Anda di halaman 1dari 10

TUGAS BIOLOGI

Praktikum 3 : Mengukur Udara Pernapasan Hewan

LAPORAN PRAKTIKUM
Diajukan kepada Hj. Sita Permanasari, S.Pd., M.Si.

Disusun oleh :

KELOMPOK 5
1. Aliya Numasari Putri (03)
2. Dysaprita Nabila Putri (12)
3. Hafidh Maulana Matin (16)
4. Nabilla Raisya Achmad (24)
5. Reza Maranelo Alifiansyah (28)
6. Tia Stevani (35)

KELAS XI MIPA 7

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 KOTA BEKASI


Jl. K.H. AGUS SALIM NO. 181, BEKASI JAYA,
BEKASI TIMUR, KOTA BEKASI, JAWA BARAT
2018/2019
I. Judul Kegiatan : Mengukur Udara Pernapasan
II. Tanggal Pelaksanaan : Selasa, 12 Februari 2019
III. Tujuan : Mengetahui jumlah udara pernapasan pada
hewan.
IV. Teori Singkat

Respirasi adalah seluruh proses pengambilan O2 untuk memecah senyawa-


senyawa organik sehingga menghasilkan energi dan sisa berupa CO2 dan H2O.
Pertukaran gas O2 dan gas CO2 berlangsung melalui proses difusi yang berlangsung
di alat pernafasan. Alat-alat pernafasan dapat berupa paru-paru, insang, trakea
maupun bentuk lain yang dapat melangsungkan pertukaran gas O2 dan CO2.

Faktor- faktor yang mempengaruhi laju respirasi:

1. Jenis kelamin

Jenis Kelamin jangkrik betina dan belalang jantan memiliki kecepatan


respirasi yang berbeda.

2. Ketinggian

Ketinggian mempengaruhi pernapasan. Makin tinggi daratan, makin


rendah O2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup belalang. Sebagai
akibatnya belalang pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan yang
meningkat, juga kedalaman pernapasan yang meningkat.

3. Ketersediaan Oksigen.

Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya


pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara
organ pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara
tidak banyak mempengaruhi laju respirasi karena jumlah oksigen yang dibutuhkan
tumbuhan untuk berespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang tersedia di udara.

4. Suhu.

Serangga mempunyai alat pernapasan khusus berupa sistem trakea yang


berfungsi untuk mengangkut dan mengedarkan O2 ke seluruh tubuh serta
mengangkut dan mengeluarkan CO2 dari tubuh. Trakea memanjang dan
bercabang-cabang menjadi saluran hawa halus yang masuk ke seluruh jaringan
tubuh oleh karena itu, pengangkutan O2 dan CO2 dalam sistem ini tidak
membutuhkan bantuan sistem transportasi atau darah. Udara masuk dan keluar
melalui stigma, yaitu lubang kecil yang terdapat di kanan-kiri tubuhnya.
Selanjutnya dari stigma, udara masuk ke pembuluh trakea yang memanjang dan
sebagian ke kantung hawa. Pada serangga bertubuh besar terjadinya pengeluaran
gas sisa pernafasan terjadi karena adanya pengaruh kontraksi otot-otot tubuh yang
bergerak secara teratur.

5. Berat Tubuh

Hubungan antara berat dengan penggunaan oksigen berbanding terbalik.


Karena setiap makhluk hidup membutuhkan O2 (Oksigen) dalam jumlah yang
besar. Melebihi dari Berat tubuh. Pada hasil di atas jelas sekali bahwa ukuran
tubuh mempengaruhi laju pernapasan, semakin kecil ukuran dan berat tubuh maka
semakin cepat pernapasannya. Walaupun di atas ada sedikit kegagalan yaitu
pernapasan pada jangkrik besar tidak sebagaimana mestinya. Karena pada
jangkrik yang berukuran besar melakukan aktivitas yang berkemungkinan banyak
melakukan pergerakan sehingga membutuhkan banyak pernafasan dan oksigen.
Ternyata aktivitas yang banyak bergerak dari jangkrik juga memengaruhi laju
pernapasan.

Pada manusia bila bernapas mengeluarkan nafas, secara maksimal, di dalam


paru-paru masih ada udara. Sisa udara ini disebut udara residu. Bila nafas dikeluarkan
secara biasa, maka paru-paru masih mengandung udara dan disebut udara cadangan.
Bila menghirup dan mengeluarkan napas secara biasa, maka ini disebut udara
pernapasan. Jika kita tarik nafas dalam-dalam, selain udara pernapasan juga masih
dapat dimasukkan udara lagi dan ini disebut udara komplementer.

Pada serangga alat pernafasannya berupa sistem trakea yang berfungsi untuk
mengangkut dan mengedarkan O2 ke seluruh tubuh serta mengeluarkan CO2. Trakea
memanjang dan bercabang-cabang menjadi saluran kecil yang menyebar ke seluruh
jaringan tubuh. Jadi dalam sistem ini tidak membutuhkan bantuan sistem transportasi
darah. Udara masuk dan keluar melalui stigma, yaitu lubang kecil yang terdapat di
kanan-kiri tubuh serangga (spirakel). Selanjutnya udara masuk ke pembuluh trakea
yang memanjang dan sebagian ke kantung hawa. Terjadinya pertukaran gas sisa
terjadi karena kontraksi otot-otot tubuh yang bergerak secara teratur.
V. Alat dan Bahan :
 Respirometer sederhana  Vaselin/stempet
 Neraca (timbangan)  Kertas tisu/kapas
 Pipet tetes  Eosin
 Kristal KOH atau NaOH  Serangga (misalnya, belalang,
kecoak, jangkrik)

VI. Cara Kerja :


1. Bungkus kristal KOH/NaOH dengan kertas tisu/kapas dan masukkan ke dalam
tabung respirometer. Hati-hati jangan sampai terhirup.
2. Timbang berat tubuh serangga.
3. Masukkan serangga ke dalam tabung respirometer.
4. Tutup tabung respirometer dengan pipa kapiler respirometer hingga rapat.
5. Oleskan vaselin/stempet pada bagian persambungan antara tabung dengan pipa
respirometer.
6. Teteskan eosin pada ujung pipa dan amati pergerakan eosin di dalam pipa.
7. Catat data pergerakan eosin dengan interval waktu setiap dua menit selama 10
menit. Pergerakan eosin menunjukkan jumlah udara pernapasan serangga dalam
satuan waktu yang telah ditentukan.
8. Jika sudah 10 menit, buka pipa respirometer dan lepaskan serangga ke alam.
9. Ulangi percobaan tersebut menggunakan serangga dengan jenis yang sama, tetapi
memiliki berat tubuh yang berbeda-beda.
10. Catat datanya ke dalam tabel pengamatan dan bandingkan dengan data percobaan
dari kelompok lain yang menggunakan jenis serangga yang berbeda.
11. Jawablah pertanyaan dan tuliskan kesimpulannya.
VII. Data Hasil Pengamatan

Volume Udara Pernapasan Setiap 1 Jumlah


Volume
Berat Menit (garis skala atau Strip) Udara
Jenis Rata-rata
Tubuh Pernapasan
Serangga Respirasi
(gram) 5 Menit
1 2 3 4 (mL/menit)
(mL)
0
Jangkrik 4,8 0,13 0,41 0,69 , 2,13 0,5325
9
Bunga 8,5 0,1 0,19 0,39 0,5 1,81 0,362

Pertanyaan

1. Apakah fungsi penggunaan KOH/NaOH dalam rangkaian alat percobaan?


2. Apa akibatnya jika dalam rangkaian alat percobaan tidak dimasukkan
NaOH/KOH?
3. Mengapa pada sambungan antara tabung dengan pipa respirometer dioleskan
vaselin?
4. Apakah volume udara pada interval waktu setiap dua menit berjumlah sama?
Jelaskan berdasarkan data pengamatan.
5. Apakah berat tubuh serangga berpengaruh pada jumlah volume udara
pernapasan? Jelaskan.
6. Apakah jenis-jenis serangga yang berbeda akan berpengaruh pada kekuatan
penghirupan udara pernapasan?
7. Faktor-faktor apakah yang berpengaruh pada jumlah volume udara
pernapasan?

