Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI TUMBUHAN

ACARA III
HUBUNGAN ANTARA TANAH DAN AIR

Dosen Pengampu :

Listika Yusi Risnani, M. Pd.

Oleh :

YUSHA CAMILLA MASYITA (1901070031)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2021
Kamis, 07 Januari 2021

ACARA III

HUBUNGAN ANTARA TANAH DAN AIR

A. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui gerak kapiler pada tanah
2. Untuk mengetahui kadar air pada kapasitas lapang
3. Untuk mengetahui perbedaan berat tanah

B. Dasar Teori
Pentingnya air sebagai pelarut dalam organisme hidup tampak
amat jelas, misalnya pada proses osmosis. Dalam suatu daun, volume
sel dibatasi oleh dinding sel dan relative hanya sedikit aliran air yang
dapat diakomodasikan oleh elastisitas dinding sel. Konsekuensi
tekanan hidrostatis (tekanan turgor) berkembang dalam vakuola
menekan sitoplasma melawan permukaan dalam dinding sel dan
meningkatkan potensial air vakuola. Dengan naiknya tekanan turgor,
sel-sel yang berdekatan saling menekan, dengan hasil bahwa sehelai
daun yang mulanya dalam keadaan layu menjadi bertambah segar
(turgid). Pada keadaan seimbang, tekanan turgor menjadi atau
mempunyai nilai maksimum dan disini air tidak cenderung mengalir
dari apoplast ke vakuola (Fitter dan Hay, 1981).

Menjelaskan bahwa pemasukan air dari dalam tanah ke dalam


jaringan tanaman melalui sel-sel akar secara difusi dan osmosis.
Dengan masuknya aie melalui sel akan tentulah akan terbawa ion-ion
yang terdapat di dalam tanah karena larutan tanah mengandung ion
(Dwijoseputro 1994).

Pertumbuhan juga bergantung pada pengambilan air, dan banyak


hal dalam hubungan air tumbuhan bergantung pada interaksi antara
sel dengan lingkungan. Tumbuhan memang merupakan sistem yang
dinamis dan sangat rumit, fungsi yang satu berinteraksi dengan
fungsi yang lain.

Dengan kata lain, tumbuhan adalah sistem multidimensi.


(Salisbury dan Ross, 1995). Perbedaan konsentrasi sangat umum
terjadi pada sel hidup. Misalnya jika pada senyawa organik tertentu
dalam sitosol masuk ke dalam sel dan dimetabolisme oleh
mitokondria, maka konsentrasi sitosol yang berada di dekat
mitokondria harus dipertahankan lebih rendah daripada konsentrasi
sitosol yang berada di dekat organel lainnya. Hal ini penting
diperhatikan terutama jika membicarakan difusi air. (Campbell,
2000).

Di dalam tanah, air berada di dalam ruang pori diantara


padatan tanah. Jika tanah dalam keadaan jenuh air, semua ruang
pori tanah terisi oleh air. Dalam keadaan ini jumlah air yang di
simpan di dalam tanah, jadi merupakan jumlah air maksimum disebut
Kapasitas Penyimpanan Air Maksimum. Selanjutnya, jika tanah
dibiarkan mengalami pengeringan, sebagian ruang pori akan terisi
udara dan sebagian lainnya terisi air. Dalam keadaan ini tanah
dikatakan tidak jenuh. (Islami dan Utomo, 1995). Sel tumbuhan,
prokariota, fungi, dan sejumlah protista memiliki dinding. Apabila sel
seperti ini berada dalam larutan hipotonik ketika direndam
dalam air hujan,misalnya dinding akan
membantu mempertahankan keseimbangan air sel tersebut.
Seperti sel hewan, sel tumbuhan ini membengkak ketika air masuk
melalui osmosis. Akan tetapi, dindingnya yang lentur akan
mengembang hanya sampai pada ukuran tertentu sebelum dinding ini
mengerahkan tekanan balik pada sel yang melawan penyerapan air
lebih lanjut. Pada saat ini sel tersebut membengkak (sangat kaku)
yang merupakan keadaan yang sehat untuk sebagian besar sel
tumbuhan. Tumbuhan yang tidak berkayu, seperti sebagian besar
tumbuhan rumahan, tergantung pada dukungan mekanis dari sel yang
dijaga untuk tetap bengkak oleh larutan hipotonik sekelilingnya. Jika
sel tumbuhan dan sekelilingnya isotonik, tidak ada kecenderungan
bagi air untuk masuk dan selnya menjadi lembek (lembut), yang
menyebabkan tumbuhan menjadi layu. (Salisbury dan Ross, 1995).
C. Alat dan Bahan
a. Alat :
1. Pipa plastik 3 buah

2. Kain kasa

3. Statif dan klem

4. Tali raffia
b. Bahan :
1. Tanah pasir

2. Tanah lempung

3. Tanah liat

4. Akuades
D. Cara Kerja
1. Mengeringkan ketiga jenis tanah sampai benar-benar kering. Apabila
setelah dikeringkan tanah berbentuk gumpalan, maka hansurkan dan
diayak.

