Anda di halaman 1dari 9

A.

Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh perendaman biji sebelum penanaman


terhadap pertumbuhan tanaman jagung (zea mays)

B. Landasan Teori
Perkecambahan (germinasi) merupakan suatu proses keluarnya bakal
tanaman (tunas) dari lembaga yang disertai dengan terjadinya mobilisasi
cadangan makanan dari jaringan penyimpanan atau keping biji ke bagan
vegetatif (sumbu pertumbuhan embrio atau lembaga). Proses
perkecambahan dipengaruhi oleh kondisi tempat dikecambahkan. Faktor-
faktor lingkungan yang berpengaruh adalah air, gas, suhu, dan cahaya.
Temperatur optimum untuk perkecambahan adalah 34°C (Astawan, 2009).
Benih yang tak diberi perlakuan akan berkecambah dalam waktu 4
bulan Penempatan benih dalam media yang lembap dan di bawah sinar
matahari yang hangat dapat mempercepat proses perkecambahan.
Pemecahan kulit biji dan merendamnya semalaman dalam air mungkin
juga mempercepat perkecambahan (Krisnawati, dkk., 2011).
Sutopo, (2002) menyatakan bahwa perendaman dalam air dapat
memudahkan penyerapan air oleh benih, sehingga kulit benih menjadi lisis
dan lemah, selain itu juga dapat dimakan untuk pencucian benih sehingga
benih terbebas dari patogen yang menghambat perkecambahan benih.
Untuk mempertahankan daya perkecambahan yang tinggi biji yang kurang
baik kualitasnya biasanya direndam dalam air (Elevitch dan Manner.
2006)
Permulaan fase perkecambahan ini ditandai dengan pengisapan air
atau imbibisi. Imbibisi adalah peristiwa penyerapan air oleh permukaan
zat-zat yang hidrofilik, yang menyebabkan zat tersebut mengembang
setelah menyerap air. Kata imbibisi berasal dari kata Latin imbibere yang
berarti "menyelundup". Proses imbibisi yang terjadi pada biji berguna
untuk melunakkan kulit biji dan menyebabkan pengembangan embrio dan
endosperma. Hal ini menyebabkan pecah atau robeknya kuit biji selain itu,
air memberikan fasilitas untuk masuknya oksigen ke dalam biji. Dinding
sel yang kering hampir tidak permeabel untuk gas, tetapi apabila dinding
sel mengalami imbibisi, maka gas akan masuk ke dalam sel secara difusi.
Apabila dinding sel kulit biji dan embrio menyerap air, maka suplai
oksigen meningkat kepada sel-sel hidup sehingga memungkinkan lebih
aktifnya pernafasan. Sehingga di dalam proses imbibisi ditimbulkan panas.
Sebaliknya CO: yang dihasilkan oleh pernapasan tersebut lebih mudah
keluar secara difusi. Peristiwa imbibisi pada hakikatnya tidak lain adalah
suatu proses difusi. Sel-sel biji kering mempunyai nilai osmosis tinggi
sehingga molekul-molekul air berdifusi ke dalam sel biji kering. Peristiwa
imbibisi juga hakikatnya adalah peristiwa osmosis. Dinding sel-sel kulit
biji kering adalah permeabel untuk molekul-molekul air. Sehingga
molekul air dengan mudahnya melewati pori yang ada pada dinding sel
tersebut (Advinda, 2018).

C. Alat dan Bahan


1. Penggaris
2. Pacul
3. Cup
4. Tanah
5. Air
6. Biji Jagung

D. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan
2. Rendam salah satu biji jagung selama 12 jam
3. Masukkan tanah ke dalam cup
4. beri lubang pada tanah dengan kedalaman yang sama
5. Masukkan biji jagung yang tidak direndam dan sudah direndam ke
dalam masing-masing cup
6. Tutup Kembali lubang yang sudah diberi biji jagung
7. Siram air setiap hari dan amati pertumbuhannya
No. Waktu Di Rendam Tidak di Rendam

