Anda di halaman 1dari 16

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari hari kita selalu mengalami interaksi, yakni interaksi
antar makhluk hidup dan dengan lingkungan sekitar. Suatu ekosistem dapat
terbentuk oleh adanya interaksi anatara makhluk hidup dan lingkungannya, baik
antara makhluk hidup dengan makhluk hidup lainnya serta antara makhluk hidup
dengan lingkungan abiotik (habitat). Jika dilihat dari aspek kebutuhannya,
sesungguhnya interaksi bagi makhluk hidup umumnya merupakan upaya
mendapatkan energi bagi kelangsungan hidupnya yang meliputi pertumbuhan,
pemeliharaan, reproduksi dan pergerakan.
Sumber energi primer bagi ekosisitem adalah cahaya matahari. Energi cahaya
matahari hanya dapat diserap oleh organisme tumbuhan hijau dan organisme
fotosintetik. Organisme yang memiliki kemampuan untuk mengikat energi dari
lingkungan disebut produsen.
Produksi bagi ekosistem merupakan proses pemasukan dan penyimpanan
energi dalam ekosistem. Pemasukan energi dalam ekosistem yang dimaksud
adalah pemindahan energi cahaya menjadi energi kimia oleh produsen.
Sedangkan penyimpanan energi yang dimaksudkan adalah penggunaan energi
oleh konsumen dan mikroorganisme. Laju produksi makluk hidup dalam
ekosistem disebut sebagai produktivitas. Dalam konsep produktivitas, faktor
satuan waktu sangat penting, karena sistem kehidupan adalah proses yang
berjalan secara berkesinambungan. Selain waktu, faktor ruang merupakan faktor
penting yang menentukan produktivitas suatu ekosistem. Untuk mengetahui
produktivitas primer suatu ekosistem perairan yang dapat menjamin kelangsungan
kehidupan organisme, meliputi pertumbuhan, pemeliharaan, dan reproduksi,
yakni dengan cara mengukur kadar DO (Dissolved Oxygen) yang terdapat pada
perairan tersebut.
2

B. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian dalam praktikum ini adalah :
1. Bagaimana kadar fotosintesis perairan di Danau Unesa ?
2. Bagaimana kadar respirasi perairan Danau Unesa ?
3. Bagaimana produktivitas primer perairan Danau Unesa ?
4. Bagaimana produktivitas total perairan Danau Unesa ?

C. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Mengidentifikasi kadar fotosintesis perairan di Danau Unesa.
2. Mengidentifikasi kadar respirasi perairan Danau Unesa.
3. Mengidentifikasi produktivitas primer perairan Danau Unesa.
4. Mengidentifikasi produktivitas total perairan Danau Unesa.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Produktivitas Primer
Produktivitas primer yang merupakan dasar dari suatu ekosistem atau
komunitas adalah laju pada masa energi pancaran disimpan oleh kegiatan
fotosintesis atau kemosintesis organisme-organisme produsen (terutama
3

tumbuhan-tumbuhan hijau) dalam bentuk senyawa organik yang dapat digunakan


sebagai bahan-bahan pangan.
Produktivitas primer suatu ekosistem sangat penting untuk diketahui karena
dengan itu, kita dapat mengetahui kadar oksigen terlarut suatu ekosistem,
mempelajari dan mengetahui rantai makanan (food chain), aliran karbo harian
dan musiman dalam ekosistem yang merupakan bentuk dasar piramida makanan
dan dapat digunakan juga untuk memperkirakan produksi maksimal pada tingkat
trofik yang lebih tinggi (Irwan, 2003).
Menurut Erwin (2011), beberapa produktivitas dapat diketahui secara
berurutan sesuai dengan peristiwa pembentukannya, yaitu :
1. Produktivitas primer kotor, yaitu laju total fotosintesis, termasuk bahan
organik yang habis digunakan dalam respirasi selama waktu pengukuran,
dikenai sebagai fotosintesis total atau asimilasi total.
2. Produktivitas primer bersih, yaitu penyimpanan bahan organik di dalam
jaringan-jaringan tumbuhan kelebihannya dari proses respirasi oleh
tumbuhan-tumbuhan selama jangka waktu pengukuran, dikenal sebagai
apparent fotosintesis atau asimilasi bersih.
3. Produktivitas komunitas bersih adalah laju penyimpanan bahan organik yang
tidak digunakan oleh heterotrof (yakni produktivitas bersih– penggunaan
heterotrof)
4. Produktivitas sekunder yaitu laju penyimpanan energi pada tingkat konsumen.

