Anda di halaman 1dari 16

Laporan Praktikum Fisika

(Pembiasan Pada Kaca Plan Paralel)


Diajukan untuk memenuhi tugas laporan praktikum Fisika

Disusun Oleh:
Fadhillah Akmal (12)
Muhammad Allfi.E (23)
Muhammad Iqbal .R (25)
Kelas XI IPA 1

SMA NEGERI 2 CIMAHI


JL. KPAD SRIWIJAYA IX NO.45 A
Kota Cimahi
Tahun Ajaran 2018/2019
Pembiasan Pada Kaca Plan Paralel
I. Judul
Menentukan konsentrasi HCl melalui proses titrasi
II. Waktu Pelaksanaan
Kami melaksanakan praktikum Pembiasan Pada Kaca Plan Paralel pada
Hari : Senin
Tanggal : 18 Februari 2019
Waktu : KBM Fisika – Selesai
Tempat : Laboratorium Fisika SMA Negeri 2 Cimahi
III. Tujuan Praktikum
1. Menentukan indeks bias kaca plan paralel.
IV. Dasar Teori
Kaca plan paralel adalah benda yang terbuat dari kaca berbentuk kubus
dengan enam sisi yang rata dengan sisi yang berhadapan sejajar. Bentuknya
lempeng tipis seperti batu bata atau korek api. Ia memiliki ketebalan tertentu
yang sering dilambangkan d. Peristiwa yang terjadi ketika seberkas sinar
melewati sebuah kaca plan paralel adalah sinar tersebut akan mengalami
pergesaran. Cahaya atau berkas sinar akan mengalami dua kali pembiasan
oleh dua medium yang berbeda kerapatannya. Berkas cahaya dari udara yang
masuk ke dalam kaca akan mengalami pembelokan. Peristiwa tersebut
disebut pembiasan cahaya. Hal ini disebabkan medium udara dan medium
kaca memiliki kerapatan optik yang berbeda. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
pembiasan cahaya terjadi akibat cahaya melewati dua medium yang berbeda
kerapatan optiknya. Sinar bias akan mendekati garis normal ketika sinar
datang dari medium kurang rapat atau udara ke medium lebih rapat atau
kaca. Sinar bias akan menjauhi garis normal ketika cahaya merambat dari
medium lebih rapat atau kaca ke medium kurang rapat atau udara.
Gambar 1. Pembaisan Cahaya Pada Kaca Plan Paralel

Terjadinya pembiasan tersebut telah dibuktikan oleh seorang ahli maematika


dan perbintangan Belanda pada tahun 1621 bernama Willebrord Snell bahwa
hasil percobaannya dirumuskan dan dikenal dengan Hukum Snellius.

Gambar 2. Pembiasan Cahaya Pada Kaca Plan Paralel

Terlihat bahwa berkas cahaya yang masuk dengan berkas cahaya yang keluar
dari kaca plan paralel adalah sejajar. Menurut hukum Snellius, “dalam
peristiwa pembiasan cahaya, perbandingan sinus sudut datang dan sinus
sudut bias adalah konstan”

Keterangan :
n = indeks bias
i = sudut datang
r = sudut bias
Berkas cahaya hanya mengalami pergeseran sebesar t (besaran panjang). Jika
berkas datang dengan sudut i maka pergeserannya dapat dihitung sebagai
berikut :

Keterangan :
t = pegeseran sinar
d = tebal kaca

Macam – macam sinar :

1. Sinar datang adalah berkas cahaya yang menyentuh permukaan. Sudut


antara sinar ini dan garis tegak lurus dengan permukaan (garis normal)
adalah sudut dating
2. Sinar pantul, berhubungan dengan suatu sinar datang, adalah sinar yang
mewakili cahaya yang dipantulkan oleh permukaan. Sudut antara garis
normal dengan sinar pantul disebut sebagai sudut pantul. Hukum
pemantulan cahaya menyebutkan untuk permukaan yang tidak
menghamburkan cahaya sudut pantul selalu sama dengan sudut datang.
3. Sinar bias, berhubungan dengan suatu sinar datang, mewakili cahaya
yang diteruskan/ditransmisikan melalui permukaan. Sudut antara sinar ini
dengan garis normal dikenal sebagai sudut pembiasan, dan dapat dihitung
dari Hukum snellius
4. Pada bahan tertentu sinar yang terbiaskan dapat terpecah menjadi sinar
biasa dan sinar luar biasa, dengan indeks bias berbeda.

