar 80% dan perlakuan 3 sebesar 86,66% dapat dikatakan

tergolong baik. Mulyani et al., 2014 dalam Arsyadana et al., 2017 bahwa tingkat

kelangsungan hidup (SR) ≥ 50% tergolong baik , kelangsungan hidup 30-50%

sedang dan kurang dari 30% tidak baik.

FCR (Food Convertio Rate)

Nilai konvensi pakan yang tertinggi yaitu terdapat pada waktu pemberian

pakan 5 kali. Hal ini mempengaruhi tingkat pemanfaatan pakan yang kemudian

akan mempengaruhi laju pertumbuhan. Hal ini diduga karena ikan mencerna dan

mengabsorbsi pakan seluruh pakan secara sempurna dan efisien sehingga

efesiensi pakan menjadi tinggi. Alnanda et al., (2013) menyatakan bahwa nilai

efesiensi penggunaan pakan yang sering dijumpai pada ikan budidaya yaitu

sebesar 30 - 40% dan nilai terbaik mencapai 60%. Dalam hal ini efesiensi pakan

Universitas Sumatera Utara


40

pada pemberian pakan 6 kali sudah termasuk dalam efesiensi pakan yang baik

sehingga pakan yang diberikan dapat dimanfaatkan dan meningkatkan

pertumbuhan.

Nilai konvensi pakan (FCR) yang terendah yaitu pada P1 dengan waktu

pemberian pakan 3 kali sehari, dimana semakin tinggi pakan yang di berikan pada

ikan maka semakin rendah nilai FCR . Ikan yang diberi pakan hanya 3 kali per

hari akan mengalami lapar yang terlalu lama sehingga pada saat pakan diberikan,

lambung ikan telah kosong dan nafsu makan tinggi. Selanjutnya kondisi ini

menyebabkan proses pencernaan pakan yang terjadi berjalan tidak sempurna. Hal

ini disebabkan pencampuran enzim pencernaan dengan pakan tidak merata.

Tahapari dan Suhenda, (2009) menyatakan bahwa pakan yang tercampur dengan

enzim dapat tercerna dengan baik sedangkan yang tidak akan dikeluarkan sebagai

kotoran. Oleh karena itu, energi yang dihasilkan relatif lebih rendah dibandingkan

dengan yang dicerna secara sempurna. Pakan yang diberikan dalam jumlah terlalu

banyak menyebabkan pakan tidak dimanfaatkan secara efisien.

Kualitas Air

Dari pengamatan yang dilakukan Suhu sangat berperan penting terhadap

pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Suhu merupakan parameter kualitas

air yang yang berperan dalam budidaya. Beberapa pengaruh suhu terhadap ikan

diantaranya yaitu apalabila suhu pada media budidaya rendah, berkurangnya

oksigen pada ikan shingga menyebabkan ikan stress, proses metabolism ikan akan

terhambat dan nafsu makan ikan akan menurun, sehingga dapat menyebabkan

beberapa faktor yang akan terjadi diantaranya yaitu laju pertumbuhan ikan yang

lambat sehingga peningkatan bobot ikan pun akan rendah dan banyak pakan yang

Universitas Sumatera Utara


41

tidak termanfaatkan. Pada tabel 10 didapat suhu pagi dan sore 26,8-29,4 °C,

sedang kan pada malam hari suhu berkisar 25,4 oC dan masih dikatakan golongan

yang baik dan masih memiliki nafsu makan yang baik dan tidak menggangu

aktifitas ikan lele. Menurut Afifi (2014) menyatakan bahwa ikan lele memiliki

toleransi terhadap suhu 22-34°C. Suhu air yang sesuai akan meningkatkan

aktivitas makan ikan, sehingga pertumbuha ikan lele akan semakin baik.

Perbedaan perlakuan frekuensi pemberian pakan selama penelitian tidak

menyebabkan perubahan suhu air yang besar.

Universitas Sumatera Utara


42

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil penelitian, maka penulis dapat menyimpulkan :

1. Waktu pemberian pakan memperlihatkan pengaruh nyata terhadap laju

pertumbuhan, peningkatan bobot dan tidak berpengaruh nyata terhadap

kelangsungan hidup ikan lele.