Menurut Romimohtarto (2005) produktivitas pada ekosistem dipengaruhi


oleh beberapa faktor antara lain :
1. Suhu
Suhu secara langsung ataupun tidak langsung berpengaruh pada produktivitas.
Secara langsung suhu berperan dalam mengontrol reaksi enzimatik dalam
proses fotosintetis, sehingga tingginya suhu dapat meningkatkan laju
maksimum fotosintesis. Sedangkan secara tidak langsung, misalnya suhu
4

berperan dalam membentuk stratifikasi kolom perairan yang akibatnya dapat


mempengaruhi distribusi vertikal fitoplankton.
2. Cahaya
Cahaya merupakan sumber energi utama bagi ekosistem. Cahaya memiliki
peran yang sangat vital dalam produktivitas primer, oleh karena hanya dengan
energi cahaya tumbuhan dan fitoplankton dapat menggerakkan mesin
fotosintesis dalam tubuhnya. Hal ini berarti bahwa wilayah yang menerima
lebih banyak dan lebih lama penyinaran cahaya matahari tahunan akan
memiliki kesempatan berfotosintesis yang lebih panjang sehingga mendukung
peningkatan produktivitas primer.
3. Air, curah hujan dan kelembaban
Produktivitas pada ekosistem terrestrial berkorelasi dengan ketersediaan air.
Air merupakan bahan dasar dalam proses fotosintesis, sehingga ketersediaan
air merupakan faktor pembatas terhadap aktivitas fotosintetik. Secara kimiwi
air berperan sebagai pelarut universal, keberadaan air memungkinkan
membawa serta nutrient yang dibutuhkan oleh tumbuhan.
4. Nutrien
Tumbuhan membutuhkan berbagai ragam nutrient anorganik, beberapa dalam
jumlah yang relatif besar dan yang lainnya dalam jumlah sedikit, akan tetapi
semuanya penting. Pada beberapa ekosistem terrestrial, nutrient organic
merupakan faktor pembatas yang penting bagi produktivitas. Produktivitas
dapat menurun bahkan berhenti jika suatu nutrient spesifik atau nutrient
tunggal tidak lagi terdapat dalam jumlah yang mencukupi.
Faktor lingkungan yang mempengaruhi tingkat produktivitas primer perairan
dalam ekosistem. Faktor lingkungan berpengaruh terhadap segala aktivitas yang
terjadi di lingkungan. Beberapa pengaruh yang menentukan kandungan klorofil
dan produktivitas primer adalah kedalaman, kecerahan, kecepatan arus, suhu,
salinitas, fosfat, dan nitrit. Fitoplankton yang hidup dalam perairan merupakan
penyokong produktivitas primer. Pengukuran tingkat produktivitas primer suatu
5

