I. PENDAHULUAN
Dalam beberapa aspek fisiologi tumbuhan berbeda dengan fisiologi
hewan atau fisiologi sel. Tumbuhan dan hewan pada dasarnya telah berkembang
melalui pola atau kebiasaan yang berbeda. Mahkluk hidup dapat tumbuh dan
berkembang melalui pola atau kebiasaan yang berbeda. Mahkluk hidup dapat
tumbuh dan berkembang sepanjang hidupnya. Kebanyakan tumbuhan tidak
berpindah, memproduksi makanannya sendiri, menggantungkan diri pada apa
yang diperolehnya dari lingkungannya sampai batas-batas yang tersedia. Hewan
sebagian besar harus bergerak, harus mencari makan, ukuran tubuhnya terbatas
pada ukuran tertentu dan harus menjaga integritas mekaniknya untuk hidup dan
pertumbuhan. Reaksi kimia yang terjadi di dalam sel hewan maupun tumbuhan
sangat tergantung pada adanya oksigen (O2), sehingga diperlukan adanya suplai
O2 secara terus menerus. Hal ini berarti bahwa O2 merupakan substansi yang
penting dan sangat. Salah satu substansi yang dihasilkan atau diproduksi oleh
reaksi kimia yang terjadi di dalam sel adalah gas asam arang (CO2).
Adanya CO2 yang terlalu banyak di dalam tubuh harus dihindari, oleh
karena itu CO2 harus segera dikeluarkan dari tubuh secara terus menerus.
Respirasi adalah suatu proses pembongkaran (katabolisme atau disimilasi) dimana
energi yang tersimpan dibongkar kembali untuk menyelenggarakan proses–proses
kehidupan. Selain itu respirasi merupakan proses oksidasi bahan organik yang
terjadi di dalam sel, berlangsung secara aerobik maupun anaerobik. Laju
metabolisme biasanya diperkirakan dengan mengukur banyaknya oksigen yang
dikonsumsi makhluk hidup per satuan waktu. Hal ini memungkinkan karena
oksidasi dari bahan makanan memerlukan oksigen (dalam jumlah yang diketahui)
untuk menghasilkan energi yang dapat diketahui jumlahnya. Akan tetapi, laju
metabolisme biasanya di ekspresikan dalam bentuk laju konsumsi oksigen.
Beberapa faktor yang mempengaruhi konsumsi oksigen antara lain temperatur,
spesies, ukuran badan, dan aktivitas tubuh.
A. Pernapasan (Respirasi)
2. Respirasi Anaerob
C. Respirometer Sederhana
2. Timbangan analitik
3. Jam
5. 1 NaOH 5 mL
6. Kapas
7. Kain kasa
8. Larutan warna
= 0,13/5 = 0,026
= 0,14/5 = 0,028
=0,37/5 = 0,074
Kecambah I (5 gr)
=0,042/5 = 0,0084
Kecambah II (3 gr)
=0,136/5 = 0,0272
Jangkrik I
Jangkrik II
Jangkrik III
=0,074/0,2/(5/60)jam
=4,44 ml/gram/jam
Kecambah I
=0,0084/5/(5/60)jam
=0,02016ml/gram/jam
Kecambah II
=0,0272/3/(5/60)jam
=0,1088ml/gram/jam
Kecambah III
=0,0328/2/(5/60)jam
=0,1968ml/gram/jam
VI. PEMBAHASAN
Pembahasan dari data yang diambil melalui uji coba dengan respirometer
sederhana. Mengukur kecepatan respirasi tumbuhan dan hewan dengan indikator safranin.
Data diambil dengan cara mengamati kedudukan safranin pada skala respirometer tiap 1
menit.Hal ini dipastikan karena safranin yang bergerak tersebut disebabkan oleh aktivitas
kecambah ataupun jangkrik dan KOH. Peran KOH adalah menyerap H 2O hasil respirasi,
karena KOH bersifat hidrofil (hydrofilic) maka H2O hasil dari respirasi akan diserap oleh
KOH. Maka dari itu KOH dilapisi tissue agar sifat kaustik dari KOH tidak terlalu berefek
pada makhluk hidup yang ada di dalam tabung. Ketika melakukan ekspirasi, CO2 dari sisa
metabolisme kecambah atau jangkrik akan diikat oleh KOH menjadi K2CO3 dan H2O. 2KOH
+ CO2K2CO3 + H2O. Dimana CO2 memiliki volume terbesar karena merupakan gas.
Sedangkan K2CO3 sendiri berbentuk padat. Akibatnya, volume CO2 dalam tabung kaca berisi
kecambah atau jangkrik akan terus berkurang karena CO2 diikat menjadi K2CO3. Volume
udara yang berkurang akan menyebabkan adanya tekanan negatif yang menyebabkan larutan
safranin bergerak menuju tabung kaca yang berisi jangkrik. Sehingga semakin banyak udara
yang dibutuhkan maka semakin cepat laju respirasinya, maka safranin juga akan lebih cepat
bergerak ke arah tabung.
Jangkrik 0.8 gram adalah jangkrik yang paling besar yang di uji cobakan
dalam praktikum ini. Dalam hasil praktikum tercatat jangkrik 0,8 gr memiliki kecepatan
respirasi paling lambat dibanding dengan jangkrik uji yang lain (0,624mL/ gram/ Jam).
Hal ini disebabkan oleh aktivitas jangkrik besar yang lebih cenderung diam. Meskipun
berat tubuh mempengaruhi laju metabolisme dan juga mempercepat respirasi, itu tidak
berlaku jika tubuh dalam keadaan diam. Sedangkan jangkrik 0,5 gr dan 0,2 gr melakukan
respirasi lebih cepat daripada jangkrik 0,8 gr. Karena jangkrik ini lebih kecil dan lebih
banyak bergerak sehingga kebutuhan akan O2 lebih banyak. Hal ini membuat gerakan
safranin lebih cepat, dan laju respirasi semakin cepat.
2. Laju respirasi pada kecambah
VII. KESIMPULAN
Laju respirasi pada jangkrik tergantung massa jangkrik dan keaktifan gerak
jangkrik. Terbukti jangkrik yang lebih besar cenderung diam sehingga memiliki laju respirasi
lambat di banding lainnya. Dan laju respirasi kecambah di tentukan oleh banyaknya individu
(massanya) yang ada di dalam tabung respirometer. Jikalau kecambahnya banyak maka laju
respirasi semakin lambat. Hal ini dikarenakan CO 2 di dalam tabung lebih besar dari pada O2
yang masuk.hal ini mengakibatkan laju respirasi lambat di banding laju respirasi kecambah
yang lebih sedikit individunya.
DAFTAR PUSTAKA