2. Waktu pemberian pakan memperlihatkan tidak berpengaruh nyata terhadap

kelangsungan hidup ikan lele.

3. Nilai FCR dengan waktu pemberian pakan 5 kali sehari yaitu 0,88 lebi

rendah dibandingkan dengan waktu pemberian pakan 4, dan 3 kali sehari.

Saran

1. Disarankan untuk menggunakan waktu pemberian pakan 5 kali sehari agar

dapat membantu pertumbuhan ikan lele.

2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk melihat pertumbuhan yang optimal

dengan waktu pemberian pakan lebih dari 5 kali sehari.

Universitas Sumatera Utara


43

DAFTAR PUSTAKA

Adekayasa, Y., S, Waspodo dan M, Marzuki. 2015. Pengaruh Frekuensi


Pemberian Pakan Terhadap Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup
Benih Ikan Bawal Bintang (Trachinotus Blochii). Budidaya Perairan.
Universitas Mataram. Mataram.

Afifi, I. M.2014. Pemanfataan Bioflok Untuk Budidaya Ikan Lele Dumbo


(Clarias Sp.) Dengan Padat Tebar Berbeda Terhadap Laju Pertumbuhan dan
Survival Rate ( Sr). Universitas Airlangga. Surabaya.

Alnanda., Yunasfi dan R, Ezraneti. 2013. Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan


Pada Kondisi Gelap Terhadap Pertumbuhan dan Sintasan Benih Ikan Lele
Dumbo (Clarias Gariepinus). Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas
Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Arsyadana., A, Budiraharjo dan A, Pangastuti. 2017. Aktivitas Pertumbuhan dan


Kelangsungan Hidup Ikan Sidat Anguilla Bicolor Dengan Pakan Wolffia
Arrhiza. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains (Snps). Universitas
Sebelas Maret Surakarta. Surakarta.

Aryzegovina, R., M, Amri dan D, Aswad. 2015. Pengaruh Perbedaan Frekuensi


Pemberian Pakan Komersil Terhadap Kelangsungan Hidup dan Laju
Pertumbuhan Benih Ikan Gabus (Channa Striata). Budidaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Bung Hatta. Padang.

Aslamyah, A. dan Y. Fujaya. 2011. Laju Pengosongan Lambung, Komposisi


Kimia Tubuh, Glikogen Hati dan Otot, Molting, dan Pertumbuhan Kepiting
bakau pada Berbagai Persentase Pemberian Pakan dalam Budidaya Kepiting
Cangkang Lunak. Universitas Hasanuddin. Makasar.

Bachtiar, Y. 2006. Panduan Lengkap Budi Daya Lele Dumbo. Agro Media.
Bogor.

Dani, N. P., A. Budiharjo, S. Listyawati. 2005. Komposisi Pakan Buatan untuk


Meningkatkan Pertumbuhan dan Kandungan Protein Ikan Tawes (Puntius
javanicus Blkr.). Jurnal BioSMART. 7 (2) : 82-90.

Darmi dan Abdullah. 2006. Laju Pengosongan Isi Lambung Benih Ikan Gurami
(Osphronemus Gouramy) yang diberi Pakan Pelet. Jurnal WARTA –
WIPTEK.

Deftari, P., H, Syandri dan Azrita. 2015. Perbedaan Frekuensi Pemberian Pakan
Tubifex Sp Terhadap Sintasan dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurami
(Osphronemous Goramy Lac). Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Universitas Bung Hatta. Jakarta.

Universitas Sumatera Utara


44

Djariah, A.S. 2001. Budidaya Ikan Patin. Kanisius. Yogyakarta.

Djarijah, S. A. 2003. Budidaya Ikan Bawal. Kanasius. Yogyakarta. 86 Hal.

Effendie, M. I. 1997. Metoda Perancangan Percobaan. CV Armico. Bandung.

Fatimah, E. N dan Mada, S. 2015. Kilat Sukses Budidaya Ikan Lele dari
Pembenihan, Panen Raya dan Pasca Panen. Bibit Publishet. Jakarta.

Faza, M.F. 2012. Skripsi Struktur Komunitas Plankton di Sungai Pesanggrahan


dari Bagian Hulu (Bogor, Jawa Barat) Hingga Bagian Hilir (Kembangan,
DKI Jakarta). Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Indonesia, Jakarta.

Gwither, D dan D. J. Grove. 1981. Gastric Emptying in Limanda limanda L. and


Return of Appetite. J. Fish Biol, 18 (1) : 245-259.

Herawati. 2014. Pengaruh Konsentrasi Probiotik Bakteri Asam Laktat (Bal)


Lactobacillus Sp. Terhadap Laju Pengosongan Lambung dan Kadar
Glukosa Darah Ikan Bandeng (Chanos Chanos Forsskal). [Skripsi].
Universitas Hasanuddin. Makasar.

Karlina, I. 2017. Perbandingan Anatomi dan Histologi Organ Insang Berlabirin


Pada Ikan Lele Dumbo (Clarias Gariepinus) (Burchell, 1822) dan Ikan
Gabus (Channa Striata)(Bloch, 1793). [Skripsi]. Fakultas Sains Dan
Teknologi. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga . Yogyakarta.

Kordi, M. G. H. 2010. Budidaya Ikan Lele di Kolam Terpal Lebih Mudah, Lebih
Murah Lebih Untung. Lily Publisher. Yogyakarta

Madinawati. Serdiati, N dan Yoel. 2011. Pemberian Pakan Yang Berbeda


Terhadap Pertumbuhan dan Keberlangsungan Hidup Benih Ikan Lele
Dumbo (Clarias Gariepinus). Jurnal Media Litbeng Sulteng. 4 (2) : 83-87.
Mahyuddin, K. 2008. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Penebar Swadaya.
Jakarta.

Mahyudin. 2011. Sistem Pencernaan dan Pernafasan Pada Ikan Lele (Clarins
Batrachus). Fakultas Biologi. Universitas Soedirman.

Morina, G., Zainuddin dan Masyitha, D. 2017. Struktur Histologi Empedu dan
Pankreas Ikan Lele Lokal (Claria Bathracus). Universitas Syiah Kuala.
Banda Aceh

Mudjiman, A. 2009. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakart

Mulyadi., M.T. Usman dan Suryani. 2010. Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan
Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan

Universitas Sumatera Utara


45

Selais (Ompok hypophthalamus). Berkala Perikanan Terubuk. Volume. 38


No 2.

Mulyani, S., M, Mangar dan A, G,Tantu. 2016. Pengaruh Frekuensi Pemberian


Pakan Formula Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan
Hidup Ikan Kerapu Macan Epinephelus Fuscoguttatus. Fakultas Pertanian,
Universitas Bosowa. Makassar. Vol (7).

Pamungkas, S. E., Pramesda V., Elisabeth, B., Aji.N, dan Ary.P. 2011. Sistem
Pencernaan. Jurusan Biologi ,Universitas Negeri. Semarang.

Pratiwi, D, S. 2014. Aplikasi effectif Microorganism 10 (EM10) untuk


Pertumbuhan Ikan Lele Sangkuriang (Clarius gariepinus var.sangkuriang)
di Kolam Budidaya Jombang Tanggerang. [Skripsi]. Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Pudjiastuti, N. 2015. Identifikasi dan Prevalensi Ektoparasit pada Ikan Komsumsi


di Balai Benih Ikan Siwarak. [Skripsi]. Universitas Negeri Semarang.
Semarang.

Radhiyufa, M. 2011. Dinamika Fosfat dan Klorofil dengan Penebaran Ikan Nila
pada Kolam Budidaya Ikan Lele Sistem Heterotrofik. Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatulllah. Jakarta.

Rahmalia, M. 2014. Pengaruh Jenis Pakan Usus Ayam dan Ampas Tahu Terhadap
Lele Dumbo (Clarius gariepinus) Sumbangsih pada Materi Pertumbuhan
dan Perkembangan Mata Pelajaran Biologi Kelas VIII Smp/Mts. [Skripsi].
Universitas Islam Negeri Raden Fatah. Palembang.