perairan alami harus berdasarkan besarnya aktivitas fotosintesis oleh bakteri dan
alga.
Dalam proses fotosintesis ini diperlukan zat hijau daun yang disebut klorofil.
Proses ini menggunakan dua macam bahan, yaitu air dan karbondioksida. Setelah
langkah pertama, yaitu mengubah energi cahaya menjadi energi kimia selesai,
energi kimia dapat dipindah - pindahkan ke dalam berbagai bahan kimia.
Berbagai macam organisme dapat menyempurnakan pemindahan ini. Tetapi
hanya produsen yang dapat mengerjakan langkah pertama tadi (Soemarwoto et
al.,1980).
Sinar matahari berperan penting dalam proses fotosintesis. Apa saja yang
mempengaruhi sinar matahari akan mempengaruhi proses fotosintesis. Di daerah
katulistiwa, di mana panjang siang dan malam hampir sama sepanjang tahun
maka faktor musim seperti yang terjadi di daerah sedang dan kutub tidak
berpengaruh. Tetapi perubahan siang dan malam sangat berpengaruh secara
berkala. Cuaca dapat mempengaruhi produktivitas primer melalui tutupan awan,
angin dan secara tidak langsung melalui suhu. Awan dapat mengurangi
penembusan cahaya ke permukaan laut dan mengurangi kecepatan proses
produktivitas primer (Romimohtarto & Juwana, 2001).
Untuk mengukur produktivitas primer digunakan metode botol terang-gelap.
Biasanya metode analisis oksigen yang digunakan adalah metoda Winkler.
Berdasarkan nilai - nilai kadar oksigen akhir dalam botol terang dan botol gelap
(setelah direndam dalam air untuk beberapa lama), dan nilai kadar oksigen awal
(yaitu kadar oksigen dalam kedua botol sebelum digantungkan dalam perairan),
laju fotosintesis dalam kedua botol dapat dihitung. Bagi botol terang nilai yang
diperoleh adalah fotosintesis bersih atau kelebihan fotosintesis terhadap respirasi.
Nilai yang diperoleh botol gelap adalah jumlah oksigen yang dikonsumsi oleh
respirasi. Fotosintesis kotor adalah nilai yang diperoleh dengan menambahkan
jumlah oksigen yang dikonsumsi untuk respirasi dengan fotosintesis bersih.
Sudah barang tentu baik nilai fotosintesis bersih maupun fotosintesis kotor akan
6

berbeda pada setiap kedalaman yang berbeda, karena nilai-nilai intensitas cahaya
matahari berubah menurut kedalaman, sedangkan fotosintesis dipengaruhi oleh
intensitas cahaya matahari (Nybakken, 1992). Produktivitas primer di lingkungan
perairan sering dilakukan dengan merendam botol bening dan botol gelap. Di sini
produktivitas diukur menurut kesetimbangan oksigen yang dihasilkan sebagai
akibat fotosintesis, Menurut Suin (2002).
B. Dissolved Oxygen
Oksigen terlarut (DO) merupakan faktor yang sangat penting bagi kehidupan
organisme dimana faktor ini selalu menjadi faktor pembatas utama dalam kolam
budidaya. Kelarutan oksigen dalam air digunakan sebagai respirasi organisme
dan dekomposisi bahan organik dalam perairan. Kelarutan oksigen diperoleh dari
difusi air dan hasil fotosintesis. Kadar oksigen yang sesuai dengan organisme
perairan adalah 5-8 ppm (Cholik, 1988). Perubahan DO menyebabkan perubahan
kondisi lingkungan sehingga mengubah pengaturan metabolisme tubuh secara
langsung, sehingga DO dimasukkan sebagai faktor langsung (Gerking, 1978).
Kandungan oksigen terlarut (DO) minimum adalah 2 ppm dalam keadaan
normal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun (toksik). Kandungan oksigen
terlarut minimum ini sudah cukup mendukung kehidupan organisme (Swingle,
1968). Idealnya, kandungan oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 1,7 ppm
selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70 %
(Huet, 1970). Berikut cara menghitung nilai DO sampel air dengan menggunakan
rumus:
8000.N .a
DO 
V 4
Keterangan:
DO : Dissolved Oxygen (mg/l)
N : Normalitas Na2S2O3 (0,025 N)
a : Volume titran (Na2S2O3) yang dibutuhkan (ml)
V : Volume sampel air dalam botol winkler
Dalam sampel air 1 botol Winkler dilakukan 2 kali pengulangan pengukuran
DO, kemudian hasil penghitungan DO sebanyak 2 kali pengulangan tersebut
dirata-rata, hasil rata-rata merupakan nilai DO sampel air dalam botol Winkler
7

tersebut. Sedangkan menghitung nilai fotosintesis, respirasi, produktivitas primer