Jawaban

1. Fungsi dari Kristal KOH/NaOH pada percobaan yaitu sebagai pengikat CO2
agar tekanan dalam respirometer menurun. Kristal KOH/NaOH dapat
mengikat CO2 karena bersifat higroskopis.
2. Maka tekanan parsial gas dalam respirometer akan tetap dan eosin tidak bisa
bergerak. Akibatnya volume oksigen yang dihirup serangga tidak bisa diukur.
3. Tujuan vaselin dioleskan pada respirometer agar udara yang berada di dalam
tabung tidak dapat keluar dan udara yang diluar tidak dapat masuk melalui
celah-celah antara mulut tabung dengan penutup, sehingga eosin dapat
bergerak karena udara melewati pipa kaca berskala.
4. Tidak. Volume pada interval waktu setiap 2 menit berbeda, karena jangkrik
setiap saat akan bergerak dan itu dapat mempengaruhi volume intervalnya.
5. Berpengaruh, karena semakin berat tubuh suatu organisme, maka semakin
banyak oksigen yang dibutuhkan karena memiliki aktivitas dalam tubuh yang
lebih ekstra dan sebaliknya bagi hewan yang lebih kecil
6. Iya, jenis-jenis serangga yang berbeda akan berpengaruh pada kekuatan
penghirupan udara pernapasan. Hal ini disebabkan oleh masing-masing
serangga memiliki berat tubuh yang berbeda sehingga akan berpengaruh
terhadap kekuatan penghirupan udara pernapasan.
7. -Berat tubuh, Semakin berat tubuh suatu organisme, maka semakin banyak
oksigen yang dibutuhkan dan semakin cepat proses respirasinya.
-Ukuran tubuh, makin besar ukuran tubuh maka keperluan oksigen makin
banyak.
-Kadar O2, bila kadar oksigen rendah maka frekuensi respirasi akan
meningkat sebagai kompensasi untuk meningkatkan pengambilan oksigen.
-Aktivitas, makhluk hidup yang melakukan aktivitas memerlukan energi. Jadi
semakin tinggi aktivitasnya, maka semakin banyak kebutuhan energinya,
sehingga pernapasannya semakin cepat.

VIII. Analisis Data

Jangkrik dengan berat tubuh 4,8 gram memiliki volume udara pernapasan
0,13mL pada menit pertama; 0,41mL pada menit kedua; 0,69mL pada menit ketiga;
0,9 mL pada menit keempat dengan total jumlah udara pernapasan dalam kurun waktu
5 menit adalah 2,13 mL dan volume rata-rata respirasinya sebesar 0,5325 mL/menit.

Bunga mawar dengan berat tubuh 8,5 gram memiliki volume udara
pernapasan 0,1mL pada menit pertama; 0,19mL pada menit kedua; 0,39mL pada
menit ketiga; 0,5 mL pada menit keempat; serta 0,64 mL pada menit kelima dengan
total jumlah udara pernapasan dalam kurun waktu 5 menit adalah 1,81 mL dan
volume rata-rata respirasinya sebesar 0,362 mL/menit.
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa jangkrik dengan berat 4,8 gram memiliki
volume rata-rata respirasi yang lebih besar dibandingkan dengan bunga yang memiliki
berat 8,5 gram. Hal ini menunjukkan bahwa bukan hanya faktor berat tubuh saja yang
mempengaruhi kekuatan dan kecepatan pernapasan namun juga aktivitas makhluk
hidup itu sendiri dimana jangkrik melakukan aktivitas yang lebih banyak
membutuhkan energi dibanding dengan bunga sehingga memiliki pernapasan yang
lebih cepat.

IX. Lampiran
X. Kesimpulan
Pada proses respirasi menghasilkan karbon dioksida (CO2), uap air (H2O) dan
sejumlah energy. Sedangkan, factor-faktor yang mempengaruhi proses respirasi
adalah berat tubuh, kegiatan tubuh dan suhu tubuh.
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan
bahwa KOH dapat membantu mempercepat proses pernapasan pada serangga
(jangkrik), dan terdapat hubungan antara berat (ukuran atau besar) serangga dengan
kecepatan pernafasannya, semakin berat (besar) tubuh serangga (jangkrik) maka
semakin banyak oksigen yang di butuhkan sehingga semakin cepat pernafasannya.
Sebaliknya, semakin ringan berat serangga (ukurannya kecil) maka semakin sedikit
pula oksigen yang ia butuhkan sehingga semakin lambat pernapasannya.

XI. Saran

Pada pembahasan tersebut dapat diketahui bahwa data hasil praktikum yang
telah kami buat belum sepenuhnya akurat atau maksimal. Kesalahan atau kegagalan
percobaan dapat kami perbaiki ketika praktikum selanjutnya agar dapat menghasilkan
yang lebih akurat dan maksimal
DAFTAR PUSTAKA

Irnaningtyas. 2014. BIOLOGI untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta:


Penerbit Erlangga

Anda mungkin juga menyukai