Oleh :
Kelompok 3
2017
Pembiasan Pada Kaca Plan Paralel
ABSTRAK
Kami telah melakukan percobaan dengan judul Pembiasan Pada Kaca Plan
Parallel pada hari Selasa tanggal 4 April 2017 di Ruang Workshop jurusan
IPA yang bertujuan untuk menentukan indeks bias pada kaca plan pararel
dan menentukan pergeseran sinar cahaya pada kaca plan pararel. Metode yang
digunakan adalah menggambar kaca plan paralel pada kertas, membuat garis
normal, menentukan sudut datang (i), menggambar garis sudut datang, menandai
dengan menggunakan jarum pentul, melihat jarum pentul dari sisi lain kaca plan
paralel, menandai dengan jarum pentul dan menggambarnya, menggambar
garis bias, mengukur sudut bias yang terbentuk, mengukur pergeseran sinar (t)
yang terbentuk serta mengulangi percobaan dengan sudut datang yang
berbeda. Hasil percobaan yang kami lakukan diperoleh nilai rata-rata dan standat
deviasiasi indeks bias sebesar 1,31 ± 0,135 dengan ketidakpastian 0,10 % dan
taraf ketelitian 99,90%. Sedangkan secara teoritis nilai indeks bias kaca plan
paralel adalah I,51. Selanjutnya diperoleh nilai pergeseran melalui pengukuran
sebesar 0,3 cm ; 0,6 cm ; 0,9 cm ; 1,0 cm ; 1,1 cm ; 1,8 cm ; 1,9 cm ; 2,1 cm ; 2,9
cm dan 3,9 cm. Selanjutnya hasil sudut bias secara berturut-turut 12,71˚ ; 14,48˚ ;
16,86˚ ; 22,33˚ ; 28,03˚ ; 26,74˚ ; 33,37˚ ; 41,30˚ ; 51,26˚ dan 36,16˚.
Kata kunci : Kaca Plan Paralel, Sudut Datang, Sudut Bias, Indeks bias,
Pergeseran Sinar.
ii
DAFTAR ISI
COVER ....................................................................................................... i
ABSTRAK .................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan masalah ............................................................................. 1
C. Tujuan .............................................................................................. 1
D. Hipotesis ........................................................................................... 1
BAB II KAJIAN TEORI ........................................................................... 2
A. Pembiasan Kaca Plan Paralel ........................................................... 2
B. Hukum Snellius ................................................................................ 4
C. Indeks Bias ....................................................................................... 6
BAB III METODE PERCOBAAN ........................................................... 8
A. Jenis Percobaan ................................................................................ 8
B. Waktu dan Tempat Percobaan ......................................................... 8
C. Alat dan Bahan ................................................................................. 8
D. Variabel Percobaan .......................................................................... 8
E. Rancangan Percobaan ...................................................................... 9
F. Langkah Kerja .................................................................................. 11
G. Alur Percobaan ................................................................................. 12
BAB IV DATA DAN ANALISIS .............................................................. 13
A. Data .................................................................................................. 13
B. Analisis ............................................................................................. 13
C. Pembahasan ...................................................................................... 15
BAB V PENUTUP ...................................................................................... 18
A. Kesimpulan ...................................................................................... 18
B. Saran ................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 19
LAMPIRAN ................................................................................................ 20
Lampiran I Perhitungan .......................................................................... 20
iii
Lampiran II Laporan Sementara ............................................................. 24
Lampiran III LKM ................................................................................. 31
Lampiran IV Dokumentasi...................................................................... 41
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari tentu kita tidak asing dengan benda-
benda seperti sedotan, namun apabila kita mengamati sedotan yang tercelup
dalam gelas berisi air, sedotan tersebut akan terlihat seperti bengkok.