Setiawati1, E., E, Dewantoro dan Rachimi. 2014. Pengaruh Cacing Sutra


(Tubifex Sp) Dengan Frekuensi Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Ikan
Toman (Channa Micropltes Cv.). Jurnal Ruaya. Vol (2), Issn 2338–1833.

Suparno. 2016. Penentuan Kadar Amonia di Perairan Teluk Lampung Dengan


Spektrofotometer Uv-Vis. [Skripsi]. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Suraya, U., M. N. Yasin dan M. Rozik. 2016. Penerapan Teknologi Budidaya


Ikan Lele Sangkuriang di Kolam Tanah pada Kegiatan Bina Desa Upt 38
Kelurahan Sei Gohong. Jurnal Udayana Mengabdi. Volume 15 (2).

Suryaningsih, S. 2014. Biologi Ikan Lele, Suatu Bahan Penyuluhan:" Pemanfaatan


Belatung Ampas Tahu Sebagai Pakan Alternatif Untuk Peningkatan
Produksi Lkan Lele Dumbo " Bagi Petani Ikan Desa Pingit, Kecamatan
Rakit, Kabupaten Banjarnegara. Kementerian Pendidikan Nasional. Fakultas
Biologi. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.

Suyanto, S.R. 2006. Budidaya Ikan Lele. Penebar Swadaya.

Universitas Sumatera Utara


46

Tahapari, E dan Suhendra, N. 2009. Penentuan Frekuensi Pemberian Pakan


Untuk Mendukung Pertumbuhan Benih ikan Patin Pasupati [Determination
Of Different Feeding Frequency On The Growth Of Patin Pasupati
Fingerlings]. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar. Bogor.

Yanuar, V. 2017. Pengaruh Pemberian Jenis Pakan Yang Berbeda Terhadap Laju
Pertumbuhan Benih Ikan Nila Dan Kualitas Air Di Akuarium Pemeliharaan.
Universitas Antakusuma. Pangkalan Bun.

Universitas Sumatera Utara


47

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


48

Lampiran 1. Denah Penempatan Akuarium yang Berisikan Benih Ikan Lele

Dengan Masing-Masing Perlakuan

P3U2 P2U3 P1U1

P3U1 P2U2 P1U2

P3U3 P2U1 P1U3

Keterangan :
1. P1U1 : Waktu pemberian pakan 3 kali dengan ulangan ke 1
2. P1U2 : Waktu pemberian pakan 3 kali dengan ulangan ke 2
3. P1U3 : Waktu pemberian pakan 3 kali dengan ulangan ke 3
4. P2U1 : Waktu pemberian pakan 4 kali dengan ulangan ke 1
5. P2U2 : Waktu pemberian pakan 4 kali dengan ulangan ke 2
6. P2U3 : Waktu pemberian pakan 4 kali dengan ulangan ke 3
7. P3U1 : Waktu pemberian pakan 5 kali dengan ulangan ke 1
8. P3U2 : Waktu pemberian pakan 5 kali dengan ulangan ke 2
9. P3U3 : Waktu pemberian pakan 5 kali dengan ulangan ke 3

Universitas Sumatera Utara


49

Lampiran 2. Perhitungan Statistik Pertambahan Panjang Ikan Lele.

Laju
Pertumbuhan
Perlakuan Jumlah Rata-
Panjang
(cm) Kelompok rata
U1 U2 U3
P1 4,1 4,3 4,2 12,6 4,2
P2 6,7 6,8 6,4 19,9 6,6
P3 8,1 8,1 7,8 24 8
Total 18,9 19,2 18,4 56,5 18,8

- FK = 354,69

- JK total = 22,4

- JK perlakuan = 22,23

- JK galat = 0,17

Tabel ANOVA

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F hitung


Keragaman Bebas Kuadrat Tengah F tabel
(SK) (db) (JK) (KT) 0,05 0,01
Perlakuan 2 22,23 11,11
Galat
Percobaan 6 0,17 0,03 370,33** 5,14 10,92
Total 22,40 11,14
Ket: ** = Berpengaruh sangat nyata

KK= 2,69%

Universitas Sumatera Utara


50

Lampiran 2. Lanjutan

Uji Lanjut BNT (Beda Nyata Terkecil).

