Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

PENGARUH PERENDAMAN BIJI DALAM AIR TERHADAP


PERKECAMBAHAN

Disusun oleh :
Nama :
Rakmawati
NIM :
14030204055
Kelas :
Pendidikan
Biologi B 2014

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
SURABAYA
2016
A. Rumusan Masalah :
1. Bagaimana pengaruh lama perendaman biji dalam air terhadap
perkecambahan biji ?

B. Tujuan Percobaan :
1. Mengetahui pengaruh lama perendaman biji dalam air terhadap
perkecambahan biji.

C. Hipotesis :
HA : ‘Ada pengaruh lama perendaman biji dalam air terhadap
‘’’’’’’’’perkecambahan biji.
HO : Tidak ada pengaruh lama perendaman biji dalam air terhadap
‘’’’’’’’perkecambahan biji.

D. Kajian Pustaka
Banyaknya air yang memadai merupakan syarat utama terjadinya
perkecambahan, air dapat menghilangkan masa dormansi dari biji.
Perkecambahan merupakan permulaan kembali pertumbuhan embrio didalam
biji. Yang diperlukan adalah suhu yang cocok , dan persediaan oksigen yang
cukup. Terbuka terhadap cahaya untuk waktu yang sesuai juga merupakan
persyaratan untuk perkecambahan untuk beberapa kasus (Kimball, 1983)
Perkecambahan dapat diartikan sebagai proses pengaktifan kembali
aktifitas pertumbuhan sumbu embrio (embryonic axis) di dalam biji yang
berhenti untuk kemudian membentuk bibit (seedling). Pada embrio yang
sangat muda sel-selnya hampir sama bentuk dan ukuran belum
terdiferensisasi. Sel-sel ini membelah berulang-ulang kemudian mengalami
pertumbuhan, perkembangan dan diferensiasi beberapa waktu, akhirnya akan
kelihatan organ-organ permulaan yang belum sempurna seperti akar, batang
dan daun (Firdaus, dkk. 2006).
Untuk perkecambahan, biji harus mempunyai ketersediaan cukup air.
Pada suhu tinggi, jumlah air akan berkurang karena air menguap pada suhu
tinggi (Dwijoseputro, 1991).

1
Perkecambahan biji tidak hanya dipengaruhi oleh suhu, tapi juga
(bergantung pada spesies) dipengaruhi oleh cahaya, pemecahan kulit biji agar
radikula dapat menerobos keluar dan oksigen dan/atau air dapat masuk,
penghilangan zat penghambat kimiawi, dan pematangan embrio (Salisbury,
1995).
Pada kondisi pertumbuhan yang cocok, satu biji yang hidup akan
berkecambah dan menghasilkan satu tumbuhan muda atau kecambah. Gejala
luar pertama dari perkecambahan adalah pecahnya testa didaerah mikrofil
dan dari situ muncul radikula yang kemudian menancap ke tanah dan
menjadi akar (Loveless, 1987).
Air yang memegang peranan yang penting dalam proses perkecambahan
biji dan kehidupan tumbuhan. Fungsi air pada perkecambahan biji adalah
untuk melunakkan kulit biji. Air yang masuk secara imbibisi akan
melunakkan biji dan menyebabkan pengembangan embrio dan endosperm.
Air akan memberikan kemudahan masuknya oksigen kedalam biji. Dinding
sel yang kering hampir tidak permeabel untuk gas (Firdaus, dkk. 2006).
Penyerapan air melalui imbibisi dan osmosis merupakan proses yang
pertama terjadi pada perkecambahan diikuti dengan pelunakan biji.
Selanjutnya embrio dan endosperm akan membengkak sehingga mendesak
kulit biji yang sudah lunak sampai pecah. Makanan cadangan yang disimpan
dalam biji adalah berupa selulosa, pati, lemak dan protein. Sumber energi ini
pada monokotil terdapat dalam endosperm dan pada dikotil terdapat
kotiledon. Makanan ini berupa senyawa komplek bermolekul besar, tidak
dapat diangkut kedaerah sumbu embrio sehingga tidak dapat dimanfaatkan
langsung oleh titik tumbuh untuk pembentukan protoplasma baru. Oleh
sebab itu zat ini harus dipecah dahulu menjadi senyawa sederhana, larut
dalam air sehingga dapat diangkut. Proses perombakan senyawa ini dapat
terjadi dengan bantuan enzim-enzim pencernaan yang terdapat dalam biji
yang mnguraikan pati dan hemiselulosa menjadi gula; lemak menjadi asam
lemak dan gliserol serta protein menjadi asam amino. Hasil rombakan ini
larut dalam air sehingga mudah untuk di angkut (Salisbury, 1995).

