Anda di halaman 1dari 19

TUGAS METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN

PROPOSAL PENELITIAN

DOSEN PENGAMPU :

RAMADHANI FITRI, M.Pd

DISUSUN OLEH :

NADIYAH FARHAH SALSABILAH

20031086

PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA dan ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan


adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat
kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota
kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender.

Menurut Nur (2000), semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur
tujuan dan struktur penghargaan. Struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan pada
model pembelajaran kooperatif berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan serta struktur
penghargaan model pembelajaran yang lain. Tujuan dari model pembelajaran kooperatif ini
adalah meningkatkan hasil belajar peserta didik baik akademik maupun pengembangan
keterampilan sosialnya. Menurut Muslimin Ibrahim dkk (2000:7), “Model pembelajaran
kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting,
yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan
sosial”.

Salah satu tipe dalam pembelajaran kooperatif yaitu Student Teams Achievement Division
(STAD). Model STAD sesuai untuk digunakan pada pembelajaran yang berisi fakta sains dan
konsep-konsep (Tiantong, 2013). Menurut Muslimin Ibrahim dkk (2000:20) penerapan model
Student Team Achievement (STAD) ini dengan cara “siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah
menjadi kelompok dengan anggota 4 – 5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari
laki – laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan
rendah”.
Dalam pembelajaran tipe STAD, guru berkeliling untuk membimbing siswa saat belajar
kelompok. Hal ini memungkinkan siswa untuk berinteraksi dengan guru serta diharapkan tidak
ada ketakutan bagi siswa untuk bertanya atau berpendapat kepada guru (Hidayati, 2013)
Hubungan yang lebih akrab akan terjadi antara guru dengan siswa maupun antara siswa dengan
siswa. Ada kalanya siswa lebih mudah belajar dari temannya sendiri, adapula siswa yang lebih
mudah belajar karena harus mengajari atau melatih temannya sendiri (Haryanto, 2015).
Untuk lebih menunjang pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD maka digunakan
media pembelajaran. Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah Alat Peraga, Powerpoint,
Macromedia Flash dan Audi-Visual (Video).

Power Point merupakan salah satu aplikasi dari microsoft yang diperuntukkan sebagai media
presentasi, Microsoft Powerpoint adalah suatu software yang akan menjadikan sebuah gagasan
lebih menarik dan jelas tujuannya jika dipresentasikan karena software ini akan membantu dalam
pembuatan slide, outline presentasi, menampilkan slide yang dinamis, termasuk clip art yang
menarik, yang mudah ditampilkan di layar monitor computer (Arsyad, 2013).

Pemanfaatan Macromedia Flash digunakan dalam proses pembelajaran sebagai media yang
inovatif dan menyenangkan dikarenakan terdapat unsur suara, gambar, animasi, maupun video.
Bahkan dengan media ini, siswa menjadi lebih mudah memahami suatu materi karena memberi
gambaran dan informasi yang lebih nyata dan jelas. Selain itu dapat memperbesar minat dan
motivasi siswa untuk belajar (Hendarto, 2012).
Pemanfaatan alat peraga dalam pembelajaran biologi pada materi Anatomi dan Fisiologi tubuh
manusia akan menjadikan penyajiannya lebih menarik dan jelas gambaran serta informasi yang
didapat
Media komputer lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah audio-visual (video) yang
menyajikan animasi dan simulasi proses dilengkapi dengan audio atau suara walaupun tidak
mutlak. Media ini merupakan pengembangan yang lebih lanjut dari media Macromedia Flash.
Melalui pemrogaman animasi, komputer mampu memvisualisasikan materi-materi pelajaran yang
sulit untuk disajikan, terutama mengenai fenomena fisik yang abstrak (Leveille, 2012).

Slavin (2010: 143) mengungkapkan bahwa salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana adalah Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dan merupakan model
yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif.
Presentasi kelas dilakukan secara pengajaran langsung dengan guru. Kemudian Guru membagi
siswa menjadi beberapa kelompok kecil secara heterogen yang telah ditentukan sebelumnya.
Komunikasi edukatif akan terjalin antara guru dengan siswa dan antar siswa dalam suatu diskusi
kelas. Untuk mengetahui tingkat pemahaman materi tersebut, siswa diberi kuis individual. Skor
kemajuan siswa didasarkan pada seberapa besar skor kuis siswa melampaui skor dasar mereka
sebelumnya. Kemudian tiap skor kemajuan siswa dalam satu tim dijumlahkan. Tim yang
memperoleh skor tinggi akan mendapatkan penghargaan.
Alasan menggunakan model pembelajaran STAD adalah bahwa dengan adanya diskusi kelompok
akan tercipta interaksi edukatif, serta dengan adanya penghargaan dalam metode ini akan dapat
meningkatkan peran serta dan keaktifan siswa karena masing-masing tim termotivasi untuk
mendapatkan penghargaan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, dapat diidentifikasikan beberapa
permasalahan yang terjadi dalam aktivitas pembelajaran siswa, yaitu :
1. Penerapan proses pembelajaran Pendidikan di Indonesia masih kurang dalam membentuk
keaktivan dan kreativitas siswa dalam belajar.
2. Penerapan metode Teacher Centered Learning masih banyak mendominasi dalam proses
pembelajaran, sehingga pembelajaran yang didapat masih bersifat monoton.
3. Suasana dalam pembelajaran masih kurang menarik.
4. Kurang nya partisipasi siswa, seperti memperhatikan guru, bertanya, menanggapi, dan
berpendapat dalam proses kegiatan pembelajaran.

C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka perlu diadakan pembatasan masalah agar
penelitian lebih fokus dalam menggali dan mengatasi permasalahan yang ada. Masih terdapat
kendala yang muncul untuk menciptakan pembelajaran yang efektif baik yang muncul dari siswa
maupun guru. Penelitian ini menitikberatkan pada faktor ekternal yang mempengaruhi proses
pembelajaran yaitu model pembelajaran yang digunakan. Cooperative Learning merupakan salah
satu solusi yang baik untuk mengembangkan potensi yang dimiliki siswa dan perlu
dikembangkan oleh guru. Tipe STAD memiliki fokus pembelajaran pada aktivitas dan interaksi
diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran
guna mencapai hasil maksimal. Tipe STAD lebih mementingkan sikap daripada teknik dan
prinsip, yakni sikap partisipasi dalam rangka mengembangkan potensi kognitif dan afektif.

Dengan demikian, siswa lebih (being mode) bukan hanya sekedar (being have).
Kelebihan STAD:
(1) Siswa lebih mampu mendengar, menerima, menghormati serta menerima orang
lain.
(2) Siswa mampu mengidentifikasi perasaannya juga perasaan orang lain.
(3) Siswa dapat menerima pengalaman dan dimengerti orang lain.
(4) Siswa mampu meyakinkan dirinya untuk orang lain dengan membantu orang lain.
(5) Mengembangkan potensi individu yang berhasil guna, berdaya guna, kreatif,
bertanggung jawab, mampu mengaktualisasikan, dan mengoptimalkan dirinya
terhadap perubahan yang terjadi. (Sukarto, 2010).

Penelitian ini membatasi pada masalah peningkatan Aktivitas Belajar Siswa melalui penggunaan
Model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Berbantu
Media Alat peraga, power point, dan pemanfaatan macromedia flash pada materi pembelajaran
biologi siswa SMA 7 PADANG.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka
diperoleh rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: Bagaimanakah Penerapan Model
Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Berbantu Media Alat
peraga, power point, dan macromedia flash dalam peningkatan Aktivitas belajar Biologi siswa
IPA SMA 7 PADANG.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini, untuk dapat mengetahui peningkatan dan pengaruh terhadap aktivitas
dan kompetensi belajar biologi siswa IPA SMA 7 PADANG melalui Model Cooperative
Learning Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Berbantu Media Alat peraga,
power point, dan macromedia flash.