BNT α = t (α,DbG).

Rumus
KTG = 0,03
t (∝, DbG) = 2,447
∝ = 0,05
DbG =6
r =3
Nilai BNT = 2,557

Perlakuan Rerata Notasi


P1 4,2 a
P2 6,6 b
P3 8 c
*Perlakuan yang diikuti dengan huruf berbeda memiliki perbedaan yang
signifikan
Kesimpulan : Perbedaan notasi huruf pada Uji BNT menyatakan bahwa adanya
perbedaan yang signifikan antara perlakuan yang diikuti dengan huruf yang
berbeda.

Data Panjang Rata-Rata (cm) Ikan Lele


Hari ke- Δp
Perlakuan Ulangan
0 7 14 21 28 35 42 49 56
1 13,2 13,6 14,2 14,6 15,0 15,4 15,9 16,5 17,3 4,1
P1 2 13,1 13,7 14,2 15,6 16,0 16,3 16,6 17,0 17,4 4,3
3 13,2 13,6 14,3 15,1 15,5 16,0 16,7 17,1 17,4 4,2
Rata-Rata 13,2 13,6 14,2 15,1 15,5 15,9 16,4 16,9 17 4,2
1 13,1 14,1 14,4 15,4 16,2 17,5 18,9 19,5 19,8 6,7
P2 2 12,9 13,2 14,1 15,3 15,5 17,3 18,5 19,2 19,7 6,8
3 13,2 14,3 14,7 15,4 16,8 17,5 18,9 19,3 19,6 6,4
Rata-Rata 13,1 13,9 14,4 15,4 16,2 17,4 18,8 19,3 20 6,6
1 13,2 13,7 14,6 15,6 16,2 17,7 19,8 20,7 21,3 8,1
P3 2 13,4 14,6 14,8 16,1 17,5 19,0 19,9 20,8 21,5 8,1
3 14,1 14,6 14,8 15,7 17,0 18,8 19,5 21,0 21,9 7,8
Rata-Rata 13,0 13,9 14,7 15,8 16,9 18,5 19,7 20,8 22 8,0

Universitas Sumatera Utara


51

Lampiran 3. Data hasil SPSS panjang Ikan Lele

Means

Case Processing Summary


Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent

H7 * Perlakuan 89 98,9% 1 1,1% 90 100,0%


H14 * Perlakuan 84 93,3% 6 6,7% 90 100,0%
H21 * Perlakuan 81 90,0% 9 10,0% 90 100,0%
H28 * Perlakuan 80 88,9% 10 11,1% 90 100,0%
H35 * Perlakuan 80 88,9% 10 11,1% 90 100,0%
H42 * Perlakuan 77 85,6% 13 14,4% 90 100,0%
H49 * Perlakuan 73 81,1% 17 18,9% 90 100,0%
H56 * Perlakuan 72 80,0% 18 20,0% 90 100,0%

Report
H7 H14 H21 H28 H35 H42 H49 H56
Mean 13,9416 14,4690 15,4235 16,2138 17,3125 18,3792 19,1466 19,7319
Std. Error
,04881 ,02864 ,04425 ,08673 ,12967 ,16229 ,19195 ,29554
of Mean

Measures of Association
Eta Eta Squared
H7 * Perlakuan ,603 ,364
H14 * Perlakuan ,803 ,644
H21 * Perlakuan ,707 ,500
H28 * Perlakuan ,758 ,575
H35 * Perlakuan ,937 ,877
H42 * Perlakuan ,984 ,969
H49 * Perlakuan ,994 ,988
H56 * Perlakuan ,710 ,503
Lampiran 3. Lanjutan

