RE
Penyusun :
PEND.IPA A 2012
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Percobaan
D. Hipotesis
1. Jika gelombang bertemu dengan bidang batas antara dua medium makan
gelombang tersebut akan dipantulkan.
2. Jika gelombang melewati bidang batas dua medium yang memilik indeks
bias yang berbeda maka gelombang akan mengalami pembelokan arah.
3. Jika dua buah gelombang bertemu di suatu tempat yang sama maka akan
menghasilkan suatu pola teratur terang gelap, gelombang yang
amplitudonya saling menguatkan atau amplitudonya saling melemahkan.
4. Jika suatu gelombang melalui sebuah celah maka akan merambat dan
membentuk sebuah gelombang seperti gelombang baru.
BAB II
KAJIAN TEORI
Interferensi desstruktif
Sumber :
http://4.bp.blogspot.com/8A1oycZhYY/UWLF
XT57CeI/AAAAAAAAQ5s/YC9NhULF7k/s3
20/interferensi-gelombang-air-842013.jpg
Pembiasan
“bila gelombang datang dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat maka
gelombang akan dibiaskan mendekati garis normal, dan sebaliknya”
Sumber :
http://4.bp.blogspot.com/_Xl7NlNfEKY/TAe6Yij0saI/
AAAAAAAAAMM/RdlnyYj_ew/s1600/Snellius.bmp
θ (radian) = λ / L
L = lebar penghalang
λ = panjang
gelombang
Sumber : http://ts3.mm.bing.net/th?
id=JN.ZUpTI0q7pn2KYiI
%2fmo9CrQ&pid=15.1&=198&W=16
0&P=0
BAB III
METODE PERCOBAAN
B. Rancangan Percobaan
Sumber : http://prpm.dbp.gov.my/Search.aspx?k=riak
Pembiasan
Interferensi
Difraksi
E. Langkah Percobaan
1. Pemantulan
a. Menyiapkan alat yang akan digunakan
b. Meletakkan bandul pada celah dengan 3 jarak berbeda
c. Menyalakan lampu penerang.
d. Menyalakan vibrator dan meletakkan pencelup sampai menyentuh
permukaan air.
e. Mengamati muka gelombang yang terbentuk.
f. Mematikan lampu penerang dan mematikan motor
2. Pembiasan
a. Menyiapkan alat dan bahan
b. Meletakkan sepotong balok kaca (balok pembias) di bawah permukaan
air di dalam tangki. Salah satu sisi balok diatur sejajar dengan
pembangkit riak datar. Keberadaan balok ini menyebabkan sebagian
kedalaman (ketebalan) air berkurang. Air di atas balok menjadi
dangkal.
c. Membangkitkan gelombang datar pada permukaan air. Gelombang
mula-mula melewati air yang dalam kemudian air yang dangkal.
d. Mengamati gelombang yang terjadi, terutama ada atau tidaknya
perubahan panjang gelombang.
e. Membuat sketsa muka gelombang yang terjadi
f. Mengubah tinggi balok pembias sehingga kedalaman berbeda
g. Mengamati gelombang yang terjadi, terutama arah dan panjang
gelombang-gelombang di tempat yang dalam (panjang gelombang dan
arah rambatan)
h. Membuat sketsa muka gelombang yang terjadi di kedua kedalaman air
dan arah rambatan gelombang datang dan gelombang pantul.
3. Interferensi
a. Memasang sumber getar (bandul) ganda. Kedua bandul itu dipasang
dengan jarak berbeda sebanyak 3 kali. Dengan cara ini getaran kedua
bandul ada dalam keadaan frekuensi sama.
b. Mengamati interferensi antara kedua gelombang itu.
c. Membuat sketsa muka gelombang yang terbentuk.