F. Kegunaan Penelitian

Dapat diketahui dari yang telah dipaparkan di atas, kegunaan atau manfaat dalam melakukan
penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
a) Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai Penerapan Model
Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Division (STAD)
Berbantu Media Monopoli dalam Peningkatan Aktivitas Belajar pada
Kompetensi Dasar Menyusun Laporan Rekonsiliasi Bank.
b) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber bacaan bagi penelitian lain
terkait dengan Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Student Teams
Achievement Division (STAD) Berbantu Media Monopoli dalam Peningkatan
Aktivitas Belajar pada Kompetensi Dasar Menyusun Laporan Rekonsiliasi Bank.

2. Manfaat Praktis

a) Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam proses
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan Model Cooperative Learning Tipe
Student Teams Achievement Division (STAD) Berbantu Media Alat peraga,
power point, dan macromedia flash.
b) Bagi Siswa
 Meningkatkan peran aktif siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
 Memberikan suasana belajar yang lebih kondusif dan variatif sehingga
siswa tidak monoton belajar dengan metode konvensional dan
diharapkan hal ini membawa dampak peningkatan aktivitas belajar
siswa.
 Melatih dan membimbing siswa untuk berani mengemukakan pendapat
sesuai dengan pemahaman siswa.
 Melatih siswa untuk bekerja sama dan menumbuhkan semangat gotong
royong.
c) Bagi Guru
 Penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi guru dalam pemilihan
model pembelajaran yang lebih tepat sehingga dapat meningkatkan
Aktivitas Belajar Siswa pada mata diklat Biologi.
 Memberikan masukan dalam pengembangan pembelajaran Biologi
menggunakan Model Cooperative Learning Tipe Student Teams
Achievement Division (STAD) Berbantu Media Alat peraga, power
point, dan macromedia flash.
G. Hipotesis

Pertanyaan Penelitian :

1) Apakah ada perubahan yang terjadi terhadap kompetensi dan aktivitas siswa setelah
menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan tipe STAD ?

Hipotesis :

Siswa yang diberi perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe STAD mengalami perubahan
jauh lebih baik terhadap kompetensi dan aktivitas belajar siswa dibandingkan siswa sebelum
diberikan perlakuan.
BAB II

H. Kajian Teori

Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Division


Menurut Slavin (2010) beberapa tipe pembelajaran Cooperative Learning adalah sebagai berikut
Team-Games-Tournament (TGT), Student Teams-Achievement Divisions (STAD), Jigsaw, dan
Group Investigation (GI). Student team-achievement divisions merupakan salah satu metode
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk
permulaan bagi para guru. Student team-achievement divisions salah satu rangkaian teknik
pengajaran yang dikembangkan dan diteliti di Universitas John Hopkins yang secara umum
dikenal sebagai kelompok belajar siswa. Metode ini sangat mudah diadaptasi dan telah digunakan
dalam IPS, sains, ilmu pengetahuan sosial, bahasa inggris, dan teknik. Dengan diterapkannya
pembelajaran koopertaif tipe student team achievement ini peneliti berharap keaktifan dan
prestasi belajar siswa dapat meningkat karena gagasan utama STAD adalah memicu siswa agar
saling mendorong dan membantu satu sama lain.
Menurut Slavin (2010: 143-146) Student team-achievement divisions (STAD) terdiri dari lima
komponen utama, antara lain:
 Presentasi Kelas Model Pembelajaran pada tipe Student team-achievement
divisions pada awalnya diperkenalkan dalam presentasi kelas. Bedanya
presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut
haruslah benar-benar terfokus pada unit Student Team-Achievement Divisions.
Dengan cara ini para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar
memperhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan
sangat membantu siswa dalam mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka
menentukan sekor tim mereka.
 Tim Pada tahap ini setiap siswa diberi lembar tugas sebagai bahan yang akan
dipelajari. Dalam kerja kelompok siswa saling berbagi tugas, saling membantu
memberikan penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat memahami mated
yang dibahas, dan satu lembar dikumpul sebagai hasil kerja kelompok.
 Kuis Setelah sekitar satu atau dua periode guru melakukan presentasi dan sekitar
satu atau dua periode parktek tim, para siswa akan mengerjakan kuis individual.
Para siswa tidak boleh saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga tiap
siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya. Skor
perolehan individu didata dan diarsipkan, yang akan digunakan pada perhitungan
perolehan skor kelompok.
 Skor Kemajuan Individu Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk
memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan didapat apabila mereka
bekerja dengan giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada
sebelumnya.
 Rekognisi Tim (penghargaan kelompok) Perhitungan skor kelompok dilakukan
dengan cara menjumlahkan masingmasing perkembangan skor individu dan
hasilnya dibagi sesuai jumlah anggota kelompok. Pemberian penghargaan
diberikan bedasarkan perolehan sekor ratarata yang dikategorikan menjadi
kelompok baik, kelompok hebat dan kelompok super.

Menurut Slavin (2010: 147-151) persiapan dalam Cooperative Learning tipe student
team achievement divisions antara lain:

a. Materi Guru menyiapakan materi yang akan disampaikan ke pada


siswa.
b. Membagi siswa ke dalam tim Sebuah tim terdiri dari berbagai latar
belakang siswa, dari yang berprestasi, sedang atau pun kurang
berprestasi. Jika memungkinkan jumlah tim adalah empat orang.
c. Menentukan skor awal Skor awal mewakili skor rata-rata siswa pada
kuis sebelumnya
d. Membangun tim Setiap tim diberi waktu saling mengenal satu sama
lain.

Langkah-langkah dalam Cooperative Learning tipe STAD menurut Slavin (2010: 151-158) antara
lain:

a. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut


prestasi, jenis kelamin, suku dan lain-lain).
b. Guru menyajikan pelajaran dalam bentuk presentasi di depan kelas. Dan membuat siswa
menemukan konsep-konsep terhadap mated pelajaran yang sedang diajarkan.
c. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota
yang yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lain.
Menurut Slavin (2010: 156), sebelumnya melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode
STAD, dibuat aturan tim sebagai berikut:

a. Para siswa punya tanggung jawab untuk memastikan bahwa teman satu tim mereka telah
mempelajari materinya.
b. Tak ada yang boleh berhenti belajar sampai semua teman satu tim menguasai pelajaran
tersebut
c. Mintalah bantuan dari semua teman satu tim untuk membantu temannya sebelum bertanya
kepada guru.
d. Guru memberi kuis pada seluruh siswa, pada saat menjawab dilarang saling membantu.
e. Kesimpulan.

Seperti langkah-langkah sebelumnya, tim-tim pada student team achievement divisions (STAD)
mewakili seluruh bagian dalam kelas. Maka dalam mengevaluasi hasil pembelajaran ada
penilaian tim dan penilain individual. Menghitung skor kemajuan individual dan skor tim dan
memberikan sertifikat atau bentuk penghargaan lainnya, sesegera mungkin setelah melakukan
kuis, hitunglah skor kemajuan individual dan skor tim, dan berikanlah sertifikat atau bentuk
penghargaan lainnya kepada tim dengan skor tertinggi. Jika memungkinkan umumkanlah skor
tim pada setiap periode setelah mengerjakan kuis. Ini akan membuat jelas hubungan antara
melakukan tugas dengan baik dan menerima rekognisi, pada akhirnya akan meningkatkan
motivasi mereka untuk melakukan yang terbaik.

I. Kerangka Konseptual

Pendidikan merupakan suatu aspek pembelajaran diharapkan peserta didik mampu berpartisipasi
dalam pemikirannya untuk membangun pendidikan kepada keadaan yang lebih baik.
Berkaitan dengan hal tersebut peserta didik diharapkan mampu mengasah kemampuannya sendiri
dalam menyikapi fenomena yang ada.

