Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOLOGI RESPIRASI

Oleh:
Khusnia Kuril Janah (123654015)
PRODI PENDIDIKAN SAINS
Dian Kurvayanti I. (123654018)
FAKULTAS MATEMATIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN
Ella Wahyuni (123654039)
ALAM
Fitriana Nur Astusi (123654044)
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2012
Nurul Fathonah (123654050)
I. PENDAHULUAN
Dalam beberapa aspek fisiologi tumbuhan berbeda dengan fisiologi
hewan atau fisiologi sel. Tumbuhan dan hewan pada dasarnya telah berkembang
melalui pola atau kebiasaan yang berbeda. Mahkluk hidup dapat tumbuh dan
berkembang melalui pola atau kebiasaan yang berbeda. Mahkluk hidup dapat
tumbuh dan berkembang sepanjang hidupnya. Kebanyakan tumbuhan tidak
berpindah, memproduksi makanannya sendiri, menggantungkan diri pada apa
yang diperolehnya dari lingkungannya sampai batas-batas yang tersedia. Hewan
sebagian besar harus bergerak, harus mencari makan, ukuran tubuhnya terbatas
pada ukuran tertentu dan harus menjaga integritas mekaniknya untuk hidup dan
pertumbuhan. Reaksi kimia yang terjadi di dalam sel hewan maupun tumbuhan
sangat tergantung pada adanya oksigen (O2), sehingga diperlukan adanya suplai
O2 secara terus menerus. Hal ini berarti bahwa O2 merupakan substansi yang
penting dan sangat. Salah satu substansi yang dihasilkan atau diproduksi oleh
reaksi kimia yang terjadi di dalam sel adalah gas asam arang (CO2).

Adanya CO2 yang terlalu banyak di dalam tubuh harus dihindari, oleh
karena itu CO2 harus segera dikeluarkan dari tubuh secara terus menerus.
Respirasi adalah suatu proses pembongkaran (katabolisme atau disimilasi) dimana
energi yang tersimpan dibongkar kembali untuk menyelenggarakan proses–proses
kehidupan. Selain itu respirasi merupakan proses oksidasi bahan organik yang
terjadi di dalam sel, berlangsung secara aerobik maupun anaerobik. Laju
metabolisme biasanya diperkirakan dengan mengukur banyaknya oksigen yang
dikonsumsi makhluk hidup per satuan waktu. Hal ini memungkinkan karena
oksidasi dari bahan makanan memerlukan oksigen (dalam jumlah yang diketahui)
untuk menghasilkan energi yang dapat diketahui jumlahnya. Akan tetapi, laju
metabolisme biasanya di ekspresikan dalam bentuk laju konsumsi oksigen.
Beberapa faktor yang mempengaruhi konsumsi oksigen antara lain temperatur,
spesies, ukuran badan, dan aktivitas tubuh.
A. Pernapasan (Respirasi)

Bernafas artinya melakukan pertukaran gas, yaitu mengambil oksigen


(O2) ke dalam paru-paru yang disebut proses inspirasi dan mengeluarkan
karbondioksida (CO2) serta uap air (H2O) yang disebut proses ekspirasi.
Sedangkan respirasi adalah seluruh proses sejak pengambilan O2 untuk memecah
senyawa-senyawa organik menjadi CO2, H2O dan energi. Pertukaran gas O2 dan
gas CO2 berlangsung melalui proses difusi. Alat-alat pernafasan dapat berupa
paru-paru, insang, trakea maupun bentuk lain yang dapat melangsungkan
pertukaran gas O2 dan gas CO2. Respirasi dapat berlangsung dengan 2 cara, yaitu :

1. Respirasi Aerob (Oksidasi)

Proses ini merupakan pemecahan molekul dengan menggunakan


oksigen, reaksi umumnya sebagai berikut: C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 + 6H2O +
675 kalori Pada umumnya dalam keadaan normal manusia menggunakan cara
ini.

2. Respirasi Anaerob

Proses ini merupakan pemecahan molekul tidak menggunakan oksigen.


Reaksi umumnya sebagai berikut: C6H12O6 → 2C2H5OH + CO2 + 28 Kalori
Pada proses respirasi anaerob terjadi pemecahan molekul yang sempurna,
karena masih dihasilkan zat organik sehingga energinya belum terbebaskan
semua. Pada proses tersebut hanya terhenti sampai glikolisis dan terbentuk
asam laktat, sehingga energi yang dihasilkan sedikit dan dampaknya
mengakibatkan kelelahan pada tubuh. Proses ini umumnya terjadi pada
organism tingkat rendah, yaitu pada ragi dan bakteri. Pada organisme tingkat
tinggi proses ini hanya berlangsung dalam keadaan darurat, yaitu apabila
persediaan oksigen kurang mencukupi. Ini terjadi ketika otot bekerja terlalu
keras dan berlebih.

B. Pernapasan pada Serangga


Insecta (serangga) bernafas dengan menggunakan tabung udara yang
disebut trakea. melalui lubang-lubang kecil pada eksoskeleton yang disebut stigma
atau spirakel. Stigma dilengkapi dengan bulu-bulu untuk menyaring debu. Stigma
dapat terbuka dan tertutup karena adanya katup-katup yang diatur oleh otot.
Tabung trakea bercabang-cabang ke seluruh tubuh. Cabang terkecil berujung
buntu dan berukuran ±0,1 nanometer. Cabang ini disebut trakeolus; berisi udara
dan cairan. Oksigen larut dalam cairan ini kemudian berdifusi ke dalam sel-sel di
dekatnya. Jadi, pada insect, oksigen tidak diedarkan melalui darah, tetapi melalui
trakea. Pada belalang misalnya, keluar masuknya udara ke dalam trakea diatur
oleh kontraksi otot perut. Ketika otot kendur, volume perut normal dan udara
masuk. Ketika otot berkontraksi sehingga udara keluar. Udara masuk melalui
empat pasang sigma depan dan keluar melalui enam pasang stigma abdomen.
Dengan demikian, udara yang miskin oksigen tidak akan bercampur dengan udara
kaya karbondioksida yang masuk.

C. Respirometer Sederhana

Respirometer sederhana adalah alat yang dapat digunakan untuk


mengukur kecepatan pernapasan beberapa macam organisme hidup seperti
serangga, bunga, akar, kecambah yang segar. Jika tidak ada perubahan suhu yang
berarti, kecepatan pernapasan dapat dinyatakan dalam ml/detik/g, yaitu banyaknya
oksigen yang digunakan oleh makhluk percobaan tiap 1 gram berat tiap detik.
Respirometer ini terdiri atas dua bagian yang dapat dipisahkan, yaitu tabung
spesimen (tempat hewan atau bagian tumbuhan yang diselidiki) dan pipa kapiler
berskala yang dikaliberasikan teliti hingga 0,01 ml. Kedua bagian ini dapat
disatukan amat rapat hingga kedap udara dan didudukkan pada penumpu
(landasan) kayu atau logam. Alat ini bekerja atas suatu prinsip bahwa dalam
pernapasan ada oksigen yang digunakan oleh organisme dan ada karbon dioksida
yang dikeluarkan olehnya. Jika organisme yang bernapas itu disimpan dalam
ruang tertutup dan karbon dioksida yang dikeluarkan oleh organisme dalam ruang
tertutup itu diikat, maka penyusutan udara akan terjadi. Kecepatan penyusutan
udara dalam ruang itu dapat dicatat (diamati) pada pipa kapiler berskala.

II. TUJUAN
 Mengamati proses respirasi pada serangga dan kecambah.

III. ALAT DAN BAHAN


1. Satu set respirometer (2 buah)
2. Timbangan analitik
3. Jam
4. Serangga (jangkrik atau belalang)
5. 1 NaOH 5 mL
6. Kapas
7. Kain kasa
8. Larutan warna

IV. LANGKAH KERJA

1. Membungkus Kristal NaOH/KOH dengan kapas, lalu memasukkan dalam


tabung respirometer.
2. Memasukkan jangkrik yang telah ditimbang beratnya ke dalam botol
respirometer, kemudian menutup dengan pipa berskala.
3. Mengoleskan vaselin/plastisin pada celah penutup tabung.
4. Menutup ujung pipa berskala dengan jari kurang lebih satu menit, kemudian
melepaskan dan memasukkan setetes safranin pada 0o dengan menggunakan
pipet.
5. Mengamati dan mencatat perubahan kedudukan safranin pada pipa berskala
setiap 1 menit selama 5 menit.
6. Melakukan percobaan yang sama (langkah 1 sampai dengan 5) menggunakan
jangkrik lain dengan ukuran yang berbeda.
7. Memasukkan kecambah yang telah ditimbang beratnya ke dalam botol
respirometer, kemudian menutup dengan pipa berskala.
8. Mengoleskan vaselin/plastisin pada celah penutup tabung.
9. Menutup ujung pipa berskala dengan jari kurang lebih satu menit, kemudian
melepaskan dan memasukkan setetes safranin pada 0o dengan menggunakan
pipet.
10. Mengamati dan mencatat perubahan kedudukan safranin pada pipa berskala
setiap 1 menit selama 5 menit.
11. Melakukan percobaan yang sama (langkah 7 sampai dengan 10) menggunakan

Nama O2 yang dibutuhkan menit ke-


Jenis Hewan Massa Hewan
hewan/tumbuhan 1 2 3 4 5
Jangkrik 1 0,5 gr 0,04 0,09 0,13 0,18 0,21
Jangkrik Jangkrik 2 0,8 gr 0,03 0,08 0,14 0,20 0,25
Jangkrik 3 0,2 gr 0,13 0,34 0,41 0,46 0,51
Kecambah 1 5,0 gr 0,01 0,02 0,04 0,06 0,08
Kecambah Kecambah 2 3,0 gr 0,05 0,10 0,14 0,18 0,21
Kecambah 3 2,0 gr 0,08 0,14 0,18 0,20 0,22
jangkrik lain dengan ukuran yang berbeda.
V. HASIL PENGAMATAN

Volume rata-rata oksigen per menit

 Jangkrik I (0,5 gr)

= 0,13/5 = 0,026

 Jangkrik II (0,8 gr)

= 0,14/5 = 0,028

 Jangkrik III (0,2 gr)

=0,37/5 = 0,074

 Kecambah I (5 gr)

=0,042/5 = 0,0084

 Kecambah II (3 gr)

=0,136/5 = 0,0272

 Kecambah III (2 gr)

=0,164/5 = 0,0328
Laju konsumsi oksigen
Rumus = volume rata-rata/ berat hewan/ waktu

 Jangkrik I

= 0,026 / 0,5/ (5/ 60)jam


= 0,624mL/ gram/ Jam

 Jangkrik II

= 0,028/ 0,8/ (5/ 60)jam


= 0,42 mL/ gram/ Jam

 Jangkrik III

=0,074/0,2/(5/60)jam
=4,44 ml/gram/jam

 Kecambah I

=0,0084/5/(5/60)jam
=0,02016ml/gram/jam

 Kecambah II

=0,0272/3/(5/60)jam
=0,1088ml/gram/jam

 Kecambah III

=0,0328/2/(5/60)jam
=0,1968ml/gram/jam

VI. PEMBAHASAN

Pembahasan dari data yang diambil melalui uji coba dengan respirometer
sederhana. Mengukur kecepatan respirasi tumbuhan dan hewan dengan indikator safranin.
Data diambil dengan cara mengamati kedudukan safranin pada skala respirometer tiap 1
menit.Hal ini dipastikan karena safranin yang bergerak tersebut disebabkan oleh aktivitas
kecambah ataupun jangkrik dan KOH. Peran KOH adalah menyerap H2O hasil respirasi,
karena KOH bersifat hidrofil (hydrofilic) maka H2O hasil dari respirasi akan diserap oleh
KOH. Maka dari itu KOH dilapisi tissue agar sifat kaustik dari KOH tidak terlalu berefek
pada makhluk hidup yang ada di dalam tabung. Ketika melakukan ekspirasi, CO2 dari sisa
metabolisme kecambah atau jangkrik akan diikat oleh KOH menjadi K2CO3 dan H2O. 2KOH
+ CO2K2CO3 + H2O. Dimana CO2 memiliki volume terbesar karena merupakan gas.
Sedangkan K2CO3 sendiri berbentuk padat. Akibatnya, volume CO2 dalam tabung kaca berisi
kecambah atau jangkrik akan terus berkurang karena CO2 diikat menjadi K2CO3. Volume
udara yang berkurang akan menyebabkan adanya tekanan negatif yang menyebabkan larutan
safranin bergerak menuju tabung kaca yang berisi jangkrik. Sehingga semakin banyak udara
yang dibutuhkan maka semakin cepat laju respirasinya, maka safranin juga akan lebih cepat
bergerak ke arah tabung.

1. Laju respirasi pada jangkrik

Pada praktikum respirasi kali ini menggunakan jangkrik yang dimasukkan ke


dalam respirometer. Jangkrik ini dimasukkan ke dalam tabung respirometer kemudian
dimasukkan KOH yang berfungsi untuk mengikat CO2, namun KOH harus dibungkus
terlebih dahulu dengan menggunakan kapas sebelum dimasukkan ke dalam tabung. Hal
ini dimaksudkan untuk memisahkan jangkrik dengan zat kimia. Kemudian pada ujung
pipa kapiler diberi cairan safranin sebagai indikator sekaligus memisahkan udara yang
ada di dalam tabung dan udara yang ada di luar tabung.

Jangkrik 0.8 gram adalah jangkrik yang paling besar yang di uji cobakan
dalam praktikum ini. Dalam hasil praktikum tercatat jangkrik 0,8 gr memiliki kecepatan
respirasi paling lambat dibanding dengan jangkrik uji yang lain (0,624mL/ gram/ Jam).
Hal ini disebabkan oleh aktivitas jangkrik besar yang lebih cenderung diam. Meskipun
berat tubuh mempengaruhi laju metabolisme dan juga mempercepat respirasi, itu tidak
berlaku jika tubuh dalam keadaan diam. Sedangkan jangkrik 0,5 gr dan 0,2 gr melakukan
respirasi lebih cepat daripada jangkrik 0,8 gr. Karena jangkrik ini lebih kecil dan lebih
banyak bergerak sehingga kebutuhan akan O2 lebih banyak. Hal ini membuat gerakan
safranin lebih cepat, dan laju respirasi semakin cepat.

2. Laju respirasi pada kecambah


Perlakuan untuk mengukur kecepatan pada kecambah sama dengan perlakuan
terhadap jangkrik. Menggunakan KOH untuk mengikat CO2 dan safranin sebagai indikator
sekaligus pemisah udara dalam dan luar tabung. Kecambah 5 gram yang di dalamnya
mengandung CO2 dapat diikat oleh KOH, tetapi kecambah yang ada dalam tabung tidak
dapat mengkonsumsi O2 secara maksimal, karena kadar CO2 dalam tabung lebih besar dari
pada O2 sebab lebih banyak individu yang mengeluarkan CO2 dan O2 tidak dapat
maksimal digunakan kecambah. Akibatnya laju safranin lambat dan membuat laju respirasi
juga lambat di banding yang lain (0,02016ml/gram/jam) Kecambah 2 gram dan 3 gram
mengandung individu yang lebih sedikit daripada kecambah 5 gr. Sehingga kebutuhan O2
pada udara yang terhirup juga lebih sedikit dibandingkan dengan kecambah 5 gr. Laju
respirasi 0,1088ml/gram/jam untuk kecambah dengan massa 3 gr dan 0,1968ml/gram/jam
untuk kecambah yang massanya 2 gr. Hal ini dikarenakan CO2 didalam tabung lebih
sedikit sehingga kebutuhan akan O2 dapat di maksimalkan penggunaannya dan
menyebabkan laju safranin menjadi lebih cepat.

VII. KESIMPULAN
Laju respirasi pada jangkrik tergantung massa jangkrik dan keaktifan gerak
jangkrik. Terbukti jangkrik yang lebih besar cenderung diam sehingga memiliki laju respirasi
lambat di banding lainnya. Dan laju respirasi kecambah di tentukan oleh banyaknya individu
(massanya) yang ada di dalam tabung respirometer. Jikalau kecambahnya banyak maka laju
respirasi semakin lambat. Hal ini dikarenakan CO2 di dalam tabung lebih besar dari pada O2
yang masuk.hal ini mengakibatkan laju respirasi lambat di banding laju respirasi kecambah
yang lebih sedikit individunya.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia.

Yuliani, dkk. 2012. Penuntun Praktikum Biologi Umum.Surabaya : Universitas Negeri


Surabaya
Rachmadiarti, Fida, dkk. 2007. Biologi Umum. Surabaya : Unipress Universitas Negeri
Surabaya
Tim. 2008. Penuntun Pratikum Biologi Umum. Surabaya : Unipress Universitas Negeri
Surabaya
LAMPIRAN

Menimbang jangkrik dengan neraca Menimbang kecambah dengan neraca


teknis
teknis. teknis.

Mengukur laju respirasi jangkrik Mengukur laju respirasi kecambah


menggunakan respirometer. menggunakan respirometer.

Anda mungkin juga menyukai