4. Difraksi
a. Menghalangi perambatan gelombang datar menggunakan penghalang
lurus
b. Mengamati dengan teliti yang terjadi pada muka-muka gelombang
setelah melewati celah sempit. Lalu membuat sketsa muka gelombang
setelah melewati penghalang
c. Gelombang datar melalui celah yang agak lebar
d. Mengamati dengan teliti yang terjadi pada muka-muka gelombang
setelah gelombang melewati celah lebar. Lalu membuat sketsa muka
gelombang setelah melewati celah lebar
e. Memperkecil celah menjadi lebih sempit daripada celah lebar
f. Mengamati muka gelombang melewati celah sempit. Lalu membuat
sketsa muka gelombang setelah melewati celah sempit
BAB IV
A. Data
Sifat Percobaan
No. Gambar Muka Gelombang
Gelombang ke
1. Pemantulan 1
4. Difraksi 2
B. Analisis
Pada percobaan mengenai eksplorasi sifat-sifat gelombang pada
bidang terdiri dari pemantulan, interferensi, pembiasan, dan difraksi. Pada
sifat gelombang pertama yaitu pemantulan yang dilakukan sebanyak 3 kali
pengamatan dengan manipulasi letak bandul yaitu bandul yang berjarak 15
cm, 10 cm, dan 5 cm dari sumber gelombang. Pada letak bandul pertama yaitu
15 cm dari sumber gelombang diperoleh data bahwa muka gelombang yang
terbentuk memiliki jarak yang jauh dari sumber gelombang dengan muka
gelombang yang hampir lurus dan arah rambatannya ke segala arah. Pada
letak bandul kedua yaitu 10 cm dari sumber gelombang diperoleh data bahwa
muka gelombang yang terbentuk memiliki jarak yang sedikit jauh dari sumber
gelombang dengan muka gelombang yang sedikit lurus dan arah rambatannya
ke segala arah. Pada letak bandul ketiga yaitu 5 cm dari sumber gelombang
diperoleh data bahwa muka gelombang yang terbentuk memiliki jarak yang
dekat dari sumber gelombang dengan muka gelombang melingkar atau bulat
dan arah rambatannya ke segala arah.
Pada sifat gelombang kedua yaitu interferensi yang dilakukan
sebanyak 3 kali pengamatan dengan manipulasi letak bandul yaitu bandul
yang berjarak 5 cm, 10 cm, dan 15 cm dari sumber gelombang. Pada letak
bandul pertama yaitu 5 cm dari sumber gelombang diperoleh data bahwa
terjadi interferensi yang saling menguatkan. Pada letak bandul kedua yaitu 10
cm dari sumber gelombang diperoleh data bahwa terjadi interferensi yang
saling menguatkan. Pada letak bandul ketiga yaitu 15 cm dari sumber
gelombang diperoleh data bahwa terjadi interferensi yang saling melemahkan.
Pada sifat gelombang ketiga yaitu pembiasan yang dilakukan sebanyak
2 kali pengamatan dengan manipulasi tinggi air yaitu 0,4 cm dan 0,8 cm. Air
dengan tinggi 0,4 cm merupakan medium rapat dan 0,8 cm merupakan
medium renggang. Pada ketinggian air pertama yaitu 0,4 cm diperoleh data
bahwa muka gelombang yang terbentuk mengalami pembelokan pada saat
melewati medium air yang berbeda. Pada saat gelombang melewati bidang
batas antara medium yang lebih rapat dengan medium renggang, gelombang
akan dibiaskan mendekati garis normal. Pada ketinggian air kedua yaitu 0,8
cm diperoleh data bahwa muka gelombang yang terbentuk juga mengalami
pembelokan pada saat melewati medium air yang berbeda. Pada saat
gelombang melewati bidang batas antara medium yang lebih renggang dengan
medium rapat, gelombang akan dibiaskan menjauhi garis normal.
Pada sifat gelombang keempat yaitu difraksi yang dilakukan sebanyak
3 kali pengamatan dengan manipulasi lebar celah yaitu 1 cm, 3 cm, dan 5 cm.