2
Imbibisi air oleh biji menyebabkan berlangsungnya reaksi kimia
sehingga perkecambahan terjadi dengan adanya penembusan radial kulit biji
dan pelepasan posfat dan kation dari vitin juga berlangsung segera setelah
perkecambahan dan sebagian ion diangkut oleh tumbuhan lewat floem
(Santoso, 1990).
Air yang diserap oleh biji digunakan untuk proses respirasi, energi yang
terbentuk akan digunakan untuk perkecambahan. Respirasi adalah reaksi
oksidasi senyawa organik untuk menghasilkan energi yang digunakan untuk
aktivitas sel dan kehidupan tumbuhan dalam bentuk ATP atau senyawa
berenergi tinggi lainnya. Selain itu respirasi juga menghasilkan senyawa
antara yang berguna sebagai bahan sintesis berbagai senyawa lain (Salisbury,
1995).
Dalam proses perkecambahan fithohormon sangat diperlukan yaitu:
1. Giberelin untuk enzim hidrolitik.
2. Sitokinin merangsang pembelahan sel, menghasilkan munculnya
akar lembaga dan pucuk lembaga. Perluasan awal pada koleoriza
(munculnya ujung akar) terutama karena pembesaran sel.
3. Auksin meningkatkan petumbuhan karena pembesaran koleoriza
akar lembaga dan pucuk lembaga dan aktivasi geotropi yaitu
orientasi yang benar pada pertumbuhan akar dan pucuk, terlepas
dar orientasi (Firdaus dkk, 2006).
Faktor yang mempengaruhi kecepatan penyerapan air oleh biji adalah:
1. Konsentrasi air
Konsentrasi yang dimaksud disini adalah konsentrasi air
diluar biji dibandingkan dengan konsentrasi air didalam biji.
2. Permeabilitas kulit biji atau membrane biji.
Ada biji dimana kulitnya keras dan ada pula kulit biji yang
lunak dan permiabel.
3. Suhu
Apabila suhu air ditingkatkan, hal ini akan meningkatkan
difusi air ke dalam biji sampai batas waktu tertentu.

3
4. Luas permukaan biji yang kontak dengan air.
Kecepatan penyerapan air oleh biji berbanding lurus dengan
luas permukaan.
5. Tekanan hidrostatik
Meningkatnya volume air yang masuk akan menimbulkan
tekanan hidrostatik. Meningkatnya tekanan hidrostatik dalam
biji akan memperlambat penyerapan air.
6. Spesies.
Masing – masing spesies mempunyai kecepatan penyerapan
tertentu.
7. Komposisi kimia.
Biji yang mempunyai kadar protein yang tinggi menyerap
lebih cepat sampai tingkat tertentu dibandingkan dengan biji
yang kadar karbohidratnya tinggi atau kadar minyaknya tinggi.
8. Umur biji
Biji tua menyerap lebih cepat dan membutuhkan air lebih
banyak (Firdaus dkk, 2006).

E. Variabel Penelitian :
1. Variabel manipulasi : lama perendaman biji (4 jam, 3 jam, 2
jam, 1 jam, dan 0 jam atau tanpa
perendaman).
2. Variabel kontrol : jenis biji (biji jagung).
3. Variabel respon : perkecambahan biji (jumlah biji yang
‘’’’’berkecambah).