Oneway
ANOVA
Sum of df Mean Square F Sig.
Squares

Universitas Sumatera Utara


52

Between 6,783 2 3,391 24,563 ,000


Groups
H7
Within Groups 11,874 86 ,138
Total 18,656 88
Between 3,686 2 1,843 73,422 ,000
Groups
H14
Within Groups 2,033 81 ,025
Total 5,720 83
Between 6,338 2 3,169 38,946 ,000
Groups
H21
Within Groups 6,347 78 ,081
Total 12,685 80
Between 27,329 2 13,664 52,072 ,000
Groups
H28
Within Groups 20,206 77 ,262
Total 47,535 79
Between 93,201 2 46,601 274,624 ,000
Groups
H35
Within Groups 13,066 77 ,170
Total 106,267 79
Between 149,358 2 74,679 1158,937 ,000
Groups
H42
Within Groups 4,768 74 ,064
Total 154,127 76
Between 191,405 2 95,702 2968,212 ,000
Groups
H49
Within Groups 2,257 70 ,032
Total 193,662 72
Between 224,771 2 112,385 34,974 ,000
Groups
H56
Within Groups 221,726 69 3,213
Total 446,497 71

Lampiran 3. Lanjutan

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Universitas Sumatera Utara


53

H7
a,b
Duncan
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2 3
P1 30 13,6333
P2 29 13,8897
P3 30 14,3000
Sig. 1,000 1,000 1,000

H14
a,b
Duncan
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2 3
P1 27 14,2333
P2 27 14,4111
P3 30 14,7333
Sig. 1,000 1,000 1,000

H21
Duncana,b
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2 3
P1 26 15,1000
P2 27 15,3667
P3 28 15,7786
Sig. 1,000 1,000 1,000

Lampiran 3. Lanjutan
H28
a,b
Duncan
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2 3
P1 26 15,5000
P2 26 16,1654

Universitas Sumatera Utara


54

P3 28 16,9214
Sig. 1,000 1,000 1,000

H35
a,b
Duncan
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2 3
P1 26 15,8962
P2 26 17,4308
P3 28 18,5179
Sig. 1,000 1,000 1,000

H42
Duncana,b
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2 3
P1 24 16,4000
P2 25 18,7560
P3 28 19,7393
Sig. 1,000 1,000 1,000

H49
a,b
Duncan
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2 3
P1 22 16,8727
P2 24 19,3333
P3 27 20,8333
Sig. 1,000 1,000 1,000

H56
Lampiran 3. Lanjutan
H56
a,b
Duncan
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2 3
P1 22 17,3682
P2 23 19,7130

Universitas Sumatera Utara


55

P3 27 21,6741
Sig. 1,000 1,000 1,000

Lampiran 4. Data Berat Rata-rata Ikan Lele Selama Penelitian

Laju
Perlakuan Pertumbuhan Jumlah Rata-
Panjang (cm) Kelompok rata
U1 U2 U3
P1 17,82 17,56 18,45 53,83 17,94
P2 26,92 25,49 24,98 77,39 25,80

Universitas Sumatera Utara


56

P3 31,25 31,15 34,31 96,71 32,24


Total 75,99 74,2 77,74 227,93 75,98

- FK = 5.757,26

- JK total = 312,84

- JK perlakuan = 302,59

- JK galat = 10,25

Tabel ANOVA

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F hitung


Keragaman Bebas Kuadrat Tengah F tabel
(SK) (db) (JK) (KT) 0,05 0,01
Perlakuan 2 307,44 153,72
Galat
Percobaan 6 8,88 1,48 103,86** 5,14 10,92
Total 316,32 155,20
Ket: ** = Berpengaruh sangat nyata

KK= 4,78%

Lampiran 4. Lamjutan

BNT α = t (α,DbG).

Rumus
KTG = 1,70
t (∝, DbG) = 2,447

Universitas Sumatera Utara


57

∝ = 0,05
DbG =6
r =3
Nilai BNT = 2,593

Perlakuan Rerata Notasi


P1 17,94 a
P2 25,59 b
P3 32,23 c
*Perlakuan yang diikuti dengan huruf berbeda memiliki perbedaan yang
signifikan
Kesimpulan : Perbedaan notasi huruf pada Uji BNT menyatakan bahwa adanya
perbedaan yang signifikan antara perlakuan yang diikuti dengan huruf yang
berbeda.

