LAPORAN PRAKTIKUM
disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan yang
diampu oleh:
Dr. Taufik Rahman, M.Pd.
Dr. Hj. Sariwulan Diana, M.Si.
oleh:
Pendidikan Biologi A-2016
Kelompok 4
Aginda Zahra F (1603723)
Alfhi Fauzan (1602333)
Gilang pratiwi (1600641)
Medisa Shania D (1600290)
Nada Hasna P (1601928)
a. Ketersediaan air tanah: tumbuhan dapat menyerap air bila air tersedia
antara kapasitas lapang dan konsentrasi layu tetap. Bila air melebihi
kapasitas lapang penyerapan terhambat karena akan berada dalam
lingkungan anaerob.
b. Konsentrasi air tanah: air tanah bukan air murni, tetapi larutan yang
berisi berbagai ion dan molekul. Semakin pekat larutan tanah semakin
sulit penyerapan
b. Temperatur tanah: temperatur mempengaruhi kecepatan metabolism.
Ada temperatur optimum untuk metabolisme dan tentu saja ada
temperatur optimum untuk penyerapan.
c. Aerasi tanah: yang dimaksud dengan aerasi adalah pertukaran udara,
yaitu maksudnya oksigen dan lepasnya CO2 dari lingkungan. Aerasi
mempengaruhi proses respirasi aerob, kalau tidak baik akan
menyebabkan terjadinya kenaikan kadar CO2 yang selanjutnya
menurunkan pH. Penurunan pH ini berakibat terhadap permeabilitas
membran sel. (Yusuf, 2009).
1. Air yang diserap oleh benih berguna untuk melunakkan kulit benih dan
menyebabkan pengembangan embrio dan endosperm, sehingga
menyebabkan kulit benih menjadi pecah.
2. Air memberi fasilitas untuk masuknya oksigen ke dalam benih .
Dinding sel yang berimbibisi bersifat permeabe1 sehingga gas dapat
masuk ke dalam sel secara difusi . Pasokan oksigen meningkat apabila
kulit benihmenyerap air sehingga mengaktifkan pernafasan.
3. Air berguna untuk mengencerkan protoplasma sehingga dapat
mengaktifkan fungsinya. Bila protoplasma mengandung air maka sel-
sel hidup akan melaksanakan proses-proses kehidupan termasuk
pencernaan, asimilasi dan tumbuh.
4. Air berguna sebagai alat transport larutan makanan dari endosperm atau
koyilkedon ke titik tumbuh pada poros embrio untuk
membentuk protoplasma baru. Akibat penyerapan air selama proses
imbibisi terjadi pertambahan volumedan bobot basah benih.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh temperatur larutan yang diimbibisi terhadap
peristiwa imbibisi yang terjadi pada biji tumbuhan?
2. Bagaimana pengaruh potensial osmosis larutan yang diimbibisi
terhadap peristiwa imbibisi yang terjadi pada biji tumbuhan?
D. Tujuan
1. Memahami pengaruh temperatur larutan yang diimbibisi terhadap
peristiwa imbibisi yang terjadi pada biji tumbuhan
2. Memahami pengaruh potensial osmosis larutan yang diimbibisi
terhadap peristiwa imbibisi yang terjadi pada biji tumbuhan