2. Menutup bagian bawah pipa dengan kain kasa

3. Memasukkan tanah yang kering kedalam pipa plastic sampai 10 cm


sebelum ujung atas pipa
4. Menutup permukaannya dengan kain kasa

5. Menegakan pipa plastik di kayu yang sudah disiapkan

6. Menuangkan air pada bagian atas pipa secukupnya dan tutup pipa
7. Membiarkan air meresap

8. Memeriksa setiap hari batas tanah air

9. Mengambil tanah basahnya lalu timbang


10. Menimbang tanah yang sudah kering
E. Hasil Pengamatan
a. Hasil Data Pengamatan
Jenis Tanah Keadaan ada air Keadaan tidak ada air
Lempung 102,68 gram 74,11 gram
Pasir 154,99 gram 142,21 gram
Tanah liat 122,04 gram 98,43 gram

b. Hasil Gambar Pengamatan

Tanah Lempung Basah Tanah Lempung Kering


Selisih berat = 28,57 gram

Tanah Pasir Basah Tanah Pasir Kering


Selisih berat = 12,78 gram
Tanah Liat Basah Tanah Liat Kering
Selisih berat = 23,61 gram
F. Pembahasan

Pada praktikum kali ini bahan yang digunakan yaitu tanah


lempung, tanah pasir, dan tanah liat. Pada praktikum kali ini
bertujuan untuk mengetahui gerak kapiler pada tanah dan kadar air
pada kapasitas lapang. Pada percobaan pertama yaitu tanah lempung,
data yang diperoleh berat tanah saat masih basah adalah 102,68 gram
dan saat kering beratnya berkurang menjadi 74,11 gram. Selisih
antara tanah lempung yang basah dan tanah lempung kering adalah
28,57 gram. Pada percobaan kedua yaitu tanah pasir, data yang
diperoleh berat tanah saat masih basah adalah 154,99 gram dan saat
kering beratnya berkurang menjadi 142,21 gram. Selisih antara tanah
pasir yang basah dan tanah pasir yang kering adalah 12,78 gram. Pada
percobaan ketiga yaitu tanah liat, data yang diperoleh berat tanah saat
masih basah adalah 122,04 gram dan saat kering beratnya berkurang
menjadi 98,43 gram. Selisih antara tanah liat basah dan tanah liat
yang kering adalah 23,61 gram.

Berdasarkan hasil pengamatan selisih tanah lempung antara yang


basah dan kering cukup banyak. Hal ini terjadi karena tanah lempung
mempunyai sifat bila basah bersifat plastis dan mudah mampat.
Tanah lempung juga mempunyai sifat menyusut bila kering dan
mengembang bila basah. Tanah lempung adalah tanah yang
mempunyai partikel mieral tertenu yang menghasilkan sifat-sifat
plastis pada tanah bila dicampur dengan air. Warna tanah lempung
umumnya coklat muda dan mengandung batu. Tanah lempung
memiliki ciri yaitu dapat menjadi lengket dan berminyak jika dalam
keadaan basah dan menjadi keras jika berada dalam kondisi yang
kering. Berdasarkan hasil pengamatan selisih tanah pasir yang basah
dan yang kering tidak terlalu banyak. Hal ini terjadi karena tanah
pasir memiliki kemampuan yang rendah untuk dapat mengikat air.
Karena pada dasarnya tanah pasir tidak memiliki kandungan air,
mineral, dan unsu hara karena tekstur pada tanah pasir yang sangat
lemah. Tanah juga memiliki kesuburan rendah sehingga sedikit sekali
tanaman yang dapat tumbuh di tanah pasir. Tanah pasir memiliki
rongga yang besar sehingga pertukaran udara dapat berjalan dengan
lancer. Tanah pasir juga tidak lengket jika basah sehingga menjadikan
tanah pasir mudah diolah. Oleh karena itu tanah pasir tidak terlalu
cocok untuk media tanam tumbuhan karena tanah pasir memiliki
kandungan air rendah.
Berdasarkan hasil pengamatan selisih tanah liat yang basah dan
yang kering agak lumayan jauh. Hal ini terjadi karena tanah liat sulit
menyerap air, sehingga tanah liat tidak disarankan untuk sebagai
lapisan untuk media tanaman. Salah satu ciri utama dari tanah liat
adalah sifatnya lengket. Tanah liat umumnya lengket ketika basah
sehingga mengubah bentuknya. Namun, tanah liat bisa menjadi
gumpalan keras ketika sudah keras. Tanah pasir merupakan tanah
dengan gerak kapiler yang paling tinggi.
Tanah pasir memiliki berbagai macam bentuk. Karena
bentuknya yang beraneka ragam, maka hubunganya satu yang lain
tidak rapat, sehingga banyak terdapat pori-pori pada tanah pasir. Pori
inilah yang menyebabkan peredaran air dan udara didalam tanah
menjadi baik. Tanah liat dengan laju gerak kapiler sedang. Beberapa
sifat yang berhubungan dengan gerak kapiler adalah tanah liat banyak
menghisap air dan pertikel-partikel tanah liat sangat halus.
Tanah lempung adalah tanah dengan gerak kapiler paling lambat
dibandingkan ketiga jenis tanah yang lain. Lempung memiliki sifat
mudah mengumpul dan bila jumlahnya banyak bisa menutup diri,
sehingga pergerakana akan sedikit terhambat.
Kapasitas tanah lapang dapat diartikan sebagai persentase
kelembapan yang ditaham oleh tanah sesudah terjadinta drainase dan
kecepatan gerakan air ke bawah menjadi sangat lambat.
G. Kesimpulan

