Anda di halaman 1dari 22

Nama : Johanes Pardamean Saragih

Prodi :19 IMM1

LAPORAN PERCOBAAN PEMANTULAN DAN PEMBIASAN

I. JUDUL : Pemantulan dan pembiasan.


II. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mempelajari sifat pemantulan cahaya.
2. Menentukan sudut deviasi prisma.
3. Memprediksi sudut deviasi minimum pada prisma.

III. ALAT DAN BAHAN

ALAT BAHAN

Pensil Cermin datar

Penggaris Plan Paralel

Busur derajat Prisma

Power supply Styrofoam

Jarum pentul Kertas putih polos

Kotak cahaya

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


A. Pemantulan
1. Dibuat garis tegak lurus pada kertas putih (salah satu garis bertindak sebagai
garis normal)
2. Digambar garis sinar datang dengan berbagai sudut terhadap garis normal
(sesuai dengan tabel data).
3. Diletakkan cermin datar tepat pada garis yang bukan garis normal.
4. Dimasukkan diafragma satu celah ke dalam pemegang diafragma kotak
cahaya.
5. Dihubungkan diafragma kotak cahaya dengan power supply dan arahkan
sesuai garis sinar datang yang telah digambarkan sebelumnya.
6. Ditandai sinar pantul dengan dua jarum pentul.
7. Diangkat cermin dan digambarkan sinar pantul dengan membuat garis yang
melewati kedua jarum pentul.
8. Diukur sudut yang dibentuk oleh garis tersebut terhadap garis normal sebagai
besar sudut sinar pantul.
B. Pembiasan pada Plan Paralel
1. Diukur tebal plan paralel yang dilalui oleh sinar kemudian diletakkan diatas
kertas putih.
2. Digaris tepi-tepi kaca dengan menggunakan pensil sehingga ukuran kaca
tercetak sama persis diatas kertas, kemudian tarik satu garis tegak lurus
terhadap garis tersebut sebagai garis normal ( N 1
3. Dibuat beberapa garis dengan besar sudut yang berbeda terhadap garis normal
(sesuai tabel data).
4. Ditempelkan kertas putih polos pada Styrofoam.
5. Dinyalakan power supply yang terhubung dengan diafragma cahaya dan
arahkan garis sinar datang yang telah digambar sebelumnya.
6. Ditancapkan jarum pentul untuk menandai sinar bias yang keluar dari plan
paralel.
7. Diambil kaca plan paralel kemudian ditarik garis untuk menghubungkan jarum
pentul yang telah di tancapkan di kedua sisi plan paralel.
8. Dibuat garis normal kedua ( N 2).
9. Digambarkan perpanjangan garis sinar datang dan sinar bias hingga diperoleh
dua garis yang saling sejajar.
10. Diukur jarak kedua garis tersebut dan dicatat hasil pengamatan pada tabel
data.
C. Pembiasan pada Prisma
1. Diletakkan prisma pada kertas dan gambarkan sisi prisma dengan pensil pada
kertas.
2. Dibuat garis tegak lurus pada sisi kiri prisma sebagai garis normal pembias 1.
3. Digambar garis sinar datang untuk beberapa sudut sesuai tabel data.
4. Dinyalakan power supply yang terhubung dengan diafragma cahaya dan
diarahkan garis sinar datang yang telah digambar sebelumnya.
5. Ditancapkan jarum pentul untuk menandai sinar bias yang keluar dari plan
paralel.
6. Diambil prisma dan dibuat garis untuk menghubungkan kedua jarum pentul
tersebut.
7. Dibuat garis tegak lurus pada bidang pembias (2( N 2).
8. Kemudian diukur sudut sinar bias pada bidang pembias 2 terhadap normal N 2
9. Dilakukan hal tersebut untuk beberapa variasi sudut datang (sesuai tabel data).
V. LANDASAN TEORI
Cahaya adalah salah satu dari bentuk gelombang elektromagnetik, namun
disisi lain cahaya juga memiliki sifat partikel. Dua sifat yang dimiliki oleh cahaya
ini disebut sebagai dualism cahaya (Mundilarto dan Istiyono, E., 2008, hlm. 135).
Cahaya sebagai gelombang, dapat dipantulkan. Sifat pemantulan cahaya ini
diselidiki oleh Willebord Snellius (1591-1626), dikenal dengan “Hukum
Pemantulan Cahaya”:
1. Sinar datang, garis normal dan sinar pantul terletak pada satu bidang
datar
2. Besar sudut dantang sama dengan besar sudut pantul