G. Langkah Kerja
Selisih Kecepatan
Suhu
Kelompok Biji Larutan Berat Imbibisi
(ºC)
(gr) (gr/detik)
Kamar + 1.01 3.05 x 10-4
Aquades 40 +1.7 4.7 x 10-4
60 +1.8 5 x10-4
Kamar +0.84 2.3 x 10-4
1 Kedelai Sukrosa 0.5 M 40 +1.03 2.9 x 10-4
60 +1.13 3.1 x 10-4
Kamar +1.77 4.9 x 10-4
Sukrosa 1 M 40 +0.84 2.3 x 10-4
60 +1.1 3.05 x 10-4
Kamar +0.04 1.11 x 10-4
Aquades 40 +0.03 8.33 x 10-4
60 +0.06 1.67 x 10-4
Kamar +0.03 8.33 x 10-4
Capsicum
2 Sukrosa 0.5 M 40 +0.03 8.33 x 10-4
annum
60 0 0
Kamar +0.03 8.33 x 10-4
Sukrosa 1 M 40 _0.05 1.58 x 10-4
60 +0.02 5.55 x 10-4
Kamar +1.32 3.67 x 10-4
Aquades 40 +1.29 3.58 x 10-4
60 +1.43 3.97 x 10-4
Kamar +1.2 3.33 x 10-4
3 Selasih Sukrosa 0.5 M 40 +1.42 3.94 x 10-4
60 +1.39 3.86 x 10-4
Kamar +2.1 5.83 x 10-4
Sukrosa 1 M 40 +2.48 6.89 x 10-4
60 +2.72 7.56 x 10-4
Kamar +0.12 3.33 x 10-5
Aquades 40 +0.14 3.8 x 10-5
60 +0.13 3.6 x 10-5
Kamar +0.11 3.0 x 10-5
4 Ketumbar Sukrosa 0.5 M 40 +0.10 2.7 x 10-5
60 +0.15 4.2 x 10-5
Kamar +0.07 3.3 x 10-5
Sukrosa 1 M 40 +0.09 3.8 x 10-5
60 +0.11 3.6 x 10-5
Kamar +2.70 3.35 x 10-5
Aquades 40 +2.73 2.83 x 10-5
60 +2.92 9.72 x 10-5
Kamar +2.93 1.02 x 10-4
5 Saga Sukrosa 0.5 M 40 +2.81 6.67 x 10-5
60 +2.79 7.22 x 10-5
Kamar +2.78 6.67 x 10-5
Sukrosa 1 M 40 +2.89 9.72 x 10-5
60 +2.73 8.33 x 10-5
Kamar +0.26 7.2 x 10-5
6 Jagung Aquades 40 +0.32 8.8 x 10-5
60 +0.39 10.8 x 10-4
Kamar +0.22 6.1 x 10-5
Sukrosa 0.5 M 40 +0.33 9.1 x 10-5
60 +0.31 8.6 x 10-5
Kamar +0.18 5 x 10-5
Sukrosa 1 M 40 +0.26 7.2 x 10-5
60 +0.24 6.7 x 10-5
Kamar +0.04 1.1 x 10-5
Aquades 40 +0.07 1.9 x 10-5
60 +0.12 3.3 x 10-5
Kamar +0.14 3.9 x 10-5
7 Kangkung Sukrosa 0.5 M 40 +0.07 1.9 x 10-5
60 +0.02 5.5 x 10-5
Kamar _+0.08 2.2 x 10-5
Sukrosa 1 M 40 +0.05 1.4 x 10-5
60 +0.09 2.5 x 10-5
Kamar +0.01 2.7 x 10-6
Aquades 40 +0.02 5.5 x 10-6
60 +0.06 1.66 x 10-5
Kamar +0.08 2.2 x 10-5
8 Kacang Hijau Sukrosa 0.5 M 40 +0.01 2.7 x 10-6
60 +0.06 1.66 x 10-5
Kamar +0.01 2.7 x 10-6
Sukrosa 1 M 40 +0.01 2.7 x 10-6
60 +0.06 2.5 x 10-5
Kamar +0.91 2.53 x 10-4
Aquades 40 +0.98 2.73 x 10-4
60 +1.6 4.44 x 10-4
Kamar +0.6 1.67 x 10-4
9 Kedelai Sukrosa 0.5 M 40 +0.96 2.67 x 10-4
60 +1.08 3 x 10-4
Kamar +0.51 1.42 x 10-4
Sukrosa 1 M 40 +0.8 2.22 x 10-4
60 +0.77 2.14 x 10-4
Tabel 4. Dokumentasi Hasil Praktikum
No. Hasil Pengamatan
1.
Gambar 1, 2 dan 3.
Berat biji ketumbar sebelum dimasukkan ke dalam larutan
2.
Gambar 4, 5 dan 6.
Berat biji ketumbar sesudah dimasukkan ke dalam larutan 0 M
sukrosa (imbibisi)
3.
Gambar 7, 8 dan 9.
Berat biji ketumbar sesudah dimasukkan ke dalam larutan 0,1 M
sukrosa (imbibisi)
4.
Gambar 10.
Berat biji ketumbar sesudah dimasukkan ke dalam larutan 1 M
sukrosa (imbibisi)
I. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan di atas, terlihat bahwa terdapat
penambahan berat dari biji setelah direndam pada senyawa dan suhu
tertentu. Penambahan berat ini diakibatkan oleh kadar air yang diserap oleh
biji pada peristiwa imbibisi. Selisih berat awal dan akhir dari biji yang
diamati selanjutnya akan menentukan kecepatan imbibisi dari suatu biji
pada senyawa dan temperatur tertentu. Maka setelah dilakukan praktikum
ini dapat diketahui bahwa peristiwa imbibisi pada biji dipengaruhi oleh
temperatur serta potensial osmosis dari senyawa yang diimbibisi karena
terlihat bahwa dari setiap senyawa yang diimbibisi oleh berbagai macam
biji pada suhu yang berbeda-beda menunjukkan perbedaan pada masing-
masing suhu dan senyawanya. Kecepatan imbibisi juga dapat terlihat bahwa
bergantung pada jenis biji yang digunakan dalam percobaan karena pada
senyawa yang sama dan suhu yang sama pun bisa berbeda bila jenis biji nya
berbeda pula hal ini mungkin disebabkan oleh struktur dari biji tersebut serta
kondisi awal dari biji (bijinya termasuk biji kering atau tidak).
Kecepatan imbibisi tertinggi dari setiap jenis biji tidak semuanya
sama pada satu jenis senyawa dan temperatur tertentu. Biji kedelai memiliki
kecepatan imbibisi paling tinggi pada larutan aquades dengan temperatur
60°C. Kecepatan imbibisi paling tinggi pada biji capsicum annum adalah
pada larutan akuades dengan temperatur 60°C. Biji selasih memiliki
kecepatan imbibisi paling tinggi pada larutan sukrosa 1M 60°C. Biji
ketumbar memiliki kecepatan imbibisi paling tinggi pada larutan aquades
suhu 40C. Biji saga memiliki kecepatan imbibisi paling tinggi pada larutan
sukrosa 0,5 M dengan temperatur kamar. Sedangkan pada biji jagung
kecepatan imbibisi yang paling tinggi adalah pada larutan akuades 60°C.
Biji kangkung memiliki kecepatan imbibisi paling tinggi pada larutan
sukrosa 0,5M dengan temperatur 60°C. Biji kacang hijau memiliki
kecepatan imbibisi paling tinggi pada larutan aquades dengan temperatur
40°C. Biji kedelai pada kelompok terakhir memiliki kecepatan imbibisi
paling tinggi pada larutan aquades dengan temperatur 60°C. hal ini bisa jadi
disebabkan oleh kondisi dari biji jagungnya yang berbeda serta bisa jadi
disebabkan oleh kondisi teknis ketika memberikan perlakuan seperti ketika
mengambil biji dari tabung reaksi lalu diletakkan pada tissue, bisa jadi salah
satu sampel terlalu lama atau terlalu cepat ketika diletakkan di atas tissue
sehingga mempengaruhi berat akhir dari biji.
J. Pertanyaan dan Jawaban
1. Berapakah potensial osmosis dari masing-masing larutan yang
digunakan?
Jawab:
a. Larutan Aquades
ᴪ = M.i.R.T
= 0 x 1 x 0.0831 (27+273) = 0 (potensial osmosis tertinggi)
= 0 x 1 x 0.0831 (40+273) = 0 (potensial osmosis tertinggi)
= 0 x 1 x 0.0831 (60+273) = 0 (potensial osmosis tertinggi)
K. Kesimpulan
1. Temperatur larutan yang diimbibisi mempengaruhi peristiwa imbibisi
yang terjadi pada biji tumbuhan. Semakin tinggi temperatur larutan
yang diimbibisi, imbibisi yang terjadi semakin cepat.
2. Potensial osmosis larutan yang diimbibisi (dilihat dari konsentrasinya)
mempengaruhi peristiwa imbibisi yang terjadi pada biji tumbuhan.
Semakin tinggi potensial osmosis larutan yang diimbibisi, imbibisi
yang terjadi semakin lambat.
DAFTAR PUSTAKA