Data Berat Rata-Rata (gr) Ikan Lele

Hari ke-
Perlakuan Ulangan Δp
0 7 14 21 28 35 42 49 56
1 14,32 15,79 16,97 18,78 19,94 21,65 25,67 30,06 32,14 17,8
P1 2 14,09 19,03 22,78 24,09 25,87 26,21 27,87 28,35 31,65 17,6
3 14,71 19,44 21,18 23,33 26,24 28,89 30,35 31,60 33,16 18,5
Rata-Rata 14,4 18,1 20,3 22,1 24,0 25,6 27,96 30 32,3 17,94
1 14,18 19,36 23,11 26,71 29,25 32,17 35,21 38,45 41,10 26,9
P2 2 13,73 19,56 21,03 23,66 25,40 28,11 30,35 33,41 39,22 25,5
3 14,73 19,15 23,71 26,20 28,47 30,43 32,32 34,41 39,71 25,0
Rata-Rata 14,2 19,4 22,6 25,5 27,7 30,2 32,63 35,42 40 25,80
1 15,50 19,40 22,70 25,90 29,02 34,33 38,54 42,77 46,75 31,3
P3 2 14,55 19,35 23,71 26,20 29,47 33,56 37,11 40,00 45,70 31,2
3 14,47 19.45 22,88 25,15 28,45 31,45 35,48 39,90 48,78 34,3
Rata-Rata 13,0 13,9 23,1 25,8 29,0 33,1 37,04 40,89 47,1 32,24

Lampiran 5. Data Hasil SPSS Berat Ikan Lele

Means

Case Processing Summary

Universitas Sumatera Utara


58

Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
H7 * 89 98,9% 1 1,1% 90 100,0%
Perlakua
n
H14 * 84 93,3% 6 6,7% 90 100,0%
Perlakua
n
H21 * 81 90,0% 9 10,0% 90 100,0%
Perlakua
n
H28 * 80 88,9% 10 11,1% 90 100,0%
Perlakua
n
H35 * 79 87,8% 11 12,2% 90 100,0%
Perlakua
n
H42 * 77 85,6% 13 14,4% 90 100,0%
Perlakua
n
H49 * 73 81,1% 17 18,9% 90 100,0%
Perlakua
n
H56 * 71 78,9% 19 21,1% 90 100,0%
Perlakua
n

Report
H7 H14 H21 H28 H35 H42 H49 H56
Mean 18,940 22,053 24,475 27,024 29,715 32,750 35,789 40,433
9 8 8 6 1 5 2 5
Std. Error 1,2980
of Mean ,12058 ,21705 ,25806 ,33275 ,42856 ,47100 ,56245
7

Measures of Association
Eta Eta Squared
H7 * Perlakuan ,539 ,290
H14 * ,614 ,377
Perlakuan

Universitas Sumatera Utara


59

H21 * ,734 ,538


Perlakuan
H28 * ,739 ,546
Perlakuan
H35 * ,836 ,699
Perlakuan
H42 * ,907 ,822
Perlakuan
H49 * ,938 ,879
Perlakuan
H56 * ,555 ,308
Perlakuan

Lampiran 5. Lanjutan
Oneway

ANOVA
Sum of df Mean Square F Sig.
Squares

Universitas Sumatera Utara


60

Between 33,060 2 16,530 17,592 ,000


Groups
H7
Within Groups 80,809 86 ,940
Total 113,869 88
Between 123,973 2 61,986 24,556 ,000
Groups
H14
Within Groups 204,470 81 2,524
Total 328,443 83
Between 232,234 2 116,117 45,441 ,000
Groups
H21
Within Groups 199,314 78 2,555
Total 431,548 80
Between 382,196 2 191,098 46,336 ,000
Groups
H28
Within Groups 317,564 77 4,124
Total 699,760 79
Between 791,496 2 395,748 88,398 ,000
Groups
H35
Within Groups 340,245 76 4,477
Total 1131,741 78
Between 1067,730 2 533,865 171,395 ,000
Groups
H42
Within Groups 230,497 74 3,115
Total 1298,227 76
Between 1461,437 2 730,718 254,100 ,000
Groups
H49
Within Groups 201,300 70 2,876
Total 1662,736 72
Between 2578,128 2 1289,064 15,123 ,000
Groups
H56
Within Groups 5796,301 68 85,240
Total 8374,429 70

