Anda di halaman 1dari 13

IMBIBISI PADA BIJI

LAPORAN PRAKTIKUM
disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan yang
diampu oleh:
Dr. Taufik Rahman, M.Pd.
Dr. Hj. Sariwulan Diana, M.Si.

oleh:
Pendidikan Biologi A-2016
Kelompok 4
Aginda Zahra F (1603723)
Alfhi Fauzan (1602333)
Gilang pratiwi (1600641)
Medisa Shania D (1600290)
Nada Hasna P (1601928)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2019
A. Judul
Imbibisi pada Biji
B. Landasan Teori
Tumbuhan memperoleh sumber nutrisi dari ingkungan berupa O2,
CO2, air, dan unsur hara. Mekanisme proses penyerapan unsur-unsur
tersebut berlangsung dengan berbagai cara, diantaranya difusi, osmosis,
transpor aktif, dan Imbibisi. Imbibisi merupakan salah satu proses difusi
yang berlangsung pada tanaman, proses ini biasanya terjadi pada biji
tumbuhan. Imbibisi adalah masuknya air pada ruang intraseluler dari
konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Proses ini tidak melibatkan
membran, karena proses ini terjadi saat permukaan permukaan struktur
miskropkopis sel tumbuhan, seperti selulosa, butir pati, protein, dan bahan
lainnya yang dapat menarik dan memegang molekul-molekul air dengan
gaya tarik antarmolekul.
Peristiwa imbibisi juga bisa dikatakan sebagai suatu proses
penyusupan atau peresapan air ke dalam ruangan antar dinding sel, sehingga
dinding selnya akan mengembang. Misalnya masuknya air pada biji saat
berkecambah dan biji kacang yang direndam dalam air beberapa jam.
Perbedaan antara osmosis dan imbibisi yaitu pada imbibisi terdapat
adsorban. Ada dua kondisi yang diperlukan untuk terjadinya imbibisi adalah
adanya gradient potensial air antara permukaan adsorban dengan senyawa
yang diimbibisi dan adanya afinitas antara komponen adsorban dengan
senyawa yang diimbibisi. Dinding sel hidup selalu rembes dan kadang-
kadang dikelilingi oleh larutan cair yang sinambung dari satu sel ke sel
lainnya, sehingga membentuk suatu jalinan pada seluruh tumbuhan.
Dipandang dari sudut hubungannya dengan larutan ini, sebuah sel tumbuhan
biasanya dapat dibandingkan dengan sistem osmosis tipe tertutup. Kedua
selaput sitoplasma, yaitu plasmalema di sebelah luar dan tonoplas di sebelah
dalam, kedua-duanya sangat permeabel terhadap air, tetapi relatif tak
permeabel terhadap bahan terlarut, sehingga untuk mudahnya seluruh
lapisan sitoplasma itu dapat dianggap sebagai membran sinambung dan
semi-permeabel ( Lakitan, 2004).
Imbibisi dipengaruhi oleh dua factor, yaitu temperature dan
potensial osmosis senyawa yang diimbibisi. Temperatur tidak
mempengaruhi kecapatan imbibisi, sedangkan potensial osmosis dapat
mempengaruhi kedua-duanya. Saat biji kacang hijau yang kering direndam
dalam air, air akan masuk ke ruang antarsel penyusun endosperm secara
osmosis. Peristiwa tersebut termasuk peristiwa imbibisi. Kecepatan imbibisi
berbanding lurus dengan kenaikan suhu dan berbanding terbalik dengan
kenaikan konsentrasi zat. Banyak benda-benda kering atau benda setengah
padat dapat menyerap air (absorpsi) karena benda-benda tersebut
mengandung materi koloid yang hidrofil. Hidrofil artinya menarik air.
Contoh pada tumbuhan misalnya biji yang kering. Penyerapan air
dipengaruhi oleh faktor dalam (disebut pula faktor tumbuhan) dan faktor
luar atau faktor lingkungan (Yusuf, 2009).
Faktor dalam terdiri dari:

a. Kecepatan transpirasi: semakin cepat transpirasi makin cepat


penyerapan.
b. Sistem perakaran: tumbuhan yang mempunyai system perakaran
berkembang baik, akan mampu mengadakan penyerapan lebih kuat
karena jumlah bulu akar semakin banyak.
c. Kecepatan metabolisme: karena penyerapan memerlukan energi, maka
semakin cepat metabolismem (terutama respirasi) akan
mempercepat penyerapan. (Yusuf, 2009).

