Anda di halaman 1dari 10

Laporan Fisiologi Hewan

Efisiensi Metabolisme Hewan

Nama : Freliana Septiani

NIM : 20031141

Kelompok :5

Dosen : Dr. Fitri Arsih, S.Si., M.Pd

Asisten : Aditya Willy Putra

: Audy Islami

Jurusan Pendidikan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Padang

2021
A. Tujuan
1. Mahasiswa mampu merumuskan hipotesis setelah mengamati wacana.
2. Mahasiswa mampu mengukur pertambahan berat badan tikus.
3. Mahasiswa mampu memprediksi hubungan jumlah pakan dengan
pertambahan berat badan tikus.
4. Mahasiswa mampu membuat grafik hubungan pertumbuhan berat
badan dengan efesiensi metabolisme.
5. Mahasiswa mampu mengkomunikasikan hasil pengamatan dalam
bentuk grafik.
6. Mahasiswa mampu menjawab permasalahan melalui analisa
penerapan konsep.
B. Waktu dan Tempat
Hari /Tanggal : Kamis / 14 Oktober 2021
Pukul : 09.41 – 12.20 WIB
Tempat : Laboraturium Fisiologi Hewan, FMIPA, Universitas Negeri
Padang

C. Dasar Teori
Metabolisme merupakan proses fisiologis yang melibatkan
keseluruhan reaksi biokimia dalam rangka menyusun (anabolisme) atau
menguraikan (katabolisme) berbagai substansi kimiawi yang ada di dalam
tubuh seperti glukosa, lipid, protein, hormon, dan berbagai substansi lainnya.
Masing-masing spesies hewan memiliki laju metabolisme dan tingkat efisiensi
metabolisme yang berbeda sesuai dengan kondisi lingkungan, umur, jenis
makanan, dan faktor genetik dari hewan tersebut. Metabolisme diperlukan
untuk memproduksi energi, membentuk struktur atau meregenerasi struktur
tubuh yang rusak, reproduksi serta menyokong keseimbangan homeostasis
fisiologis tubuh. (Riawan, 2016).
Pada saat berlangsungnya peristiwa reaksi biokimia di dalam sel,
enzim bekerja secara spesifik. Enzim mempercepat reaksi kimia yang
menghasilkan senyawa ATP dan senyawa-senyawa lain yang berenergi tinggi
seperti pada proses respirasi, fotosintesis, kemosintesis, sintesis protein, dan
lemak (Johnson, 1984).
Metode gravimetri merupakan metode yang paling sederhana untuk
mengestimasi tingkat efisiensi metabolisme hewan. Penghitungan efisiensi
dilakukan dengan menentukan perkiraan persentase makanan yang diabsorbsi
oleh hewan dari sejumlah makanan yang dikonsumsinya. Hal ini biasanya
sangat tergantung kepada jenis makanan, berat badan individu, jenis kelamin,
umur dan kondisi lingkungan. Efisiensi metabolisme juga dapat diperkirakan
dengan memperhatikan perubahan berat badan hewan. Pertambahan berat
badan idealnya merupakan manifestasi dari hasil pertambahan massa
komponen fisiologis hewan sebagai akibat dari proses metabolisme. (Riawan,
2016).
Pada setiap arah metabolisme, reaksi kimiawi melibatkan sejumlah
substrat yang bereaksi dengan dikatalisis enzim pada jenjang-jenjang reaksi
guna menghasilkan senyawa intermediat, yang merupakan substrat pada
jenjang reaksi berikutnya. Keseluruhan pereaksi kimia yang terlibat pada
suatu jenjang reaksi disebut metabolom. Semua ini dipelajari pada suatu
cabang ilmu biologi yang disebut metabolomika.( Syaifuddin. 2006).
Menurut Webster dan Lim (2002), metabolisme adalah perubahan atau
semua transformasi kimiawi dan energi yang terjadi di dalam tubuh.
Lehninger (1982), metabolisme adalah aktivitas sel yang amat
terkordinasi, mempunyai tujuan dan mencakup berbagai kerjasama banyak
sistem multi enzim. Metabolisme memiliki empat fungsi spesifik: (1) untuk
memperoleh energi kimiawi dari degradasi sari makanan yang kaya energi
dari lingkungan atau dari energi solar, (2) untuk menggabungkan unit-unit
pembangun ini menjadi protein, asam nukleat, lipida, polisakarida dan
komponen sel lain dan (4) untuk membentuk dan mendegradasi biomolekul
yang diperlukan di dalam fungsi khusus sel.
D. Alat dan Bahan
 Alat
1. 2 unit metabolisme cage mencit lengkap
2. Timbangan
3. Gelas ukur
4. Kantong plastik hitam
5. Sendok kecil
6. Sarung tangan
7. Pipet tetes
8. Dot minum
9. Mangkuk pakan
10. minset
 Bahan
1. 4 ekor mencit (Mus musculus)
2. Pakan (pellet dan beras)
3. Air
E. Cara Kerja