1. Gerak kapiler yang paling tinggi dari ketiga jenis tanah adalah
tanah pasir
2. Gerak kapiler yang paling lamabt gerak kapilernya adalah tanah
lempung
3. Kapasitas lapang adalah sebagai presentase kelembapan yang
ditahan oleh tanah
4. Selisih berat tanah lempung yang basah dan yang kering adalah
28,57 gram
5. Selisih berat tanah pasir yang basah dan kering adalah 12,78 gram
6. Selisih berat tanah liat yang basah dan kaeing adalah 23,61 gram
DAFTAR PUSTAKA

Anugrah, Tomi. 2009. LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN.


https://www.academia.edu/15184209/LAPORAN_PRAKTIKUM_FISIOL
OGI_TUMBUHAN_HUBUNGAN_TUMBUHAN_DENGAN_AIR_OLEH
_NAMA_TOMI_ANUGRAH_PRATAMA_NO_BP (Diakses pada
tanggal 16 Januari 2021).

Campbell, Neil A., and Reece, Jane B. 2000. Biologi. Jakarta: Erlangga.

Dwidjoseputro, D. 1994.Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia :

Jakarta Filter,A.H. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta :

UGM Press

Hanafiah, K. A. 2004. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada,


Jakarta.

Islami, T. dan W. H. Utomo, 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP
Semarang Press, Semarang.

Parimawati, E., 2001. Teknik Pemanenan Aliran Permukaan (run-off


harvesting) di Lahan Kering Pringgabaya. Skripsi Fakultas Pertanian
Unram.

Rinsemi, W. J. 1993. (Bemesting en Meststoffen alih bahasa H.M. Saleh).


Bhratara, Jakarta.

Salisbury and Ross.1995. Fisiologi Tumbuhan. ITB : Bandung

Yuwono, N. W. 2009. Membangun kesuburan tanah di lahan marginal.Jurnal


Ilmu Tanah dan Lingkungan.
LAMPIRAN
A.
B.
C. Tanah merupakan suatu sistem yang kompleks, bereperan sebagai
suber kehidupan manusia yaitu air, udara, dan unsur hara (Hanafiah,
2004).
D. Lahan pasir pantai merupakan lahan marjinal dengan ciri-ciri antara
lain : tekstur pasiran, strukutr lepas-lepas. Kandungan hara rendah,
kemampuan menukar kation rendah, daya menyimpan air rendah,
suhu tanah disiang hari sangat tinggi, kecepatan anin dan laju
evaporasi sangat tinggi (Yuwono, 2009).
E. Masalah yang dijumpai pada tanah pasiran adalah struktur yang jelek,
berbutir tunggal, berat volume yang tinggi, dan kemampuan menahan
air yang rendah, sehingga kurang mamadai untuk bercocok tanam
pada musim kemarau (Yuwono, 2009).
F. Kemampuan menahan air yang rendah, akan meyebabkan kehilangan
unsur hara dari dalam tanah melalui pelindian akan semkin besar
berjalan dengan semakin tingginya curah hujan(Hakim et al. 1986).
Tekstur tanah berpasir juga akan menyebabkan banyak pupuk terlindi
karena mempunyai laju infiltasi yang cepat (Widjajaadi et al., 1987).
Unsur utama yang sering hilang dari dalam tanah melalui pelindian
adalah N, K, Ca, dan Mg(Hakim et al., 1986). Lebih jauh lagi, tanah
bertekstur pasiran juga mempunyai kandungan bahan organik dan
hara N yang rendah sehingga tanah ini memerlukan pemberian hara N
yang cukup banyak, sedangkan kemungkinan kehilangan hara N
melalui pelindian cukup besar(Rinsemi, 1993).
G. Pengelolaan usaha pertanian di lahan marginal umumnya terpusat
pada musim penghujan. Panen air hujan dilaporkan efektif untuk
mengatasi masalah kekurangan air di lahan tadah hujan. Namun
teknik memanen air hujan sangat bervariasi tergantung fisiografi
lahan dan ketersediaan sumberdaya lokal.Teknik pemanenan air hujan
dengan teknik tandon (penampung air berukuran kecil) cocok
dikembangkan di daerah tadah hujan dengan intensitas dan distribusi
curah hujan yang tidak pasti (Parimawati, 2001).

Anda mungkin juga menyukai