Guru berperan sebagai organisator, motivator, dan salah satu sumber informasi selama kegiatan
belajar kelompok berlangsung. Model pembelajaran yang sudah dikembangkan adalah model
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Jenis pemahaman dapat dibedakan kedalam 3 kategori yaitu
tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran dan
tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah pemahaman ekstrapolasi.
J. Definisi Operasional Variabel

1. Model pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dimana siswa belajar dalam


kelompok-kelompok keciil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Pada proses
menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling kerjasama dan membantu
untuk memahami suatu bahan pembelajaran.
2. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah suatu model pembelajaran yang
melatih siswa dalam menjalin kerjasama dan membantu dalam memecahkan masalah,
sehingga dapat memperoleh penguasaan dan pemahaman materi yang sama.
Kompetensi belajar adalah kemampuan yang dapat dilakukan oleh siswa yang mencangkup
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan perilaku.
BAB III

K. Teknik dan Alat Pengumpulan Data


Teknik dan alat pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berkut:
1. Observasi
Menurut Satori D., (2009:105), observasi adalah pengamatan langsung terhadap objek
untuk mengetahui keberadaan objek, situasi, konteks, dan maknanya dalam upaya
mengumpulkan data penelitian. Fungsi dari observasi adalah untuk mengetahui
kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana tindakan yang disusun sebelumnya
dan untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung
dapat diharapkan akan menghasilkan perubahan yang diinginkan.

Observasi dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi aktivitas guru dan
lembar observasi aktivitas siswa. Observasi yang akan dilakukan adalah observasi
berperan secara pasif. Observasi itu dilakukan terhadap guru ketika melaksanakan
kegiatan belajar mengajar di kelas maupun kinerja siswa selama proses belajar
mengajar berlangsung. Observasi dilakukan oleh observer dengan mengambil tempat
duduk paling belakang. Dalam posisi itu, observer dapat secara lebih leluasa
melakukan observasi terhadap aktivitas belajar mengajar siswa dan guru di kelas.
Observasi terhadap guru difokuskan pada kegiatan guru dalam melaksanakan
pembelajaran matematika materi pecahan melalui model Cooperative Learning tipe
STAD.

Observasi terhadap kinerja guru juga diarahkan pada kegiatan guru dalam
menjelaskan pelajaran, memotivasi siswa, mengelola kelas, kemampuan mengatur
siswa, melatih siswa dalam kemampuan kooperatif, membimbing siswa yang merasa
kesulitan dan sampai pada pembuatan rangkuman hasil belajar. Sementara itu,
observasi terhadap siswa difokuskan pada tingkat partisipasi dan keaktifan siswa
dalam mengikuti pembelajaran.
2. Hasil Belajar
a. Tes Tertulis
Tes tertulis dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan tes bentuk
uraian. Dalam tes tertulis ini teknis penilaian siswa dilakukan melalui kuis
dalam bentuk soal kuis. Pemberian kuis pada penelitian ini yaitu pada
akhir tiap siklus, karena mengingat banyaknya meteri pembelajaran.
Pemberian kuis dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh hasil yang
diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan. Data hasil kuis
dijadikan sebagai alat ukur kemampuan siswa dan untuk pengolahan data
penelitian dan untuk penentuan pemberian penghargaan.
b. Lembar Penilaian Afektif
Lembar penilaian afektif berisi instrumen penilaian siswa pada aspek
penerimaan, respons, menilai, mengorganisasi, dan karakterisasi. Lembar
penilaian afektif diisi oleh observer dengan menilai secara langsung setiap
siswa saat proses pembelajaran berlangsung. Data hasil penilaian untuk
dijadikan sebagai bahan penelitian hasil belajar.
c. Lembar Penilaian Psikomotor
Lembar penilaian psikomotor berisi instrumen penilaian pada
keterampilan proses/ kinerja kelompok dalam membuat dan menggunakan
alat peraga/ media sesuai kebutuhan dan sesuai materi pembelajaran.
Lembar penilaian psikomotor digunakan untuk menilai pada saat
pembuatan alat peraga/ media saja. Data hasil penilaian dijadikan sebagai
bahan penelitian hasil belajar.