1. Hari ke-1 Belum terlihat Belum terlihat

2. Hari ke-2 Belum terlihat Belum terlihat


Tinggi sudah terlihat
3. Hari ke-3 0,8 cm Belum terlihat
Tinggi sudah terlihat
4. Hari ke-4 Tinggi 1,2 cm 0,5 cm

5. Hari ke-5 Tinggi 3,9 cm Tinggi 2,5 cm

6. Hari ke-6 Tinggi 5,8 cm Tinggi 3,5 cm

8. Catat hasil pengamatan pada tabel

E. Hasil pengamatan

F. Pembahasan
Pada tabel menunjukkan bahwa terdapat pengaruh perendaman
biji jagung. Biji jagung yang melewati proses perendaman, pertumbuhan
nya lebih cepat di bandingkan biji yang tidak di rendam. Pada hari ke 3,
biji jagung yang melewati proses perendaman sudah terlihat dan dapat di
ukur, sedangkan biji jagung tidak direndam pertumbuhan nya baru terlihat
dan dapat di ukur pada hari ke 4.
Ketika biji direndam terjadi proses imbibisi yakni proses
penyerapan air ke dalam rongga jaringan melalui pori-pori secara pasif,
terutama karena daya serap senyawa polisakarida, seperti hemiselulosa,
pati, dan selulosa. Proses ini terjadi ketika air masuk ke dalam benih
melewati proses imbibisi yang merupakan proses spesifik serta imbibisi air
oleh benih sangat dipengaruhi oleh komposisi kimia benih, permeabilitas
benih dan juga jumlah air yang tersedia, baik air maupun dalam bentuk
cairan.
Proses imbibisi terjadi melalui akar yang bekerja menyerap air
pada tanah. Akan tetapi, pada biji belum mempunyai akar sehingga biji
butuh direndam agar sel-sel akibat penyerapan air selama proses imbibisi
terjadi pertambahan volume dan juga bobot basah benih. Pertambahan
volume benih tersebut sangat cepat pada awal proses imbibisi serta
semakin lama pertambahannya semakin lambat. (Leopold, 1983)
Selain itu air yang diserap dibutuhkan untuk mengaktifkan hormon
giberelin yang merupakan hormon yang memiliki pengaruh terhadap
perkembangan dan perkecambahan embrio. Giberelin akan merangsang
pembentukan enzim amylase. Enzim tersebut memiliki peran memecah
senyawa amilum yang terdapat pada endosperm (cadangan makanan)
menjadi senyawa glukosa. Glukosa ini menjadi sumber energi untuk
pertumbuhan. Giberelin juga berguna dalam proses pembentukan biji,
yakni merangsang pembentukan serbuk sari atau polen, memperbesar
ukuran buah, merangsang pembentukan bunga dan mengakhiri masa
dormansi pada biji.

G. Kesimpulan
Merendam benih sebelum menanam memiliki pengaruh yang
signifikan dibandingkan benih yang tidak melalui proses perendaman.
Proses perendaman akan membantu benih lebih cepat berkecambah
(proses awal tanaman mulai tumbuh). Tumbuhan yang melewati tahap
perendaman akan meningkatkan kadar air pada benih, secara alami kadar
air yang lebih tinggi ini menjadi pemicu pada benih untuk tumbuh.
Sehingga, benih yang melewati proses perendaman relatif lebih cepat
tumbuh dibandingkan yang tidak.

H. Daftar Pustaka
Advinda, Linda 2018. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Yogyakarta:
Decpublish
Astawan, Made. 2009. Sehat Dengan Hidangan Kacang Dan Biji-bijian.
Jakarta:Penebar Swadaya.
Krisnawati, Haruni, Maarit Kallio, Markku Kanninen. 2011. Aleurites
moluccana (L) Willd.: Ekologi, Silvikultur dan Produktivitas.
Bogor. Center of International Forestry Research
Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih (edisi revisi). Fakultas Pertanian Univ
Brawijaya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Festina, 2021. Proses Perendaman Biji Sebelum Ditanam https://alat-ukur-
indonesia.com/proses-perendaman-biji-sebelum-ditanam/.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai