Anda di halaman 1dari 38

http://desywidyan.blogspot.co.

id/2015/02/laporan-praktikum-biologi-
mengukur.html
Mengukur  Volume Udara Pernapasan pada Jangkrik

A.    Tujuan
Mengetahui  volume udara pernapasan pada Jangkrik.

B. Landasan Teori
Respirasi adalah seluruh proses pengambilan O2 untuk memecah senyawa-senyawa
organik sehingga menghasilkan energi dan sisa berupa CO2 dan H2O. Pertukaran gas O2 dan
gas CO2 berlangsung melalui proses difusi yang berlangsung di alat pernafasan. Alat-alat
pernafasan dapat berupa paru-paru, insang, trakea maupun bentuk lain yang dapat
melangsungkan pertukaran gas O2 dan CO2.
Faktor- faktor yang mempengaruhi laju respirasi:   
1.        Jenis kelamin
Jenis Kelamin jangkrik  betina dan belalang jantan memiliki kecepatan respirasi yang
berbeda.
2.   Ketinggian
Ketinggian mempengaruhi pernapasan. Makin tinggi daratan, makin rendah O2,
sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup belalang. Sebagai akibatnya belalang pada
daerah ketinggian memiliki laju pernapasan yang meningkat, juga kedalaman pernapasan
yang meningkat.
2.        Ketersediaan Oksigen.
Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya pengaruh
tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara organ pada
tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara tidak banyak
mempengaruhi laju respirasi karena jumlah oksigen yang dibutuhkan tumbuhan untuk
berespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang tersedia di udara.
3.        Suhu.
Serangga mempunyai alat pernapasan khusus berupa system trakea yang berfungsi
untuk mengangkut dan mngedarkan O2  ke seluruh tubuh serta mengangkut dan
mengeluarkan CO2 dari tubuh. Trachea memanjang dan bercabang-cabang menjadi saluran
hawa halus yang masuk ke seluruh jaringan tubuh oleh karena itu, pengangkutan O2 dan CO2
dalam system ini tidak membutuhkan bantuan sitem transportasi atau darah. Udara masuk
dan keluar melalui stigma, yaitu lubang kecil yang terdapat di kanan-kiri tubuhnya.
Selanjutnya dari stigama, udara masuk ke pembuluh trachea yang memanjang dan sebagian
ke kantung hawa. Pada serangga bertubuh besar terjadinya pengeluaran gas sisa pernafasan
terjadi karena adanya pengaruh kontraksi otot-otot tubuh yang bergerak secara teratur.
5. Berat Tubuh
Hubungan antara berat dengan penggunaan oksigen berbanding terbalik. Karena
setiap makhluk hidup membutuhkan O2 (Oksigen) dalam jumlah yang besar. Melebihi dari
Berat tubuh. Pada hasil di atas jelas sekali bahwa ukuran tubuh mempegaruhi laju
pernapasan, semakin kecil ukuran dan berat tubuh maka semakin cepat pernapasannya.
Walaupun diatas ada sedikit kegagalan yaitu pernapasan pada jangkrik besar tidak
sebagaimana mestinya. Karena pada jangkrik yang berukuran besar melakukan aktifitas yang
berkemungkinan banyak melakukan pergerakkan,sehingga membutuhkan banyak pernafasan
dan oksigen. Ternyata aktifitas yang banyak bergerak dari jangkrik juga memengaruhi laju
pernapasan
Pada manusia bila bernapas mengeluarkan nafas, secara maksimal, di dalam paru-paru
masih ada udara. Sisa udara ini disebut udara residu. Bila nafas dikeluarkan secara biasa,
maka paru-paru masih mengandung udara dan disebut udara cadangan. Bila menghirup dan
mengaluarkan napas secara biasa, maka ini disebut udara pernapasan. Jika kita tarik nafas
dalam-dalam, selain udara pernapasan juga masih dapat dimasukkan udara lagi dan ini
disebut udara komplementer.
Pada serangga alat pernafasannya berupa sistem trakea yang berfungsi untuk
mengangkut dan mengedarkan O2 ke seluruh tubuh serta mengeluarkan CO2. Trakea
memanjang dan bercabang-cabang menjadi saluran kecil yang menyebar ke seluruh jaringan
tubuh. Jadi dalam sistem ini tidak membutuhkan bantuan sistem transportasi darah. Udara
masuk dan keluar melalui stigma, yaitu lubang kecil yang terdapat di kanan-kiri tubuh
serangga (spirakel). Selanjutnya udara masuk ke pembuluh trakea yang memanjang dan
sebagian ke kantung hawa. Terjadinya pertukaran gas sisa terjadi karena kontraksi otot-otot
tubuh yang bergerak secara teratur.
C.     Alat dan Bahan
1.                   Respirometer
2.                   Jangkrik 1 pasang
3.                   Kristal NaOH
4.                   Larutan eosin
5.                   Plastisin
6.                   Kapas
7.                   Pipet tetes
8.                   Stopwatch
D.    Cara Kerja
1. Bungkus Kristal KOH/NaOH dengan kapas, kemudian masukkan ke dalam tabung
respirometer.
2. Masukkan jangkrik yang sudah ditimbang ke dalam tabung respirometer.
3. Letakkan respirometer pada tempat yang datar.
4. Tutup tabung respirometer kemudian sambungan penutupnya diberi plastisin agar
tidak ada udara yang masuk dan keluar.
5. Tutuplah ujung pipa kapiler dengan jari telunjuk selama 1-2 menit. Segera setelah
ujung jari dilepaskan tetskan eosin secukupnya pada ujung pipa kapiler berskala dengan
menggunakan pipet. Usahakan cairan eosin menutup ujung pipa kapiler..
6. Amati kedudukan perubahan eosin setiap dua menit pada pipa kapiler berskala.
Hitunglah jarak yang ditempuh eosin setiap dua menit.
7. Hitunglah volume oksigen yang dibutuhkan Jangkrik dalam waktu 8 menit.
8. Ulang cara kerja diatas dengan Jangkrik yang berbeda jenis kelamin.
9. Tulislah hasil pengamatan dalam bentuk tabel.

E.     Hasil Pengamatan

Jarak yang ditempuh eosin Volume oksigen yang dihirup (ml)


Menit ke … Jangkrik Jantan Jangkrik Betina
2 0.06 0.17
4 0.18 0.24
6 0.11 0.23
8 0.06 0.23
10 0.08 0.18
Rata-rata 0.008 0.018

F.      Pembahasan
                        Pada praktikum repirasi kali ini menggunakan serangga (jangkrik) yang
dimasukkan ke dalam respirometer. Serangga ini dimasukkan ke dalam tabung respirometer
kemudian dimasukkan eosin yang berfungsi untuk mengikat O2, namun eosin harus
dibungkus terlebih dahulu dengan menggunakan kapas sebelum dimasukkan ke dalam
tabung. Hal ini dimaksudkan untuk memisahkan serangga dengan zat kimia karena serangga
akan mati bila bersentuhan dengan eosin. Kemudian pada ujung pipa kapiler diberi cairan
untuk memisahkan udara yang ada di dalam tabung dan udara yang ada di luar tabung.
                        Pernapasan pada serangga dengan menggunakan trakea dimana udara yang ada
masuk secara difusi, penyebab terjadinya difusi pada belalang karena dalam proses respirasi
khususnya pada belalang, O2 agar dapat dipindahkan dari lingkungan ke dalam tubuh
melintasi membran respirasi yang permukaannya pada tiap serangga tidak sama dan juga
membran ini mengandung kapiler, sehingga agar masuk ke dalam tubuh serangga harus
melalui mekanisme difusi secara pasif. Sistem pernapasan trakea pada serangga yaitu udara
masuk melalui stigma, dan masuk ke dalam trakea, terlebih dahulu udara ini disaring oleh
rambut-rambut halus yang terdapat pada stigma sehingga udara dan debu dapat dipisahkan.
Karena adanya kontraksi tubuh yang menjadikan tubuh serangga kembang kempis sehingga
pembuluh trakea ikut kembang kempis. Akibatnya udara dapat beredar keseluruh bagian sel
tubuh dan diedarkan oleh trakeolus yaitu cabang-cabang kecil trakea yang menembus
jaringan kecil. Pada proses respirasi ditandai dengan bergeraknya air pada pipa kapiler.
Persamaan reaksi antara eosin dan CO2 yaitu: Ca(OH)2 + CO2 CaCO3 + H2O.

G.    Pertanyaan
1. Apa tujuan digunakan NaOH atau KOH dalam percobaan tersebut?
Dalam percobaan ini digunakan NaOH yang berfungsi sebagai pengikat CO2 agar
organisme (jangkrik) tidak menghirup CO2 yang dikeluarkan setelah jangkrik bernapas dan
pergerakan larutan eosin benar-benar hanya disebabkan oleh konsumsi oksigen. NaOH dapat
mengikat CO2 karena memiliki rumus reaksi:
2NaOH + CO2 → Na2CO3 + H2O.
2. Mengapa pada percobaan terjadi perubahan kedudukan eosin? Jelaskan!
Larutan eosin berfungsi sebagai indikator oksigen yang dihirup oleh organisme
(jangkrik) pada repirometer. Larutan eosin selama percobaan selalu bergerak mendekati botol
respirometer karena organisme dalam percobaan (jangkrik) dalam respirometer dapat
menghirup udara O2 melalui pipa sederhana sehingga larutan eosin yang berwarna dapat
bergerak.
Pergeseran eosin disebabkan karena faktor konsumsi oksigen oleh serangga didalam
tabung. Eosin bergerak ke arah tabung spesimen ke dalam karena adanya penyusutan
volume udara dalam  tabung tersusut tersebut . Karena oksigen dihirup oleh jangkrik
kemudian karbondioksida diserap NaOH. Begitu terus sehingga udara dalam tabung
berkurang dan eosin bergerak ke dalam.
3. Bagaimana perubahan kedudukan eosin pada setiap percobaan?
Dalam percobaan ini, kedudukan eosin berjalan lebih cepat yaitu pada jangkrik betina.
Hal ini disebabkan karena ukuran atau besar jangkrik betina lebih besar dari jangkrik jantan.
4. Adakah hubungan antara jenis kelamin Jangkrik dengan kebutuhan oksigen?
Ada. Jangkrik jantan akan semakin membutuhkan oksigen karena aktifitasnya lebih
banya ketimbang jangkrik betina.