3. Catatan lapangan

Menurut Satori D., (2009:179), catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa
yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan
refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif. Catatan lapangan sangat cocok
digunakan untuk mencatat data kualitatif, kasus istimewa, atau untuk melukiskan
suatu proses.
Lembar catatan lapangan berisi catatan teknis tentang apa yang didengar, dilihat,
dialami dan dipikirkan pada saat proses pembelajaran berlangsung dalam rangka
pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif. Catatan
lapangan ditulis dalam lembar catatan lapangan, yang diisi pada saat proses
pembelajaran dari awal sampai akhir pembelajaran mengenai temuan-temuan yang
muncul pada saat pembelajaran. Dengan lembar catatan lapangan sehingga dapat
mengetahui proses pembelajaran, sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap
konsep yang dipelajari yaitu materi pecahan serta mengetahui tingkat keberhasilan
model pembelajaran yang digunakan yaitu Cooperative Learning tipe STAD. Dengan
demikian dapat memperoleh data pelengkap untuk dijadikan bahan refleksi dan
tindakan selanjutnya.

4. Angket atau kuesioner

Angket atau kuesioner adalah alat pengumpul informasi dengan cara menyampaikan
sejumlah pertanyaan tertulis untuk menjawab secara tertulis pula oleh responden
(Margono,S., 2005:167). Angket ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang
diri responden dalam hal ini adalah siswa, yaitu mengenai respon siswa dalam mengikuti
pembelajaran. Angket diberikan kepada siswa dalam bentuk lembar angket/ responsi,
untuk mengetahui berbagai hal yang berkaitan dengan respon siswa dalam mengikuti
pembelajaran matematika melalui model Cooperative Learning tipe STAD. Angket ini
diberikan satu kali pada siklus siklus terakhir yaitu pada akhir penelitian tindakan kelas
untuk mengetahui respon siswa terhadap model Cooperative Learning tipe STAD.

5. Wawancara

Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang
digali dari sumber data langsung melalui percakapan atau tanya jawab
(Satori,D.,2009:130).

Wawancara menggunakan pedoman wawancara. Wawancara yang dilakukan pada


penelitian ini adalah wawancara yang ditujukan kepada siswa yang berkaitan dengan
pertanyaanpertanyaan langsung terhadap pembelajaran menggunakan model Cooperative
Learning tipe STAD. Wawancara yang dilakukan ini dimaksudkan untuk melengkapi
angket yang berisikan pendapat siswa terhadap proses pembelajaran yang dilakukan.
Wawancara ini dilakukan pada awal dan pada akhir kegiatan penelitian ini. Pada awal
kegiatan wawancara dapat dilakukan sebagai awalan observasi ataupun sebagai langkah
awal pengumpulan data. Wawancara juga dilakukan kembali pada akhir proses penelitian
dan dengan memilih beberapa siswa secara acak untuk mengetahui bagaimana respon
siswa terhadap model Coopertive Learning tipe STAD.

L. Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa lembar observasi dalam proses
pembelajaran, angket siswa pada akhir tiap siklus, catatan lapangan, dan hasil belajar
siswa ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Dalam penelitian tindakan kelas ini, analisis data yang digunakan yaitu analisis data
kualitatif dan analisis data kuantitatif.
Secara rinci dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Hasil belajar ranah kognitif siswa yang berupa tes tertulis
Untuk menganalisis nilai ranah kognitif siswa, maka dilakukan dengan cara
membandingkan nilai yang diperoleh pada siklus I, siklus II, siklus III dan
siklus IV dengan menghitung nilai rata-rata setiap siswa pada setiap akhir
siklus dan menghitung nilai rata-rata kelas, menggunakan rumus:
Nilai siswa

 Nilai = � � 100

Keterangan:
n = Skor yang diperoleh tiap siswa
N = Jumlah seluruh skor

 Nilai rata-rata kelas N


x
X= �

Keterangan:
x = Nilai rata-rata (mean)
x = Jumlah seluruh skor
N = Banyaknya subjek (Sudjana,N.,2009:109)

Untuk penggolongan rentang nilai rata-rata adalah sebagai berikut:

80 – 100 : sangat baik


66 – 79 : baik
56 – 65 : cukup
46 – 55 : kurang
45 kebawah : gagal (Sudijono,A.,2008:35)

Pedoman penskoran dan kriteria penilaian yang digunakan adalah sebagai berikut:
Pedoman Penskoran:

Skor 2 : Jawaban benar, lengkap dan jelas

Skor 1 : Jawaban tidak lengkap (salah atau benar)

Skor 0 : Siswa tidak menjawab

 Ketuntasan belajar siswa



P = � � 100%

Keterangan:
P = Persentase ketuntasan belajar
F = Jumlah siswa yang tuntas belajar
N = Jumlah seluruh siswa (Djamarah,S.B.,2005:264)

Adapun penggolongan rentang ketuntasan belajar adalah sebagai berikut:

80 – 100% : baik sekali

66 – 79% : baik

56 – 65% : cukup

40 – 55% : kurang
Kurang dari 40% : kurang sekali (Arikunto,S.,dan Jabar, 2009:35)

2. Hasil belajar ranah psikomotor dan afektif


Untuk menganalisis hasil belajar siswa ranah psikomotor dan afektif pada
lembar penilaian psikomotor dan lembar penilaian afektif menggunakan
analisis persentase dengan rumus:
X

x 100%

Keterangan:
 X = jumlah skor yang diperoleh
N = jumlah skor maksimal (Djamarah,S.B.,2005:331)

 Nilai rata-rata
x
X= �

Keterangan:
x = Nilai rata-rata (mean)
x = Jumlah seluruh skor
N = Banyaknya subjek (Sudjana,N.,2009:109)

Dengan kriteria penilaian rata-rata ranah psikomotor dan ranah afektif sebagai
berikut:

Rata-rata Kriteria
25 ≤ x ≤ 45 Kurang baik
45 ≤ x ≤ 65 Cukup baik
65 ≤ x ≤ 85 Baik
85 ≤ x ≤ 100 Sangat Baik

3. Hasil observasi siswa dan observasi guru


Untuk menganalisa data yang diperoleh dari lembar observasi siswa dan guru,
menggunakan persentase dengan rumus:
X
� 100%

Keterangan:
X = jumlah skor yang diperoleh
N = jumlah skor maksimal

Nilai rata-rata

X
x= N

Keterangan:
x = Nilai rata-rata (mean)
x = Jumlah seluruh skor
N = Banyaknya subjek (Sudjana,N.,2009:109)

Persentase untuk hasil observasi siswa sebagai berikut:

Presentase Kriteria
25 ≤ x ≤ 45 Kurang baik
45 ≤ x ≤ 65 Cukup baik
65 ≤ x ≤ 85 Baik
85 ≤ x ≤ 100 Sangat Baik

Persentase untuk hasil observasi guru sebagai berikut:

Presentase Kriteria
42 ≤ x ≤ 57 Kurang baik
57 ≤ x ≤ 71 Cukup baik
71 ≤ x ≤ 85 Baik
85 ≤ x ≤ 100 Sangat Baik
Untuk menganalisa data wawancara dilakukan dengan mengelompokan hasil
wawancara dengan siswa dan disajikan dalam bentuk kalimat dan disusun dalam
bentuk rangkuman hasil wawancara siswa.

4. Hasil angket respon siswa


SS = Sangat Setuju (pernyataan positif skor 4, pernyataan negatif skor 1)
S = Setuju (pernyataan positif skor 3, pernyataan negatif skor 2)
TS = Tidak Setuju (pernyataan positif skor 2, pernyataan negatif skor 3)
STS = Sangat Tidak Setuju(pernyataan positif skor 1,pernyataan negatif skor
4)

Kategori rata-rata skor :


1 = Sangat Kurang
2 = Kurang
3 = Baik
4 = Sangat Baik
(Mardapi,D.,2008:118)

Anda mungkin juga menyukai