Sebenarnya sedotan tersebut tidak bengkok, sedotan tersebut mengalami
pembiasan. Ketika cahaya merambat bidang batas dua medium, maka
rambatan cahaya tersebut akan mengalami pembelokan. Pada contoh tersebut
belum kita ketahui bagaimana pembiasan itu terjadi dan apa yang
menyebabkan hal tersebut terjadi, untuk mengetahui bagaimana pembiasan
yang terjadi, maka digunakan kaca plan paralel yang prinsip kerjanya sama
seperti sedotan yang dicelupkan didalam air, namun mediumnya saja yang
berbeda untuk mengetahui besarnya pembiasan dan pergeseran sehingga
benda terlihat seperti bengkok.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka didapatkan suatu rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana besarnya indeks bias kaca plan paralel?
2. Bagaimana besarnya pergeseran sinar cahaya pada kaca plan paralel?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah
1. Menentukan besarnya indeks bias kaca plan paralel.
2. Menentukan besarnya pergeseran sinar cahaya pada kaca plan paralel
D. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah diatas, kami mempunyai hipotesis
sebagai berikut :
1. Perbandingan sinus sudut datang dengan sinus sudut bias adalah konstan.
BAB II
KAJIAN TEORI
Sumber : https://belajar.kemdikbud.go.id/SumberBelajar/tampilajar.
Sumber : https://belajar.kemdikbud.go.id/SumberBelajar/tampilajar.
Pada gambar 2.2 balok kaca berada di meja. Berkas sinar masuk dari
salah satu sisi balok kaca dengan sudut datang i dan lalu mengalami
pembiasan dua kali. Pertama saat melewati bidang batas antara udara dan
balok kaca, berkas sinar dibiaskan dengan sudut bias r. Kedua, saat melewati
bidang batas antara balok kaca dan udara, berkas sinar datang ke bidang batas
2
dengan sudut datang i` dan sudut bias r`. Tampak pada Gambar 2.2, besar
sudut bias pertama sama dengan sudut datang kedua atau r = i`. Tampak pula
berkas sinar yang masuk ke balok bergeser ke arah kiri bawah saat keluar dari
balok kaca, namun keduanya tampak sejajar. Bila d = PQ menyatakan
ketebalan balok kaca dan t = RS menyatakan besar pergeseran berkas sinar,
sehingga dari segitiga RPS, diapatkan persamaan (a) :
𝑅𝑆 𝑡
Sin (i - r) = 𝑃𝑆 = 𝑃𝑆
atau
𝑡
PS = sin(𝑖−𝑟)
atau
𝑑
PS = cos 𝑟
𝑡 𝑑
= 𝐶𝑜𝑠 𝑟
𝑆𝑖𝑛 (𝑖−𝑟)
𝑑 𝑆𝑖𝑛 (𝑖−𝑟)
t= cos 𝑟
Keterangan :
d = tebal balok kaca (cm)
i = sudut datang ( ° )
r = sudut bias ( ° )
t = pergeseran cahaya (cm)
Peristiwa yang terjadi ketika seberkas sinar melewati sebuah kaca plan
paralel adalah sinar tersebut akan mengalami pergesaran. Cahaya atau berkas
sinar akan mengalami dua kali pembiasan oleh dua medium yang berbeda
3
kerapatannya. Berkas cahaya dari udara yang masuk ke dalam kaca akan
mengalami pembelokan. Peristiwa tersebut disebut pembiasan cahaya. Hal ini
disebabkan medium udara dan medium kaca memiliki kerapatan optik yang
berbeda. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembiasan cahaya terjadi akibat
cahaya melewati dua medium yang berbeda kerapatan optiknya. Sinar bias
akan mendekati garis normal ketika sinar datang dari medium kurang rapat
atau udara ke medium lebih rapat atau kaca. Sinar bias akan menjauhi garis
normal ketika cahaya merambat dari medium lebih rapat atau kaca ke medium
kurang rapat atau udara.
B. Hukum Snellius
Terjadinya pembiasan telah dibuktikan oleh seorang ahli maematika
dan perbintangan Belanda pada tahun 1621 bernama Willebrord Snell bahwa
hasil percobaannya dirumuskan dan dikenal dengan Hukum Snellius.