dan produktivitas total dengan menggunakan rumus :
Fotosintesis = DO akhir botol terang - DO awal
Respirasi = DO akhir botol gelap - DO awal
Produktivitas primer = Fotosintesis – Respirasi
Produktivitas total = Fotosintesis + Respirasi
Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi
dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan
tersebut (Salmin, 2000). Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung sari
beberapa faktor, seperti kekeruhan air, suhu, pergerakan massa air dan udara
seperti arus, gelombang dan pasang surut. Odum (1971) menyatakan bahwa
kadar oksigen dalam air akan bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan
berkurang dengan semakin tingginya salinitas. Pada lapisan permukaan, kadar
oksigen akan lebih tinggi, karena adanya proses difusi antara air dengan udara
bebas serta adanya proses fotosintesis. Dengan bertambahnya kedalaman akan
terjadi penurunan kadar oksigen terlarut, karena proses fotosintesis semakin
berkurang dan kadar oksigen yang ada banyak digunakan untuk pernapasan dan
oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik.
Menurut Widyastuti (2004) bahwa adanya perbedaan suhu karena adanya
perbedaan tingkat intensitas cahaya matahari yang diserap oleh kolam perairan.
Penurunan suhu di dasar perairan disebabkan oleh berkurangnya intensitas
cahaya matahari. Perbedaan besarnya suhu tidak mendapatkan adanya stratifikasi
suhu yang tajam, hal ini wajar dikarenakan intensitas cahaya yang relatif sama
sepanjang tahun pada perairan tropis. Pengamatan besarnya oksigen yang terlarut
(DO) dapat dijadikan dalam penghitungan tingkat fotosintesisnya (Effendi,
2003). Nilai fotosintesis dapat memberikan gambaran seberapa besar sumbangan
oksigen yang diberikan organisme terhadap suatu perairan. Penambahan oksigen
terlarut melalui proses difusi langsung dari udara ke permukaan perairan yang
kemudian merambat pada lapisan yang cukup dalam. Proses fotosintesis hanya
terjadi di lapisa permukaan atau lapisan yang masih terjangkau oleh intensitas
8

cahaya matahari (zona eufotik). Adapun Intensitas cahaya yang terlampau kuat
akan menyebabkan laju fotosintesis terhambat. (Widyastuti, 2004)
C. Ekosistem Danau
Danau merupakan salah satu bentuk ekosistem air tawar yang ada di
permukaan bumi. Secara umum, danau merupakan perairan umum daratan
yang memiliki fungsi penting bagi pembangunan dan kehidupan manusia.
Danau memiliki tiga fungsi utama, yaitu fungsi ekologi, budidaya dan sosial
ekonomi. Dilihat dari aspek ekologi, danau merupakan tempat
berlangsungnya siklus ekologis dari komponen air dan kehidupan akuatik di
dalamnya. Keberadaan danau akan mempengaruhi keseimbangan ekosistem di
sekitarnya, sebaliknya kondisi danau juga dipengaruhi oleh ekosistem di
sekitarnya (Wulandari, 2013).
Ekosistem danau dapat dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu Benthal
merupakan zona substrat dasar yang dibagi menjadi zona litoral dan zona
profundal. Litoral merupakan bagian dari zona benthal yang masih dapat
ditembus oleh cahaya matahari, sedangkan zona profundal merupakan bagian
dari zona benthal di bagian perairan yang dalam dan tidak dapat ditembus lagi
oleh cahaya matahari. Zona perairan bebas sampai ke wilayah tepi merupakan
habitat nekton dan plankton yang disebut zona pelagial. Selanjutnya dikenal zona
pleustal, yaitu zona pada permukaan perairan yang merupakan habitat bagi
kelompok neuston dan pleuston. Berdasarkan pada daya tembus cahaya matahari
kedalam lapisan air, dapat dibedakan menjadi beberapa antara lain zona fotik
(photic zone) di bagian atas, yaitu zona yang dapat ditembus cahaya matahari dan
zona afotik (aphotic zone) di bagian bawah, yaitu zona yang tidak dapat ditembus
oleh cahaya matahari (Barus, 2004).
9