Pada lebar celah pertama yaitu 1 cm diperoleh data bahwa muka gelombang
sebelum melewati celah sempit berbentuk gelombang lurus dan setelah
melewati celah sempit menjadi berbentuk gelombang lingkaran. Pada lebar
celah kedua yaitu 3 cm diperoleh data bahwa muka gelombang sebelum
melewati celah sempit berbentuk gelombang lurus dan setelah melewati celah
sempit menjadi berbentuk gelombang lingkaran namun tidak sesempurna
gelombang lingkaran yang dihasilkan oleh celah sempit sebesar 1cm. Pada
lebar celah ketiga yaitu 5 cm diperoleh data bahwa muka gelombang sebelum
melewati celah sempit berbentuk gelombang lurus dan setelah melewati celah
sempit tetap berbentuk gelombang lurus.
C. Diskusi
Pada sifat gelombang pertama yaitu pemantulan yang dilakukan
sebanyak 3 kali pengamatan dengan manipulasi letak bandul yaitu bandul
yang berjarak 15 cm, 10 cm, dan 5 cm dari sumber gelombang. Pada letak
bandul pertama yaitu 15 cm dari sumber gelombang diperoleh data bahwa
muka gelombang yang terbentuk memiliki jarak yang jauh dari sumber
gelombang dengan muka gelombang yang hampir lurus dan arah rambatannya
ke segala arah. Pada letak bandul kedua yaitu 10 cm dari sumber gelombang
diperoleh data bahwa muka gelombang yang terbentuk memiliki jarak yang
sedikit jauh dari sumber gelombang dengan muka gelombang yang sedikit
lurus dan arah rambatannya ke segala arah. Pada letak bandul ketiga yaitu 5
cm dari sumber gelombang diperoleh data bahwa muka gelombang yang
terbentuk memiliki jarak yang dekat dari sumber gelombang dengan muka
gelombang melingkar atau bulat dan arah rambatannya ke segala arah.
Perbedaaan muka gelombang yang terbentuk disebabkan karena jarak
dari sumber gelombang. Gelombang dua atau tiga dimensi seperti gelombang
air dan berhubungan dengan muka gelombang. Muka gelombang
dimaksudkan sebagai satu lebar penuh puncak gelombang. Muka gelombang
yang jauh dari sumber gelombang telah kehilangan hampir semua lengkungan
dan hampir lurus yang disebut sebagai gelombang bidang. Sedangkan muka
gelombang yang dekat dari sumber gelombaang berbentuk gelombang
melingkar. Garis yang ditarik dengan arah gerak yang tegak lurus terhadap
muka gelombang disebut sinar gelombang. Untuk pantulan gelombang bidang
dua atau tiga dimensi, sudut yang dibentuk oleh gelombang datang terhadap
permukaan pantulan sama dengan sudut yang dibentuk oleh gelombang
pantulan. Ini merupakan Hukum Snellius yang berbunyi gelombang datang,
gelombang pantul, dan garis normal berada pada satu bidang dan sudut datang
sama dengan sudut pantul.
Pada sifat gelombang kedua yaitu interferensi yang dilakukan
sebanyak 3 kali pengamatan dengan manipulasi letak bandul yaitu bandul
yang berjarak 5 cm, 10 cm, dan 15 cm dari sumber gelombang. Pada letak
bandul pertama yaitu 5 cm dari sumber gelombang diperoleh data bahwa
terjadi interferensi yang saling menguatkan. Pada letak bandul kedua yaitu 10
cm dari sumber gelombang diperoleh data bahwa terjadi interferensi yang
saling menguatkan. Pada letak bandul ketiga yaitu 15 cm dari sumber
gelombang diperoleh data bahwa terjadi interferensi yang saling melemahkan.
Hal ini disebabkan karena terjadinya interferensi gelombang yang
koheren yaitu peristiwa perpaduan dua gelombang yang memiliki frekuensi
dan selisih fase tetap. Peristiwa interferensi juga memunculkan warna terang
dan gelap pada gelombang. Terdapat dua macam interferensi yaitu interferensi
yang bersifat penguatan (konstruktif) dan interferensi yang bersifat pelemahan
(destruktif). Terjadi interferensi penguatan apabila gelombang yang berpadu
memiliki fase yang sama. Sedangkan terjadi interferensi pelemahan apabila
gelombang yang berpadu memiliki fase yang berlawanan.