Berdasarkan keadaan permukaan bidang pantul, pemantulan cahaya


dibedakan:

1. Pemantulan baur adalah pemantulan yang terjadi jika sumber


cahaya jatuh pada benda yang permukaannya kasar, sehingga cahaya
dipantulkan ke segala arah yang tidak tentu.
2. Pemantulan teratur adalah pemantulan yang terjadi jika sumber
cahaya mengenail permukaan yang licin, sehingga pemantulannya
tertentu.
Aplikasi sifat eantulan ini dalam kehidupan sehari-hari adalah misalnya
terjadi pada pemantulan cahaya oleh cermin rias dan permukaan logam yang
mengkilap (contoh pemantulan teratur), juga misalnya pada pemantulan cahaya
oleh permukaan tembok, permukaan batan pohon, ataupun permukaan jalan raya
(contoh pemantulan baur).

A. Pembiasan pada Plan Paralel


Pembelokkan berkas cahaya yang merambat dari satu medium ke medium
yang lain dengan kerapatan yang berbeda disebut Pembiasan (refraksi) (Abdullah
M, 2004, hlm. 140). Konsep dasar pembiasan cahaya adalah “Hukum Snellius”
yang terbagi menjadi dua yaitu:
1. Hukum I Snellius berbunyi, “Sinar datang, sinar bias, dan garis
normal teretak pada satu bidang datar”.
2. Hukum II Snellius berbunyi, “Jika sinar datang dari medium
kurang rapat ke medium lebih rapat (misalnya: dari udara ke air
atau dari udara ke kaca), maka sinar dibelokkanmendekati garis
normal. Jika sebaliknya, sinar datang dari medium lebih rapat ke
medium kurang rapat maka sinar dibelokkan menjauhi garis
normal”.
Hubungan sudut datang dan sudut bias yang dinyatakan oleh persamaan
umum Snellius adalah:

n1 sinθ1= n2 sinθ2

Keterangan: n1: Indeks bias medium 1

n2: Indeks bias medium 2

θ1: Sudut sinar datang

θ2: Sudut sinar bias

Salah satu medium yang dapt membuat cahaya terbiaskan dan dapat iamati
pembiasannya adalah kaca plan paralel. Kaca plan paralel ialah kaca denagn tebal
tertentu yang dibatasi oleh dua bidang sejajar. Bidang sejajar ialah bidang
pembias. Jika seberkas sinar menuju permukaan kaca plan paralel, maka sinar
akan mengalami pembiasan sebanyak
dua kali. Pembiasan pertama terjadi
ketika cahaya masuk ke kaca. Pembiasan kedua terjadi ketika cahaya keluar dari
kaca ke udara.

Ketika cahaya dari udara masuk ke kaca, cahaya akan dibiaska mendekati
garis normal. Setelah itu, Chaya akan keuar dari kaca dan dibiaskan oleh udara
menjauhi garis normal. Perjalanan cahaya yang mengalami pembiasan dua kali
dapat dilihat pada gambar di samping.

Besarnya pergeseran sinar (t) pada kaca plan paralel dapat ditentukan
dengan menggunakan persamaan seperti berikut:

d sin(i−r )
t=
cos r

Keterangan: t = pergeseran sinar

d = tebal kaca plan paralel

i = sudut sinar datang

r = sudut sinar bias

Aplikasi pembiasan dalam kehidupan sehari-hari adalah dasar kolam


jernih tampak dangkal. Dasar kolam akan terlihat dangkal bila dilihat dari darat,
hal ini dikarenakan cahaya datang dari udara (kurang begitu rapat) yang menuju
ke air (lebih rapat) akan dibiaskan menjauhi garis normal dalam proses
pembiasan cahaya berlangsung di dalam kolam sehingga yang terlihat sebagai
dasar kolam merupakan bayangan dasar kolam bukan sasar kolam yang aslinya.
Contoh lainnya adalah intan dan berlian tampak berkilau. Pada kedua benda
tersebut, memiliki kerapatan optik yang jauh lebih besar ketimbang udara. Oleh
karena itu akan terjadi proses pembiasan berulang oleh peristiwa pembiasan
cahaya.

B. Pembiasan pada Prisma


Prisma adalah salah satu alat optik berupa benda transparan (bening)
terbuat dari bahan gelas atau kaca yang dibatasi oleh dua bidang permukaan yang
membentuk sudut tertentu. Sudut di antara dua bidang tersebut disebut sudut
pembias (β) sedangkan dua bidang pembatas disebut bidang pembias. Alat optik
prisma digunakan untuk analisis pembiasan, pemisahan maupun pemantulan
cahaya. Benda optik ini dapat memisahkan cahaya putih menjadi cahaya warna-
warni (warna pelangi) yang menyusunnya yang sering disebut dengan spektrum.

Pembiasan Cahaya pada Prisma


Jalannya sinar pada peristiwa pembiasan cahaya pada prisma ditunjukan
oleh gambar berikut:

Pada gambar, tampak suatu sinar memasuki prisma melalui rusuk pembias
kiri. Ketika memasuki prisma, sinar akan dibiaskan mendekati garis normal
(karena sinar datang dari kerapatan optis rendah ke kerapatan optis tinggi). Di
dalam prisma, sinar juga akan dibiaskan, kali ini sinar dibiaskan menjauhi garis
normal (karena sinar datang dari kerapatan optis tinggi ke kerapatan optis
rendah). Sudut antara sinar keluar dan sinar masuk dinamakan sudut deviasi (δ).
Besar sudut deviasi yang terjadi pada prisma adalah:

δ = (i1 + r2) – β

Dimana, β = r1 + i2

Keterangan:

δ = sudut deviasi

i1 = sudut datang mula-mula

r2 = sudut bias kedua

β = sudut pembias

Deviasi Minimum (δmin)

Deviasi minimum dicapai apabila sudut datang pertama sama dengan


sudut bias akhir yaitu

i1 = i2

Sehingga dari rumus di atas berlaku persamaan rumus deviasi minimum


δmin = i1 + i1 b – β

δmin = 2 i1 – β

δ min+ β
i1 =
2

Karena r1 = i2 , maka

β = r1 + r2

β = 2 r1

β
r1=
2

Jika indeks bias prisma = np indeks bias medium (udara) = nu, berdasarkan
hukum snellius, maka berlaku rumus

1 np 1
sin ¿β + δmin) = ∙ sin β
2 nu 2

Jika β kecil sekali (β≤ 15° ¿, dalam hal ini nilai sinα ≈ α, maka berlaku:

np
β + δmin = β
nu

np
δmin = ( −1 ¿ β
nu

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Plan Paralel

No. i° r° t pengukuran (cm) t perhitungan (cm)


d sin(i−r )
t=
cos r

2sin (5)
t=
1. 20° 15° 0.4 cos 15

2× 0,08
t=
0.96

t=0.16 cm

d sin(i−r )
t=
cos r

2sin (10)
t=
2. 30°
20°
0.6 cos 20

2× 0,17
t=
0.93

t=0.36 cm

d sin(i−r )
t=
cos r

2sin (12)
t=
3. 40° 28° 1.5 cos 28

2× 0,21
t=
0.88

t=0.47 cm

d sin(i−r )
t=
cos r

2sin (15)
t=
4. 50°
35°
1.7 cos 35

2× 0,25
t=
0.81

t=0.61 cm
d sin(i−r )
t=
cos r

2sin (25)
t=
5. 60° 35° 2.5 cos 35

2× 0,42
t=
0.81

t=1,03 cm

B. Prisma

No. i1 r2 β δpengukuran δperhitungan

1. 20° 20° 90° 88°

2. 30° 30° 90° 150°

3. 40° 40° 90° 85°

4. 50° 50° 90° 90°

5. 60° 60° 90° 90°

1. Berdasarkan hasil pengukuran yang diperoleh pada percobaan pemantulan,


besar sudut sinar datang sama besar dengan besar sudut sinar pantul. Jika
dibandingkan dengan hukum pemantulan Sneliius, maka percobaan ini
berhasil karena dalam hukum pemantulan Snellius, besar sudut sinar datang
sama besa rdengan besar sudut sinar pantul, serta sinar datang, garis normal
dan sinar pantul terletak pada satu bidang datar. Hal ini dapat kita perhatikan
pada tabel hasil penelitian di atas, dimana ketika sudut sinar datang sebesar
20°, maka sudut pantulnya juga sebesar 20°. Ketika sudut sinar datang sebesar
30°, maka besar sudut pantulnya adalah 30° juga, dan saat sudut sinar datang
sebesar 40° dipantulkan pada cermin datar, maka besar sudut pantulnya adalah
40°, demikian seterusnya.
C. Plan Paralel

No. i° r° t pengukuran (cm) t perhitungan (cm)


d sin(i−r )
t=
cos r

2sin (5)
t=
1. 20° 15° 0.4 cos 15

2× 0,08
t=
0.96

t=0.16 cm

d sin(i−r )
t=
cos r

2sin (10)
t=
2. 30°
20°
0.6 cos 20

2× 0,17
t=
0.93

t=0.36 cm

d sin(i−r )
t=
cos r

2sin (12)
t=
3. 40° 28° 1.5 cos 28

2× 0,21
t=
0.88

t=0.47 cm

d sin(i−r )
t=
cos r

2sin (15)
t=
4. 50°
35°
1.7 cos 35

2× 0,25
t=
0.81

t=0.61 cm
d sin(i−r )
t=
cos r

2sin (25)
t=
5. 60° 35° 2.5 cos 35

2× 0,42
t=
0.81

t=1,03 cm

D. Prisma

No. i1 r2 β δpengukuran δperhitungan

1. 20° 20° 90° 88° 50°

2. 30° 30° 90° 150° 30°

3. 40° 40° 90° 85° 30°

4. 50° 50° 90° 90° 10°

5. 60° 60° 90° 90° 30°

2. Berdasarkan hasil pengukuran yang diperoleh pada percobaan pemantulan,


besar sudut sinar datang sama besar dengan besar sudut sinar pantul. Jika
dibandingkan dengan hukum pemantulan Sneliius, maka percobaan ini
berhasil karena dalam hukum pemantulan Snellius, besar sudut sinar datang
sama besar dengan besar sudut sinar pantul, serta sinar datang, garis normal
dan sinar pantul terletak pada satu bidang datar. Hal ini dapat kita perhatikan
pada tabel hasil penelitian di atas, dimana ketika sudut sinar datang sebesar
20°, maka sudut pantulnya juga sebesar 20°. Ketika sudut sinar datang sebesar
30°, maka besar sudut pantulnya adalah 30° juga, dan saat sudut sinar datang
sebesar 40° dipantulkan pada cermin datar, maka besar sudut pantulnya adalah
40°, demikian seterusnya.

Grafik 1
PRISMA
160

Sudut sinar datang


120
f(x) = − 0.52 x + 121.8
80 R² = 0.09
40

0
15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65
Sudut deviasi

Berdasarkan grafik di atas, dapat diprediksi sudut sinar datang yang


akan menghasilkan sudut deviasi minimum pada prisma yang kita gunakan,
dengan menggunakan rumus gradien pada garis yang dihasilkan. Maka:

y 2− y 1
m=
x 2−x 1

92−110
m=
60−20

m= -107.7

VII. KESIMPULAN

Pemantulan cahaya terjadi apabila seberkas cahaya mengenai suatu bidang licin
dan datar, sinar akan memantul secara teratur. Jika permukaannya kasar maka
akan dipantulkan secara difusi sedangkan, pembiasan terjadi ketika seberkas
cahaya melewati bidang batas antara dua medium yang memiliki kerapatan
berbeda, sinar akan mengalami pembelokkan. Adapun hasil percobaan yang
kurang sempurna hal tersebut disebabkan oleh human error, kelompok kurang
teliti dalam menggambar sudut, menggunakan alat ataupun dalam mengukur
sudut.
LAMPIRAN
Gambar 1. Pemantulan cahaya pada cermin datar (2o° dan 30°)
Gambar 2. Pemantulan cahaya pada cermin datar (4o° dan 50°)
Gambar 3. Pemantulan cahaya pada cermin datar (60°)
Gambar 4. Pembiasan pada kaca plan paralel (20° dan 30°)
Gambar 5. Pembiasan pada kaca plan paralel (40°)
Gambar 6. Pembiasan pada kaca plan paralel (50° dan 60°)
Gambar 7. Pembiasan pada prisma (20° dan 30°)
Gambar 8. Pembiasan pada prisma (40° dan 50°)
Gambar 9. Pembiasan pada prisma (60°)

Anda mungkin juga menyukai