Gambar 2.1 Danau Unesa Ketintang


Sumber : Googleimage.com
Salah satu danau yang dapat digunakan untuk pengukuran Dissolved Oxygen
adalah Danau Unesa. Danau unesa juga digunakan sebagai tempat penampungan
air yang merupakan fungsi dari danau seperti pada umumnya, serta digunakan
sebagai pembuangan air dari gedung – gedung kuliah dan juga beberapa air yang
mengandung limbah dari hasil kegiatan mahasiswa. Limbah tersebut secara tidak
langsung dapat mempengaruhi PH dan beberapa kandungan yang terdapat di
danau tersebut seperti Dissolved Oxygen (DO) dan prokdutifitas primer
(Ramadhania, 2017)
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam percobaan ini adalah :
1. Alat yang digunakan yakni :
a. Botol winkler gelap 2 buah
b. Botol winkler terang 2 buah
c. Botol Uc 2 buah
d. Tali rafia 1 meter
e. Erlenmeyer 250 mL 2 buah
f. Pipet tetes 2 buah
g. Spet 4 buah
2. Bahan yang digunakan yakni :
a. Larutan MnSO4 1 ml
b. Larutan KOH-KI 1 ml
c. Larutan H2SO4 pekat 1 ml
10

d. Larutan Amilum 1% 10 tetes


e. Larutan Na2S2O3 1 ml
f. Sampel air danau 140 ml

B. Rancangan Penelitian

Gambar 2.1 Rancangan Percobaan


Produktivitas Primer
C. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dari praktikum ini adalah :
1. Mengambil sampel air dengan menggunakan botol winkler gelap dan terang
sekitar permukaan air (1 pasang botol). Tutuplah masing-masing botol
sewaktu di dalam air.
2. Mengikat satu botol gelap dan satu botol terang dengan tali rafia pada
kedalaman permukaan dan satu pasang botol pada sekitar bagian dasar air
diikatkan tali rafia pada bagian atas yang digantungkan pada pohon dekat air
sehingga kedua pasang botol yang diikat rafia dapat masuk ke badan air sesuai
dengan kedalaman tertentu.
3. Memeriksa kadar oksigen dari botol terang dan botol gelap sesuai dengan
kedalaman sebelum perlakuan.
11

4. Membuka botol Winkler, air hasil tampungan diberi MnSO4 sebanyak 2 ml


dengan menggunakan pipet ukur dengan ujung pipet di bawah permukaan air,
sehingga tidak menimbulkan gelembung.Menambahkan 1 ml KOH-KI dengan
cara yang sama
5. Menutup botol Winkler kembali dengan membolak-balikkan selama 5 menit
6. Membiarkan selama 10 menit agar terjadi pengikatan oksigen terlarut dengan
sempurna dengan ditandai timbulnya endapan di dasar botol.
7. Mengambil dan membuang 2 ml larutan di permukaan atas botol tanpa
menyertakan endapan kemudian menambahkan 1 ml H2SO4 pekat dengan
pipet ukur.
8. Menutup botol dan dibolak-balikan sehingga endapan larut dan larutan
menjadi warna kuning kecoklatan.
9. Mengambil 100 ml larutan dalam botol tersebut kemudian memasukkannya
Sampel air
dalam Erlenmeyer, larutan siap untuk dititrasi dengan Na2S2O3.
10. Larutan dalam ErlenmeyerDiambil
dititrasi dengan
sampel Na
air 2Sdengan
2O3 hingga berwarna kuning
menggunakan
muda. Mengukur Na2S2O3 yang digunakan
botol winkler gelap dan terang
11. Menambahkan amilum 1 % sebanyak 10 tetes ke dalam Erlenmeyer hingga
larutan menjadi biru muda. Ditutup masing masing botol sewaktu di
12. Larutan ditirasi lagi menggunakan Na2S2O3 hingga warna biru tepat hilang.
dalam air
Mengukur Na2S2O3 yang digunakan, Na2S2O3 yang digunakan pada langkah h-
j dijumlahkan. Diikat satu botol gelap dan satu botol
13. Menghitung nilai DO sampelterang
air dengan menggunakan
dengan tali rafia rumus
14. Dalam sampel air 1 botol Winkler dilakukan 2 kali pengulangan pengukuran
DO, kemudian hasil penghitungan DO sepasang
Diletakkan sebanyak botol
2 kali winkler
pengulangan
gelaptersebut
dirata-rata, hasil rata-rata merupakan nilai
dan terang DO sampel air
di permukaan air dan
dalam botol Winkler
sepasang
tersebut. di dasar air
15. Menghitung nilai fotosintesis, respirasi, produktivitas primer dan
Digantungkanrumus.
produktivitas total dengan menggunakan pada pohon dekat air hingga
masuk ke badan air sesuai kedalaman
Air hasil tampungan