Pada sifat gelombang ketiga yaitu pembiasan yang dilakukan sebanyak
2 kali pengamatan dengan manipulasi tinggi air yaitu 0,4 cm dan 0,8 cm. Air
dengan tinggi 0,4 cm merupakan medium rapat dan 0,8 cm merupakan
medium renggang. Pada ketinggian air pertama yaitu 0,4 cm diperoleh data
bahwa muka gelombang yang terbentuk mengalami pembelokan pada saat
melewati medium air yang berbeda. Pada saat gelombang melewati bidang
batas antara medium yang lebih rapat dengan medium renggang, gelombang
akan dibiaskan mendekati garis normal. Pada ketinggian air kedua yaitu 0,8
cm diperoleh data bahwa muka gelombang yang terbentuk juga mengalami
pembelokan pada saat melewati medium air yang berbeda. Pada saat
gelombang melewati bidangbatas antara medium yang lebih renggang dengan
medium rapat, gelombang akan dibiaskan menjauhi garis normal.
Kedua hal ini disebabkan karena ketika gelombang mengenai
perbatasan, sebagian energi dipantulkan dan sebagian diteruskan atau diserap.
Ketika gelombang dua atau tiga dimensi yang merambat pada satu medium
menyeberangi perbatasan ke medium yang kecepatannya berbeda, gelombang
yang ditransmisikan bisa merambat dengan arah yang berbeda dari gelombang
datang. Ketika kecepatan gelombang berubah sedikit demi sedikit tanpa
adanya perbatasan yang tajam, gelombang akan berubah arah (mengalami
pembiasan) sedikit demi sedikit.
Cepat rambat gelombang di medium yang rapat lebih besar daripada
cepat rambat gelombang di medium yang renggang (ν1 > ν2). Oleh karena
λ=ν/f, maka panjang gelombang di medium yang rapat juga lebih besar
daripada panjang gelombang di medium yang renggang (λ 1 > λ2). Jika
gelombang melewati medium yang lebih rapat daripada medium sebelumnya,
maka gelombang akan dibiaskan mendekati garis normal dengan sudut bias
lebih kecil dari sudut datang. Sedangkan jika gelombang melewati medium
yang lebih renggang daripada medium sebelumnya, maka gelombang akan
dibiaskan menjauhi garis normal dengan sudut bias lebih besar dari sudut
datang.
Pada sifat gelombang keempat yaitu difraksi yang dilakukan sebanyak
3 kali pengamatan dengan manipulasi lebar celah yaitu 1 cm, 3 cm, dan 5 cm.
Pada lebar celah pertama yaitu 1 cm diperoleh data bahwa muka gelombang
sebelum melewati celah sempit berbentuk gelombang lurus dan setelah
melewati celah sempit menjadi berbentuk gelombang lingkaran. Pada lebar
celah kedua yaitu 3 cm diperoleh data bahwa muka gelombang sebelum
melewati celah sempit berbentuk gelombang lurus dan setelah melewati celah
sempit menjadi berbentuk gelombang lingkaran namun tidak sesempurna
gelombang lingkaran yang dihasilkan oleh celah sempit sebesar 1cm. Pada
lebar celah ketiga yaitu 5 cm diperoleh data bahwa muka gelombang sebelum
melewati celah sempit berbentuk gelombang lurus dan setelah melewati celah
sempit tetap berbentuk gelombang lurus.
Hal ini disebabkan karena gelombang menyebar sewaktu merambat
dan ketika menemui penghalang, gelombang ini berbelok mengitarinya dan
memasuki daerah berikutnya. Gelombang dapat berbelok mengitari
penghalangnya dan dengan demikian membawa energi ke daerah di belakang
penghalang tersebut. Besarnya difraksi bergantung pada panjang gelombang
dan ukuran penghalang. Jika panjang gelombang lebih kecil dari ukuran
benda, maka akan ada daerah bayangan yang cukup besar.
Sehingga berdasarkan pengamatan di atas, diperoleh hasil bahwa
gelombang datang yang dihalang dengan celah yang lebar akan membentuk
gelombang lurus sama seperti bentuk gelombang sebelum melewati
penghalang. Sedangkan jika gelombang dihalangi penghalang bercelah sempit
maka gelombang yang melewati penghalang akan membentuk gelombang
lingkaran dengan celah sempit sebagai pusatnya. Dengan demikian dapat
diketahui bahwa gelombang memiliki sifat difraksi yaitu pembelokan
gelombang bila gelombang melewati celah sempit. Celah sempit adalah celah
yang memiliki lebar jauh lebih kecil dari panjang gelombang. Difraksi tidak
terjadi bila celah yang dilewati gelombang lebar. Sehingga celah sempit
berfungsi sebagai sumber baru gelombang. Celah dapat dianggap sebagai
sumber titik dan gelombang yang keluar dari celah berbentuk lingkaran
dengan celah sempit sebagai pusatnya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari percobaan sebagai berikut:
1. Pemantulan dipengaruhi oleh jarak muka gelombang dari sumber
gelombang. Muka gelombang yang jauh dari sumber gelombang telah
kehilangan hampir semua lengkungan dan hampir lurus yang disebut
sebagai gelombang bidang. Sedangkan muka gelombang yang dekat dari
sumber gelombaang berbentuk gelombang melingkar.
2. Interferensi menyebabkan terjadinya perpaduan gelombang yang saling
menguatkan (konstruktif) dan saling melemahkan (destruktif). Terjadi
interferensi konstruktif apabila gelombang yang berpadu memiliki fase
yang sama. Sedangkan terjadi interferensi destruktif apabila gelombang
yang berpadu memiliki fase yang berlawanan.
3. Pembiasan terjadi ketika gelombang dua atau tiga dimensi yang merambat
pada satu medium menyeberangi perbatasan ke medium yang
kecepatannya berbeda, gelombang yang ditransmisikan bisa merambat
dengan arah yang berbeda dari gelombang datang. Jika gelombang
melewati medium yang lebih rapat daripada medium sebelumnya, maka
gelombang akan dibiaskan mendekati garis normal dengan sudut bias lebih
kecil dari sudut datang. Sedangkan jika gelombang melewati medium yang
lebih renggang daripada medium sebelumnya, maka gelombang akan
dibiaskan menjauhi garis normal dengan sudut bias lebih besar dari sudut
datang.
4. Difraksi terjadi ketika gelombang melewati celah sempit yang berfungsi
sebagai sumber gelombang baru sehingga gelombang yang keluar dari
celah sempit berbentuk lingkaran dengan celah sempit sebagai pusatnya.
B. Saran
Dalam hal alat yang digunakan dalam percobaan agar lebih diperhatikan lagi
dimana alat dan bahan percobaan, salah satunya yaitu power supply dan alat
yang lain harus dalam keadaan efektif atau bisa digunakan dengan maksimal
ketika percobaan berlangsung, sehingga diperoleh hasil yang maksimal pula.
Dalam melakukan praktikum ini, juga dibutuhkan ketelitian dan ketepatan
dalam mengambil foto muka gelombang yang dihasilkan, agar struktur muka
gelombangnya tepat dan jelas.
DAFTAR PUSTAKA
Giancoli, D.C. 2004. Physics, Princiles with Application New Jersey: Prentice-
Hall.
http://www.scribd.com/doc/35171058/SIFAT-SIFAT-GELOMBANG#scribd,
diakses 12 Maret 2015 pukul 20.00 WIB)
https://suryatika.wordpress.com/gelombang/1-3-sifat-sifat-gelombang/, diakses 12
Maret 2015 pukul 20.07 WIB)
http://storage.jakstik.ac.id/students/paper/penulisan%20ilmiah/20498185/Bab
%202.pdf, diakses 12 Maret 2015 pukul 20.10 WIB)
http://www.scribd.com/doc/97279381/Sifat-sifat-Gelombang-Fisika#scribd,
diakses 12 Maret 2015 pukul 20.14 WIB)
http://www.slideshare.net/agneservindaginz/fisika-giro-sihombing, diakses 12
Maret 2015 pukul 20.32 WIB)