H.   Kesimpulan
                         Adapun kesimpulan dari praktikum ini ialah sebagai berikut:
1. Bahwa laju respirasi jangkrik jantan lebih besar disbanding laju respirasi jangkrik
betina. Namun karena jangkrik betina dan jangkrik jantan yang kami teliti ukurannya lebih
besar jangkrik betina, maka laju respirasinya lebih besar jangkrik bentina.
2. Larutan eosin berfungsi sebagai indikator oksigen yang dihirup oleh organisme
(jangkrik) pada repirometer.
3. Prinsip kerja respirometer adalah bahwa dalam pernafasan ada oksigen yang
digunakan oleh organisme ada karbondioksida yang dikeluarkan olehnya. Jika organisme
yang bernapas itu disimpan dalam ruang tertutup dan karbondioksida yang dikeluarkan oleh
organisme dalam ruang tertutup itu diikat, maka penyusutan udara akan terjadi.
HTTP://WWW.FULVOM.COM/2015/04/LAPORAN-UJI-PERNAFASAN-
SERANGGA.HTML

LAPORAN UJI PERNAFASAN SERANGGA


f dewi pratiwi Add Comment Biologi
 I.  Judul Praktikum dan Tanggal Praktikum
a.       Judul Praktikum                   : Respirasi Serangga
b.      Tanggal Praktikum               : 20 Januari 2015
II. Tujuan Pengamatan
·      Mengetahui kecepatan respirasi pada hewan (serangga), yaitu jangkrik
·      Mengetahui pengaruh berat serangga terhadap laju respirasi

III. Dasar Teori
Bernafas merupakan salah satu ciri dan aktivitas makhluk hidup. Istilah pernafasan sering
di sama artikan dengan istilah respirasi, walau sebenarnya kedua istilah tersebut secara
harfiah berbeda. Pernafasan (breathing) berarti menghirup dan menghembuskan nafas.
Bernafas berarti memasukkan udara dari lingkungan luar ke dalam tubuh dan mengeluarkan
udara sisa dari dalam tubuh ke lingkungan luar. Sedangkan respirasi (respiration) berarti
suatu proses pembakaran (oksidasi) senyawa organik (bahan makanan) di dalam sel guna
memperoleh energi.
Respirasi bertujuan untuk menghasilkan energi. Energi hasil respirasi tersebut sangat
diperlukan untuk aktivitas hidup, seperti mengatur suhu tubuh, pergerakan, pertumbuhan dan
reproduksi. Jadi kegiatan pernafasan dan respirasi tersebut saling berhubungan karena pada
proses pernafasan dimasukkan udara dari luar (oksigen) dan oksigen tersebut digunakan
untuk proses respirasi guna memperoleh energi dan selanjutnya sisa respirasi berupa gas
karbon dioksida (CO2) dikeluarkan melalui proses pernafasan.
Karena hewan-hewan tingkat rendah dan tumbuhan tidak memiliki alat pernafasan khusus
sehingga oksigen dapat langsung masuk dengan cara difusi, maka sering kali istilah
pernafasan disamakan dengan istilah respirasi. Dengan demikian perbedaan kedua istilah itu
tidak mutlak.
Alat pernafasan hewan pada dasarnya berupa alat pemasukan dan alat pengangkutan
udara. Apabila alat pemasukan ke dalam tubuh tidak ada, maka pemasukan oksigen dilakukan
dengan cara difusi, misalnya pada protozoa. Pada cacing tanah, oksigen masuk secara difusi
melalui permukaan tubuh, kemudian masuk ke pembuluh darah. Di dalam darah, oksigen di
ikat oleh pigmen-pigmen darah, yaitu hemoglobin yang larut dalam plasma darah. Pada
hewan lain, hemoglobin terkandung di dalam sel darah merah (eritrosit).
Laju metabolisme adalah jumlah total energi yang diproduksi oleh tubuh per satuan
waktu. Laju metabolisme berkaitan erat dengan respirasi karena respirasi merupakan proses
ekstrasi energi dari molekul makanan yang bergantung pada adanya oksigen. Secara
sederhana, reaksi kimia yang terjadi dalam respirasi dapat dituliskan sebagai berikut:
 C6H12O6 + 6O2 → 6 CO2 + 6H2O + ATP
Laju respirasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
a)      Ketersediaan substrat
Tersedianya substrat pada tanaman merupakan hal yang penting dalam melakukan respirasi.
Tumbuhan dengan kandungan substrat yang rendah akan melakukan respirasi dengan laju
yang rendah pula. Demikian sebliknya bila substrat yang tersedia cukup banyak maka laju
respirasi akan meningkat.Ketersediaan Oksigen. Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi
laju respirasi, namun besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan
bahkan berbeda antara organ pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan
oksigen di udara tidak banyak mempengaruhi laju respirasi, karena jumlah oksigen yang
dibutuhkan tumbuhan untuk berrespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang tersedia di
udara.
b)      Suhu.
Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi tumbuhan sangat terkait dengan faktor Q10, dimana
umumnya laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10oC,
namun hal ini tergantung pada masing-masing spesies.Tipe dan umur tumbuhan. Masing-
masing spesies tumbuhan memiliki perbedaan metabolsme, dengan demikian kebutuhan
tumbuhan untuk berespirasi akan berbeda pada masing-masing spesies. Tumbuhan muda
menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi dibanding tumbuhan yang tua. Demikian pula
pada organ tumbuhan yang sedang dalam masa pertumbuhan.
Serangga mempunyai alat pernapasan khusus berupa system trachea yang berfungsi untuk
mengangkut dan mengedarkan O2 ke seluruh tubuh serta mengangkut dan mengeluarkan
CO2 dari tubuh. Trachea memanjang dan bercabang-cabang menjadi saluran hawa halus yang
masuk ke seluruh jaringan tubuh oleh karena itu, pengangkutan O2 dan CO2 dalam system ini
tidak membutuhkan bantuan sitem transportasi atau darah.
Udara masuk dan keluar melalui stigma, yaitu lubang kecil yang terdapat di kanan-kiri
tubuhnya. Selanjutnya dari stigama, udara masuk ke pembuluh trachea yang memanjang dan
sebagian ke kantung hawa.
Pada serangga bertubuh besar terjadinya pengeluaran gas sisa pernafasan terjadi karena
adanya pengaruh kontraksi otot-otot tubuh yang bergerak secara teratur.
Corong hawa (trakea) adalah alat pernapasan yang dimiliki oleh serangga dan arthropoda
lainnya. Pembuluh trakea bermuara pada lubang kecil yang ada di kerangka luar
(eksoskeleton) yang disebut spirakel. Spirakel berbentuk pembuluh silindris yang berlapis zat
kitin, dan terletak berpasangan pada setiap segmen tubuh. Spirakel mempunyai katup yang
dikontrol oleh otot sehingga membuka dan menutupnya spirakel terjadi secara teratur. Pada
umumnya spirakel terbuka selama serangga terbang, dan tertutup saat serangga beristirahat.
Oksigen dari luar masuk lewat spirakel. Kemudian udara dari spirakel menuju pembuluh-
pembuluh trakea dan selanjutnya pembuluh trakea bercabang lagi menjadi cabang halus yang
disebut trakeolus sehingga dapat mencapai seluruh jaringan dan alat tubuh bagian dalam.
Trakeolus tidak berlapis kitin, berisi cairan, dan dibentuk oleh sel yang disebut trakeoblas.
Pertukaran gas terjadi antara trakeolus dengan sel-sel tubuh. Trakeolus ini mempunyai fungsi
yang sama dengan kapiler pada sistem pengangkutan (transportasi) pada vertebrata.
Sistem pernafasan pada serangga mengenal dua sistem, yaitu sistem terbuka dan sistem
tertutup. Digunakan alat/organ yang disebut spirakulum (spiracle), juga tabung-tabung
trakhea dan trakheola. Tekanan total dari udara sebenarnya merupakan jumlah tekanan gas
N2, O2, CO2 dan gas-gas lain. O2 sendiri masuk ke dalam jaringan dengan satu proses tunggal
yaitu adanya tekanan udara dalam jaringan. Tekanan O2 dengan demikian harus lebih besar
daripada tekanan udara dalam jaringan, sebaliknya tekanan CO2dalam jaringan harus lebih
besar dibanding yang ada di udara.

IV.  Alat dan Bahan


1.        Respirometer sederhana    
2.        Neraca
3.        Jangkrik
4.        Kristal NaOH (KOH)
5.        Larutan eosin
6.        Plastisin/vaselin
7.        Kapas
8.        Pipet tetes/ jarum suntik    
9.        Stopwatch/ pengukur waktu

Keterangan :
·   Alat
Respirometer  : Untuk mengukur laju pernapasan.
Neraca             : Untuk menimbang berat .
Stopwatch       : Untuk mengukur waktu
Plastisin           : Untuk menutup rongga pada tabung spesimen agar udara tidak masuk.
Siringe             : Untuk menyuntikkan/memasukkan eosin ke dalam pipa skala.

·  Bahan
Jangkrik           : Sebagai preparat yang akan di ujikan
NaOH               : Untuk mengikat CO2 agar pergerakan eosin karena O2.
Kapas               : Agar spesimen yang akan dimasukkan tidak bersentuhan dengan KOH
Eosin                : Untuk mengikat O2 atau mengetahui pergerakan respirasi

V.            Langkah Kerja
1)      Timbanglah serangga yang akan dipakai untuk praktikum
2)      Bungkuslah Kristal NaOH/KOH dengan kapas, lalu masukkan dalam tabung
respirometer.
3)   Masukkan jangkrik atau belalang yang telah ditimbang beratnya ke dalam botol
respirometer, kemudian tutup dengan pipa berskala.
4)     Oleskan vaselin/plastisin pada celah penutup tabung.
5)     Tutup ujung pipa berskala dengan jari kurang lebih satu menit, kemudian lepaskan dan
masukkan eosin dengan menggunakan pipet /syiring.
6)     Amati dan catat perubahan kedudukan eosin pada pipa berskala setiap 2 menit selama 10
menit.
7)     Lakukan percobaan yang sama (langkah 1 sampai dengan 6) menggunakan jangkrik atau
belalang lain dengan ukuran yang berbeda.
V I.         Hasil
No Jenis Berat Kedudukan Eosin pada Menit ke- Jumlah udara Rata-
. Serangga pernafasan 10 rata
menit (ml)
2 4 6 8 10
1 Jangkrik 1 2 gr 0,005 0,02 0,15 0,18 0,3 0,655 0,13

2 Jangkrik 2 1,8 gr 0,14 0,26 0,33 0,50 0,58 1,81 0,36

3 Jangkrik 3 2,2 gr 0,19 0,31 0,31 0,52 0,59 1,92 0,38

4 Jangkrik 4 1,7 gr 0,15 0,31 0,46 0,54 0,66 2,12 0,42

Deskripsi Kondisi Jangkrik :


Jangkrik 1
          

Memiliki berat 2 gram, tidak aktif dan diam. Jika dibandingkan dengan jangkrik yang lain
jangkrik 1 kecepatan laju pernafasannya sangat lambat meskipun memiliki berat cukup besar
tapi karena tidak melakukan banyak gerakan/aktivitas menyebabkan laju pernafasannya
berlangsung lambat.
Jangkrik 2
          

Memiliki berat 1,8 gram, ada akrivitas berupa gerakan kaki


Jangkrik 3
          

Memiliki berat 2,2 gram, sangat aktif bergerak. Pada jangkrik 3 kedudukan eosin sempat
bergerak keluar pada menit ke-6. Karena perubahan suhu udara (bila menjadi panas)
menyebabkan titik air yang sudah bergerak ke arah tabung dapat bergerak kembali ke arah
luar. Oleh karena itu percobaan ini diadakan dalam waktu perubahan suhu tidak besar.
Sebaliknya bila suhu menurun, tetes air cepat bergerak ke arah tabung spesimen.
       Jangkrik 4
Memiliki berat 1,7 gram, aktif bergerak. Jangkrik 4 memiliki laju pernafasan yang paling
cepat. Meskipun memiliki berat paling sedikit dalam percobaan ini tetapi faktor aktivitas
sangat berpengaruh terhadap laju pernafasan ketimbang berat badan jangkrik.

VII.       Pembahasan
Dalam percobaan ini, khususnya pada percobaan yang menggunakan respirometer,
digunakan larutan KOH. Fungsi dari larutan ini adalah untuk mengikat CO 2, sehingga
pergerakan dari larutan eosin benar-benar hanya disebabkan oleh konsumsi oksigen. Adapun
reaksi yang terjadi antara KOH dengan CO2 adalah sebagai berikut:
KOH + CO2 → K2CO3 + H2O
Setelah itu serangga dimasukkan ke dalam tabung dan tabung ditutup dengan bagian yang
berskala rapat-rapat. Untuk mengetahui penyusutan udara dalam tabung, pada ujung terbuka
pipa berskala diberi setetes larutan eosin. Larutan eosin ini akan bergerak ke arah tabung
spesimen karena terjadinya penyusutan volum udara dalam ruang tertutup (tabung spesimen)
sebagai akibat pernapasan, yaitu O2 diserap sedangkan CO2 dihembuskan tetapi lalu diserap
oleh KOH. Kecepatan larutan eosin itu bergerak ke dalam
menunjukkan kecepatan pernapasan organisme (serangga) yang diselidiki.
Perhitungan dilakukan untuk memperoleh angka kecepatan respirasi organisme tertentu
dalam ml tiap satuan waktu. Data yang diambil adalah lama pernapasan. Dalam percobaan ini
diambil tiap  2 menit sekali dan jarak yang ditempuh oleh larutan eosin bergerak. Pada
hitungan kenaikan interval kedua, dicari dengan interval 2 dikurangi interval 1 dan begitu
seterusnya untuk mencari kenaikan nilai interval berikutnya.
Keberhasilan percobaan atau eksperimen ini tergantung pada bocor tidaknya alat. Pada
percobaan ini, hubungan antara tabung dan bagian berskala ditutup rapat menggunakan
plastisin. Tujuan pemberian plastisin atau vaselin yaitu agar hubungan antara tabung dan
bagian bersekala licin serta udara tidak dapat keluar masuk.
Pada percobaan ini, perubahan suhu udara (bila menjadi panas) menyebabkan titik air
yang sudah bergerak ke arah tabung dapat bergerak kembali ke arah luar. Oleh karena itu
percobaan ini diadakan dalam waktu perubahan suhu tidak besar. Sebaliknya bila suhu
menurun, tetes air cepat bergerak ke arah tabung spesimen.
Sebelum disimpan, spesimen hewan dikembalikan ke tempatnya dan KOH yang biasanya
meleleh segera dikeluarkan dan tabung dicuci bersih. Jika kurang bersih dan tabung tertutup,
maka akan terjadi respirometer tak dapat dibuka lagi, karena merekat oleh KOH.
Faktor- faktor yang mempengaruhi laju respirasi:
1.)    Jenis kelamin
Belalang atau jangkrik  betina dan belalang jantan memiliki kecepatan respirasi yang
berbeda.
2.)    Ketinggian
Ketinggian mempengaruhi pernapasan. Makin tinggi daratan, makin rendah O2, sehingga
makin sedikit O2 yang dapat dihirup belalang. Sebagai akibatnya belalang pada daerah
ketinggian memiliki laju pernapasan yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang
meningkat.
3.)    Ketersediaan Oksigen.
Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya pengaruh tersebut
berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara organ pada tumbuhan yang
sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara tidak banyak mempengaruhi laju
respirasi karena jumlah oksigen yang dibutuhkan tumbuhan untuk berespirasi jauh lebih
rendah dari oksigen yang tersedia di udara.
4.)    Suhu.
Serangga mempunyai alat pernapasan khusus berupa system trachea yang berfungsi untuk
mengangkut dan mengedarkan O2  ke seluruh tubuh serta mengangkut dan mengeluarkan
CO2 dari tubuh. Trachea memanjang dan bercabang-cabang menjadi saluran hawa halus yang
masuk ke seluruh jaringan tubuh oleh karena itu, pengangkutan O2dan CO2 dalam system ini
tidak membutuhkan bantuan sitem transportasi atau darah. Udara masuk dan keluar melalui
stigma, yaitu lubang kecil yang terdapat di kanan-kiri tubuhnya. Selanjutnya dari stigama,
udara masuk ke pembuluh trachea yang memanjang dan sebagian ke kantung hawa. Pada
serangga bertubuh besar terjadinya pengeluaran gas sisa pernafasan terjadi karena adanya
pengaruh kontraksi otot-otot tubuh yang bergerak secara terat
5.)    Berat Tubuh
Hubungan antara berat dengan penggunaan oksigen berbanding lurus. Karena setiap makhluk
hidup membutuhkan O2 (Oksigen) dalam jumlah yang besar.Semakin berat serangga
semakin cepat pergerakan larutan eosin pada pipa berskala, begitupun sebaliknya, semakin
ringan serangga maka semakin lambat pergerakan larutan eosin pada pipa berskala. Ini
artinya semakin berat tubuh serangga, akan semakin banyak membutuhkan oksigen sehingga
akan semakin cepat pernafasannya. Sebaliknya, semakin ringan tubuh serangga akan semakin
lambat respirasinya. Seperti halnya manusia apabila dia berbadan gemuk dia lebih banyak
membutuhkan oksigen sehingga akan bernafas cepat.
Pada hasil praktikum di atas, jelas sekali bahwa ukuran tubuh belalang atau jangkrik tidak
mempengaruhi laju pernapasan. Semakin besar ukuran dan berat tubuh belum tentu semakin
cepat pernapasannya. Walaupun diatas ada sedikit kegagalan yaitu pernapasan pada belalang
yang ukurannya lebih besar dan lebih berat daripada jangkrik, memberikan hasil yang tidak
sebagaimana mestinya. Karena pada belalang yang berukuran lebih besar daripada jangkrik
melakukan aktifitas yang berkemungkinan banyak melakukan pergerakkan,sehingga
membutuhkan banyak pernafasan dan oksigen. Ternyata aktifitas yang banyak bergerak dari
serangga juga memengaruhi laju pernapasan. Akan tetapi, hasil praktikum menunjukkan
bahwa belalang yang berukuran lebih besar pernafasannya lebih lambat daripada jangkrik
yang aktif bergerak. Seharusnya semakin berat/ besar  ukuran serangga, oksigen yang
butuhkan akan semakin banyak karena untuk melakukan aktifitas yang banyak bergerak
sehingga laju respirasinya akan lebih cepat. Sehingga kami menyimpulkan bahwa selain
berat, aktivitas juga sangat berpengaruh terhadap laju pernafasan serangga.
Pada pembahasan tersebut dapat diketahui bahwa data hasil praktikum yang telah kami
buat belum sepenuhnya akurat. Kesalahan atau kegagalan percobaan dapat disebabkan karena
:
§  Alat praktikum tidak berfungsi secara maksimal/ rusak.
§  Adanya air dalam respirometer yang menghambat laju respirasi
§ Serangga yang digunakan sudah tidak bugar/ sehat atau serangga diambil sehari sebelum
praktikum
https://paprilia885.wordpress.com/2015/08/18/laporan-praktikum-pernapasan-pada-serangga/

PENDAHULUAN
 
1. LATAR BELAKANG
Sebagai suatu medium respirasi, udara mempunyai banyak keuntungan, salah satunya tentu saja
kandungan oksigen yang tinggi. Selain itu, karena O2 dan CO2 berdifusi jauh lebih cepat di udara
dibandingkan dengan di dalam air, maka permukaan respirasi yang terpapar ke udara tidak harus
di respirasi secara menyeluruh seperti insang. Sementara permukaan respirasi mengeluarkan
oksigen dari udara dan mengeluarkan karbon dioksida , difusi dengan cepat membawa lebih
banyak oksigen ke permukaan respirasi dan membuang karbondioksida. Ketika hewan darat
melakukan ventilasi, maka lebih sedikit energi yang dipakai karena udara jauh lebih mudah di
gerakkan dibandingkan dengan air. Akan tetapi sebuah permasalahan yang mengalahkan
keuntungan udara sebagai medium respirasi. Permukaan respirasi yang harus lebih besar dan
lembab secara terus menerus akan kehilangan air ke udara melalui penguapan. Permasalahan itu
diatasi dengan cara membuat permukann respirasi melipat ke dalam tubuh.
Serangga mempunyai alat pernapasan khusus berupa sistem trakea, yang terbuat dari pipa yang
becabang di seluruh tubuh, merupakan salah satu variasi dari permukaan respirasi internal yang
melipat-lipat dan pipa yang terbesar itulah yang disebut trakea. Bagi seekor serangga kecil, proses
difusi saja dapat membawa cukup O2dari udara ke sistem trakea dan membuang cukup CO2 untuk
mendukung sistem respirasi seluler. Serangga yang lebih besar dengan kebutuhan energi yang
lebih tinggi memventilasi sistem trakeanya dengan pergerakan tubuh berirama (ritmik) yang
memampatkan dan mengembungkan pipa udara seperti alat penghembus.
Laju metabolisme adalah jumlah total energi yang diproduksi dan dipakai oleh tubuh per satuan
waktu (Seeley, 2002). Laju metabolisme berkaitan erat dengan respirasi karena respirasi
merupakan proses ekstraksi energi dari molekul makanan yang bergantung pada adanya oksigen.
Secara sederhana, reaksi kimia yang terjadi dalam respirasi dapat dituliskan sebagai berikut:
C6H12O6 + 6O2 → 6 CO2 + 6H2O +ATP.
Laju metabolisme biasanya diperkirakan dengan mengukur banyaknya oksigen yang dikonsumsi
makhluk hidup per satuan waktu. Hal ini memungkinkan karena oksidasi dari bahan makanan
memerlukan oksigen (dalam jumlah yang diketahui) untuk menghasilkan energi yang dapat
diketahui jumlahnya. Akan tetapi, laju metabolisme biasanya cukup diekspresikan dalam bentuk
laju konsumsi oksigen. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju konsumsi oksigen antara lain
temperatur, spesies hwan, ukuran badan dan aktivitas .

BAB II
                              Tujuan dan waktu pelaksanan
1. Tujuan
Mengamati faktor yang mempengaruhi laju pernapasan pada serangga

1. Waktu dan pelaksanaan praktikum


 
Hari/ tanggal        : Senin/ 9 Januari 2015

Waktu                  : 9.45 – 11.45 Wib


Tempat                 : Jln. Jend. Gatot Subroto No.21 Baturaja Barat
Kelas XI IPA 4 Sma Negeri 3 OKU

                  BAB III


                                            Alat, Bahan dan Langkah kerja
1. Alat dan Bahan
2. Respirometer
3. Timbangan
4. Kapas
5. Larutan KOH 4% atau kristtal NaOH
6. Larutan eosin
7. Serangga (jangkrik, belalang, kecoak)
8. Langkah Kerja
9. Timbanglah berat badan serangga yang Anda siapkan! Catat berat setiap serangga!
10. Masukan kristal NaOH/KOH pada botol respirometer, kemudian masukan kapas sebagai
penyekat! Catatan: respirometer dapat dibuat sendiri dengan botol kecil bekas, tutup botol
dilubangi dan masukan pipa sedotan, olesi tutup botol dengan vaselin agar tidak bocor.
11. Masukan salah satu serangga yang telah ditimbang dalam respirometer! Oleskan vaselin
pada sambungan respirometer!
12. Masukan setetes eosin pada ujung respirometer! Letakkan respirometer secara mendatar,
biarkan serangga melakukan respirasi!
13. Amati dan catatlah perubahan kedudukan eosin pada pipa skala 1 menit selama 5 menit!
14. Lakukan kegiatan tersebut pada serangga lainnya! Kemudian, catatlah hasilnya dalam
tabel seperti berikut!
    Kedudukan Eosin pada 2 menit ke-
Jenis
No. Serangga Berat 1 2 3 4 5 Rata-Rata
0,44
1. Belalang gram 1,5 2,3 3,2 4,4 5,1 1,02
2. Jangkrik 0,3 gram 1,3 2,1 2,8 3,4 4,2 0,84
0,95
3. Kecoak gram 1,8 3,3 4,8 6,25 8,6 1,72
 
BAB lV
Rumusan masalah dan pembahasan
1. Rumusan Masalah
2. Apakah peranan NaOH/KOH dalam percobaan?
3. Faktor apakah yang memengaruhi pergeseran eosin?
4. Serangga Apakah yang paling berat Anda uji dalam kegiatan ini?
5. Manakah laju pergeseran kedudukan eosin tercepat dari bermacam-macam serangga yang
anda uji? Mengapa demikian?
 
