Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN FISIOLOGI HEWAN

“LAJU RESPIRASI INVERTEBRATA”

Nama : Nadiyah Farhah Salsabila

Nim : 20031086

Kelompok: 5

Dosen : Dr. Fitri Arsih S.si, M.pd

Asisten : 1. Audy Islami

2. Aditya Willy Putra

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
A. Tujuan

1. Mahasiswa mampu merumuskan hipotesis setelah mengamati wacana.


2. Mahasiswa mampu mengamati proses terjadinya respirasi hewan invertebrata.
3. Mahasiswa mampu memprediksi pengaruh bobot tubuh terhadap laju respirasi
hewan invertebrata.
4. Mahasiswa mampu menganalisis perbedaan laju respirasi pada hewan dan
hubungannya dengan perbedaan temperatur lingkungan.
5. Mahasiswa mampu mengkomunikasikan hasil pengamatan dalam bentuk
grafik.
6. Mahasiswa mampu menjawab permasalahan melalui analisa penerapan
konsep.

B. Waktu dan Tempat


Hari /Tanggal : Kamis / 21 Oktober 2021

Pukul : 09.41 – 12.20 WIB

Tempat : Laboraturium Fisiologi Hewan, FMIPA, Universitas Negeri Padang.

C. Dasar Teori
Respirasi secara sederhana didefinisikan sebagai proses pertukaran gas berupa
oksigen dan karbondioksida antara jaringan tubuh hewan dengan lingkungan tempat
hidupnya. Respirasi bertujuan untuk menghasilkan energi. Energi hasil respirasi
tersebut sangat diperlukan untuk aktivitas hidup, seperti mengatur suhu tubuh,
pergerakan, pertumbuhan dan reproduksi. salah satu proses fisiologi tubuh serangga
menggunakan proses respirasi untuk mendapatkan suplai energi dengan mengambil
oksigen dari udara luar (Jannatan dkk, 2013) peristiwa resistensi terhadap insektisida
diduga akan berkaitan dengan proses serapan energi dari respirasi. Jadi kegiatan
pernafasan dan respirasi tersebut saling berhubungan karena pada proses pernafasan
dimasukkan udara dari luar (oksigen) dan oksigen tersebut digunakan untuk proses
respirasi guna memperoleh energi dan selanjutnya sisa respirasi berupa gas karbon
dioksida (CO2) dikeluarkan melalui proses pernafasan. Karena hewan-hewan tingkat
rendah dan tumbuhan tidak memiliki alat pernafasan khusus sehingga oksigen dapat
langsung masuk dengan cara difusi, maka sering kali istilah pernafasan disamakan
dengan istilah respirasi. Bernapas berarti memasukkan udara dari lingkungan luar ke
dalam tubuh dan mengeluarkan udara sisa dari dalam tubuh ke lingkungan luar.
Sedangkan respirasi berarti suatu proses pembakaran (oksidasi) senyawa organik
bahan makanan di dalam sel untuk memperoleh energi (George, 2005).

Proses respirasi tersebut dikenal dengan proses bernafas atau respirasi eksternal. Pada
dasarnya peristiwa respirasi melibatkan mekanisme produksi energi (ATP) yang
merupakan manifestasi proses yang terjadi pada level intraseluler (sitoplasama dan
mitokondria) atau lebih dikenal dengan respirasi seluler. Alat respirasi adalah alat
atau bagian tubuh tempat O2 dapat berdifusi masuk dan sebaliknya CO2 dapat
berdifusi keluar. Alat respirasi pada hewan bervariasi antara hewan yang satu dengan
hewan yang lain, ada yang berupa paru-paru, insang, kulit, trakea, dan paru-paru
buku, bahkan ada beberapa organisme yang belum mempunyai alat khusus sehingga
oksigenberdifusi langsung dari lingkungan ke dalam tubuh, contohnya pada hewan
berselsatu, porifera, dan coelenterata (Arif, 2008).

Laju respirasi juga dipengaruhi oleh suhu, semakin tinggi suhu bahan semakin tinggi
laju respirasinya.

D. ALAT dan BAHAN

Alat : Respirometer lengkap, timbangan, beaker glass, thermometer,

pemanas air, jarum suntik.