Hukum Snellius

Pada sekitar tahun 1621, ilmuwan Belanda bernama Willebrord Snell (1591
–1626) melakukan eksperimen untuk mencari hubungan antara sudut datang
dengan sudut bias. Hasil eksperimen ini dikenal dengan nama hukum Snell
yang berbunyi :

1. sinar datang, garis normal, dan sinar bias terletak pada satu bidang datar.

2. hasil bagi sinus sudut datang dengan sinus sudut bias merupakan bilangan
tetap dan disebut indeks bias.
Ketika cahaya melintas dari suatu medium ke medium lainnya, sebagian
cahaya datang dipantulkan pada perbatasan. Sisanya lewat ke medium yang
baru. Jika seberkas cahaya datang membentuk sudut terhadap permukaan
(bukan hanya tegak lurus), berkas tersebut dibelokkan pada waktu memasuki
medium yang baru. Pembelokan ini disebut Pembiasan.

Sudut bias bergantung pada laju cahaya kedua media dan pada sudut datang.
Hubungan analitis antara q1 dan q2 ditemukan secara eksperimental pada
sekitar tahun 1621 oleh Willebrord Snell .

Hubungan ini dikenal sebagai Hukum Snell dan dituliskan:

n1 sin q1 = n2 sin q2
q1 adalah sudut datang, dan q2 adalah sudut bias (keduanya diukur terhadap
garis yang tegak lurus permukaan antara kedua media). n1 dan n2 adalah
indeks-indeks bias materi tersebut. Berkas-berkas datang dan bias berada
pada bidang yang sama, yang juga termasuk garis tegak lurus terhadap
permukaan. Hukum Snell merupakan dasar Hukum pembiasan.

Jelas dari hukum Snell bahwa jika n2 > n1, maka q2 > q1, artinya jika
cahaya memasuki medium dimana n lebih besar (dan lajunya lebih kecil),
maka berkas cahaya dibelokkan menuju normal. Dan jika n2 > n1, maka q2
> q1, sehingga berkas dibelokkan menjauhi normal.

V. Alat dan Bahan


Alat :
1. Kaca Plan Paralel : 1 Buah
2. Sterofoam : 1 Buah
3. Penggaris : 2 Buah
4. Busur Derajat : 2 Buah
5. Jarum Pentul : 8 Buah
6. Pensil : 2 Buah

Bahan :

1. Kertas Buram : 6 Buah


VI. Langkah Kerja
1. Meletakkan kaca plan paralel diatas kertas buram dan menggambarnya.
2. Membuat garis vertikal yang tegak lurus dengan kaca plan paralel sebagai
garis normal.
3. Membuat sinar datang dan menentukan sudutnya yakni sebesar 30°.
4. Menancapkan 2 jarum pentul pada garis sinar dating dengan menandainya
sebagai titik A dan B.
5. Mengamati posisi jarum dari sisi lain kaca plan paralel.
6. Menancapkan 2 jarum pentul pada titik tertentu dilihat dari sisi berbeda
sehingga kedudukan jarum berhimpit dengan jarum yang berbeda pada garis
sudut datang kemudian menandainya sebagai titik A’ dan B’.
7. Membuat garis pada titik jarum yang berimpit , garis tersebut merupakan
garis yang meninggalkan kaca plan paralel.
8. Membuat garis dari titik sudut datang pada batas sisi kaca planparalel sampai
titik sinar yang meninggalkan kaca plan paralel pada batas sisi kaca
planparalel. Garis ini adalah garis sinar bias.
9. Mengukur sudut bias dengan busur drajat.
10.Mengukur besarnya pergeseran dengan penggaris.
11.Mengulangi percobaan sebanyak 5 kali dengan sudut datang yang berbeda
(40°,50°,60°, dan 70°).
12.Menghitung nilai indeks bias.
13.Membuat grafik hubungan sinus i dengan r.
VII. Hasil Pengamatan

N i1 r1 i2 r2 U-K K-U
O
1 30o 20o 20o 30o 1,461 1,461
2 40o 25o 25o 40o 1,521 1,521
3 50o 30o 30o 50o 1,532 1,532
4 60o 35o 35o 60o 1,511 1,511
5 70o 40o 40o 70o 1,462 1,462

1. Percobaan pertama dengan i1 = 30o

30o

n1 Udara

Kaca 20o
o
20
n2 Planparalel

n1
30o

Udara – Kaca : nU . Sin i1 = nK . Sin r1


( 1 ) . Sin 30o = nK . Sin 20o nK . Sin i2 = nU . Sin r2
(1).(½) = nK . 0,342 nK . Sin 20o = ( 1 ) . Sin 30o
nK = 1,461 nK . 0,342 =(1).(½)
Kaca - Udara : nK = 1,461

2. Percobaan pertama dengan i1 = 40o

40o

n1 Udara

25o
Kaca
n2 Planparalel 25o

n1
40o

Udara – Kaca : Kaca - Udara :


nU . Sin i1 = nK . Sin r1 nK . Sin i2 = nU . Sin r2
( 1 ) . Sin 40o = nK . Sin 25o nK . Sin 25o = ( 1 ) . Sin 40o
( 1 ) . ( 0,642 ) = nK . 0,422 nK . 0,422 = ( 1 ) . ( 0,642)
nK = 1,521 nK = 1,521

3. Percobaan pertama dengan i1 = 50o


N

50o

n1 Udara

30o

Kaca
n2 Planparalel
30o

n1 50o

Udara – Kaca : Kaca - Udara :


nU . Sin i1 = nK . Sin r1 nK . Sin i2 = nU . Sin r2
( 1 ) . Sin 50o = nK . Sin 30o nK . Sin 30o = ( 1 ) . Sin 50o
( 1 ) . ( 0,766 ) = nK . ( ½ ) nK . ( ½ ) = ( 1 ) . ( 0,766)
nK = 1,532 nK = 1,532

4. Percobaan pertama dengan i1 = 60o

N
60o

35o

35o

60o

Udara – Kaca : Kaca - Udara :


nU . Sin i1 = nK . Sin r1 nK . Sin i2 = nU . Sin r2
( 1 ) . Sin 60o = nK . Sin 35o nK . Sin 35o = ( 1 ) . Sin 60o
( 1 ) . ( 0,866 ) = nK . ( 0,573 ) nK . ( 0,573 ) = ( 1 ) . ( 0,866)
nK = 1,511 nK = 1,511

5. Percobaan pertama dengan i1 = 70o N

n1
Udara 70o

40o

40o

70o

Udara – Kaca : Kaca - Udara :


nU . Sin i1 = nK . Sin r1 nK . Sin i2 = nU . Sin r2
( 1 ) . Sin 70o = nK . Sin 40o nK . Sin 40o = ( 1 ) . Sin 70o
( 1 ) . ( 0,939 ) = nK . ( 0,642 ) nK . ( 0642 ) = ( 1 ) . ( 0,939)
nK = 1,462 nK = 1,462

Maka didapat
nK rata-rata = ( 1,461 + 1,521 + 1,532 + 1,511 + 1, 462 ) : 5
nK rata-rata = 1,497