Faktor lingkungan terdiri dari:

a. Ketersediaan air tanah: tumbuhan dapat menyerap air bila air tersedia
antara kapasitas lapang dan konsentrasi layu tetap. Bila air melebihi
kapasitas lapang penyerapan terhambat karena akan berada dalam
lingkungan anaerob.
b. Konsentrasi air tanah: air tanah bukan air murni, tetapi larutan yang
berisi berbagai ion dan molekul. Semakin pekat larutan tanah semakin
sulit penyerapan
b. Temperatur tanah: temperatur mempengaruhi kecepatan metabolism.
Ada temperatur optimum untuk metabolisme dan tentu saja ada
temperatur optimum untuk penyerapan.
c. Aerasi tanah: yang dimaksud dengan aerasi adalah pertukaran udara,
yaitu maksudnya oksigen dan lepasnya CO2 dari lingkungan. Aerasi
mempengaruhi proses respirasi aerob, kalau tidak baik akan
menyebabkan terjadinya kenaikan kadar CO2 yang selanjutnya
menurunkan pH. Penurunan pH ini berakibat terhadap permeabilitas
membran sel. (Yusuf, 2009).

Proses imbibisi terjadi melalui akar yang bekerja menyerap air


tanah. Namun, pada biji belum mempunyai akar sehingga biji perlu
direndam agar sel-sel yang ada dalam biji dapat aktif tumbuh.

Fungsi air pada perkecambahan benih:

1. Air yang diserap oleh benih berguna untuk melunakkan kulit benih dan
menyebabkan pengembangan embrio dan endosperm, sehingga
menyebabkan kulit benih menjadi pecah.
2. Air memberi fasilitas untuk masuknya oksigen ke dalam benih .
Dinding sel yang berimbibisi bersifat permeabe1 sehingga gas dapat
masuk ke dalam sel secara difusi . Pasokan oksigen meningkat apabila
kulit benihmenyerap air sehingga mengaktifkan pernafasan.
3. Air berguna untuk mengencerkan protoplasma sehingga dapat
mengaktifkan fungsinya. Bila protoplasma mengandung air maka sel-
sel hidup akan melaksanakan proses-proses kehidupan termasuk
pencernaan, asimilasi dan tumbuh.
4. Air berguna sebagai alat transport larutan makanan dari endosperm atau
koyilkedon ke titik tumbuh pada poros embrio untuk
membentuk protoplasma baru. Akibat penyerapan air selama proses
imbibisi terjadi pertambahan volumedan bobot basah benih.

Pertambahan volume benih tersebut sangat cepat pada awal proses


imbibisi dan semakin lama pertambahannya semakin lambat. (Muatika,
2012). Selain itu air yang diserap diperlukan untuk mengaktifkan hormon
giberelin yang merupakan hormon yang berpengaruh terhadap
perkembangan dan perkecambahan embrio. Giberelin akan merangsang
pembentukan enzim amylase. Enzim tersebut berperan memecah senyawa
amilum yang terdapat pada endosperm (cadangan makanan) menjadi
senyawa glukosa. Glukosa ini menjadi sumber energy untuk pertumbuhan.
Giberelin juga berfungsi dalam proses pembentukan biji, yaitu
merangsang pembentukan serbuk sari (polen), memperbesar ukuran buah,
merangsang pembentukan bunga dan mengakhiri masa dormansi pada biji.

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh temperatur larutan yang diimbibisi terhadap
peristiwa imbibisi yang terjadi pada biji tumbuhan?
2. Bagaimana pengaruh potensial osmosis larutan yang diimbibisi
terhadap peristiwa imbibisi yang terjadi pada biji tumbuhan?

D. Tujuan
1. Memahami pengaruh temperatur larutan yang diimbibisi terhadap
peristiwa imbibisi yang terjadi pada biji tumbuhan
2. Memahami pengaruh potensial osmosis larutan yang diimbibisi
terhadap peristiwa imbibisi yang terjadi pada biji tumbuhan

E. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Hari, Tanggal : Selasa, 9 Oktober 2019
Waktu : 07.00-09.30 WIB
Tempat : Laboratorium Fisiologi FPMIPA UPI

F. Alat dan Bahan


Tabel 1. Alat Praktikum Imbibisi pada Biji

No Nama Alat Jumlah


1 Rak tabung 1 buah
2 Tabung reaksi 9 buah
3 Panangas air 40˚C 1 buah
4 Panangas air 60˚C 1 buah
5 Timbangan 1 buah
6 Alumunium foil 9 buah
Tabel 2. Bahan Praktikum Imbibisi pada Biji