Bahan : Hewan Invertebrata (jangkrik dan kupu-kupu), Eosin, Kapas, KOH

4%.
E. PROSEDUR KERJA

Menyusun respirometer semana mestinya

Memasukkan segumoal kecil kapas ke dalam tabung spesimen kira-kira 1 cm di


dalamnya

Teteskan KOH 4% ke dalam kapas hingga jenuh dan usahakan tidak terkana sisi
tabung spesimen

Sangga menggunakan plastik hitam kapas tersebut dan masukkan hewan uji

Menginjeksi eosin pada respirometer hingga skala 12 dan usahakan tidak ada
gelembung

Letakkan perangkat percobaan di tempat ideal dan amati

Lakukan hal sama pada hewan uji yang lain dan amati serta
F. HASIL PENGAMATAN
1. Jangkrik Kecil

Menit ke- Kesesuaian O2


1 2
5 0,4 ml 0,5 ml
10 0,5 ml 0,8 ml
15 1,1 ml 1,1 ml

2. Jangkrik Besar

Menit ke- Kesesuaian O2


1 2
5 1,4 ml 0,4 ml
10 2,5 ml 0,9 ml
15 3,3 ml 3,3 ml

3. Belalang Kecil

Menit ke- Kesesuaian O2


1 2
5 0,01 ml 0,1 ml
10 0,02 ml 0,2 ml
15 0,12 ml 0,27 ml

4. Belalang Besar

Menit ke- Kesesuaian O2


1 2
5 0,18 ml 0,3 ml
10 0,15 ml 0,5 ml
15 0,68 ml 0,6 ml
G. PEMBAHASAN
Pada kegiatan kali ini hewan uji yang digunakan adalah belalang dan jangkrik dengan
masing-masing berukuran besar dan kecil. Proses pengamatan laju respirasi ini
menggunakan respirometer sederhana yang hanya mampu menampung hewan yang
berukuran kecil. Penunjang untuk mengamati laju respirasi hewan ialah larutan eosin,
vaselin, dan kristal KOH. Larutan eosin berfungsi untuk mengetahui seberapa cepat
penyerapan oksigen oleh hewan uji, vaselin berfungsi untuk mengeratkan tempat
sampel dan pipa berskala agar tidak terjadi kebocoran gas serta kristal KOH berfungsi
untuk mengikat CO2 sehingga pergerakan dari larutan eosin benar-benar hanya
disebabkan oleh penyerapan oksigen hewan uji.

Berdasarkan data hasil pengamatan laju respirasi pada hewan invertebrata yang telah
dilakukan, Pada kegiatan uji respirasi jangkrik kecil 1 didapatkan skala respirometer
pada 5 menit pertama 0,4 ml, dan penambahan 5 menit kedua 0,8 ml, serta pada
penambahan 5 menit ketiga 1,1 ml. Untuk uji jangkrik kecil 2 didapatkan skala
respirometer pada 5 menit pertama 0,5 ml, dan penambahan untuk 5 menit kedua 0,8
ml, serta pada penambahan 5 menit ketiga 1,1 ml. Sedangkan pada uji jangkrik besar
1 skala respirometer yang didapatkan 5 menit pertama 1,4 ml, dan penambahan 5
menit kedua 2,5 ml, serta untuk penambahan 5 menit ketiga 3,3 ml. Untuk uji
jangkrik besar 2 skala respirometer yang didapatkan pada 5 menit pertama 0,4 ml,
dan penambahan 5 menit kedua 0,9 ml, serta untuk penambahan 5 menit ketiga 0,9
ml.

Pada kegiatan uji respirasi belalang kecil 1 didapatkan skala respirometer untuk 5
menit pertama 0,01 ml, penambahan 5 menit kedua 0,02 ml, serta untuk penambahan
5 menit ketiga 0,12 ml. Pada kegiatan uji respirasi belalang kecil 2 didapatkan
respirometer untuk 5 menit pertama 0,1 ml, penambahan 5 menit kedua 0,2 ml, serta
untuk 5 menit ketiga 0,27 ml. Pada kegiatan uji respirasi belalang besar 1 didapatkan
skala respirometer untuk 5 menit pertama 0,18 ml, penambahan 5 menit kedua 0,51
ml, serta untuk 5 menit ketiga 0,68 ml. Untuk uji respirasi belalang besar 2
didapatkan skala respirometer untuk 5 menit pertama 0,3 ml, penambahan 5 menit
kedua 0,5 ml, serta untuk 5 menit ketiga 0,6 ml.

Dari data skala respirometer tersebut, dapat kita ketahui laju respirometer masing-
masing hewan uji tersebut dengan menggunakan rumus Vr = (Sf - Ss) / Wb / T. Pada
Jangkrik kecil 1 laju respirasi yang didapat 0.0012 ml/s, jangkrik kecil 2 didapatkan
laju respirasi 0.0012 ml/s, Jangkrik besar 1 didapatkan laju respirasi 0.0036 ml/s,
jangkrik besar 2 didapatkan laju respirasi 0.0010 ml/s dengan rata-rata laju respirasi
jangkrik kecil 0,0012 ml/s dan rata-rata laju respirasi jangkrik besar 0,0046 ml/s.
Belalang kecil 1 didapatkan laju respirasi 0.00013 ml/s, belalang kecil 2 didapatkan
laju respirasi 0.0003 ml/s, belalang besar 1 didapatkan laju respirasi 0.00075 ml/s,
belalang besar 2 didapatkan laju respirasi 0.00066 ml/s dengan rata-rata laju respirasi
yang didapat pada belalang kecil 0.000215 ml/s dan belalang besar 0.000705 ml/s.

Berdasarkan data yang telah dijabarkan di atas, dapat kita ketahui bahwa terdapat
perbedaan laju respirasi pada masing-masing hewan invertebrata tersebut, hal ini
disebabkan adanya pengaruh bobot/berat tubuh, pada data laju respirasi pada hewan
uji yang memiliki bobot/berat yang lebih besar memiliki laju repirasi yang lebih
tinggi dibandingkan hewan uji yang memiliki bobot/berat yang lebih kecil. Hal ini
dikarenakan pada hewan yang bertubuh besar dan berat memiliki jumlah dan kerja sel
yang lebih banyak, sehingga konsumsi zatnya juga lebih besar. Juga terdapat adanya
pengaruh spesies hewan, seperti yang sudah kita ketahui pada data hasil pengamatan,
laju respirasi pada jangkrik lebih tinggi dibandingkan belalang, dikarenakan jangkrik
beraktivitas di malam hari pada saat tumbuhan sedang aktif dalam penyerapan CO2
dan oksigen di udara dalam fase minimum, sehingga sel pada jangkrik bekerja lebih
ekstra dalam mendapatkan oksigen dibandingkan belalang yang beraktivitas di siang
hari.
G. KESIMPULAN

1. Respirasi adalah proses pertukaran gas berupa oksigen dan karbondioksida


antara jaringan tubuh hewan dengan lingkungan tempat hidupnya.
2. Larutan eosin berfungsi untuk mengetahui seberapa cepat penyerapan oksigen
oleh hewan uji.
3. Vaselin berfungsi untuk mengeratkan tempat sampel dan pipa berskala agar
tidak terjadi kebocoran gas.
4. Kristal KOH berfungsi untuk mengikat CO2 sehingga pergerakan dari larutan
eosin benar-benar hanya disebabkan oleh penyerapan oksigen hewan uji.
5. Faktor yang mempengaruhi laju respirasi hewan invertebrate :
 Ukuran Tubuh
 Kondisi Fisik
 Konsentrasi KOH
 Jenis Kelamin
 Kadar O2
 Aktivitas Hewan
H. DAFTAR PUSTAKA

Arsih, Fitri. 2012. Fisiologi Hewan. Padang: Universitas Negeri Padang Press

Cambell, N.A, Jane B.R & Lawrence G.M. 2004. Biologi Edisi ke-5, Jilid
3.Penerbit Erlangga, Jakarta.

Kimball, J. W. 2000. Biologi Edisi ke-5, Jilid 2. Penerbit Erlangga, Jakarta

Prakoso, Bagas. 2017. Biodiversitas Belalang (Acrididae: Ordo Orthoptera) Pada


Agroekosistem (Zea mays I) dan Ekosistem Hutan

Riawan, I Made Oka., D. Made Citrawathi., I. Made Sutajaya. 2016. Penuntuk


Praktikum Fisiologi Hewan. Singaraja: Undiksha.

https://ejurnal.stikes-bth.ac.id/index.php/P3M_JKBTH/article/download/405/363

https://www.ejurnalunsam.id/index.php/jempa/article/download/3764/2584/

Anda mungkin juga menyukai