1. PEMBAHASAN
 
HASIL PENGAMATAN
1. Percobaan 1
Jenis Skala yang di Volume oksigen yang
No Menit ke-n organisme tunjukkan eosin digunakan organisme
1 Menit 1 Jangkrik 1,3 1,3
2 Menit 2 Jangkrik 2,1 2,1 – 1,3= 0,8
3 Menit 3 Jangkrik 2,8 2,8 – 2,1= 0,7
4 Menit 4 Jangkrik 3,4 3,4 – 2,8= 0,6
5 Menit 5 Jangkrik 4,2 4,2 – 3,4= 0,8
Jumlah = 4,2
1. Percobaan 2
Jenis Skala yang di Volume oksigen yang
No Menit ke-n organisme tunjukkan eosin digunakan organisme
1 Menit 1 Belalang 1,5 1,5
2 Menit 2 Belalang 2,3 2,3 – 1,5 = 0,8
3 Menit 3 Belalang 3,2 3,2 – 2,3 = 0,9
4 Menit 4 Belalang 4,4 4,4 – 3,2= 1,2
5 Menit 5 Belalang 5,1 5,1 – 4,4 = 0,7
Jumlah = 5,1
1. Percobaan 3
Jenis Skala yang di Volume oksigen yang
No Menit ke-n organisme tunjukkan eosin digunakan organisme
1 Menit 1 Kecoak 1,8 1,8
2 Menit 2 Kecoak 3,3 3,3 – 1,8 = 1,5
3 Menit 3 Kecoak 4,8 4,8 – 3,3= 1,5
4 Menit 4 Kecoak 6,25 6,25 – 4,8= 1,45
5 Menit 5 Kecoak 8,6 8,6 – 6,25= 2,35
Jumlah = 8,6
 
Jawaban Rumusan Masalah :
1. Fungsi dari Kristal KOH/NaOH pada percobaan yaitu sebagai pengikat CO2agar tekanan
dalam respirometer menurun. Jika tidak diikat maka tekanan parsial gas dalam
respirometer akan tetap dan eosin tidak bisa bergerak. Akibatnya volume oksigen yang
dihirup serangga tidak bisa diukur. Kristal KOH/NaOH dapat mengikat CO2 karena
bersifat higroskopis. Reaksi antara KOH dengan CO2, sebagai berikut:
 (i) KOH + CO2 → KHCO3
 (ii) KHCO3 + KOH → K2CO3 + H2O
2. Yang mempengaruhi pergeseran eosin yaitu kecepatan bernafas dari serangga yang
diamati. Berat tubuh, Semakin berat tubuh suatu organisme, maka semakin banyak
oksigen yang dibutuhkan dan semakin cepat proses respirasinya. Tetesan eosin tersebut
akan bergeser karena terhirup saat serangga bernafas .
Ukuran tubuh, Makin besar ukuran tubuh maka keperluan oksigen makin banyak. Tetesan eosin
tersebut akan bergeser karena terhirup saat serangga bernafas .
Kadar O2, Bila kadar oksigen rendah maka frekuensi respirasi akan meningkat sebagai
kompensasi untuk meningkatkan pengambilan oksigen.
Aktivitas, Makhluk hidup yang melakukan aktivitas memerlukan energi. Jadi semakin tinggi
aktivitasnya, maka semakin banyak kebutuhan energinya, sehingga pernafasannya semakin cepat.
Tetesan eosin tersebut akan bergeser karena terhirup saat serangga bernafas .Atau yang
mempengaruhi pergeseran eosin yaitu banyak sedikit nya stigma yang ada pada masing masing
serangga.
3. Serangga paling berat yang kami uji pada kegiatan ini yaitu Kecoak ,serangga ini
memiliki bobot seberat 0,95 gram.
4. Laju pergeseran kedudukan eosin tercepat dari serangga yang diuji adalah Kencoak ,
karena berat badan dan ukuran tubuh lebih besar dibandingkan dengan serangga jangkrik
dan belalang, serta aktivitas tubuh yang sangat aktif, sehingga kebutuhan oksigen yang
diperlukan semakin banyak dibanding jangkrik dan belalang.
 
 
 
 
 
BAB 5
PENUTUP
1. KESIMPULAN
 
Pada praktikum repirasi kali ini menggunakan serangga (belalang, jangkrik, kecoa) yang
dimasukkan ke dalam respirometer. Serangga ini dimasukkan ke dalam tabung respirometer
kemudian dimasukkan eosin yang berfungsi untuk mengikat O2, namun eosin harus dibungkus
terlebih dahulu dengan menggunakan kapas sebelum dimasukkan ke dalam tabung. Hal ini
dimaksudkan untuk memisahkan serangga dengan zat kimia karena serangga akan mati bila
bersentuhan dengan eosin. Kemudian pada ujung pipa kapiler diberi cairan untuk memisahkan
udara yang ada di dalam tabung dan udara yang ada di luar tabung.
Pernapasan pada serangga dengan menggunakan trakea dimana udara yang ada masuk secara
difusi, penyebab terjadinya difusi pada belalang karena dalam proses respirasi khususnya pada
belalang, O2 agar dapat dipindahkan dari lingkungan ke dalam tubuh melintasi membran respirasi
yang permukaannya pada tiap serangga tidak sama dan juga membran ini mengandung kapiler,
sehingga agar masuk ke dalam tubuh serangga harus melalui mekanisme difusi secara pasif.
Sistem pernapasan trakea pada serangga yaitu udara masuk melalui stigma, dan masuk ke dalam
trakea, terlebih dahulu udara ini disaring oleh rambut-rambut halus yang terdapat pada stigma
sehingga udara dan debu dapat dipisahkan.Karena adanya kontraksi tubuh yang menjadikan
tubuh serangga kembang kempis sehingga pembuluh trakea ikut kembang kempis. Akibatnya
udara dapat beredar keseluruh bagian sel tubuh dan diedarkan oleh trakeolus yaitu cabang-cabang
kecil trakea yang menembus jaringan kecil.
Pada proses respirasi ditandai dengan bergeraknya air pada pipa kapiler. Persamaan reaksi antara
eosin dan CO2 yaitu:

Ca(OH)2 + CO2     CaCO3 + H2O


1. SARAN
Setiap melakukan praktikum diharapkan untuk dapat memperhatikan prosedur kerja serta
memperhatikan keselamatan kerja. Selain itu, diusahakan untuk memperbanyak referensi guna
memudahkan kita baik dalam melakukan praktikum maupun dalam penyusunan laporan
praktikum.
https://berbagiseputarduniapendidikan.wordpress.com/2015/05/29/3mengukurudarapernapasan/

MENGUKUR UDARA PERNAPASAN

1. TUJUAN
 Mengetahui jumlah udara pernapasan pada hewan
1. DASAR TEORI
Istilah bernapas, seringkali diartikan dengan respirasi, walaupun secara harfiah sebenarnya kedua istilah
tersebut berbeda. Pernapasan (breathing) artinya menghirup dan menghembuskan napas. Oleh karena itu,
bernapas diartikan sebagai proses memasukkan udara dari lingkungan luar ke dalam tubuh dan
mengeluarkan udara sisa dari dalam tubuh ke lingkungan. Sementara, respirasi (respiration) berarti suatu
proses pembakaran (oksidasi) senyawa organik (bahan makanan) di dalam sel sehingga diperoleh energi.

Energi yang dihasilkan dari respirasi sangat menunjang sekali untuk melakukan beberapa aktivitas.
Misalnya saja, mengatur suhu tubuh, pergerakan, pertumbuhan dan reproduksi. Oleh karena itu, kegiatan
pernapasan dan respirasi sebenarnya saling berhubungan.

Respirasi adalah proses mengambil oksigen dari udara dan mengeluarkan karbondioksida ke udara. Atau
respirasi adalah pertukaran gas oksigen dari udara bebas oleh organism hidup untuk serangkaian proses
metabolism (oksidasi) di dalam tubuh, dengan mengeluarkan karbondioksida sebagai sisa metabolism.
(Joko waluyo. 2006: 287).

Respirasi pada Hewan

Serangga mempunyai alat pernapasan khusus berupa sistem trakea, yang terbuat dari pipa yang becabang
di seluruh tubuh, merupakan salah satu variasi dari permukaan respirasi internal yang melipat-lipat dan
pipa yang terbesar itulah yang disebut trakea. Bagi seekor serangga kecil, proses difusi saja dapat
membawa cukup O2 dari udara ke sistem trakea dan membuang cukup CO2 untuk mendukung sistem
respirasi seluler. Serangga yang lebih besar dengan kebutuhan energi yang lebih tinggi memventilasi
sistem trakeanya dengan pergerakan tubuh berirama (ritmik) yang memampatkan dan mengembungkan
pipa udara seperti alat penghembus (Campbell, 2005).
Laju metabolisme adalah jumlah total energi yang diproduksi dan dipakai oleh tubuh per satuan waktu
(Seeley, 2002). Laju metabolisme berkaitan erat dengan respirasi karena respirasi merupakan proses
ekstraksi energi dari molekul makanan yang bergantung pada adanya oksigen. Secara sederhana, reaksi
kimia yang terjadi dalam respirasi dapat dituliskan sebagai berikut: C6H12O6 + 6O2 → 6 CO2 + 6H2O +ATP 
(Tobin, 2005).
Laju metabolisme biasanya diperkirakan dengan mengukur banyaknya oksigen yang dikonsumsi makhluk
hidup per satuan waktu. Hal ini memungkinkan karena oksidasi dari bahan makanan memerlukan oksigen
(dalam jumlah yang diketahui) untuk menghasilkan energi yang dapat diketahui jumlahnya. Akan tetapi,
laju metabolisme biasanya cukup diekspresikan dalam bentuk laju konsumsi oksigen. Beberapa faktor
yang mempengaruhi laju konsumsi oksigen antara lain temperatur, spesies hewan, jenis kelamin, ukuran
badan dan aktivitas, kadar O2 dan CO2 (Tobin, 2005).

Mekanisme pernapasan pada serangga adalah sebagai berikut :

Jika otot perut belalang berkontraksi maka trakea mexrupih sehingga udara kaya CO2 keluar. Sebaliknya,
jika otot perut belalang berelaksasi maka trakea kembali pada volume semula sehingga tekanan udara
menjadi lebih kecil dibandingkan tekanan di luar sebagai akibatnya udara di luar yang kaya 02 masuk ke
trakea.
Sistem trakea berfungsi mengangkut O2 dan mengedarkannya ke seluruh tubuh, dan sebaliknya
mengangkut C02 basil respirasi untuk dikeluarkan dari tubuh. Dengan demikian, darah pada serangga
hanya berfungsi mengangkut sari makanan dan bukan untuk mengangkut gas pernapasan.

Di bagian ujung trakeolus terdapat cairan sehingga udara mudah berdifusi ke jaringan. Pada serangga air
seperti jentik nyamuk udara diperoleh dengan menjulurkan tabung pernapasan ke perxnukaan air untuk
mengambil udara.

Serangga air tertentu mempunyai gelembung udara sehingga dapat menyelam di air dalam waktu lama.
Misalnya, kepik Notonecta sp. mempunyai gelembung udara di organ yang menyerupai rambut pada
permukaan ventral. Selama menyelam, O2 dalam gelembung dipindahkan melalui sistem trakea ke sel-sel
pernapasan.

Selain itu, ada pula serangga yang mempunyai insang trakea yang berfungsi menyerap udara dari air, atau
pengambilan udara melalui cabang-cabang halus serupa insang. Selanjutnya dari cabang halus ini oksigen
diedarkan melalui pembuluh trakea.

Fungsi eosin       :

Fungsi eosin adalah sebagai indikator oksigen yang dihirup oleh organisme percobaan (jangkrik) pada
respirometer. Saat jangkrik menghirup oksigen maka terjadi penurunan tekanan gas dalam respirometer
sehingga eosin bergerak masuk ke arah respirometer.

Fungsi dari Kristal KOH/NaOH pada percobaan yaitu sebagai pengikat CO2 agar tekanan dalam
respirometer menurun. Jika tidak diikat maka tekanan parsial gas dalam respirometer akan tetap dan eosin
tidak bisa bergerak. Akibatnya volume oksigen yang dihirup serangga tidak bisa diukur. Kristal
KOH/NaOH dapat mengikat CO2 karena bersifat higroskopis. Reaksi antara KOH dengan CO2, sebagai
berikut:
 KOH + CO2 → KHCO3
 KHCO3 + KOH → K2CO3 + H2O

Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi diantaranya:

1. Jenis kelamin

Jenis Kelamin jangkrik  betina dan belalang jantan memiliki kecepatan respirasi yang berbeda.
2. Ketinggian

Ketinggian mempengaruhi pernapasan. Makin tinggi daratan, makin rendah O2, sehingga makin sedikit O2
yang dapat dihirup belalang. Sebagai akibatnya belalang pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan
yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang meningkat.

3. Ketersediaan Oksigen.

Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi
masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara organ pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal
kandungan oksigen di udara tidak banyak mempengaruhi laju respirasi karena jumlah oksigen yang
dibutuhkan tumbuhan untuk berespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang tersedia di udara.

4. Suhu.

Serangga mempunyai alat pernapasan khusus berupa system trakea yang berfungsi untuk mengangkut dan
mngedarkan O2  ke seluruh tubuh serta mengangkut dan mengeluarkan CO2 dari tubuh. Trachea
memanjang dan bercabang-cabang menjadi saluran hawa halus yang masuk ke seluruh jaringan tubuh oleh
karena itu, pengangkutan O2 dan CO2 dalam system ini tidak membutuhkan bantuan sitem transportasi
atau darah. Udara masuk dan keluar melalui stigma, yaitu lubang kecil yang terdapat di kanan-kiri
tubuhnya. Selanjutnya dari stigama, udara masuk ke pembuluh trachea yang memanjang dan sebagian ke
kantung hawa. Pada serangga bertubuh besar terjadinya pengeluaran gas sisa pernafasan terjadi karena
adanya pengaruh kontraksi otot-otot tubuh yang bergerak secara teratur.

5. Berat Tubuh

Hubungan antara berat dengan penggunaan oksigen berbanding terbalik. Karena setiap makhluk hidup
membutuhkan O2 (Oksigen) dalam jumlah yang besar. Melebihi dari Berat tubuh. Pada hasil di atas jelas
sekali bahwa ukuran tubuh mempegaruhi laju pernapasan, semakin kecil ukuran dan berat tubuh maka
semakin cepat pernapasannya. Walaupun diatas ada sedikit kegagalan yaitu pernapasan pada jangkrik
besar tidak sebagaimana mestinya. Karena pada jangkrik yang berukuran besar melakukan aktifitas yang
berkemungkinan banyak melakukan pergerakkan,sehingga membutuhkan banyak pernafasan dan oksigen.
Ternyata aktifitas yang banyak bergerak dari jangkrik juga memengaruhi laju pernapasan

1. RUMUSAN MASALAH
 Bagaimana mengukur volume oksigen yang dihirup jangkrik ?
 Bagaimana hubungan antara berat jangkrik dengan kebutuhan oksigen?

1. HIPOTESA
 Umumnya cara mengukur volume oksigen dengan melihat skala pada pipa respirometer. Volume
dihitung berdasarkan selisih posisi awal eosin dengan dengan posisi terakhir eosin pada pipa berskala,
dan dihitung per satuan waktu (menit).
 Hubungan antara berat badan jangkrik dengan oksigen yaitu berbanding lurus. Jika berat hewan
jangkrik besar maka oksigen yang dibutuhkan juga besar. Seperti halnya manusia apabila dia berbadan
gemuk dia akan bernafas cepat. Dan oksigen yang dibutuhkan juga bertambah banyak.

1. VARIABEL
 Variabel Manipulasi     : Berat Jangkrik
 Varibel Respon             : Laju pernapasan serangga.
 Variabel Kontrol : Jenis jangkrik, respirometer sederhana, kristal NaOH,

Eosin, Vaselin, pipet, dan suhu.

1. ALAT DAN BAHAN


2. Respirometer sederhana
2. Neraca
3. Jangkrik
4. Kristal NaOH (KOH)
5. Larutan eosin
6. Plastisin/vaselin
7. Kapas
8. Pipet tetes
9. Stopwatch/ pengukur waktu

1. LANGKAH KERJA
1. Membungkus kristal KOH/NaOH dengan kertas tisu / kapas, dan masukkan ke dalam tabung
respirometer
2. Menimbang berat tubuh serangga.
3. Memasukkan serangga ke dalam tabung respirometer.
4. Menutup tabung respirometer dengan pipa kapiler respirometer hingga rapat.
5. Mengoleskan plastisin pada bagian persambungan antara tabung dengan pipa respirometer.
6. Meneteskan eosin pada ujung pipa.
7. Mengamati pergerakan eosin dalam pipa.
8. Mencatat data pergerakan eosin dengan interval waktu setiap 5 menit selama 10 menit. Pergerakan
eosin menunjukkan jumlah udara pernapasan serangga dalam satuan waktu yang telah ditentukan .
9. Jika sudah 10 menit, membuka pipa respirometer dan melepaskan serangga tersebut.
10. Mengulangi percobaan tersebut menggunakan serangga dengan jenis yang sama tetapi memiliki berat
tubuh yang berbeda beda .

1. TABEL HASIL PENGAMATAN

2.
Jenis

serangga

Berat tubuh

( gram )Volume udara pernapasan setiap 5 menit

( garis skala atau strip)

Jumlah volume udara pernapasan 10 menit

5 menit

5 menit

2Jangkrik

Ke 10,5 gramO,440,67O,67Jangkrik

Ke 20,6 gram0,470,790,79Jangkrik

Ke 30,9 gramO,500,830,83

*volume udara pernapasan 10 menit tidak berarti vol udara 5 menit pertama di tambah vol udara 5 menit
kedua karena dalam pengukuran 5 menit yang kedua merupakan lanjutan dari vol udara yang pertama
sehingga vol total udara 10 menit tak lain adalah vol udara pada waktu 5 menit kedua.

1. Rata-rata kecepatan pernapasan jangkrik ke 1 =

0,67 : 2 = 0,335 ml/5 menit

= 0,067 ml/menit

2. Rata-rata kecepatan pernapasan jangkrik ke 2 =

0,79 : 2 = 0,395 ml/5 menit

= 0,079 ml/menit
3. Rata-rata kecepatan pernapasan jangkrik ke 3 =

0,83 : 2 = 0,415 ml/5 menit

= 0,083 ml/menit

1. PEMBAHASAN

Dari data diatas maka dapat diketahui bahwa jangkrik besar atau yang memiliki berat lebih besar
memerlukan lebih banyak oksigen dalam pernapasan, daripada jangkrik kecil atau jangkrik yang beratnya
kecil.

Jangkrik ke 1 memiliki rata-rata kecepatan pernapasan 0,067 ml/menit (Jangkrik kecil dalam percobaan),
saat dilakukan percobaan pada 5 menit ke 1 kedudukan eosin ada pada skala 0,44 Lalu pada 5 menit ke 2
kedudukan eosin berubah pada skala 0,67

Jangkrik ke 2 memiliki  rata-rata kecepatan pernapasan sebesar 0,079 ml/menit (Jangkrik sedang dalam
percobaan), saat dilakukan percobaan pada 5 menit ke1 kedudukan eosin ada pada skala 0,47 Lalu pada 5
menit ke 2 kedudukan eosin berubah pada skala 0,79

Jangkrik ke 3 memiliki rata-rata kecepatan pernapasan  0,083 ml/menit (Jangkrik besar  dalam percobaan).
Saat dilakukan percobaan pada 5 menit ke 1 kedudukan eosin ada pada skala 0,50 Lalu pada 5 menit ke 2
kedudukan eosin berubah pada skala 0,83

Dalam teori, berat badan jangkrik mempengaruhi laju pernapasan jangkrik. Semakin berat jangkrik
semakin cepat pula laju pernapasannya.

 
1. PERTANYAAN
2. Apakah fungsi penggunaan KOH / NaOH dalam rangkaian alat percobaan ?
Jawab :  Fungsi dari Kristal KOH/NaOH pada percobaan yaitu sebagai pengikat CO2 agar tekanan dalam
respirometer menurun. Kristal KOH/NaOH dapat mengikat CO2 karena bersifat higroskopis.

2. Apa akibatnya jika dalam rangkaian alat percobaan tidak dimasukkan NaOH / KOH ?

Jawab :  maka tekanan parsial gas dalam respirometer akan tetap dan eosin tidak bisa bergerak. Akibatnya
volume oksigen yang dihirup serangga tidak bisa diukur.

3. Mengapa pada sambungan antara tabung dengan pipa respirometer dioleskan plastisin/vaselin ?
Jawab :   tujuan vaselin dioleskan pada respirometer agar udara yang berada di dalam tabung tidak dapat
keluar dan udara yang diluar tidak dapat masuk melalui celah-celah antara mulut tabung dengan penutup,
sehingga eosin dapat bergerak karena udara melewati pipa kaca berskala.

4. Apakah volume udara pada interval 5 menit berjumlah sama ? jelaskan berdasarkan pengamatan .

Jawab : Jumlah volume udara pada interval waktu setiap 5 menit

jumlahnya tidak sama karena ketiga jangkrik tersebut memiliki

berat badan yang berbeda serta semakin lama jangkrik di dalam

tabung maka daya hisap jangkrik terhadap Oksigen semakin

besar.

5. Apakah berat tubuh berpengaruh pada jumlah volume udara pernapasan ? jelaskan.

Jawab :   ya ,  semakin berat tubuh suatu organisme, maka semakin banyak oksigen yang dibutuhkan dan
semakin cepat proses respirasinya. berat tubuh serangga sangat berpengaruh pada jumlah volume

udara pernapasan karena serangga yang memiliki berat badan

yang besar sulit untuk menghisap Oksigen.

6. Apakah jenis jenis serangga yang berbeda akan berpengaruh pada kekuatan penghirupan udara
pernapasan?

Jawab : Ya, karena masing-masing serangga memiliki kekuatan

penghirupan udara yang berbeda-beda.

7. Faktor faktor apakah yang berpengaruh pada jumlah volume udara pernapasan?

Jawab : 1. Berat tubuh, Semakin berat tubuh suatu organisme, maka semakin banyak oksigen yang
dibutuhkan dan semakin cepat proses respirasinya.

2. Ukuran tubuh, Makin besar ukuran tubuh maka keperluan oksigen makin banyak.
3. Kadar O2, Bila kadar oksigen rendah maka frekuensi respirasi akan meningkat sebagai kompensasi
untuk meningkatkan pengambilan oksigen.
4. Aktivitas, Makhluk hidup yang melakukan aktivitas memerlukan energi. Jadi semakin tinggi
aktivitasnya, maka semakin banyak kebutuhan energinya, sehingga pernafasannya semakin cepat.
5. KESIMPULAN
Pada hasil di atas jelas sekali bahwa ukuran tubuh mempegaruhi laju pernapasan, semakin besar ukuran
dan berat tubuh maka semakin cepat lajupernapasannya. Karena pada jangkrik yang berukuran besar
melakukan aktifitas yang berkemungkinan banyak melakukan pergerakkan, sehingga membutuhkan
banyak oksigen. Faktor lain yang memperngaruhi antara yaitu, kondisi fisik, dan Kadar O2.

http://ctradnda.blogspot.co.id/2016/12/laporanpraktikum-sistempernapasan-pada.html

LAPORAN PRAKTIKUM
SISTEM PERNAPASAN PADA SERANGGA

Disusun oleh :
Citra Adinda
( XI MIPA 1 )

SMAN 1 KOTA JAMBI

BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Setiap makhluk hidup pasti bernapas. Bernapas adalah proses memasukkan serta
mengeluarkan udara ke dan dari dalam tubuh. Udara yang dimasukkan itu mengandung
oksigen, sedangkan udara yang dikeluarkan mengandung karbondioksida serta uap air.
Oksigen yang masuk digunakan tubuh untuk melakukan proses respirasi, yaitu proses
pemecahan zat-zat makanan untuk menghasilkan energi. Energi tersebut digunakan makhluk
hidup untuk melakukan seluruh aktivitas kehidupannya. Selain menghasilkan energi, respirasi
juga menghasilkan karbondioksida dan uap air yang akan dikeluarkan dari dalam tubuh
melalui proses bernapas. Pada setiap mahkluk hidup (manusia dan vertebrta)Dalam
pernapasan di lakukan dua tahap :
a. pertukaran gas dari udara luar atau udara bebas ke dalam sel-sel darah pada jaringan    epitel
selaput aveolus.pertukaran gas ini di kenal dengan Pernapasan luar atau   respirasi
eksternal
b. pertukaran gas daari sel-sel darah dalam kapiler dengan sel-sel jaringan tubuh.
Pertukaran gas ini di kenal dengan Pernapasan dalam atau Respirasi internal
Respirasi secara umum merupakan salah satu gejala fisiologis makhluk hidup untuk
memperoleh energi dengan cara pembongkaran sari makanan melalui pengambilan oksigen
(O2) dan pengeluaran karbondioksida (CO2).
Di dalam praktikum ini, akan dijelaskan bagaimana pernapasan atau respirasi pada
hewan yakni Jangkrik.

B.   Tujuan Praktikum
1. Membuktikan bahwa pernapasan pada serangga membutuhkan oksigen.
2. Melihat faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah kebutuhan oksigen pada serangga pada saat
bernapas.

BAB II
METODOLOGI PRAKTIKUM
Dalam praktikum ini, kami diberi tugas untuk mengidentifikasi proses respirasi pada
serangga yaitu Jangkrik serta mengamati proses respirasi dengan menggunakan respirometer.
Setelah Jangkrik tersebut melakukan proses respirasi di dalam respirometer dan terlihat
pergerakannya lalu mencatat proses respirasi tersebut beserta keterangannya serta disusun
dalam suatu Laporan Praktikum. Sebelum melakukan praktikum terlebih dahulu kita
menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Setelah apa yang dibutuhkan telah siap maka
kita dapat melakukan praktikum dengan pertama-tama menangkap serangga yang akan
diamati yaitu Belalang. Kemudian dimasukkan ke dalam respirometer yang sebelumnya telah
di beri Kristal KOH dan dilapisi oleh kapas. Setelah dimasukkan ke dalam respirometer
kemudian pada sambungan atau tutup respirometer diolesi vaselin/plastisin supaya udara dari
luar tidak masuk ke dalam respirometer dan setelah itu pada ujung respirometer ditetesi
larutan eosin, kemudian mengamati pergerakan larutaan eosin ke arah belalang dan mencatat
berapa cm per menitnya di lembar praktikum guna bahan menyusun laporan praktikum.

A.     Alat dan Bahan :


1.      Respirometer
2.      Timbangan
3.      2 ekor jangkrik
4.      Kristal NaOH/KOH
5.      Eosin/Tinta
6.      Kapas/Tisue
7.      Pipet atau sirink
8.      Vaseline

B.     Cara Kerja
1.      Bungkuslah NaOH dengan tissue atau kapas, dan letakkan dalam tabung respirometer
2.      Timbanglah berat jangkrik dan masukan dalam tabung respirometer.
3.      Rangkai alat respirometer, kemudian pada ujung pipa kapiler teteskan eosin, tutup dengan
ibu jari.
4.      Amati dan catat perubahan kedudukan eosin pada pipa berskala setiap 2 menit selama 10
menit.
5.      Catat hasil pengamatan pada table.

Tabel hasil pengamatan


Jumlah Nama Skala Kedudukaan
Berat
Hewan Hewan
I II III
1 Jangkrik - 0,46 0,30 0,25
Dalam 5’ Dalam 5’ Dalam 5’

C.     Kesimpulan
Semakin lama waktunya dan semakin banyak jumlah percobaan maka pernapasan pada
jangkrik tersebut semakin lambat.

http://anisneztart.blogspot.co.id/2015/03/laporan-pratikum-biologi-respirasi-pada.html
Laporan pratikum biologi "RESPIRASI
PADA SERANGGA (JANGKRIK)"
LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI
RESPIRASI PADA SERANGGA (JANGKRIK)

 
DISUSUN:

CHAIRUNNISAH (NISN 9965380246)
                                      

SMAN 1 BOLO
Tahun ajaran 2014-2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas petunjuk, rahmat, dan hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan
Laporan Pratikum biologi tentang respirasi pada serangga (jangkrik) tanpa ada halangan apapun
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Laporan pratikum biologi yang telah saya susun ini dibuat dalam rangka memenuhi ujian pratikum
Sekolah
Dengan ini saya menyadari bahwa Laporan ini tidak akan tersusun dengan baik tanpa adanya
bantuan dari pihak-pihak terkait. Oleh karena itu, pada kesempatan ini tidak lupa juga saya
mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam kegiatan
praktikum biologi maupun dalam penyusunan Laporan ini.
Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya Saya sampaikan kepada :
 Bapak  Saidin S.Pd, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMAN 1 BOLO.
 Bapak Anas S.Pd selaku guru pembimbing  biologi kelas XII
 Bapak Abdollah S.Pd selaku guru pembimbing biologi kelas XI
 Ibu Fatmah S.Pd selaku guru pembimbing biologi kelas X
 Bapak Ovan Pramana Putra S.Pd selaku guru pembimbing biologi kelas X
 Orang Tua tercinta yang mana telah membantu kami dalam segi material maupun dalam
segi motivasi selama dalam penyusunan Laporan ini.
 Dan semua pihak lain yang telah ikut serta memberikan bantuan dan dorongan dalam proses
penyelesaian Laporan Praktikum biologi.
Saya  menyadari bahwa Laporan ini masih jauh dalam kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan Laporan ini.
Akhir kata, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penyusunan Laporan ini terdapat
banyak kesalahan. Semoga Laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis Laporan ini dan
pada umumnya bagi para pembaca.

Rato, Maret 2015


Penyusun

Chairunnisah

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………..……………………………………………………2

DAFTAR ISI……………………………….…………………………………………………3

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………….………………………4

A.                 LATAR BELAKANG……………………………………..………………………4

B.                 TUJUAN PRATIKUM…………………………………………………………….4

C.                 MANFAAT PRATIKUM…………………………………...……………………..4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………….………………5

BAB III METODELOGI PRATIKUM……………………………………….……………8


A.                 ALAT DAN BAHAN…………………………………………………..……………8

B.                 CARA KERJA………………………………………………………...…………….8

BAB IV TABEL HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN………………………9

A.                 TABEL PENGAMATAN………………………………………………….……….9

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..12

BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Setiap makhluk hidup pasti bernapas. Bernapas adalah proses memasukkan serta
mengeluarkan udara ke dan dari dalam tubuh. Udara yang dimasukkan itu mengandung oksigen,
sedangkan udara yang dikeluarkan mengandung karbondioksida serta uap air. Oksigen yang masuk
digunakan tubuh untuk melakukan proses respirasi, yaitu proses pemecahan zat-zat makanan untuk
menghasilkan energi. Energi tersebut digunakan makhluk hidup untuk melakukan seluruh aktivitas
kehidupannya. Selain menghasilkan energi, respirasi juga menghasilkan karbondioksida dan uap air
yang akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses bernapas. Pada setiap mahkluk hidup
(manusia dan vertebrta)Dalam pernapasan di lakukan dua tahap :

a. pertukaran gas dari udara luar atau udara bebas ke dalam sel-sel darah pada jaringan epitel selaput
aveolus.pertukaran gas ini di kenal dengan Pernapasan luar atau respirasi eksternal

b. pertukaran gas daari sel-sel darah dalam kapiler dengan sel-sel jaringan tubuh. Pertukaran gas ini di
kenal dengan Pernapasan dalam atau Respirasi internal

Respirasi secara umum merupakan salah satu gejala fisiologis makhluk hidup untuk
memperoleh energi dengan cara pembongkaran sari makanan melalui pengambilan oksigen (O2)
dan pengeluaran karbondioksida (CO2).

Di dalam praktikum ini, akan dijelaskan bagaimana pernapasan atau respirasi pada hewan
yakni belalang.

B.   Tujuan Praktikum

Tujuan praktek ini adalah untuk mengetahui faktor banyak sedikitnya oksigen yang
diperlukan oleh hewan pada saat bernapas per satuan waktu.

C.   Manfaat Praatikum
Beberapa manfaat yang bisa kita peroleh dari percobaan/penelitian yang kita lakukan
yaitusebagai berikut.

Bagi siswa → Manfaat bagi siswa dengan adanya penelitian/percobaan ini yaitu pengetahuan siswa
tentang faktor banyak sedikitnya oksigen yang diperlukan oleh hewan pada saat bernapas per
satuan waktu dan system pernapasan atau respirasi pada hewan.

Bagi guru → Manfaat bagi guru melalui penelitian/percobaan ini yaitu guru dapat mengetahui tingkat
pemahaman siswa akan cara melakukan uji praktek dalam hal ini mengenai pernapasan atau
respirasi pada hewan yakni belalang.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Bernafas merupakan salah satu ciri dan aktivitas makhluk hidup. Istilah pernafasan sering di
sama artikan dengan istilah Respirasi, walau sebenarnya kedua istilah tersebut secara harfiah
berbeda. Pernafasan (breathing) berarti menghirup dan menghembuskan nafas. Bernafas berarti
memasukkan udara dari lingkungan luar ke dalam tubuh dan mengeluarkan udara sisa dari dalam
tubuh ke lingkungan luar. Sedangkan respirasi (respiration) berarti suatu proses pembakaran
(oksidasi) senyawa organik (bahan makanan) di dalam sel guna memperoleh energi.

Pada hewan – hewan tingkat tinggi terdapat alat untuk proses pernafasan, yakni berupa
paru – paru, insang atau trakea, sementara pada hewan – hewan tingkat rendah dan tumbuhan
proses pertukaran udara tersebut dilakukan secara langsung dengan difusi melalui permukaan sel–
sel tubuhnya. Dari alat pernafasan, oksigen masih harus di angkut oleh darah atau cairan tubuh ke
seluruh sel tubuh yang membutuhkan. Selanjutnya oksigen tersebut akan dimanfaatkan untuk
oksidasi di dalam sel guna menghasilkan energi.

Respirasi bertujuan untuk menghasilkan energi. Energi hasil respirasi tersebut sangat
diperlukan untuk aktivitas hidup, seperti mengatur suhu tubuh, pergerakan, pertumbuhan dan
reproduksi. Jadi kegiatan pernafasan dan respirasi tersebut saling berhubungan karena pada proses
pernafasan dimasukkan udara dari luar (oksigen) dan oksigen tersebut digunakan untuk proses
respirasi guna memperoleh energi dan selanjutnya sisa respirasi berupa gas karbon dioksida (CO2)
dikelurkan melalui proses pernafasan.

Karena hewan-hewan tingkat rendah dan tumbuhan tidak memiliki alat pernafasan khusus
sehingga oksigen dapat langsung masuk dengan cara difusi, maka sering kali istilah pernafasan
disamakan dengan istilah respirasi. Dengan demikian perbedaan kedua istilah itu tidak mutlak.