Menyediakan metabolisme cage (tempat pemeliharaan), dengan


merakit bak persegi panjang dan ditutup dengan kawat.

Meletakkan pakan berupa pellet pada metabolisme cage A dan


beras pada metabolisme cage B, masing-masing sebanyak 120
Gram dan air secukupnya (harus dalam volume yang sama untuk
setiap metabolisme cage)

Melakukan penimbangan mencit (Mus musculus) untuk


mengetahui berat badan awalnya (BO).

Memasukkan mencit kedalam setiap metabolisme cage masing-


masing sebanyak 2 ekor dan perhatikan kondisi lingkungan
selama 6 hari terutama pencahayaan.

Melakukan penimbangan berat badan mencit, berat pakan yang


tersisa dan berat feses setiap 2 hari. Jangan lupa untuk mengukur
suhu setiap metabolisme cage.

Mencatat setiap data pada tabel pengamatan kemudian lakukan


perhitungan efesiensi metabolisme.
F. Hasil Pengamatan

No Parameter Nilai
Metabolisme Metabolisme
cage (A) cage (B)
1. Bm 0 rata-rata (g) 16,69 gram 24,5 gram
2. Bm 1 rata-rata (g) 24 gram 19 gram
3. Bm 2 rata-rata (g) 24 gram 20 gram
4. BP 0 rata-rata (g) sisa Pelet 86 gram Beras 97 gram
5. BP 1 rata-rata (g) sisa Pelet 61 gram Beras 96 gram
6. BP 2 rata-rata (g) sisa Pelet 43,3 gram Beras 85,3 gram
7. BPk 1 rata-rata (g) 34 gram 23 gram
8. BPk 2 rata-rata (g) 25 gram 11 gram
9. BF 1 rata-rata (g) 5 gram 0,6 gram
10. BF 2 rata-rata (g) 1 gram 0,4 gram
11. EF 1% (A) 0,80%
12. EF 2% (B) 0,77%

G. Pembahasan
Pada hasil pengamatan dapat dilihat bahwa pada hari ke 2 berat rata-
rata mencit pada metabolisme cage A adalah 16,69 gram sedangkan pada
metabolisme cage B adalah 24,5 gram. Pada hari ke 4 setelah diamati berat
rata-rata mencit pada metabolisme cage A naik menjadi 24 gram sedangkan
pada metabolisme cage B menurun menjadi 19 gram. Pada hari ke 6 setelah
diamati berat rata-rata mencit pada metabolisme cage A menetap pada 24
gram sedangkan pada metabolisme cage B naik menjadi 20 gram.
Berat sisa pakan pada hari ke 2 metabolisme cage A adalah 86 gram
(pelet) sedangkan pada metabolisme cage B adalah 97 gram (beras). Pada hari
ke 4 setelah diamati berat sisa pakan berubah metabolisme cage A adalah 61
gram (pelet) sedangkan pada metabolisme cage B adalah 96 gram (beras).
Pada hari ke 6 setelah diamati berat sisa pakan semakin sedikit, pada
metabolisme cage A adalah 43,3 gram sedangkan pada metabolisme cage B
adalah 85,3 gram.
Dari berat pakan sisa yang telah ditimbang telah diperoleh data hasil
perhitungan pakan yang dikonsumsi oleh mencit metabolisme cage A dan
metabolisme cage B. pada berat pakan yang dikonsumsi (1) metabolisme cage
A adalah 34 gram sedangkan pada metabolisme cage B adalah 23 gram. Dapat
dilihat bahwa pada metabolisme cage A lebih banyak mengkosumsi makanan
(pelet) dibanding dengan metabolisme cage B yang lebih sedikit
mengkonumsi makanan (beras). Hal ini menyebabkan berat badan mencit
pada metabolisme cage B menurun. Pada berat pakan yang dikonsumsi (2)
metabolisme cage A menurun menjadi 25 gram sedangkan pada metabolisme
cage B menurn menjadi 11 gram.
Berat feses (1) yang diperoleh dari masing-masing metabolisme cage.
Pada metabolisme cage A banyak feses yang dihasilkan oleh mencit adalah 5
gram sedangkan pada metabolisme cage B banyak feses yang di peroleh
adalah 0,6 gram. Berat feses (2) yang diperoleh dari metabolisme cage A
adalah 1 gram sedangkan pada metabolisme cage B adalah 0,4 gram. Dapat
diamati bahwa feses yang diperoleh menurn dibandingkan sebelumnya. Ini
ditandai bahwa banyaknya makanan yang dikonsumsi maka banyak juga feses
yang diperoleh dari mencit, maka sebaliknya semakin sedikit makanan yang
dikonsumsi maka semakin sedikit juga feses yang diperoleh.
Salah satu faktor yang mempengaruhi bobot badan pada encit adalah
nutrisi yang dikonsumsi oleh mencit tersebut. Selain itu jenis makanan yang
dikonsumsi, bobot tubuh, jenis kelamin, dan kondisi lingkungan juga
berpengaruh terhadap pertambahan atau penurunan bobot mencit.
Dari hasil percobaan dapat dilihat bahwa efisiensi metabolisme pada
hewan dipengaruhi oleh faktor seperti :
 Jenis makanan
Terlihat bahwa mencit yang diberi makan pelet lebih berat dibanding
dengan mencit yang diberi makan beras. Itu menandakan bahwa
banyaknya nutrisi yang terdapat pada pelet yang dikonsumsi.
 Bobot tubuh
Didapatkan bobot tubuh mencit betina lebih besar dari mencit jantan.
 Kondisi lingkungan
Karena ada mencit yang diletakkan ditempat yang kecil sehingga
berpengaruh terhadap efisiensi metabolismenya karena bisa saja
mencit menjadi stres dan lain sebagainya.
 Ukuran tubuh
Semakin berat bobot tubuh maka semakin cepat laju efisiensi
metabolisme karena jumlah sel-sel tubuh akan meningkat.

H. Kesimpulan
1. Efisiensi metabolisme pada hewan dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu
jenis makanan yang dikonsumsi, bobot tubuh/ ukuran tubuh, jenis
kelamin, kondisi lingkungan.
2. Mencit betina lebih berat dan lebih besar dibandingkan mencit jantan.
3. Pelet lebih efisiensi dari pada beras untuk pakan mencit karena nutrisi
pada pelet sesuai dengan yang dibutuhkan oleh mencit.
4. Hormon yang mempengaruhi hormon giberelin (hormon yang
membantu untuk makan).

Daftar Pustaka

Atmojo, Aditya, Fajar Basuki, and Ristiawan Agung Nugroho. "PENGARUH


PEMBERIAN REKOMBINAN HORMON PERTUMBUHAN (rGH) MELALUI
METODE PERENDAMAN DENGAN LAMA WAKTU YANG BERBEDA
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAN LARVA BAWAL
AIR TAWAR (Colossoma macropomum Cuv)." Journal of Aquaculture Management
and Technology 6.3 (2017): 1-9.

Handayani, Handayani, et al. "FISIOLOGI HEWAN." (2021).

Isnaeni, Wiwi. Fisiologi hewan. PT Kanisius, 2006.

Rachmawati, Diana, and Istiyanto Samidjan. "pengkayaan pakan buatan melalui


penambahan vitamin e terhadap performan efisiensi pemanfaatan pakan, laju
pertumbuhan relatif dan kelulushidupan kepiting bakau (Scylla paramamosain)."
Pena Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 27.2 (2014): 169-185.

Sari, Andri Permata, and Rini Rachmatika. "Energi Metabolis Semu dan Efisiensi
Metabolik pada Serindit Sumatera (Loriculus galgulus L., 1758)." Jurnal Biologi
Indonesia 10.1 (2014).

Anda mungkin juga menyukai