No Nama Bahan Jumlah


1 Larutan Sukrosa 1 M 30 ml
2 Larutan Sukrosa 0,1 M 30 ml
3 Akuades 30 ml
4 Biji Ketumbar 90 buah

G. Langkah Kerja

Sembilan buah tabung reaksi Satu tabung dari masing-masing


disiapkan dan dilabeli masing- kelompok dilabeli suhunya menjadi
masing tiga tabung untuk larutan 40˚C, 60˚C, dan suhu kamar
sukrosa 0.1 M, 1 M, dan akuades

Biji ketembar yang telah ditimbang Biji ketumbar dipilih menjadi 10


dimasukkan pada setiap tabung dan buah pada masing-masing tabung
tabung di masukan pada panangas air dan ditimbang
selama 1 jam

Setiap biji ketumbar di dalam tabung


reaksi ditimbang kembali dan kecepatan
imbibisi setiap kelompok dihitung

Diagram 1. Langkah Kerja Praktikum Imbibisi Pada Biji


H. Hasil Pengamatan
Tabel 3. Hasil Pengamatan Imbibisi Pada Biji

Selisih Kecepatan
Suhu
Kelompok Biji Larutan Berat Imbibisi
(ºC)
(gr) (gr/detik)
Kamar + 1.01 3.05 x 10-4
Aquades 40 +1.7 4.7 x 10-4
60 +1.8 5 x10-4
Kamar +0.84 2.3 x 10-4
1 Kedelai Sukrosa 0.5 M 40 +1.03 2.9 x 10-4
60 +1.13 3.1 x 10-4
Kamar +1.77 4.9 x 10-4
Sukrosa 1 M 40 +0.84 2.3 x 10-4
60 +1.1 3.05 x 10-4
Kamar +0.04 1.11 x 10-4
Aquades 40 +0.03 8.33 x 10-4
60 +0.06 1.67 x 10-4
Kamar +0.03 8.33 x 10-4
Capsicum
2 Sukrosa 0.5 M 40 +0.03 8.33 x 10-4
annum
60 0 0
Kamar +0.03 8.33 x 10-4
Sukrosa 1 M 40 _0.05 1.58 x 10-4
60 +0.02 5.55 x 10-4
Kamar +1.32 3.67 x 10-4
Aquades 40 +1.29 3.58 x 10-4
60 +1.43 3.97 x 10-4
Kamar +1.2 3.33 x 10-4
3 Selasih Sukrosa 0.5 M 40 +1.42 3.94 x 10-4
60 +1.39 3.86 x 10-4
Kamar +2.1 5.83 x 10-4
Sukrosa 1 M 40 +2.48 6.89 x 10-4
60 +2.72 7.56 x 10-4
Kamar +0.12 3.33 x 10-5
Aquades 40 +0.14 3.8 x 10-5
60 +0.13 3.6 x 10-5
Kamar +0.11 3.0 x 10-5
4 Ketumbar Sukrosa 0.5 M 40 +0.10 2.7 x 10-5
60 +0.15 4.2 x 10-5
Kamar +0.07 3.3 x 10-5
Sukrosa 1 M 40 +0.09 3.8 x 10-5
60 +0.11 3.6 x 10-5
Kamar +2.70 3.35 x 10-5
Aquades 40 +2.73 2.83 x 10-5
60 +2.92 9.72 x 10-5
Kamar +2.93 1.02 x 10-4
5 Saga Sukrosa 0.5 M 40 +2.81 6.67 x 10-5
60 +2.79 7.22 x 10-5
Kamar +2.78 6.67 x 10-5
Sukrosa 1 M 40 +2.89 9.72 x 10-5
60 +2.73 8.33 x 10-5
Kamar +0.26 7.2 x 10-5
6 Jagung Aquades 40 +0.32 8.8 x 10-5
60 +0.39 10.8 x 10-4
Kamar +0.22 6.1 x 10-5
Sukrosa 0.5 M 40 +0.33 9.1 x 10-5
60 +0.31 8.6 x 10-5
Kamar +0.18 5 x 10-5
Sukrosa 1 M 40 +0.26 7.2 x 10-5
60 +0.24 6.7 x 10-5
Kamar +0.04 1.1 x 10-5
Aquades 40 +0.07 1.9 x 10-5
60 +0.12 3.3 x 10-5
Kamar +0.14 3.9 x 10-5
7 Kangkung Sukrosa 0.5 M 40 +0.07 1.9 x 10-5
60 +0.02 5.5 x 10-5
Kamar _+0.08 2.2 x 10-5
Sukrosa 1 M 40 +0.05 1.4 x 10-5
60 +0.09 2.5 x 10-5
Kamar +0.01 2.7 x 10-6
Aquades 40 +0.02 5.5 x 10-6
60 +0.06 1.66 x 10-5
Kamar +0.08 2.2 x 10-5
8 Kacang Hijau Sukrosa 0.5 M 40 +0.01 2.7 x 10-6
60 +0.06 1.66 x 10-5
Kamar +0.01 2.7 x 10-6
Sukrosa 1 M 40 +0.01 2.7 x 10-6
60 +0.06 2.5 x 10-5
Kamar +0.91 2.53 x 10-4
Aquades 40 +0.98 2.73 x 10-4
60 +1.6 4.44 x 10-4
Kamar +0.6 1.67 x 10-4
9 Kedelai Sukrosa 0.5 M 40 +0.96 2.67 x 10-4
60 +1.08 3 x 10-4
Kamar +0.51 1.42 x 10-4
Sukrosa 1 M 40 +0.8 2.22 x 10-4
60 +0.77 2.14 x 10-4
Tabel 4. Dokumentasi Hasil Praktikum
No. Hasil Pengamatan
1.

Gambar 1, 2 dan 3.
Berat biji ketumbar sebelum dimasukkan ke dalam larutan
2.

Gambar 4, 5 dan 6.
Berat biji ketumbar sesudah dimasukkan ke dalam larutan 0 M
sukrosa (imbibisi)

3.

Gambar 7, 8 dan 9.
Berat biji ketumbar sesudah dimasukkan ke dalam larutan 0,1 M
sukrosa (imbibisi)
4.

Gambar 10.
Berat biji ketumbar sesudah dimasukkan ke dalam larutan 1 M
sukrosa (imbibisi)

I. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan di atas, terlihat bahwa terdapat
penambahan berat dari biji setelah direndam pada senyawa dan suhu
tertentu. Penambahan berat ini diakibatkan oleh kadar air yang diserap oleh
biji pada peristiwa imbibisi. Selisih berat awal dan akhir dari biji yang
diamati selanjutnya akan menentukan kecepatan imbibisi dari suatu biji
pada senyawa dan temperatur tertentu. Maka setelah dilakukan praktikum
ini dapat diketahui bahwa peristiwa imbibisi pada biji dipengaruhi oleh
temperatur serta potensial osmosis dari senyawa yang diimbibisi karena
terlihat bahwa dari setiap senyawa yang diimbibisi oleh berbagai macam
biji pada suhu yang berbeda-beda menunjukkan perbedaan pada masing-
masing suhu dan senyawanya. Kecepatan imbibisi juga dapat terlihat bahwa
bergantung pada jenis biji yang digunakan dalam percobaan karena pada
senyawa yang sama dan suhu yang sama pun bisa berbeda bila jenis biji nya
berbeda pula hal ini mungkin disebabkan oleh struktur dari biji tersebut serta
kondisi awal dari biji (bijinya termasuk biji kering atau tidak).
Kecepatan imbibisi tertinggi dari setiap jenis biji tidak semuanya
sama pada satu jenis senyawa dan temperatur tertentu. Biji kedelai memiliki
kecepatan imbibisi paling tinggi pada larutan aquades dengan temperatur
60°C. Kecepatan imbibisi paling tinggi pada biji capsicum annum adalah
pada larutan akuades dengan temperatur 60°C. Biji selasih memiliki
kecepatan imbibisi paling tinggi pada larutan sukrosa 1M 60°C. Biji
ketumbar memiliki kecepatan imbibisi paling tinggi pada larutan aquades
suhu 40C. Biji saga memiliki kecepatan imbibisi paling tinggi pada larutan
sukrosa 0,5 M dengan temperatur kamar. Sedangkan pada biji jagung
kecepatan imbibisi yang paling tinggi adalah pada larutan akuades 60°C.
Biji kangkung memiliki kecepatan imbibisi paling tinggi pada larutan
sukrosa 0,5M dengan temperatur 60°C. Biji kacang hijau memiliki
kecepatan imbibisi paling tinggi pada larutan aquades dengan temperatur
40°C. Biji kedelai pada kelompok terakhir memiliki kecepatan imbibisi
paling tinggi pada larutan aquades dengan temperatur 60°C. hal ini bisa jadi
disebabkan oleh kondisi dari biji jagungnya yang berbeda serta bisa jadi
disebabkan oleh kondisi teknis ketika memberikan perlakuan seperti ketika
mengambil biji dari tabung reaksi lalu diletakkan pada tissue, bisa jadi salah
satu sampel terlalu lama atau terlalu cepat ketika diletakkan di atas tissue
sehingga mempengaruhi berat akhir dari biji.
J. Pertanyaan dan Jawaban
1. Berapakah potensial osmosis dari masing-masing larutan yang
digunakan?
Jawab:
a. Larutan Aquades
ᴪ = M.i.R.T
= 0 x 1 x 0.0831 (27+273) = 0 (potensial osmosis tertinggi)
= 0 x 1 x 0.0831 (40+273) = 0 (potensial osmosis tertinggi)
= 0 x 1 x 0.0831 (60+273) = 0 (potensial osmosis tertinggi)

b. Larutan Sukrosa 0.25 M


ᴪ = M.i.R.T
= 0.5 x 1 x 0.0831 (27+273) = 12,465 (potensial osmosis -12,465)
= 0.5 x 1 x 0.0831 (40+273) = 13,00515 (potensial osmosis -
13,00515)
= 0.5 x 1 x 0.0831 (60+273) = 13,83615 (potensial osmosis -
13,83615)

c. Larutan Sukrosa 0,75 M


ᴪ = M.i.R.T
= 1 x 1 x 0.0831 (27+273) = 24,93 (potensial osmosis -24,93)
= 1 x 1 x 0.0831 (40+273) = 26,0103 (potensial osmosis -
26,0103)
= 1 x 1 x 0.0831 (60+273) = 27,6723 (potensial osmosis -
27,6723)
2. Pada larutan mana dan suhu berapa kecepatan imbibisi tertinggi dan
terendah? Jelaskan mengapa demikian!
Jawab:
Pada larutan akuades yang kecpatan imbibisinya lebih tinggi dan pada
suhu 60 derajat celsius yang menunjukkan kecepatan imbibisi tinggi,
sedangkan imbibisinya rendah berada pada kondisi larutan sukrosa
dengan konsentrasi 1 M dan suhu yang paling rendah. Hal tersebut
terjadi karena akuades memiliki potensial osmosis yang tinggi,
sehingga kecenderungan akuades untuk masuk ke dalam sel juga
semakin besar dan laju imbibisi menjadi tinggi.
3. Bisakah anda mengaplikasikan percobaan di atas pada kehidupan
sehari-hari? Kira-kira kegiatan apa yang memerlukan pengetahuan ini!
Jawab: Dalam kehidupan sehari-hari, peristiwa imbibisi ini dapat
diterapkan ketika memasak beras menjadi nasi. Selain itu juga ketika
akan membuat ketan ataupun lontong, dimana beras harus direndam
atau dibasahi terlebih dahulu

K. Kesimpulan
1. Temperatur larutan yang diimbibisi mempengaruhi peristiwa imbibisi
yang terjadi pada biji tumbuhan. Semakin tinggi temperatur larutan
yang diimbibisi, imbibisi yang terjadi semakin cepat.
2. Potensial osmosis larutan yang diimbibisi (dilihat dari konsentrasinya)
mempengaruhi peristiwa imbibisi yang terjadi pada biji tumbuhan.
Semakin tinggi potensial osmosis larutan yang diimbibisi, imbibisi
yang terjadi semakin lambat.
DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro. (1991). Pengantar fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta. Heddy,


Suwasono. 1990.
Lakitan,B. (2004). Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada:
Jakarta.
Tim Dosen Fisiologi Tumbuhan. (2018). Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan.
FPMIPA. Universitas Pendidikan Indonesia.
Yusuf, Andi Rezki Ferawati. (2009). Laporan Praktikum Imbibisi. [Online].
Tersedia: http://fheeyraredzqiiy.wordpress.com/category/fisiologi-tumbuhan/
Muatika, Asdani. (2012). Imbibisi. [Online]. Tersedia:
http://asdanimuatika.wordpress.com/2012/12/15/kenapa-biji-harus-direndam-
dahulu-saat-akan- ditanam/

Anda mungkin juga menyukai