Untuk bernafas, hewan-hewan tertentu memiliki alat pernafasan. Alat-alat pernafasan


tersebut berperan dalam proses pemasukan oksigen dari lingkungan luar ke dalam tubuh serta
pengeluaran CO2 dari tubuh kelingkungan luar. Alat-alat pernafasan pada hewan berbeda-beda
sesuai dengan perkembangan struktur tubuh dan tempat hidupnya. Hewan darat menggunakan
paru-paru untuk bernafas dan pada kelompok burung, paru-paru dilengkapi dengan kantong udara.
Pada katak dewasa selain menggunakan paru-paru juga menggunakan kulit untuk membantu
pernafasan. Hewan yang hidup diperairan (hewan akuatik), misalnya ikan dan udang mempunyai
insang. Serangga umumnya mempunyai alat perrnafasan berupa trakea dan hewan invertebrata
yang lain memiliki organ yang berbeda pula.

Alat pernafasan hewan pada dasarnya berupa alat pemasukan dan alat pengangkutan udara.
Apabila alat pemasukan ke dalam tubuh tidak ada, maka pemasukan oksigen dilakukan dengan cara
difusi, misalnya pada protozoa. Pada cacing tanah, oksigen masuk secara difusi melalui permukaan
tubuh, kemudian masuk ke pembuluh darah. Di dalam darah, oksigen di ikat oleh pigmen-pigmen
darah, yaitu hemoglobin yang larut dalam plasma darah. Pada hewan lain, hemoglobin terkandung
di dalam sel darah merah (eritrosit).

Laju metabolisme adalah jumlah total energi yang diproduksi oleh tubuh per satuan waktu.
Laju metabolisme berkaitan erat dengan respirasi karena respirasi merupakan proses ekstrasi energi
dari molekul makanan yang bergantung pada adanya oksigen. Secara sederhana, reaksi kimia yang
terjadi dalam respirasi dapat dituliskan sebagai berikut:

C6H12O6 + 6O2 → 6 CO2 + 6H2O + ATP

Oksigen atau zat asam adalah adalah unsur kimia dalam sistem tabel periodik yang
mempunyai lambang O dan nomor atom 8. Ia merupakan golongan unsur kalkogen dan dapat
dengan mudah bereaksi dengan semua unsur lainnya. Pada temperatur standar, dua atom berikatan
menjadi dioksigen, yaitu senyawa gas diatomik dengan rumus O2 yang tidak berwarna, tidak berasa,
dan tidak berbau.

Laju respirasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

a.       Ketersediaan substrat. Tersedianya substrat pada tanaman merupakan hal yang penting dalam
melakukan respirasi. Tumbuhan dengan kandungan substrat yang rendah akan melakukan respirasi
dengan laju yang rendah pula. Demikian sebliknya bila substrat yang tersedia cukup banyak maka
laju respirasi akan meningkat.Ketersediaan Oksigen. Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju
respirasi, namun besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan
berbeda antara organ pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara
tidak banyak mempengaruhi laju respirasi, karena jumlah oksigen yang dibutuhkan tumbuhan untuk
berrespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang tersedia di udara.

b.      Suhu. Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi tumbuhan sangat terkait dengan faktor Q10, dimana
umumnya laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10 C, namun hal
o

ini tergantung pada masing-masing spesies.Tipe dan umur tumbuhan. Masing-masing spesies
tumbuhan memiliki perbedaan metabolsme, dengan demikian kebutuhan tumbuhan untuk
berespirasi akan berbeda pada masing-masing spesies. Tumbuhan muda menunjukkan laju respirasi
yang lebih tinggi dibanding tumbuhan yang tua. Demikian pula pada organ tumbuhan yang sedang
dalam masa pertumbuhan.

Serangga mempunyai alat pernapasan khusus berupa system trachea yang berfungsi untuk
mengengkut dan mengedarkan O2 ke seluruh tubuh serta mengangkut dan mengeluarkan CO2 dari
tubuh. Trschea memanjang dan bercabang-cabang menjadi saluran hawa halus yang masuk ke
seluruh jaringan tubuh oleh karena itu, pengangkutan O2 dan CO2 dalam system ini tidak
membutuhkan bantuan sitem transportasi atau darah.

Udara masuk dan keluar melalui stigma, yaitu lubang kecil yang terdapat di kanan-kiri
tubuhnya. Selanjutnya dari stigama, udara masuk ke pembuluh trachea yang memanjang dan
sebagian ke kantung hawa.
Pada serangga bertubuh besar terjadinya pengeluaran gas sisa pernafasan terjadi karena
adanya pengaruh kontraksi otot-otot tubuh yang bergerak secara teratur.

Trakea adalah alat pernapasan yang dimiliki oleh serangga dan arthropoda lainnya.
Pembuluh trakea bermuara pada lubang kecil yang ada di kerangka luar (eksoskeleton) yang disebut
spirakel. Spirakel berbentuk pembuluh silindris yang berlapis zat kitin, dan terletak berpasangan
pada setiap segmen tubuh. Spirakel mempunyai katup yang dikontrol oleh otot sehingga membuka
dan menutupnya spirakel terjadi secara teratur. Pada umumnya spirakel terbuka selama serangga
terbang, dan tertutup saat serangga beristirahat.

Oksigen dari luar masuk lewat spirakel. Kemudian udara dari spirakel menuju pembuluh-pembuluh
trakea dan selanjutnya pembuluh trakea bercabang lagi menjadi cabang halus yang disebut
trakeolus sehingga dapat mencapai seluruh jaringan dan alat tubuh bagian dalam. Trakeolus tidak
berlapis kitin, berisi cairan, dan dibentuk oleh sel yang disebut trakeoblas. Pertukaran gas terjadi
antara trakeolus dengan sel-sel tubuh. Trakeolus ini mempunyai fungsi yang sama dengan kapiler
pada sistem pengangkutan (transportasi) pada vertebrata.
Sistem pernafasan pada serangga mengenal dua sistem, yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup.
Digunakan alat/organ yang disebut spirakulum (spiracle), juga tabung-tabung trakhea dan trakheola.
Tekanan total dari udara sebenarnya merupakan jumlah tekanan gas N2, O2, CO2 dan gas-gas lain.
O2 sendiri masuk ke dalam jaringan dengan satu proses tunggal: adanya tekanan udara dalam
jaringan. Tekanan O2 dengan demikian harus lebih besar daripada tekanan udara dalam jaringan,
sebaliknya tekanan CO2 dalam jaringan harus lebih besar dibanding yang ada di udara.(lihat gambar
sel respirasi). Laju diffusi diukur dengan rumus 1/d (sebagai suatu peristiwa diffusi pasif).

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

Dalam praktikum ini, kami diberi tugas untuk mengidentifikasi proses respirasi pada
serangga yaitu Belalang serta mengamati proses respirasi dengan menggunakan respirometer.
Setelah belalang tersebut melakukan proses respirasi di dalam respirometer dan terlihat
pergerakannya lalu mencatat proses respirasi tersebut beserta keterangannya serta disusun dalam
suatu Laporan Praktikum.

Sebelum melakukan praktikum terlebih dahulu kita menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
Setelah apa yang dibutuhkan telah siap maka kita dapat melakukan praktikum dengan pertama-tama
menangkap serangga yang akan diamati yaitu Belalang. Kemudian dimasukkan ke dalam
respirometer yang sebelumnya telah di beri Kristal KOH dan dilapisi oleh kapas. Setelah dimasukkan
ke dalam respirometer kemudian pada sambungan atau tutup respirometer diolesi vaselin/plastisin
supaya udara dari luar tidak masuk ke dalam respirometer dan setelah itu pada ujung respirometer
ditetesi larutan eosin, kemudian mengamati pergerakan larutaan eosin ke arah belalang dan
mencatat berapa cm per menitnya di lembar praktikum guna bahan menyusun laporan praktikum.

A.   Alat dan Bahan :


1.      Respirometer sederhana

2.      Timbangan/Neraca lengan tiga

3.      2 ekor jangkrik/ serangga lain.

4.      Kristal NaOH/KOH

5.      Eosin

6.      Vaselin/plastisin

7.      Kapas

8.      Pipet/siring/alat suntik

B.   Cara Kerja

1.      Timbang masing-masing belalang/serangga, catat beratnya

2.      Bungkus kristal NaOH / KOH dengan kapas, lalu masukan dalam tabung respirometer

3.      Masukkan 1 (satu)  belalang yang telah ditimbang beratnya ke dalam botol respirometer, kemudian
tutup dengan pipa berkala.

4.      Oleskan vaselin plastisin pada celah penutup tabung.

5.      Tutup ujung pipa yang berskala dengan jari ± 1 menit, kemudian lepaskan dan masukkan setetes
eosin dengan menggunakan pipet/alat suntik (siring).

6.       Amati dan catat perubahan eosin ( setelah masuk garis skala ) pada pipa berskala setiap 2 menit
selama 10 menit ( 5 kali dicatat )

7.      Lakukan percobaan yang sama (no 1 sampai dengan 7) dengan menggunakan belalang yang berbeda
(lain)

BAB IV
TABEL HASIL PENGAMATAN
 DAN PEMBAHASAN
A.   Table pengamatan

Data Hasil Pengamatan

NO Berat Skala kedudukan Eosin per 2 menit Aktifitas Ket


Rata2
Organisme (gr) organisme

I II III IV V

1 Jangkrik 0,45 0,12 0,23 0,29 0,36 0,4 0,28 ml Bergerak -


gr ml ml ml ml ml

2 Jangkrik 0,05 0,25 0,4 0,5 0,59 0,65 0,49 ml


Bergerak -
gr ml ml ml ml ml

Pertambahan sakala pada tiap 2 menitnya

NO Berat PERTAMBAHAN TIAP 2 MENITNYA Aktifitas Ket


Rata2
Organisme (gr) organisme

I II III IV V

1 Jangkrik 0,45 0,12 0,11ml 0,06 0,07 0,04 0.08 ml


Bergerak -
gr ml ml ml ml

2 Jangkrik 0,05 0,25 0,15 0,1 0,09 0,06 0,13 ml


Bergerak -
gr ml ml ml ml ml

Catatn : 1 skala kecil sama dengan 0,01 ml

Pertanyaan :

1.      Apa yang menyebabkan kedudukan eosin pada pipa berskala berubah?

Jawab : Yang menyebabkan yaitu hewan tersebut menghirup oksigen dalam pipa skala itu. Karena serangga
dalam respirometer menghirup udara O2 melalui pipa berskala sehingga cairan eosin dapat bergerak

2.      Apa pengaruh berat tubuh organisme dengan jumlah/perubahan kedudukan eosin pada pipa
berskala?

Jawab: Pengaruh berat tubuh organisme, semakin berat tubuh organisme (jangkrik/belalang) maka akan
semakin membutuhkan oksigen sehingga semakin cepat respirasinya, jika berat organisme
(jangkrik/belalang) ringan maka semakin sedikit oksigen yang dibutuhkan sehingga makin lama
respirasinya.

3.      Apa pengaruh aktifitas organisme dengan jumlah/perubahan kedudukan eosin pada pipa berskala?

Jawab: Organisme yang melakukan aktivitas memerlukan energi. Jadi pengaruhnya yaitu, jika semakin tinggi
aktivitasnya, maka semakin banyak kebutuhan energinya, sehingga pernafasannya semakin cepat. 
4.      Berapa oksigen yang dibutuhkan oleh masing-masing organisme?
Jawab: oksigen yang dibutuhkan jangkrik pertama adalah 0,08 ml , dan jangkrik ke2 adalah 0,13 ml
5.      Apa fungsi kristal NaOH/KOH dalam percobaan tersebut?
Jawab: Fungsi dari larutan ini adalah untuk mengikat CO2, sehingga pergerakan darilarutan eosin benar-
benar hanya disebabkan oleh konsumsi oksigen. Adapun reaksiyang terjadi antara KOH dengan CO2
adalah sebagai berikut:  KOH + CO2 → K2CO3 + H2O
6.      Buatlah analisis dan kesimpulan?

Jawab: Berdasarkan percobaan yang saya lakukan didapatkan analisis data pengamatan yang berupa
kenaikan dan penurunan laju pernafasan pada percobaan.
            Pada percobaan pertama yang saya lakukan di 2 menit pertama pada jangkrik yang bertubuh kecil
didapatkan perpindahan titik eosin yang menujukkan skala 0,12 ml dengan perlakukan yang sama di
menit yang ke-4 menunjukkan skala 0,23 ml yang mana terjadi pertambahan 0,11 ml lalu di menit ke
-6 eosin bergeser ke 0,29 ml yang mana terjadi pertamabahan sebesar 0,06 ml dari 2 menit
sebelumnya, saya mengujinya lagi di menit ke 8 yang mana masih terjadi laju perpindahan tinta
menunjuk ke skala 0,36 ml yang juga terjadi pertambahan sebanyak 0,07 ml dari skala awal. Untuk
pengujian di menit ke 10 saya melihat masih terjadi pergerakan eosin dari skala 0,36 ml menuju ke
skala 0,4 ml dengan pertambahan skala 0,04 ml. Dapat dilihat perubahan pertambahan skala dari
yang awalnya besar menuju ke pertambahan yang sedikit yaitu dari menit ke 2 sampai menit ke 10 ;
dari 0,12 ml ;0,11ml;0,06 ml; 0,07 ml; 0,04 ml terjadi penurunan skala

                                                Pada percobaan ke kedua saya melakukan hal yang sama dengan percobaan yang
pertama dengan tempat, bahan dan alat yang sama saya melakukan pengujian tetapi dengan object
yang berbeda yaitu jangkrik yang ukurannya lebih besar, pada 2 menit pertama saya melihat skala
yang di tunjukkan oleh eosin adalah 0,25 ml pada menit ke 4 saya melihat pergerakan eosin menuju
ke skala 0,4 ml yang mana terjadi pertambahan 0,15m. Pada menit ke -6 saya mengamati lagi dan
eosin menunjukkan skala 0,5 ml sehingga terjadi pertambahan 0,1ml pada menit ke-6. saya
mengamati kembali di menit ke-8 eosin menunjukkan skala 0,59ml itu menunjukkan pertambahan
sebesar 0,09ml yang kemudian di menit ke 10 saya mengamati eosin menunjukkan skala 0,65 dan
terlihat pertambahan sekitar 0,06 ml. Untuk ukuran jangkrik yang besar ini analisis data
menunjukkan penurunan juga yaitu dengan skala dari 0,05ml;0,25ml;0,15ml;0,1ml;0,09ml;0,06ml.

Maksud dari penggunaan KOH berbentuk kristal  pada percobaan diatas ini adalah sebagai
pengikat gas hasil respirasi dari serangga yaitu gas CO 2 yang dihembuskan ke ruangan respirometer.
Penggunaan eosin pada percobaan dapat menunjukkan skala oksigen yang di gunakan pada proses
respirasi jangkrik. Yang mana oksigen di dalam respirometer tersebut dapat dihitung dari skala yang
ada melalui pergerakannya.  saat eosin bergerak maka dapat diketahui jika jangkrik sedang mulai
bernafas atau menghirup O2 bebas yang tersedia di respirometer. Kecepatan pernafasannya per 2
menit dapat dilihat dari pergerakan yang ada pada titik awal skala sampai titik akhir skala . Pada
keduanya jangkrik yang besar ataupun yang kecil laju pernafasannya melambat setelah menit ke 6
sampai ke 10 ini diakibatkan oleh kondisi O 2 yang semakin lama semakin berkurang di ruang
respirometer. Pada jangkrik yang bertubuh besar kebutuhan oksigennya lebih banyak dapat dilihat
dari data pengamatan skalanya jauh lebih cepat di banding jangkrik yang bertubuh kecil. Disini massa
atau berat tubuh jangkrik sangat mempengaruhi. Semakin besar tubuh jangkrik atau organisme
maka semakin banyak O2 yang dibuthkan untuk proses respirasi berarti ukuran tubuh berbanding
lurus dengan kebutuhan oksigen.  

KESIMPULAN

Dari percobaan saya lakukan dapat di simpulkan beberapa hal terkait dengan pernafasan pada
jangkrik yaitu;

1.      Jankrik bernafas dengan menghirup oksigen dan mengeluarkan karbondioksida.

2.      Fungsi dari KOH dalam percobaan adalah untuk mengikat gas buangan karbondioksida dari
pernafasan jangkrik.

3.      Fungsi eosin pada percobaan sebagai petunjuk laju kecepatan pernafasan.


4.      faktor – faktor yang mempengaruhi pernafasan pada jangkrik  adalah ukuran atau berat badan
tubuh jangkrik, ketersediaan oksigen yang cukup dalam ruangan (respirometer), suhu ruangan.

http://biologipedia.blogspot.co.id/2012/03/praktikum-respirasi-serangga.html

A. DASAR TEORI
Respirasi adalah suatu proses pengambilan O2 untuk memecah senyawa-senyawa organik menjadi CO2, H2O
dan energi. Namun demikian respirasi pada hakikatnya adalah reaksi redoks, dimana substrat dioksidasi menjadi
CO2 sedangkan O2 yang diserap sebagai oksidator mengalami reduksi menjadi H2O. Yang disebut substrat
respirasi adalah setiap senyawa organik yang dioksidasikan dalam respirasi, atau senyawa-senyawa yang
terdapat dalam sel tumbuhan yang secara relatif banyak jumlahnya dan biasanya direspirasikan menjadi CO2
dan air. Sedangkan metabolit respirasi adalah intermediat-intermediat yang terbentuk dalam reaksi-reaksi
respirasi.Karbohidrat merupakan substrat respirasi utama yang terdapat dalam sel tumbuhan tinggi. Terdapat
beberapa substrat respirasi yang penting lainnya diantaranya adalah beberapa jenis gula seperti glukosa,
fruktosa, dan sukrosa; pati; asam organik; dan protein (digunakan pada keadaan & spesies tertentu). Secara
umum, respirasi karbohidrat dapat dituliskan sebagai berikut: C6H12O6 + O2 6CO2 + H2O + energi
Laju respirasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
Ketersediaan substrat. Tersedianya substrat pada tanaman merupakan hal yang penting dalam melakukan
respirasi. Tumbuhan dengan kandungan substrat yang rendah akan melakukan respirasi dengan laju yang
rendah pula. Demikian sebliknya bila substrat yang tersedia cukup banyak maka laju respirasi akan
meningkat.Ketersediaan Oksigen. Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya
pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara organ pada tumbuhan yang
sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara tidak banyak mempengaruhi laju respirasi, karena jumlah
oksigen yang dibutuhkan tumbuhan untuk berrespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang tersedia di udara.
Suhu. Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi tumbuhan sangat terkait dengan faktor Q10, dimana umumnya
laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10oC, namun hal ini tergantung pada
masing-masing spesies.Tipe dan umur tumbuhan. Masing-masing spesies tumbuhan memiliki perbedaan
metabolsme, dengan demikian kebutuhan tumbuhan untuk berespirasi akan berbeda pada masing-masing
spesies. Tumbuhan muda menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi dibanding tumbuhan yang tua. Demikian
pula pada organ tumbuhan yang sedang dalam masa pertumbuhan.
Serangga mempunyai alat pernapasan khusus berupa system trachea yang berfungsi untuk mengengkut dan
mngedarkan O2 ke seluruh tubuh serta mengangkut dan mengeluarkan CO2 dari tubuh. Trschea memanjang
dan bercabang-cabang menjadi saluran hawa halus yang masuk ke seluruh jaringan tubuh oleh karena itu,
pengangkutan O2 dan CO2 dalam system ini tidak membutuhkan bantuan sitem transportasi atau darah.
Udara masuk dan keluar melalui stigma, yaitu lubang kecil yang terdapat di kanan-kiri tubuhnya. Selanjutnya dari
stigama, udara masuk ke pembuluh trachea yang memanjang dan sebagian ke kantung hawa.
Pada serangga bertubuh besar terjadinya pengeluaran gas sisa pernafasan terjadi karena adanya pengaruh
kontraksi otot-otot tubuh yang bergerak secara teratur.

B.   JUDUL
Praktikum Respirasi Serangga

C. TUJUAN
Mengetahui kecepatan respirasi pada hewan (serangga) dan pada tumbuhan (kecambah)
Mengetahui pengaruh berat serangga terhadap laju respirasi

D. Alat dan Bahan:


1. Respirometer sederhana
2. Neraca
3. Jangkrik
4. Kristal NaOH (KOH)
5. Larutan eosin
6. Plastisin/vaselin
7. Kapas
8. Pipet tetes
9. Stopwatch/ pengukur waktu

C. Cara Kerja
Ciri makhluk hidup antara lain melakukan ekskresi, tumbuh dan berkembang, peka terhadap rangsang, respirasi,
butuh nutrisi, reproduksi, bernafas, dan bergerak. Untuk mengukur kecepatan respirasi pada serangga dilakukan
dengan mengukur oksigen yang diperlukan dalam pernafasannya. Kecepatan respirasi dinyatakan dengan
banyaknya oksigen yang diperlukan serangga/ jangkrik pada waktu tertentu. Alat dan bahan diatur dalam
susunan sebagai berikut:
1. Timbanglah serangga/ jangkrik yang akan dipakai untuk praktikum
2. Susunlah alat dan bahan seperti gambar di atas
3. Tempatkan pada tempat yang datar
4. Tutuplah sambungan antara pipa dengan bejana agar tidak bocor udaranya
5. Sebelum ujung pipa diberi laruitan eosin, tutuplah dengan jari telunjuk selama 1-2 menit
6. Masukan di ujung pipa berskala larutan eosin, satu tetes
7. Mulai menghitung gerakan eosin setiap 2 menit
8. Hitunglah berapa cc oksigen yang dibutuhkan sesrangga dalam waktu 10 menit
9. Ulangi langkah di atas pada serangga/ jangkrik yang berbeda beratnya.
Objek Pengamatan setiap 2 menit
123
Jangkrik 0,7 gram 9 cm 8 cm 8cm
Jangkrik 1 gram 8 cm 11 cm 12 cm

D. Tugas
1. Tuliskan variabel pada percobaan diatas:
a. Variabel manipulasi :
b. Variabel respon  :
c. Variabel control  :
2. Hipotesis  :
3. Apakah guna NaOH dan KOH dalam percobaan diatas?
4. Apa yang terjadi dengan kedudukan eosin? Jelasakan!
5. Adakah hubungan antara berat jangkrik dengan kebutuhan oksigen?
6. Buatlah grafik hubungan antara berat jangkrik dan kebutuhan oksigen!

E. Jawaban
1. (Sudah terisi pada tabel Tugas)
2. Semakin berat tubuh jangkrik, semakin banyak membutuhkan oksigen. Sedangkan semakin ringan berat
tubuh jangkrik semakin sedikit kebutuhan oksigen.
3. Berguna untuk mengikat CO2 agar tidak menganggu jalannya kegiatan respirasi.
4. Ketika jangkrik mulai bernafas di dalam tabung ketika itulah eosin bergerak di dalam tabung dari titik awal
tabung respirometer ke titik akhir sesuai dengan kecepatan bernafasnya jangkrik.
5. Ada. Karena semakin berat tubuh jangrik, akan semakin membutuhkan oksigen. Seperti halnya manusia
apabila dia berbadan gemuk dia akan bernafas cepat. 

Anda mungkin juga menyukai