VIII. Analisis Data


Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan berjudul “Pembiasan pada
Kaca Plan Paralel” diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Pada percobaan pertama, diukur sudut datang sebesar 30° sehingga
diperoleh sudut bias sebesar 20°. Berdasarkan persamaan sin i / sin r,
diketahui indeks bias sebesar 1,461.
2. Pada percobaan kedua, diukur sudut datang sebesar 40° sehingga
diperoleh sudut bias sebesar 25°. Berdasarkan persamaan sin i / sin r,
diketahui indeks bias sebesar 1,521.
3. Pada percobaan ketiga, diukur sudut datang sebesar 50° sehingga
diperoleh sudut bias sebesar 30°. Berdasarkan persamaan sin i / sin r,
diketahui indeks bias sebesar 1,532.
4. Pada percobaan keempat, diukur sudut datang sebesar 60° sehingga
diperoleh sudut bias sebesar 35°. Berdasarkan persamaan sin i / sin r,
diketahui indeks bias sebesar 1,511.
5. Pada percobaan kelima, diukur sudut datang sebesar 70° sehingga
diperoleh sudut bias sebesar 40°. Berdasarkan persamaan sin i / sin r,
diketahui indeks bias sebesar 1,462.
NO i1 r1 Sin i1 Sin r1
1. 30o 20o 0.5 0.342
2. 40o 25o 0.642 0.422
3. 50o 30o 0.766 0.5
4. 60o 35o 0.866 0.573
5. 70o 40o 0.939 0.642

Berdasarkan data yang sudah diperoleh dapat dibuat suatu grafik hubungan sin i dan
sin r sebagai berikut :

Grafik Hubungan Sin i dan Sin r


0.8
0.7
0.6
0.5
Sin r1

0.4 Y-Values
0.3
0.2
0.1
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
Sin i1

Grafik di atas menunjukkan bahwa semakin besar nilai sin i maka semakin
semakin besar nilai sin r nya.

IX. Kesimpulan
Untuk menghitung besar nilai indeks bias kaca plan paralel, perlu diketahui
terlebih dahulu nilai sudut datang dan silai sudut biasnya. Besarnya nilai
indeks yang diperoleh dari hasil percobaan sesuai dengan nilai indeks kaca
plan paralel pada umumnya, yaitu 1,5. Berdasarkan percobaan yang telah
dilakukan, dapat kita disimpulkan bahwa :
1. Sinar yang melalui dua medium berbeda yaitu kaca dan udara (dalam
percobaan) akan mengalami pembelokan sinar. Hal ini disebut pembiasan
cahaya. Indeks bias akan membuat pergeseran dari sudut datang semula.
2. Semakin kecil sudut sinar datang maka pergeseran sinarnya kecil, dan
apabila semakin besar sudut sinar datang maka pergeseran sinarnya akan
besar pula.

X. Lampiran
Dokumentasi kegiatan praktikum Pembiasan Pada Kaca Plan Paralel

Gambar 1. Bahan yang


Gambar 2. Hasil kegiatan
digunakan dalam praktikum
praktikum

Gambar 3. Pelaksanaan kegiatan praktikum


Daftar Pustaka

Lasmi, Ni Ketut. 2017. Mandiri Fisika Jilid 2 untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: PT.
Gelora Aksara Pratama.
Fitriani, Ana Desti. “Laporan Praktikum INDEKS BIAS KACA PLAN PARALEL”,
http://anadestifitriani.blogspot.com/2016/03/v-behaviorurldefaultvmlo.html, diakses
pada 24 Februari 2019 pukul 09.00.
Safitri, Deviana. 2015. “LAPORAN GO-7 PEMBIASAN PADA KACA PLAN
PARALEL”, http://devianaeka.blogspot.com/2015/12/laporan-go-7-pembiasan-pada-
kaca-plan_15.html, diakses pada 24 Februari 2019 pukul 09.10
Kandiyah, Novi. 2015. “Laporan praktikum Pembiasan Pada Kaca Plan Paralel”,
https://novikandi.blogspot.com/2015/09/laporan-praktikum-pembiasan-pada-
kaca.html, diakses pada 24 Februari 2019 pukul 09.15.
Eki, Muhammad. “Laporan Praktikum Fisika Kelas XII”,
https://www.academia.edu/21676109/Laporan_Praktikum_Fisika_Kelas_XII, diakses
pada 24 Februari 2019 pukul 10.00.

Anda mungkin juga menyukai