Ketika cahaya melintas dari suatu medium ke medium lainnya,
sebagian cahaya datang dipantulkan pada perbatasan, sisanya lewat menuju
medium yang baru. Jika seberkas cahaya datang dan membentuk sudut
terhadap permukaan (bukan hanya tegak lurus), berkas tersebut dibelokkan
pada waktu memasuki medium yang baru. Pembelokan ini disebut pembiasan
(Giancoli : 256).
Terlihat bahwa berkas cahaya yang masuk dengan berkas cahaya yang
keluar dari kaca plan paralel adalah sejajar. Menurut hukum Snellius, “dalam
4
peristiwa pembiasan cahaya, perbandingan sinus sudut datang dan sinus sudut
bias adalah konstan”. Sudut bias bergantung pada laju cahaya kedua media
dan pada sudut datang. Hubungan analitis antara ɵ1 dan ɵ2 ditemukan secara
eksperimental pada tahun 1621 oleh Willerbord Snell (1591-1626). Hubungan
ini dikenal sebagai hukumSnell dan dituliskan :
n1 Sin ɵ1 = n2 Sin ɵ2
ɵ1 merupakan sudut datang dan ɵ2 merupakan sudut bias (keduanya
diukur terhadap garis yang tegak lurus dengan permukaan antara kedua
media.
Keterangan :
n = indeks bias
i = sudut datang
r = sudut bias
Hukum Snellius menyatakan bahwa :
1. Sinar datang, sinar bias, dan garis normal terletak pada satu bidang datar
2. Jika sinar datang dari medium yang kurang rapat menuju medium yang
lebih rapat, sinar akan dibiaskan mendekati garis normal.
3. Jika sinar datang dari medium yang lebih rapat menuju medium yang
kurang rapat, sinar akan dibiaskan menjauhi garis normal.
5
C. Indeks Bias
Berkas cahaya yang melewati dua medium yang berbeda menyebabkan
cahaya berbelok. Di dalam medium yang lebih rapat, kecepatan cahaya lebih
kecil dibandingkan pada medium yang kurang rapat. Oleh sebab itu cahaya
membelok. Perbandingan laju cahaya dari dua medium tersebut disebut indeks
bias dan diberi simbol n.
Laju cahaya dalam udara hampa adalah c = 2,99792458 x 108 m/det
yang biasanya dibulatkan menjadi :
c = 3,00 x 108 m/det
laju ini berlaku untuk semua gelombang elektromagnetik, termasuk
cahaya tampak. Di udara, laju tersebut hanya sedikit lebih kecil. Pada benda
transparan lainnya seperti kaca dan air, kelajuan selalu lebih kecil jika
dibandingkan dengan kelajuan di udara hampa. Sebagai contoh, di air cahaya
merambat dengan laju ¾ c (Giancoli : 257).
Perbandingan laju cahaya di udara hampa dengan laju v pada materi
tertentu disebut indeks bias. Secara matematis dituliskan :
𝑐
n=𝑣
Keterangan :
n = indeks bias
c = laju cahaya (m/s)
v = laju cahaya dalam medium (m/s)
Indeks bias tidak pernah lebih kecil dari 1 dan nilainya untuk berbagai
materi dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini :
6
7 Api cahaya 1,58
8 Kaca plan paralel 1,51
9 Berlian 2,42
Sumber : Giancoli 257
Maka,
𝑛1 𝑣
= 𝑣1
𝑛2 2
Keterngan :
n21 = indeks relatif medium 2 terhadap medium 1
v1 = laju medium 1 (m/s)
v2 = laju medium 2 (m/s)
7
BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Jenis Percobaan
Praktikum mengenai “Pembiasan Pada Kaca Plan Paralel” ini
merupakan jenis eksperimen (percobaan), karena dalam praktikum ini terdapat
variabel-variabel sehingga diperoleh data dari hasil percobaan.
D. Variabel Percobaan
1. Variabel kontrol : Jenis kaca dan ketebalan kaca (d)
Definisi Operasional : Dalam percobaan ini yang variabel dibuat sama
yaitu jenis kaca. Kaca yang digunakan adalah kaca
plan parallel dengan ketebalan (d) yang sama pada
setiap percobaan yaitu 6 cm
8
2. Variabel manipulasi : Sudut datang (i)
Definisi Operasional : Dalam percobaan ini yang variabel dibuat berbeda
yaitu sudut yang dibentuk antara sinar datang yang
menyentuh sisi kaca plan paralel dengan garis
normal (i) . Sudut datang dimanipulasi sebanyak 10
kali yaitu sebesar 15°, 20°, 25°, 30°, 35°, 40°,
45°, 50°, 60°, 65°.
3. Variabel respon : Sudut bias ®, pergeseran (t), dan indeks bias (n)
Definisi Operasional : Sudut bias adalah sudut yang dibentuk antara sinar
yang keluar (garis pada kaca) dengan garis
normal,dimana nanti akan di ukur dengan busur.
Pergeseran (t) adalah jarak antara sinar datang
dengan sinar yang meninggalkan sisi kaca plan
paralel.
E. Rancangan Percobaan
10
F. Langkah Kerja
1. Meletakkan kaca plan paralel diatas kertas HVS dan menggambarnya.
2. Membuat garis vertikal yang tegak lurus dengan kaca plan paralel sebagai
garis normal.
3. Membuat sinar datang dan menentukan sudutnya yakni sebesar 30°.
4. Menancapkan jarum pada garis sinar datang.
5. Mengamati posisi jarum dari sisi lain kaca plan paralel.
6. Menancapkan jarum pada titik tertentu sehingga kedudukan jarum
berhimpit dengan jarum yang berbeda pada garis sudut datang.
7. Membuat garis pada titik jarum yang berimpit , garis tersebut merupakan
garis yang meninggalkan kaca plan paralel.
8. Membuat garis dari titik sudut datang pada batas sisi kaca planparalel
sampai titik sinar yang meninggalkan kaca plan paralel pada batas sisi
kaca planparalel. Garis ini adalah garis sinar bias.
9. Mengukur sudut bias dengan busur.
10. Mengukur besarnya pergeseran dengan penggaris.
11. Mengulangi percobaan sebanyak 10 kali dengan sudut datang yang
berbeda (15°, 20°, 25°, 30°, 35°, 40°, 45°, 50°, 60°, dan 65°).
12. Menghitung nilai indeks bias dan pergeseran secara teoritis.
13. Membuat grafik hubungan sinus i dengan r.
11
G. Alur Percobaan
12
BAB IV
DATA ANALISIS
A. Data
Tabel 4.1 hasil percobaan pembiasa pada kaca plan paralel
( t ±0,01)
Percobaan (r ± 0,01)˚ (n±0,01)˚
( i ± 1 )˚ cm
ke- (hasil perhitungan) (hasil perhitungan)
1 15 0,3 12,71 1,18
2 20 0,6 14,48 1,36
3 25 0,9 16,86 1,45
4 30 1,0 22,33 1,31
5 35 1,1 28,03 1,21
6 40 1,8 26,74 1,42
7 45 1,9 33,37 1,29
8 50 2,1 41,30 1,17
9 60 2,9 51,26 1,11
10 65 3,9 36,16 1,52
Rata-rata 28,32 1,31
Keterangan : d = 6 cm
B. Analisis
Percobaan menentukan indeks bias dan pengaruh sudut datang
terhadap sudut bias pada kaca plan parallel dilakukan sebanyak 10 kali
pengulangan. Yang pertama sudut datang 15˚ diperoleh besarnya pergeseran
(t) sebesar 0,3 cm dengan sudut bias (r) sebesar 12,71˚ dan indeks bias kaca
sebesar 1,18˚. Pada percobaan kedua yaitu sudut datang 20˚ diperoleh
besarnya pergeseran (t) sebesar 0,6 cm dengan sudut bias (r) sebesar 14,48˚
dan indeks bias kaca sebesar 1,36˚. Pada percobaan ketiga yaitu sudut datang
25˚ diperoleh besarnya pergeseran (t) sebesar 0,9 cm dengan sudut bias (r)
sebesar 16,86˚ dan indeks bias kaca sebesar 1,45˚. Pada percobaan keempat
yaitu sudut datang 30˚ diperoleh besarnya pergeseran (t) sebesar 1,0 cm
dengan sudut bias (r) sebesar 22,33˚ dan indeks bias kaca sebesar 1,31˚. Pada
percobaan kelima yaitu sudut datang 35˚ diperoleh besarnya pergeseran (t)
sebesar 1,1 cm dengan sudut bias (r) sebesar 28,03˚ dan indeks bias kaca
sebesar 1,21˚. Pada percobaan keenam yaitu sudut datang 40˚ diperoleh
besarnya pergeseran (t) sebesar 1,8 cm dengan sudut bias (r) sebesar 26,74˚
13
dan indeks bias kaca sebesar 1,42˚. Pada percobaan ketujuh yaitu sudut datang
45˚ diperoleh besarnya pergeseran (t) sebesar 1,9 cm dengan sudut bias (r)
sebesar 33,37˚ dan indeks bias kaca sebesar 1,29˚. Pada percobaan kedelapan
yaitu sudut datang 50˚ diperoleh besarnya pergeseran (t) sebesar 2,1 cm
dengan sudut bias (r) sebesar 41,30˚ dan indeks bias kaca sebesar 1,17˚. Pada
percobaan kesembilan yaitu sudut datang 60˚ diperoleh besarnya pergeseran
(t) sebesar 2,9 cm dengan sudut bias (r) sebesar 51,26˚ dan indeks bias kaca
sebesar 1,11˚. Pada percobaan terakhir yaitu sudut datang 65˚ diperoleh
besarnya pergeseran (t) sebesar 3,9 cm dengan sudut bias (r) sebesar 36,16˚
dan indeks bias kaca sebesar 1,52˚. Pada percobaan kami didapat rata -rata
sudut bias (r) sebesar 28,32˚ dan rata-rata indeks bias kaca sebesar 1,31˚. Data
dari percobaan yang telah kami lakukan saling berhubungan yaitu antara sudut
datang dengan pergeseran dan sudut datang dengan sudut bias. Grafik di
bawah ini menunjukkan hubungan antara sudut datang dengan pergeseran
sinar sebagai berikut
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
0 10 20 30 40 50 60 70
sudut datang
Dari grafik diatas hubungan antara sudut datang (i) dengan besarnya
pergeseran (t) semakin besar sudut datang maka nilai besarnya pergeseranya
juga semakin besar atau panjang. Grafik dibawah ini menunjukan hubungan
antara sudut datang dengan besarnya sudut bias sebagai berikut
14
Grafik hubungan sudut datang dengan
sudut bias
60
50
40
sudut bias
30
20
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70
sudut datang
Series1
Dari grafik diatas hubungan antara sudut datang dengan sudut bias
seharusnya adalah konstan, namun praktikum yang kami lakukan terjadi naik
turun pada sudut bias.
C. Pembahasan
15
nilai rata-rata sebesar 1,31˚. Hasil tersebut cukup jauh dengan nilai indeks bias
kaca plan parallel teori yang sebesar 1,51˚, hal tersebut bisa terjadi karena
kami kurang telitinya pengamat dalam melihat jarum pentul yang saling
berhimpit. Peletakkan jarum pentul yang kurang tepat juga mempengaruhi
hasil yang diperoleh. Selain itu, posisi jarun yang tidak tepat lurus juga
mempengaruhi pengamat dalam melihat berhimpitnya keempat jarum tersebut.
Pada percoban kami hanya ada 2 percobaan yang mendekati indeks bias secara
teori yaitu pada sudut datang 25˚ dengan nilai indeks bias sebesar 1,45˚ dan
sudut datang 60˚ dengan nilai indeks bias yang mendekati indeks bias secara
teori yaitu 1,52˚.
Hubungan antara sudut datang (i) dengan sudut bias (r) yaitu pada
grafik 4.2 adalah semakin besar sudut datang maka nilai sudut biasnya juga
semakin besar agar konstan yaitu pada teori hukum Snellius “Dalam peristiwa
pembiasan cahaya, perbandingan sinus sudut datang dan sinus sudut bias
adalah konstan”. Sudut bias bergantung pada laju cahaya kedua media dan
16
pada sudut datang. Pada percobaan kami hasil yang didapat pada sudut bias (r)
adalah tidak konstan yaitu naik dan turun. Hasil tersebut bisa terjadi karena
kurang telitinya pengamat dalam melihat jarum pentul yang saling berhimpit.
Peletakkan jarum pentul yang kurang tepat juga mempengaruhi hasil yang
diperoleh. Selain itu, posisi jarun yang tidak tepat lurus juga mempengaruhi
pengamat dalam melihat berhimpitnya keempat jarum tersebut.
17
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat kita disimpulkan
bahwa untuk menghitung besar nilai indeks bias kaca plan paralel, perlu
diketahui terlebih dahulu nilai sudut datang dan silai sudut biasnya dengan
menggunakan rumus n = sin 𝑖⁄sin 𝑟. Hasil dari percobaan kami didapat nilai
rata-rata indeks bias kaca dengan standant devisiasi (sd) sebesar (1,31 ±
0,135).
Berkas cahaya yang masuk dengan berkas cahaya yang keluar dari
kaca plan paralel adalah sejajar. Berkas cahaya tersebut mengalami pergeseran
(t). Dalam percobaan ini, besarnya pergerseran dapat dihitung dengan cara
membuat garis putus-putus yang merupakan perpanjangan sinar yang keluar
dari kaca plan paralel. Selanjutnya mengukur jarak antara perpanjangan sinar
yang keluar dari kaca plan paralel dengan sinar datang menggunakan
penggaris. Hasil yang diperoleh dari percobaan sudah sesuai dengan teori
yaitu semakin besar sudut datang maka pergeseranya akan semakin panjang
yaitu 10 kali pengulangan secara berturut-turut 0,3; 0,6; 0,9; 1,0; 1,1; 1,8; 1,9;
2,1; 2,9 dan 3,9.
B. Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
Tipler, Paul. 1991. Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
19
LAMPIRAN PERHITUNGAN
Diketahui : d = 6 cm
= 𝑎𝑟𝑐 sin 0,2
𝑡 𝑖 = 14,48°
− sin 𝑖
𝑟 = 𝑎𝑟𝑐 𝑠𝑖𝑛 (𝑑 )
cos 𝑖
sin 20
𝑛=
sin 14,48
sin 𝑖
𝑛= 0,34
sin 𝑟
=( )
0,25
1. i = 15°
t = 0,3 = 1,36°
0,3
− sin 15 3. i = 25°
𝑟 = 𝑎𝑟𝑐 𝑠𝑖𝑛 ( 6 )
cos 15 t = 0,9
0,9
0,05 − 0,26 − sin 25
= 𝑎𝑟𝑐 𝑠𝑖𝑛 ( ) 𝑟 = 𝑎𝑟𝑐 𝑠𝑖𝑛 ( 6 )
0,97 cos 25
0,21
= 𝑎𝑟𝑐 𝑠𝑖𝑛 ( ) 0,15 − 0,42
0,97 = 𝑎𝑟𝑐 𝑠𝑖𝑛 ( )
0,91
= 𝑎𝑟𝑐 sin 0,22
0,28
𝑖 = 12,27° = 𝑎𝑟𝑐 𝑠𝑖𝑛 ( )
0,91
sin 15 = 𝑎𝑟𝑐 sin 0,29
𝑛=
sin 12,27 𝑖 = 16,86°
0,26 sin 25
=( ) 𝑛=
0,22 sin 16,68
= 1,18° 0,42
=( )
0,29
2. i = 20°
t = 0,6 cm = 1,45°
0,6
− sin 20 4. i = 30°
𝑟 = 𝑎𝑟𝑐 𝑠𝑖𝑛 ( 6 )
cos 20 t = 1 cm
1
0,1 − 0,34 − sin 30
= 𝑎𝑟𝑐 𝑠𝑖𝑛 (
0,94
) 𝑟 = 𝑎𝑟𝑐 𝑠𝑖𝑛 (6 )
cos 30
0,24
= 𝑎𝑟𝑐 𝑠𝑖𝑛 ( )
0,94
0,17 − 0,5 1,8
= 𝑎𝑟𝑐 𝑠𝑖𝑛 ( ) − sin 40
0,87 𝑟 = 𝑎𝑟𝑐 𝑠𝑖𝑛 ( 6 )
cos 40
0,33
= 𝑎𝑟𝑐 𝑠𝑖𝑛 ( )
0,87 0,3 − 0,64
= 𝑎𝑟𝑐 𝑠𝑖𝑛 ( )
= 𝑎𝑟𝑐 sin 0,38 0,76
𝑖 = 22,33° 0,34
= 𝑎𝑟𝑐 𝑠𝑖𝑛 ( )
0,76
sin 30 = 𝑎𝑟𝑐 sin 0,45
𝑛=
sin 22,33
𝑖 = 26,74°
0,5
=( ) sin 40
0,38 𝑛=
sin 26,74
= 1,31°
0,64
=( )
0,45
5. i = 35°
t = 1,1 cm = 1,42°
1,1
− sin 35
𝑟 = 𝑎𝑟𝑐 𝑠𝑖𝑛 ( 6 ) 7. i = 45°
cos 35
t = 1,9 cm
0,18 − 0,57 1,9
= 𝑎𝑟𝑐 𝑠𝑖𝑛 ( ) − sin 45
0,82 𝑟 = 𝑎𝑟𝑐 𝑠𝑖𝑛 ( 6 )
cos 45
0,39
= 𝑎𝑟𝑐 𝑠𝑖𝑛 ( )
0,97 0,32 − 0,71
= 𝑎𝑟𝑐 𝑠𝑖𝑛 ( )
= 𝑎𝑟𝑐 sin 0,47 0,71
𝑖 = 28,03° 0,39
= 𝑎𝑟𝑐 𝑠𝑖𝑛 ( )
0,71
sin 35 = 𝑎𝑟𝑐 sin 0,55
𝑛=
sin 28,03
𝑖 = 33,37°
0,57
=( ) sin 45
0,47 𝑛=
sin 33,37
= 1,21° 0,71
=( )
0,55
6. i = 40°
t = 1,8 cm = 1,29°
21
8. i = 50° 10. i = 65°
t = 2,1 cm t = 3,9 cm
2,1 3,9
− sin 50 − sin 65
𝑟 = 𝑎𝑟𝑐 𝑠𝑖𝑛 ( 6 ) 𝑟 = 𝑎𝑟𝑐 𝑠𝑖𝑛 ( 6 )
cos 50 cos 60
sin 50 sin 65
𝑛= 𝑛=
sin 41,30 sin 36,16
0,77 0,90
=( ) =( )
0,66 0,59
= 1,17° = 1,52°
9. i = 60°
t = 2,9 cm
2,9
− sin 60
𝑟 = 𝑎𝑟𝑐 𝑠𝑖𝑛 ( 6 )
cos 60
0,48 − 0,87
= 𝑎𝑟𝑐 𝑠𝑖𝑛 ( )
0,5
0,39
= 𝑎𝑟𝑐 𝑠𝑖𝑛 ( )
0,5
= 𝑎𝑟𝑐 sin 0,78
𝑖 = 51,26°
sin 60
𝑛=
sin 51,26
0,87
=( )
0,78
= 1,11°
22
Taraf ketelitian dan ketidakpastian indeks bias (n)
∑d2
𝑆𝐷 = √
(n − 1)
0,1646 0,1646
=√ = √ = √ 0,0182 = 0,135
(10 − 1) 9
a. Ketidakpastian
0,135
= 𝑥 100 % = 0,10%
1,30
b. Ketelitian
100 % − 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘𝑝𝑎𝑠𝑡𝑖𝑎𝑛 = 100 % − 0,10 % = 99,90 %
42