D. Alur Penelitian
1. Pengambilan sampel air dan peletakan botol sampel serta pemeriksaan DO
Diperiksa kadar oksigen dari botol
terang dan gelap sesuai
kedalaman

Hasil
12

Air hasil
tampungan

Diberi MnSO4 sebanyak 1 ml dengan menggunakan pipet dibawah

permukaan air

Ditambahkan 1 ml KOH-KI dengan cara yang sama

Ditutup dan dibolak balik selama 5 menit

Dibiarkan selama 10 menit sampai ada endapan


2. Pengukuran kandungan oksigen dengan metode Winkler
Dibuang 2 ml larutan diatas permukaan tanpa menyertakan endapan

Ditambahkan 1 ml H2SO4 pekat

Ditutup botol dan dibolak balikkan sampai warna kuning kecoklatan

Diambil 100 ml larutan dalam botol

Dimasukkan kedalam Erlenmeyer

Dititrasi dengan Na2S2O3 hingga berwarna kuning muda

Ditambah amilum 1 % sebanyak 10 tetes ke dalam Erlenmeyer hingga


biru muda

Dititrasi lagi dengan menggunakan Na2S2O3 hingga warna biru tepat

hilang

Diukur dan dijumlahkan lagi Na2S2O3 yang digunakan


Hasil
Dilakukan 2 kali pengulangan pengukuran DO dan di rata rata nilainya
13
Dihitung nilai fotosintesis , respirasi, produktivitas primer dan
produktivitas total

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Tabel 1 Pengamatan Produktivitas Primer Air Danau Unesa
Parameter Permukaan (ppm) Dasar (ppm)
DO Awal 8,33 8,75
DO Akhir Terang 7,22 5,90
DO Akhir Gelap 9,58 8,92
Fotosintesis -1,11 -2,85
Respirasi 1,25 0,17
Produktivitas Primer -2,36 -3,02
Produktivitas Total 0,14 -2,68

B. Pembahasan
Berdasarkan data hasil pengamatan pada air danau unesa, diperoleh Dissolved
Oxygen (DO) awal pada permukaan dan dasar danau sebesar 8,33 ppm dan 8,75
ppm. Kemudian pada nilai DO akhir terang dan DO akhir gelap, nilainya lebih
besar pada bagian permukaan daripada bagian dasar yakni berturut turut 7,22
ppm; 5,90 ppm; 9,58 ppm; dan 5,90 ppm. Hal ini membuktikan telah sesuai teori.
Namun, pada nilai DO awal tersebut seharusnya nilai DO awal pada permukaan
danau lebih besar dari pada nilai DO awal pada dasar danau. Selain itu, juga nilai
DO awal seharusnya lebih kecil nilainya daripada nilai DO akhir. Menurut Odum
(1970) Pada lapisan permukaan air, kadar oksigen akan lebih tinggi, karena
adanya proses difusi antara air dengan udara bebas serta adanya proses
fotosintesis. Dengan bertambahnya kedalaman akan terjadi penurunan kadar
14