Lampiran5. Lanjutan

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Universitas Sumatera Utara


61

H7
a,b
Duncan
Perlakuan N Subset for alpha =
0.05
1 2
P1 30 18,0867
P2 29 19,3497
P3 30 19,4000
Sig. 1,000 ,842

H14
a,b
Duncan
Perlakuan N Subset for alpha =
0.05
1 2
P1 27 20,3100
P2 27 22,6389
P3 30 23,0967
Sig. 1,000 ,285

H21
a,b
Duncan
Perlakuan N Subset for alpha =
0.05
1 2
P1 26 22,0181
P2 27 25,5044
P3 28 25,7661
Sig. 1,000 ,550

H28
a,b
Duncan
Perlakuan N Subset for alpha =
0.05
1 2
P1 26 23,9312
P2 26 27,9935
P3 28 28,9975
Sig. 1,000 ,075

Universitas Sumatera Utara


62

H35
a,b
Duncan
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2 3
P1 25 25,4260
P2 26 30,1623
P3 28 33,1293
Sig. 1,000 1,000 1,000

H42
a,b
Duncan
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2 3
P1 24 27,9633
P2 25 32,5356
P3 28 37,0457
Sig. 1,000 1,000 1,000

H49
a,b
Duncan
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2 3
P1 22 29,9282
P2 24 35,4233
P3 27 40,8900
Sig. 1,000 1,000 1,000

H56
a,b
Duncan
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2 3
P1 21 32,3167
P2 23 40,0474
P3 27 47,0756
Sig. 1,000 1,000 1,000

Universitas Sumatera Utara


63

Lampiran 6. Perhitungan Statistik Kelangsungan Hidup Ikan Lele

Kelangsungan Hidup (%) Jumlah


Perlakuan Rata-rata
U1 U2 U3 Kelompok
P1 70 80 80 230 76,6
P2 80 80 80 240 80
P3 80 90 90 260 90
Total 230 250 250 730 86,6

Universitas Sumatera Utara


64

- FK = 59.211,11

- JK total = 288,89

- JK perlakuan = 155,55

- JK galat = 133,34

Tabel ANOVA

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F hitung


Keragaman Bebas Kuadrat Tengah F tabel
(SK) (db) (JK) (KT) 0,05 0,01
Perlakuan 2 155,55 77,77
Galat
Percobaan 6 133,34 22,22 3,5 5,14 10,92
Total 688,89 322,22
Ket: = Berpengaruh tidak nyata

Lampiran 6. Lanjutan

Jumlah Hari ke- Jumlah


SR
Perlakuan Ulangan awal akhir
0 7 14 21 28 35 42 49 56 (%)
(ekor) (ekor)
1 10 0 0 1 0 0 0 1 1 0 7 70
P1 2 10 0 0 1 0 0 1 0 0 0 8 80
3 10 0 0 1 1 0 0 0 0 0 8 80
Jumlah 30 23 230
Rerata 10 76.67

Universitas Sumatera Utara


65

1 10 0 0 2 0 0 0 0 0 0 8 80
P2 2 10 0 1 0 0 0 0 0 1 0 8 80
3 10 0 0 0 0 1 0 1 0 0 8 80
Jumlah 30 24 240
Rerata 10 80
1 10 0 0 0 1 0 0 0 0 1 8 80
P3 2 10 0 0 0 0 0 0 0 1 0 9 90
3 10 0 0 0 1 0 0 0 0 0 9 90
Jumlah 30 26 260
Rerata 10 86.67

Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian

Universitas Sumatera Utara


66

DO (Oxygen Disolved) pH Meter

Timbangan Analitik Termometer

Sipon Aquadest

Universitas Sumatera Utara


67

Pengukuran DO (Oxygen Disolved) Pengukuran pH

Pengukuran Suhu Pengukuran Panjang Ikan Lele

Pengukuran Berat Ikan Lele Penyiponan Air

Universitas Sumatera Utara


68

Pengukuran Do Malam Hari Pengukuran pH malam Hari

Denah Aquarium

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai