DisusunOleh:
KELOMPOK 5
1. HASNA MUHANDISAH 17030654051
2. NAQIYYATU DHIHNI 17030654076
3. VENNA YULIA RACHMAWATI 17030654080
4. RHEINANDA ARUM PURBOSARI 17030654082
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengaruh jumlah lilitan terhadap rugi teras (core losses)
transformator ?
2. Bagaimana pengaruh jumlah lilitan terhadap efisiensi transformator ?
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengaruh jumlah lilitan terhadap rugi teras (core losses)
transformator.
2. Mengetahui pengaruh jumlah lilitan terhadap efisiensi transformator.
D. KAJIAN TEORI
Transformator (trafo) terdiri atas dua kumparan. Tranformator adalah
suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari
satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain, melalui suatu
gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi-elektromagnet.
Transformator digunakan secara luas, baik dalam bidang tenaga listrik
maupun elektronika Kedua kumparan ini dihubungkan secara induktif dengan
meletakkan kedua kumparan berdekatan seperti tampak pada Gambar 1.
Gambar 1. Transformator
Sumber : googlegambar.com
Sebuah kumparan yang dialiri arus akan memiliki sifat kemagnetan. Sifat
ini semakin kuat jika kedalamnya dimasukkan besi lunak sebagai intinya
(terastrafo). Prinsip kerja transformator adalah jika yang mengalir kedalam
kumparan arus bolak-balik, maka letak kutub-kutub utara dan selatan akan
berubah bergantian. Akibatnya, medan magnet di sekitar kumparan selalu
berubah-ubah.
Pada transformator kumparan pertama yang dihubungkan dengan sumber
tegangan bolak-balik, kita sebut kumparan primer. Sedangkan yang
dihubungkan dengan beban (resistor, lampu, dan sebagainya) disebut
kumparan sekunder. Karena kumparan primer dihubungkan dengan tegangan
bolak-balik, maka oleh kumparan primer ditimbulkan medan magnet yang
selalu berubah-ubah. Medan magnet yang sebagian besar masuk ke dalam
kumparan sekunder berubah-ubah pula. Berdasarkan hukum Faraday, akan
timbul GGL induksi yang arahnya bolak-balik.
Apa yang terjadi jika kumparan primer dihubungkan dengan tegangan
tetap, misalnya tegangan kutub-kutub aki? Pada kumparan primer timbul
medan magnet yang tetap. Sebagian medan magnet ini masuk ke dalam
kumparan sekunder dan besarnya juga tetap. Oleh sebab itu, pada kumparan
sekunder tidak akan terjadi GGL induksi.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa transformator dapat
digunakan pada tegangan bolak-balik. Berdasarkan jumlah lilitan primer dan
skunder ada dua jenis transformator:
a. Transformator step-up
Jika jumlah lilitan kumparan sekunder lebih banyak dari pada kumparan
primer, maka akan dihasilkan tegangan sekunder yang lebih besar daripada
tegangan primer. Transformator step-up merupakan transformator untuk
menaikkan tegangan.
b. Transformator step-down
Jika jumlah lilitan kumparan sekunder lebih sedikit daripada kumparan
primer, maka akan dihasilkan tegangan sekunder yang lebih kecil daripada
tegangan primer. Transformator step-down merupakan transformator
untuk menurunkan tegangan.
Besar GGL induksi sebanding dengan jumlah lilitan sehingga kalau
tegangan kumparan primer VP dan tegangan kumparan sekunder VS, maka
secara ideal berlaku persamaan:
VS N
S
VP N P
Keterangan:
Vp = Tegangan Primer (Volt)
Vs = Tegangan Sekunder (Volt)
Np = Jumlah lilitan primer
Ns = Jumlah lilitan sekunder (Riyadi, 2013)
Berdasarkan hukum kekekalan energi bahwa jumlah energi listrik yang
masuk ke dalam kumparan primer sama besar dengan jumlah energi listrik
yang keluar dari kumparan sekunder. Trafo yang ideal adalah trafo yang
hampir tidak mempunyai kerugian daya, hal ini berarti bahwa daya yang
diberikan pada kumparan primer akan sama besar dengan daya yang
dikeluarkan pada kumparan sekunder, dirumuskan:
V P I P VS I S
Keterangan:
Vp = Tegangan Primer (Volt)
Vs = Tegangan Sekunder (Volt)
Ip = Arus Primer (Ampere)
Is = Arus Sekunder (Ampere) (Riyadi, 2013)
Pada trafo ideal, jika rangkaian output (sekunder) terbuka kumparan
primer hanya berfungsi sebagai induktor. Arus input (arus primer) yang kecil
mengikuti tegangan input (tegangan primer) dengan sudut fase 90o yang
disebut arus magnetisasi. Daya input pada transformator dalam rangkai output
terbuka tersebut akan sama dengan nol, yang berarti tidak ada arus yang
mengalir pada input.
Dalam kenyataannya selalu P1 lebih besar dari P2. Hal ini disebabkan
adanya kerugian atau hilangnya tenaga dalam bentuk kebocoran fluks dan
dalam bentuk panas baik pada teras maupun pada kumparan. Kebocoran pada
teras (core losses) disebabkan oleh adanya hysterisis dan arus Edy. Kerugian
kumparan atau tembaga, disebabkan oleh adanya tahanan murni dari kawat
tembaga dan adanya skin efect, yaitu adanya kecenderungan arus hanya lewat
pada bagian tepi dari penampang kawat. Kerugian teras, kerugian tembaga
dan adanya kebocoran fluks merupakan kerugian total dari transformator.
E. HIPOTESIS
1. Jika jumlah lilitan lebih banyak, maka rugi terasnya (core losses) akan
semakin kecil.
2. Jika jumlah lilitan lebih banyak, maka efisiensinya akan semakin besar.
N1 N2
A1 A2
~ V1 V2 X
I. LANGKAH PERCOBAAN
1. Merangkai alat seperti gambar 2 rancangan percobaan transformator.
2. Menggunakan miliampere AC pada A1.
3. Mengukur tegangan dan kuat arus sesuai pembacaan A1, V1, A2, dan V2.
4. Mengatur tegangan input dengan memvariasi trafo regulator 6 kali
sehingga diperoleh nilai I1, I2, V1, dan V2 yang berbeda-beda
5. Mengamati dan mencatat hasil yang diperoleh pada tebel data.
J. ALUR
Kit
Transformator
K. TABEL
Percobaan Np Ns Vp Ip Pp Vs Is Ps Rt Μ
ke-
L. DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Riyadi. 2013. Belajar Transformator : Pengertian, Fungsi dan
Prinsip Kerja. (Online). (http://belajarlistrik.com/transformator/,
diakses pada 26 September 2018).
Tim. 2018. Panduan Praktikum Kelistrikan. Surabaya: Unipress.
Giancoli. 2001. Fisika Ed.5 Jilid 2. Jakarta : Penerbit Erlangga.