Anda di halaman 1dari 6

Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 2 Nomor 2 Agustus 2017

e-ISSN 2541-0083
ejournal2.undip.ac.id/index.php/baf/index p-ISSN 2527-6751

Pengaruh Konsentrasi HCl terhadap Laju Perkecambahan Biji Asam Jawa (Tamarindus
indica L.)

The Effect of HCl Concentration on Germination Rate of Asam Jawa (Tamarindus indica L.)

Fernanda Imansari1, Sri Haryanti2*


1)
Program Studi Biologi, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro
2)
Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang
*Email: sharyanti87@yahoo.com

Diterima 14 Februari 2017 / Disetujui 26 Agustus 2017

ABSTRAK

Biji asam jawa mempunyai kulit biji yang keras, sehingga sulit untuk dikecambahkan karena air sulit
menembus kulit biji tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh HCl terhadap laju
dan perkecambahan biji asam jawa. Penelitian dilakukan di Laboratorium BSF Tumbuhan
Departemen Biologi FSM UNDIP. Penelitian ini dilaksanaakan dengan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) satu faktor yaitu konsentrasi HCl yaitu ( P0 : 1%,P1 : 15%,P2 : 30% , P4 : 45%) selama 5
menit , masing-masing 3 ulangan (setiap ulangan 10 biji). Data yang diperoleh dianalisis ANAVA
taraf signifikasi 95%, jika berbeda nyata dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multirange Test (DMRT).
Parameter yang diamati adalah laju perkecambahan dan persentase perkecambahan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa perendaman dengan menggunakan HCl 45%, menghasilkan laju
perkecambahan tercepat dan persentase perkecambahan tertinggi yaitu 83,33 %, sehingga paling
efektif dalam mematahkan dormansi biji asam.

Kata kunci : perkecambahan, Tamarindus indica L, konsentrasi, HCl

ABSTRACT

Asam Jawa’s (Tamarindus indica L) seed has thick seed shell, that make hard to germinating this
plant because water is hard to penetrate the seed. So then, the aims of the research is to determine the
effect of HCl consentration to asam jawa’s seed germination. The research using a Completely
Randomized Design (CRD) with one factor are the consentration of HCl (P0 : 1%, P1 : 15%, P2 :
30%, P3 : 45%) for 5 minutes each the concentration of HCl. Each treatmen with three replications
(one replication is 10 seeds). The data obtained were analyzed by ANOVA at 95% significane
level, followed by Duncan’s test (DMRT) at the 95% test level. The Parameters was observed were
the growth and percentage (%) of germination. The result of this research showing that doing
immersion to Asam Jawa’s seed with 45% of HCl made the fastest growth of germination and
highest percentage of germination with 83,33, it’s became the effective way to break the hard shell of
Asam Jawa’s seed.

Keywords : germination, Tamarindus indica L., consentration, HCl

PENDAHULUAN pohon rindang dan ditemukan hampir di


seluruh wilayah Indonesia. Biji asam jawa
Tanaman Asam Jawa (Tamarindus mempunyai kulit biji yang tebal, sehingga
indica Linn) dikenal masyarakat sebagai susah sekali bagi biji asam jawa untuk

187
Imansari dan Haryanti / Buletin Anatomi dan Fisiologi 2 (2) 2017

berkecambah. Kulit biji asam jawa yang keras perlakuan khusus. Tetapi setelah disimpan
tersebut menyebabkan air dan udara sulit beberapa waktu, perlakuan khusus itu tidak
menembus kulit biji tersebut. Dormansi benih diperlukan contohnya selada dapat
adalah ketidakmampuan benih hidup untuk berkecambah langsung bila diberi suhu <200C.
berkecambah pada lingkungan yang optium. Sifat dormansi ada 2 yaitu : 1.Dormansi
Dormansi dapat disebabkan oleh keadaan fisik sekunder yaitu benih yang dalam keadaan
dari kulit benih, keadaan fisiologis dari embrio normal dapat berkecambah, tetapi bila
atau kombinasi dari kedua keadaan tersebut. dikenakan pada suatu keadaan yang tidak
Kondisi dormansi mungkin dibawa sejak menguntungkan selama beberapa waktu dapat
benih masak secara fisiologis ketika masih kehilangan kemampuan berkecambah.2.
berada dalam tanaman induknya atau mungkin Dormansi karena hambatan metabolisme pada
setelah benih tersebut terlepas dari tanaman embrio terjadi karena adanya zat penghambat
induknya (Soerodikoesomo, 1994). perkecambahan dalam embrio.
Hasil penelitian yang dilakukan Purba Pematahan dormansi biji dapat
(2012) terhadap 10 biji asam jawa yang dilakukan dengan perlakuan skarifikasi
direndam menggunakan HCL 5% selama 5 mekanik yaitu mengamplasan, pengikiran,
menit, dan 5 biji selanjutnya diangkat 5 menit pemotongan, dan penusukan jarum tepat pada
setelahnya (10 menit). Hasil pengamatan bagian titik tumbuh sampai terlihat bagian
selama 1 minggu pada biji asam yang embrio (perlukaan selebar 5mm). Skarifikasi
merupakan biji berkulit tebal mengalami mekanik mengakibatkan hambatan mekanis
perkecambahan dengan jumlah relatif kecil. kulit benih untuk berimbibisi berkurang,
Perlakuan lain secara fisik terhadap biji asam sehingga meningkatkan kadar air dapat terjadi
jawa yang diamplas menunjukkan lebih cepat yang memacu benih untuk
perkecambahan sebesar 20% dan 80% yang berkecambah. Cara lain yaitu perlakuan
lainnya hanya terpecah kulitnya. Menurut skarifikasi kimiawi dengan maksud kulit benih
Hartiningsih (2012), penyebab dormansi benih lebih mudah dimasuki air pada waktu proses
adalah sebagai berikut: dormansi Fisik, imbibisi. Perendaman pada larutan kimia yaitu
penyebabnya adalah:1. Impermeabilitas kulit asam kuat seperti KNO3, H2SO4, dan HCl
terhadap air. Biasanya terjadi pada biji-biji dengan konsentrasi encer sampai pekat
yang mempunyai kulit biji keras, sehingga membuat kulit benih menjadi lebih lunak,
pengambilan air terhalang kulit biji yang sehingga dapat dilalui oleh air dan biji cepat
berdinding tebal 2.Permeabilitas kulit biji berkecambah (Widyawati et al, 2009)
yang rendah terhadap gas-gas. Gas yang Perkecambahan merupakan proses
menjadi penghambat adalah gas CO2 . metabolisme biji hingga dapat menghasilkan
Dormansi fisiologis, penyebabnya adalah pertumbuhan. Presentase perkecambahan
:1.Immaturity embrio yaitu perkembangan adalah presentase kecambah normal yang
embrio tidak secepat jaringan sekitarnya, dapat dihasilkan oleh benih murni pada
sehingga perkecambahan perlu ditunda dan kondisi yang dapat dihasilkan oleh benih
biji ditempatkan pada kondisi tertentu sampai murni pada kondisi yang menguntungkan
embrio sempurna. 2.After ripening yaitu setiap dalam jangka waktu yang sudah ditetapkan
perubahan pada kondisi fisiologis benih (Purnobasuki, 2011). Faktor yang
selama penyimpanan , sehingga benih mampu mempengaruhi perkecambahan ada 2 yaitu
berkecambah. Benih ini bisa langsung faktor dalam berupa gen, persediaan makanan
berkecambah bila setelah panen diberi dalam biji,hormon,ukuran dan kekerasan biji,

188
Pengaruh Konsentrasi HCl terhadap Laju Perkecambahan Biji Asam Jawa (Tamarindus indica L.)

dormansi dan faktor luar yaitu air, temperatur masing perlakuan (1 petridish berisi
,oksigen, medium 10 biji asam) dengan 3 kali ulangan
. 3. Penambahan air dalam petridish
METODE PENELITIAN dilakukan setiap hari sebanyak 9 ml.
4. Pengamatan juga dilakukan setiap hari
Penelitian ini dilakukan di laboratorium dan diakhiri pada hari ke 27.
BSF Tumbuhan Jurusan Biologi Fakultas Pengamatan diakhiri jika sudah ada
Sains dan Matematika, Universitas salah satu petridish yang berkecambah
Diponegoro. Penelitian dilaksanakan pada 100%.
tanggal 25 Agustus 2014 sampai 21 5. Parameter yang diamati :
September 2014.  Laju pertumbuhan diamati
jumlah biji yang berkecambah
Alat dan Bahan setiap hari.
Bahan yang digunakan adalah biji Asam  Persentase perkecambahan
Jawa, larutan HCl 100%, aquades. Alat yang dengan rumus sbb:
digunakan adalah cawan petri (petridish), Persentase perkecambahan (%) =
botol kecil, gelas ukur 10ml, sendok, kapas, x
label , kertas sebagai penutup botol 100%
Rancangan penelitian :Penelitian ini
Cara Kerja
dilaksanakan menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan, masing-
1. Biji yang akan digunakan dipilih
masing perlakuan dengan 3 ulangan. Data
berbentuk bulat lonjong pipih, tidak
yang diperoleh dianalisis ANOVA dengan
cacat dan bewarna coklat kehitam
tingkat kepercayaan 95%. Jika ada bedanyata
hitaman dan apabila di rendam dalam
dilanjutlan dengan uji Duncan (DMRT)
air biji tersebut tenggelam atau tidak
kepercayaan 95%.
mengapung.
2. Biji asam kemudian diperlakukan
HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan direndam larutan HCl dengan
perlakuan sbb: Gambar 1 menunjukkan laju
 P0 (kontrol): biji asam jawa direndam pertumbuhan kecambah minggu pertama yaitu
dalam larutan HCl 1% selama 5 menit pada hari ke 1 hingga hari ke 7 berikutnya
( lalu dicuci dengan air sebentar). menunjukkan biji asam jawa belum ada yang
 P1: biji asam jawa direndam dalam berkecambah, namun sudah ada beberapa biji
larutan HCl 15% selama 5menit (lalu yang mulai memperlihatkan pelunakan kulit
dicuci sebentar dengan air). bijinya. Menurut Hertiningsih (2014) proses
 P2: biji asam jawa direndam dalam ini disebut dengan proses imbibisi yaitu
larutan HCl 30% selama 5menit (lalu masuknya air ke dalam biji. Penyerapan air
dicuci sebentar dengan air) . oleh benih tersebut ditandai dengan
 P3: biji asam jawa direndam dalam melunaknya kulit benih atau biji akibat adanya
larutan HCl 45% selama 5menit (lalu larutan yang masuk ,sehingga terjadi hidrasi
dicuci sebentar dengan air) Masing dari protoplasma, biasanya terlihat kulit biji

189
Imansari dan Haryanti / Buletin Anatomi dan Fisiologi 2 (2) 2017

yang pecah-pecah dan pengembangan ukuran atau mematahkan dormansi biji, sehingga biji
biji. yang berkecambahan sedikit. Perlakuan
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa konsentrasi tinggi 45% menyebabkan kulit biji
biji mulai berkecambah pada hari ke 11. sangat lunak, sehingga air dan gas dapat
Pengamatan biji yang berkecambah yang cepat berdifusi masuk dan senyawa-senyawa
dilakukan setiap hari. Hasil pengamatan inhibitor perkecambahan seperti fluorid dan
menunjukkan bahwa pada perlakuan kontrol kumarin larut ke dalam HCl selama proses
1% HCl mulai hari ke 21 terdapat 2,3 biji yang perendaman (Salisbury dan Ross , 1995 ;
telah berkecambah , perlakuan 15% HCl Isbandi, 1989). Hasil pengamatan
terdapat 3,6 biji yang telah berkecambah , menunjukkan bahwa proses imbibisi yang
sedangkan perlakuan 30% HCl terdapat 2,6 paling banyak terjadi adalah pada biji asam
biji dan perlakuan 45% HCl ada 4,6 biji yang dengan perlakuan HCl 45%. Hal ini terjadi
telah berkecambah. Pada hari ke 22 perlakuan karena semakin pekat kandungan asam , maka
30% HCl ada kenaikan menjadi 4,3 yang semakin cepat larutan tersebut memacu
berkecambah. Pada hari ke 27 perlakuan 1% perusakan kulit biji. Hasil yang diperoleh ini,
ada 3, perlakuan 15% ada 6,6, perlakuan 30% sesuai dengan hasil penelitian Purnamasari
ada 5,3 dan perlakuan 45% ada 8,3 yang (2009) menyatakan bahwa semakin tinggi
berkecambah. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi asam yang digunakan untuk
konsentrasi 15% dan 30% masih encer, merendam biji akan mempercepat secara
sehingga hanya sedikit melunakkan kulit biji signifikan pecahnya kulit biji.

Gambar1. Grafik laju pekecambahan biji asam setelah perlakuan

Hasil uji Duncan’s menunjukkan bahwa asam. Persentase perkecambahan yang paling
perlakuan perendaman asam HCl berpengaruh besar adalah perlakuan HCl 45% yaitu rata –
nyata terhadap persentase perkecambahan biji rata sebesar 83,33%. Hasil ini membuktikan

190
Pengaruh Konsentrasi HCl terhadap Laju Perkecambahan Biji Asam Jawa (Tamarindus indica L.)

bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan Namun perlakuan HCl 15% dan HCl 30%
asam klorida yang diberikan maka akan tidak berbeda nyata. Disamping itu perlakuan
semakin efektif dalam pematahan dormansi HCl 15% juga tidak berbeda nyata terhadap
suatu biji yang mempunyai kulit biji yang kontrol.
sangat tebal dan keras seperti biji asam jawa.

Tabel 1. Presentase perkecambahan biji (%) Asam Jawa (Tamarindus indica L.) setelah perlakuan
HCl

Ulangan P0 =Kontrol 1%HCl P1 =15% HCl P2=30% HCl P3=45% HCl

1 10 50 60 90
2 40 80 50 100
3 40 70 50 60
c bc b
Rerata 30 66,67 53,33 83,33a

Keterangan : Angka-angka pada satu baris yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata

Proses pelunakan kulit biji terjadi kerja enzim protease akan dihasilkan asam
sebagai berikut, dinding sel tersusun atas amino yang berguna untuk pembentukan
mikrofibril selulosa yang terikat pada matrik protein baru misalnya alfa amilase yang jika
nonselulosik polisakarida. Mikrofibril selulosa ini meningkat akan memacu hidrolisis amilum
terdiri dari protein, pektin dan polisakarida. menjadi gula sederhana. Pembentukan amilase
Pektin dapat berubah menjadi Ca pektat juga dipengaruhi oleh giberelin dalam embrio.
melalui reaksi esterisasi dengan menambahkan Pada awal perkecambahan giberelin
Ca 2+ (Wareing dan Phillips, 1989). Perlakuan diaktifkan untuk membentuk amilase (Gardner
HCl dalam hal ini adalah merubah posisi ion dkk, 1991)
Ca dari substansi pektin, dikarenakan HCl Perlakuan HCl 15% dan HCl 30%
melepaskan hidrogen pada mikrofibril menghasilkan perkecambahan yang sedikit
selulosa. Pengikatan komponen matrik satu diduga larutan ini mempengaruhi pH materi
dengan yang lain melalui ikatan hidrogen. yang dikenainya, sehingga di bawah optimum.
Salah satu komponen matrik adalah siloglukan Derajad keasaman atau pH mempengaruhi
yang terikat dengan mikrofibril selulosa aktivitas kerja enzim. Hampir semua enzim
membentuk ikatan hidrogen. Ikatan ini mudah sensitif terhadap perubahan pH dan biasanya
lepas dengan adanya HCl, sehingga terjadi aktivitasnya berkurang bila pH medium
perubahan komponen dinding sel yang berubah dari pH optimalnya (Manitto, 1992).
kemudian dinding sel melonggar, turgor
menjadi berkurang dan kulit biji menjadi KESIMPULAN
lunak. Setelah terjadi penyerapan air, enzim
Perendaman dengan menggunakan HCl
diaktifkan dan masuk dalam endosperm dan
45% menghasilkan laju perkecambahan
mendegradasi zat cadangan makanan. Hasil
tercepat dan persentase perkecambahan
perombakan menjadi senyawa-senyawa
tertinggi yaitu 83,33 %, sehingga paling
sederhana ditransport ke embrio untuk
efektif dalam mematahkan dormansi biji asam.
pertumbuhannya. Selain itu dari aktivitas

191
Imansari dan Haryanti / Buletin Anatomi dan Fisiologi 2 (2) 2017

DAFTAR PUSTAKA Purnamasari, D. 2009. Tugas Akhir: Pengaruh


Konsentrasi dan Lama Perendaman
Gardner, F.W ; P, Pearce dan Michen, 1991. dalam Asam Sulfat terhadap
Fisiologi Pertumbuhan dan Perkecambahan Biji Ki Hujan (Samanea
Perkembangan Tanaman. Universitas saman). Malang: UIN Press
Indonesia Press, jakarta
Salisbury, F.B dan C.W, Ross. 1995. Fisiologi
Hertiningsih,A.2014.MateriAjar:TeknologiBe Tumbuhan . Diterjemahkan oleh Diah R
nih.http://Fp.ustjogja.ac.id/materi/12718 lukman, penerbit ITB. Bandung,
37815TeknologiBenih.pdf. Diakses pada
tanggal 29 November 2014. Soerodikoesomo, W. 1994. Anatomi dan
Fisiologi Tumbuhan. Jakarta :
Isbandi,1989.Pertumbuhan dan perkembangan Depdikbud.
Tanaman. UGM Press. Yogyakarta
Widyawati, N., Tohari, P. Yudono, dan I.
Manitto, P. 1992. Biosintesis Produk Alami. Soemardi. 2009. Permeabilitas dan
Diterjemahkan oleh Koesoemardiyah, Perkecambahan Benih Aren (Arenga
IKIP Semarang Press, Semarang pinnata (Wurmb.) Merr.). Jurnal
agronomi Indonesia 37(2): 152-15
Purba, S.Y.H. 2012. Dormansi Pada Biji Saga
(Abrus precatorius) dan Biji Asam Jawa. Wareing, P.F and I.D. Phillips, 1989. Growth
Program Pascasarjana Pendidikan and Deffrentiation Plant, 3rd edition.
Biologi Universitas Negeri Medan. Pergamon Press ,Chicago

Purnobasuki,H.2012.Perkecambahan.http://sk
p.unair.ac.id/repository/GuruIndonesia/P
erkecambahan_HeryPurnobasuki_237.p
df. diakses pada tanggal 29 November
2014.

192

Anda mungkin juga menyukai