4
F. Definisi Operasional Variabel :
1. Variabel manipulasi : lama perendaman biji. Yaitu masing-
masing 50 biji jagung direndam air selama 0
jam (tanpa perendaman), 1 jam, 2 jam, 3
jam, dan 4 jam. Setelah semua biji jagung
sudah diberi perlakuan perendaman, biji
ditanam dalam wadah dengan media
kapas. Kemudian diamati setiap hari
(selama 10 hari).
2. Variabel respon : jumlah biji jagung yang berkecambah
setiap harinya. Diamati selama 10 hari dan
dihitung tren perkecambahannya.

G. Alat dan Bahan :


a. Alat :
1. Toples 5 buah.
2. Kapas secukupnya.

b. Bahan :
1. Biji jagung 250 biji.
2. Air secukupnya.

5
H. Rancangan Percobaan

250 biji jagung

50 biji direndam 50 biji direndam 50 biji direndam 50 biji direndam 50 biji tanpa
dalam air 4 jam. dalam air 3 jam. dalam air 2 jam. dalam air 1 jam. perendaman.

Menanam dalam waktu bersamaan pada toples yang sudah diberi label dan
disimpan ditempat yang gelap.

Mengamati setiap hari (selama 10 hari) jumlah biji yang berkecambah.

I. Langkah Kerja :
1. Merendam biji jagung selama 4 jam, 3 jam, 2 jam, 1 jam dan 0 jam
(tanpa perendaman).
2. Menanam biji jagung pada waktu yang bersamaan pada toples yang
telah dialasi dengan kapas basah, masing-masing toples berisi 50 biji
jagung.
3. Menutup toples dan menyimpannya di tempat yang gelap dan diamati
setiap hari berapa jumlah biji yang berkecambah selama 10 hari.

 biji yang berkecambah 4. Presentase

jumlah keseluruhan biji perkecambahan


= x 100%
Indeks kecepatan X
X
Xn1
2
1
n
2
perkecambahan (IKP) = + + ..... +
Xn = banyaknya biji yang berkecambah pada hari ke-n.

J. Rancangan Tabel Pengamatan

6
Pada praktikum ini, variabel yang diamati ialah jumlah biji jagung yang
tumbuh setiap harinya. Berikut ini merupakan tabel pengaruh lama perendaman
biji dalam air terhadap perkecambahan biji jagung :

Tabel 1.1 Pengaruh lama perendaman biji dalam air terhadap perkecambahan biji
jagung.
PERENDAMAN PERKECAMBAHAN PRESENTASE IKP
HARI KE- PERKECAMBAHAN
1. 0 0%
2. 0 0%
3. 5 10%
4. 3 16%
5. 4 24%
6. 1 26%
7. 4 34%
0 jam 8. 3 40% 4,64
9. 1 42%
10. 2 46%
1. 0 0%
2. 2 4%
3. 4 12%
4. 12 36%
5. 6 48%
6. 4 56%
7. 1 58%
1 jam 8. 1 60% 8,31
9. 4 68%
10. 4 76%

PERENDAMAN PERKECAMBAHAN PRESENTASE IKP


HARI KE- PERKECAMBAHAN
1. 0 0%
2. 6 12%
3. 8 28%
4. 10 48%
5. 4 56%
6. 3 62%
7. 1 64%
2 jam 8. 4 72% 10,73
9. 2 76%

7
10. 4 84%
1. 0 0%
2. 8 16%
3. 12 40%
4. 8 56%
5. 5 66%
6. 4 74%
7. 1 76%
3 jam 8. 4 84% 12,75
9. 4 92%
10. 0 92%
1. 0 0%
2. 13 26%
3. 7 40%
4. 11 62%
5. 8 78%
6. 2 82%
7. 2 86%
4 jam 8. 6 98% 14,66
9. 1 100%
10. - -

Berdasarkan tabel diatas, berikut ini adalah grafik pengaruh lama


perendaman biji dalam air terhadap perkecambahan biji jagung :

Gambar 1.1. Grafik pengaruh lama perendaman biji dalam air terhadap
perkecambahan biji jagung.

8
K. Rencana Analisis Data
Berdasarkan hasil pengamatan diatas maka dapat diketahui bahwa lama
perendaman biji berpengaruh terhadap perkecambahan biji jagung. Pada
perlakuan perendaman biji jagung di dalam air selama 4 jam memiliki indeks
kecepatan perkecambahan (IKP) yang paling tinggi, yaitu sebesar 14,66.
Sedangkan pada perlakuan biji tanpa perendaman (0 jam) memiliki nilai IKP
yang terendah, yaitu sebesar 4,64. Sehingga dapat diambil hasil analisis bahwa
semakin lama waktu perendaman, maka semakin tinggi pula nilai indeks
kecepatan perkecambahan (IKP).

L. Hasil Analisis Data


Penyerapan air melalui imbibisi dan osmosis merupakan proses yang pertama
terjadi pada perkecambahan diikuti dengan pelunakan biji. Selanjutnya embrio
dan endosperm akan membengkak sehingga mendesak kulit biji yang sudah lunak
sampai pecah. Makanan cadangan yang disimpan dalam biji adalah berupa
selulosa, pati, lemak dan protein. Sumber energi ini pada monokotil terdapat
dalam endosperm dan pada dikotil terdapat kotiledon. Makanan ini berupa
senyawa komplek bermolekul besar, tidak dapat diangkut kedaerah sumbu
embrio sehingga tidak dapat dimanfaatkan langsung oleh titik tumbuh untuk
pembentukan protoplasma baru. Oleh sebab itu zat ini harus dipecah dahulu
menjadi senyawa sederhana, larut dalam air sehingga dapat diangkut. Proses
perombakan senyawa ini dapat terjadi dengan bantuan enzim-enzim pencernaan
yang terdapat dalam biji yang mnguraikan pati dan hemiselulosa menjadi gula;

9
lemak menjadi asam lemak dan gliserol serta protein menjadi asam amino. Hasil
rombakan ini larut dalam air sehingga mudah untuk di angkut (Salisbury, 1995).
Berdasarkan analisis data di atas, diketahui bahwa harga IKP bertambah
besar seiring dengan lamanya perendaman dan prosentase perkecambahan
bertambah besar seiring dengan lamanya perendaman terhadap biji jagung.
Prosentase perkecambahan biji jagung yang dilakukan perendaman paling lama
(4 jam) memiliki prosentase paling besar dibanding dengan direndam selama 3
jam, 2 jam, 1 jam, dan tidak direndam. Biji yang direndam selama 4 jam memiliki
harga IKP paling besar dari biji yang direndam selama 3 jam, 2 jam, 1 jam, dan 0
jam. Hal tersebut disebabkan oleh semakin lama biji direndam, maka semakin
besar masuknya air ke dalam endosperma biji. Perendaman biji dalam air
mengakibatkan kulit biji lembab dan lebih lunak memungkinkan pecah dan robek
sehingga perkembangan embrio dan endosperm lebih cepat terjadi, serta untuk
memberikan fasilitas masuknya oksigen (larut dalam air) kedalam biji. Fungsi air
pada perkecambahan biji adalah untuk melunakkan kulit biji. Air yang masuk
secara imbibisi akan melunakkan biji dan menyebabkan pengembangan embrio
dan endosperm. Air akan memberikan kemudahan masuknya oksigen kedalam
biji. Dinding sel yang kering hampir tidak permeabel untuk gas (Firdaus, dkk.
2006). Selain itu air juga berfungsi mengencerkan protoplasma sehingga dapat
mengaktifkan berbagai fungsinya serta sebagai alat transport larutan makanan
dari endosperm atau kotiledon ke titik tumbuh, dimana akan terbentuk
protoplasma baru.
Sebaliknya pada biji yang tidak direndam, kulit biji menjadi keras sehingga
proses perkembangannya menjadi lambat. Keberadaan air bagi biji akan
mengimbibisi dinding sel biji dan menentukan turgor sel sebelum membelah. Biji
dapat diketahui berkecambah jika yang pertama muncul dari biji tersebut adalah
radikula (akar lembaga) yang berasal dari kulit biji yang pecah akibat
pembengkakan biji setelah biji mengalami proses imbibisi. Pada biji yang kering
gas O2 akan masuk ke dalam sel secara difusi. Apabila dinding sel kulit biji dan
embrio telah menyerap air, maka suplai okigen akan meningkat pada sel-sel
hidup, sehingga memungkinkan untuk terjadinya proses respirasi dan CO 2 yang
dihasilkan lebih mudah berdifusi keluar. Sedangkan untuk biji yang tidak

10
direndam, dinding selnya hampir tidak permeable untuk gas, sehingga masuknya
O2 ke dalam biji akan menjadi lambat. Pada biji yang direndam dengan air dapat
membentuk alat transport makanan yang berasal dari endosperm, kotiledon pada
titik tumbuh pada embrionik di ujung yang nantinya akan digunakan untuk
membentuk protoplasma baru. Namun ketika suplai air rendah atau tidak tersedia
maka pembentukan sitoplasma baru akan berlangsung sangat lambat.
Air berpengaruh terhadap kecepatan reaksi biokimia dalam sel yang
berhubungan dengan kerja enzim. Perkecambahan memerlukan suhu yang tepat
untuk aktivitas enzim, sehingga dalam percobaan ini diletakkan pada tempat
gelap. Keadaan gelap berpengaruh terhadap bentuk luar dan laju perpanjangan.
Tumbuhan yang diletakkan di tempat gelap akan tumbuh lebih cepat daripada
yang ditempatkan di tempat yang terkena cahaya. Hal ini dilakukan untuk
menjaga intensitas cahaya yang diterima tumbuhan agar pertumbuhan
berlangsung dengan baik.
Salah satu faktor dalam yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman adalah hormone tumbuhan. Pada biji jagung mengalami
masa dormansi namun tidak lama. Ketika dormansi biji jagung telah hilang maka
biji akan membentuk hormon giberelin dan sitokinin yang diperlukan untuk
mengungguli efek kerja penghambat pertumbuhan, sehingga pertumbuhan pun
dapat dimulai. Dalam keadaaan tersebut, dilakukan perendaman dalam air maka
biji pun akan berkecambah. Kadar air dalam sel berpengaruh terhadap
pembentukan hormone, sehingga biji jagung yang direndam selama 4 jam akan
lebih cepat berkecambah sehingga IKP tinggi dan prosentase perkecambahan pun
juga tinggi. Sebaliknya dengan biji jagung yang tidak direndam yaitu memiliki
IKP rendah akibat hormone giberelin dan sitonin ketika sudah dihasilkan tidak
dapat diteruskan pada proses lebih lanjut yaitu perkecambahan akibat tidak
tersedianya air. Oleh karena itu ketersediaan air mempengaruhi proses
pertumbuhan dan perkembangan.

M. Kesimpulan

11
Ada pengaruh lama perendaman biji dalam air terhadap perkecambahan biji.
Semakin lama waktu perendaman, semakin tinggi nilai indek kecepatan
perkecambahan (IKP) biji.

N. Daftar Pustaka
Dwidjoseputro, D. 1986. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : PT.
Gramedia
Firdaus, dkk. 2006. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB Press.
Heddy, S. 1990. Biologi Pertanian. Jakarta : Rajawali.
Kimbal, Jhon W. 1983. Biologi Jilid 2 Edisi kelima. Bogor : Erlangga
Lovelles, A. R. 1999. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah
Tropik. Jakarta: PT. Gramedia Indonesia.
Salisbury dan Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Institut Teknik
Bandung: Bandung.
Santoso. 1990. Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Yuliani, Yuni Sri R. dan Sari Kusuma D. 2016. Petunjuk Praktikum Mata
Kuliah Fisiologi Tumbuhan. Surabaya: FMIPA UNESA Surabaya.

12
LAMPIRAN

13
14

Anda mungkin juga menyukai