oksigen terlarut, karena proses fotosintesis semakin berkurang karena digunakan


untuk pernapasan dan oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik. Hal ini
membuktikan bahwa nilai DO awal tersebut tidak sesuai dengan teori, namun
nilai DO awal yang didapatkan tidak jauh berbeda. Hal tersebut dapat terjadi
karena dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti menurut Barus (2004) pada
Ekosistem danau dapat dibedakan menjadi beberapa bagian yakni berdasarkan
pada daya tembus cahaya matahari kedalam lapisan air, yakni diantaranya zona
fotik, yaitu zona yang dapat ditembus cahaya matahari dan zona afotik yaitu zona
yang tidak dapat ditembus oleh cahaya matahari. Selain itu menurut Widyastuti
(2004) kadar oksigen dapat dipengaruhi karena adanya perbedaan suhu karena
adanya perbedaan tingkat intensitas cahaya matahari yang diserap oleh kolam
perairan. Perbedaan besarnya suhu tersebut tidak mendapatkan adanya stratifikasi
suhu yang tajam, hal ini wajar dikarenakan intensitas cahaya yang relatif sama
sepanjang tahun pada perairan tropis. Selain itu juga dipengaruhi faktor lain
seperti Adanya Intensitas cahaya yang terlampau kuat akan menyebabkan laju
fotosintesis terhambat Widyastuti (2004). Berdasarkan teori tersebut, pada
perendaman botol dan pengambilan sampel jam 6 pagi, fotosintesis berlangsung
pada suhu tidak terlampau tinggi sehingga fotosintesis berjalan maksimal.
Sedangkan pada siang hari, intensitas cahaya terlampau kuat, akibatnya laju
fotosintesis terhambat sehingga diperoleh kadar oksigen yang lebih rendah
daripada kadar respirasi sehingga diperoleh nilai fotosintesis dan respirasi pada
permukaan serta dasar danau berturut turut sebesar -1,11 ppm; -2,85 ppm; 1,25
ppm dan 0,17 ppm.
Nilai Produktivitas primer dan Produktivitas
15

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
Barus, T. A. 2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Sungai & Danau.
Medan: USU-Press.
Cholik, F. 1988. Pengaruh Mutu Air terhadap Produksi Udang Tambak. Seminar Satu
Hari. Jakarta.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.
Erwin. 2011. Produktivitas Perairan. Jakarta : Penerbit Erlangga
Gerking, S.D. 1978. Ecology of Freshwater Fish Production. Yogyakarta: Kanisius
Huet, H.B.N. 1970. Water Quality Criteria for Fish Life Bioiogical Problems in
Water Pollution. PHS. Publ. No. 999-WP-25.160-167 pp.
Irwan, Djamal. 2003. Prinsip Prinsip Ekologi dan Organisasi Sistem Komunitas dan
Lingkungan. Jakarta : Sinar Grafika
16

Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Penerjemah: H.


Muhammad Eidman. Jakarta: PT. Gramedia
Odum, E.D. 1971. Fundamentaly of Ecology 3th ed. W.B Sounders Company.
Philadelphia.
Ramadhania, dkk. 2017. Produktivitas Primer. Surabaya: Unesa Press
Romimohtarto, K. & Juwana, S. 2001. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan Tentang Biota
Laut. Jakarta: Penerbit Djambatan.
Romimohtarto, Kasijan. 2005 Biologi Laut. Jakarta : Djambatan
Salmin. 2000. Kadar Oksigen Terlarut diPerairan Sungai Dadap, Goba, Muara
Karang dan Teluk Banten. Dalam : Foraminifera Sebagai Bioindikator
Pencemaran, Hasil Studi di Perairan Estuarin Sungai Dadap, Tangerang (Djoko
P. Praseno, Ricky Rositasari dan S. Hadi Riyono, eds.) P3O - LIPI hal 42 - 46
Soemarwoto, I., Gandjar I., Guhardja E., Nasoetion A. H., Soemartono S. S.,
Somadikarta L. K. 1980. Biologi Umum 1.Jakarta: Penerbit PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Suin, N. M. 2002. Metoda Ekologi. Universitas Andalas: Padang.
Swingle, H.S. 1968. Standardization of Chemical Analysis for Water and Pond Muds.
F.A.O. Fish, Rep. 44, 4 , 379 - 406 pp.
Tim Penyusun. 2019. Panduan Praktikum Ekologi. Surabaya. Pendidikan Sains
Unesa
Widiyastuti, Emei. 2004. Ketersediaan Oksigen Terlarut selama 24 Jam secara
Vertikal pada Lokasi Perikanan Keramba Jaring Apung di Waduk Ir. H. Juanda,
Purwakarta. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Wulandari, Natalia. 2013. “Kajian Nilai Ekonomis Dan Persepsi Masyarakat
Terhadap Pemanfaatan Eceng Gondok Di Desa Rowoboni Kabupaten
Semarang Tahun 2013”. Yogyakarta: Program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

LAMPIRAN
Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai