Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

GELOMBANG DAN OPTIK

Eksplorasi Sifat-sifat Gelombang pada


Bidang

RE

Penyusun :

Amanda Gita Prameswari (12030654002)


Indah Kurniati (12030654042)
Nurul Fatonah (12030654050)

PEND.IPA A 2012

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PRODI PEDIDIKAN IPA
2015
Abstrak

Berdasarkan pengamatan yang telah kami lakukan tentang eksplorasi sifat-


sifat gelombang pada bidang yang bertujuan untuk mendeskripsikan sifat-sifat
gelombang air (pemantulan, pembiasan, interferensi dan difraksi). Metode
percobaannya yaitu dengan menyiapkan alat yang akan digunakan (tangki riak),
untuk sifat pemantulan digunakan bandul yang diletakkan dalam 3 jarak berbeda,
bandul tersebut digetarkan dan mengamati muka gelombang yang terbentuk. Lalu
sifat pembiasan menggunakan 2 kedalaman air yang berbeda (dengan kaca yang
ditumpuk pada salah satu sisi) dan diamati muka gelombang saat melewati kaca
tersebut. Kemudian sifat interferensi menggunakan 2 bandul yang bergetar secara
bersamaan dan kedua bandul digunakan jarak berbeda. Sifat difraksi diselidiki
dengan menggunakan celah sempit (diameter dibuat berbeda). Adapun hasil dari
percobaan ini ialah pemantulan dengan jarak (15 cm, 10 cm, 5 cm) menghasilkan
muka gelombang yang berbeda. Muka gelombang yang jauh dari sumber
gelombang telah kehilangan hampir semua lengkungan dan hampir lurus
(gelombang bidang) dan muka gelombang yang dekat dari sumber gelombaang
berbentuk gelombang melingkar. Pembiasan pada kedalaman (0,4 cm dan 0,8 cm)
terjadi suatu pembelokan gelombang saat gelombang tersebut melewati medium
yang berbeda. Sedangkan interferensi pada jarak (5 cm, 10 cm, 15 cm) terjadi
perpaduan gelombang yang saling menguatkan dan melemahkan. Difraksi terjadi
pada diameter celah 1 cm dan 3 cm dimana gelombang lurus yang dihasilkan
sumber getar merambat melalui celah dan berubah menjadi gelombang melingkar.
Sedangkan pada celah 5 cm gelombang lurus yang dihasilkan sumber getar
merambat melalui celah tetap menjadi gelombang lurus. Dari data pengamatan
tersebut telah dibuktikan bahwa gelombang memiliki sifat yaitu pemantulan,
pembiasan, interferensi dan difraksi.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebuah gelombang akan terjadi jika ada sumber yang bergetar.


Sumber getar tersebut akan menghasilkan gelombang yang akan merambat
pada medium yang dilaluinya. Contoh gelombang diantaranya gelombang pada
tali, gelombang air dan gelombang laut. Gelombang yang terjadi di air dan laut
merupakan salah satu contoh gelombang pada bidang (2 dimensi). Bentuk
gelombang yang dihasilkan oleh permukaan air akan berupa lingkaran-
lingkaran. Mulai dari lingkaran kecil, kemudian lingkaran kecil tersebut
merambat menjauhi titik pusat lingkarannya membentuk lingkaran-lingkaran
yang lebih besar. Lingkaran ini terus mengalami osilasi ke bawah dan ke atas
membentuk suatu gelombang. Gelombang pada bidang memiliki beberapa
keistimewaan. Diantaranya memiliki sifat-sifat gelombang seperti pemantulan,
pembiasan, interferensi dan difraksi.

Jika suatu gelombang bertemu dengan bidang batas antara dua


medium maka akan di pantulkan sebagian atau seluruhnya. Pemantulan
gelombang biasanya terjadi ketika gelombang yang sedang berjalan dari satu
tempat ke tempat yang lain menabrak suatu penghalang. Sedangkan peristiwa
pembelokan arah perambatan suatu gelombang terjadi jika gelombang tersebut
melewati bidang batas dua medium yang memiliki indeks bias yang berbeda.
Indeks bias menyatakan kerapatan suatu medium. Misalnya cahaya merambat
dari udara ke air sehingga arah perambatannya akan mengalami pembelokan.
Apaun jika dua buah gelombang yang bertemu di tempat yang sama dan dalam
waktu yang sama akan menghasilkan gelombang yang saling menguatkan dan
saling melemahkan. Gelombang ini akan membentuk suatu pola terang dan
gelap. Ketika suatu gelombang melewati sebuah celah, gelombang tersebut
akan merambat melalui celah dan membentuk suatu gelombang seperti
gelombang baru. Untuk membuktikan adanya sifat-sifat gelombang diatas,
maka kami melakukan percobaan tentang eksplorasi sifat-sifat gelombang pada
bidang.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari latar belakang di atas ialah sebagai


berikut.

1. Bagaimana sifat-sifat gelombang air (pemantulan, pembiasan, interferensi


dan difraksi)?

C. Tujuan Percobaan

Tujuan percobaan dari rumusan masalah di atas adalah sebagai


berikut.

1. Mendeskripsikan sifat-sifat gelombang air (pemantulan, pembiasan,


interferensi dan difraksi)?

D. Hipotesis

Hipotesis dari percobaan sifat-sifat gelombang pada bidang


diantaranya sebagai berikut.

1. Jika gelombang bertemu dengan bidang batas antara dua medium makan
gelombang tersebut akan dipantulkan.
2. Jika gelombang melewati bidang batas dua medium yang memilik indeks
bias yang berbeda maka gelombang akan mengalami pembelokan arah.
3. Jika dua buah gelombang bertemu di suatu tempat yang sama maka akan
menghasilkan suatu pola teratur terang gelap, gelombang yang
amplitudonya saling menguatkan atau amplitudonya saling melemahkan.
4. Jika suatu gelombang melalui sebuah celah maka akan merambat dan
membentuk sebuah gelombang seperti gelombang baru.

BAB II
KAJIAN TEORI

Gelombang adalah gejala dari perambatan usikan (gangguan) di dalam


suatu medium. Rambatan dari usikan (gangguan) itu merupakan rambatan energi.
Gelombang pada permukaan air merupakan contoh gelombang bidang (2
dimensi). Gelombang dua dimensi seperti gelombang air berhubungan dengan
muka gelombang. Gelombang pada permukaan air memiliki sifat-sifat, yaitu dapat
dipantulkan, dibiaskan, berinterferensi, dan mengalami difraksi.

Pemantulan Gelombang (Refleksi)

Ketika permukaan air diberi sumber gelombang maka akan terbentuk


muka gelombang berbentuk seperti lengkungan seperti pada gambar 2.1.(a). Garis
yang ditarik dengan arah gerak, tegak lurus dengan muka gelombang sesuai arah
rambatan disebut sinar, sebagaimana ditunjukkan pada gambar 2.1.(a). Perhatikan
gambar 2.1.(b) bahwa muka gelombang yang jauh dari sumber telah kehilangan
hampir semua lengkungan dan hampir lurus, sehingga disebut gelombang bidang.

Gbr. 2.1. (a). Gelombang melingkar di


dekat sumber (b). Jauh dari sumber,Gbr. 2.2. Hukum pantulan
muka gelombang hamper lurus.
Sumber :
Sumber : http://ts3.mm.bing.net/th?
http://3.bp.blogspot.com/7f7TyVv4DgA/
id=JN.RbyJEK
UQYV0kc_8bI/AAAAAAAAACk/h1N0
%2b3DdmtJ5ypWkDwyA&pid=15.1
noQjt0/s1600/1-pemantulan-cahaya.jpg
H=113&W=160&P=0
Pemantulan gelombang (Refleksi) terjadi ketika sebuah gelombang
merambat yang menabrak sebuah penghalang, atau sampai di ujung medium yang
dirambatinya, paling tidak sebagian dari gelombang tersebut terpantul.
Gelombang dating, garis normal, dan gelombang pantul terletak pada satu bidang
datar. Untuk pantulan gelombang bidang dua dimensi seperti ditunjukkan pada
gambar 2.2 sudut yang dibuat gelombang datang dengan permukaan pantulan
sama dengan sudut yang dibuat oleh gelombang pantulan. Ini merupakan hukum
pantulan “sudut pantulan sama dengan sudut datang”. “Sudut datang”
didefinisikan sebagai sudut yang dibuat sinar datang terhadap garis yang tegak
lurus terhadap permukaan pantulan (atau yang dibuat muka gelombang dengan
tangen permukaan), dan “sudut pantulan” adalah sudut yang sama tetapi untuk
gelombang pantulan. Pemantulan gelombang dapat terlihat pada dinding kolam,
bila pada permukaan air kolam yang tenang diberikan usikan atau gangguan maka
pada permukaan air akan timbul gelombang berbentuk lingkaran yang
mengembang. Bila gelombang sampai pada dinding kolam akan timbul pula
gelombang pantul, tetapi arah mengembang berlawanan arah dengan gelombang
datang.

Interferensi (penggabungan dua gelombang)

Adanya dua benda yang saling bertemu akan mengakibatkan terjadinya


tumbukan, benda yang satu akan terpental dari benda yang lain. Tumbukan seperti
itu tidak pernah terjadi pada gelombang, dua gelombang yang bertemu akan lewat
begitu saja seakan-akan merambar sendiri-sendiri tanpa halangan. Contoh, ketika
dua batu dilemparkan ke kolam secara bersamaan, kedua set gelombang lingkaran
saling berinterferensi seperti pada gambar 2.3. pada beberapa bagian mereka
bertemu, puncak dari satu gelombang berulang-ulang bertemu dengan puncak dari
gelombang yang lain (dan lembah bertemu lembah); ini merupakan interferensi
konstruktif. Sedangkan di tempat lain, dimana puncak satu gelombang bertemu
dengan lembah gelombang yang lainnya, dan sebaliknya; ini merupakan
interferensi destruktif.
Interferensi konstruktif

Interferensi desstruktif

Gbr. 2.3. Interferensi gelombang air

Sumber :
http://4.bp.blogspot.com/8A1oycZhYY/UWLF
XT57CeI/AAAAAAAAQ5s/YC9NhULF7k/s3
20/interferensi-gelombang-air-842013.jpg

Pembiasan

Ketika gelombang mengenai perbatasan, sebagian energi ada yang


dipantulkan, dan sebagian diteruskan atau diserap. Ketika gelombang dua dimensi
merambat pada suatu medium menyeberangi perbatasan ke medium dimana
kecepatannya berbeda, gelombang yang ditransmisikan bisa merambat dengan
arah yang berbeda dari gelombang datang, sebagaimana ditunjukkan pada gambar
2.4. fenomena ini disebut pembiasan. Hukum Snellius menyebutkan,

“bila gelombang datang dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat maka
gelombang akan dibiaskan mendekati garis normal, dan sebaliknya”

Jadi, dalam pembiasan gelombang besar kecepatan gelombang akan berubah,


demikian juga panjang gelombangnya akan berubah, namun frekuensi
gelombangnya tetap. (Kamajaya, 1990, h: 218).
Gbr.2.4 Pembiasan gelombang melewati perbatasan.

Sumber :
http://4.bp.blogspot.com/_Xl7NlNfEKY/TAe6Yij0saI/
AAAAAAAAAMM/RdlnyYj_ew/s1600/Snellius.bmp

Salah satu contoh adalah gelombang air, apabila terjadi perubahan


kecepatan gelombang baik bertambah (pada air dalam) seperti gambar 2.4 ataupun
berkurang (pada air dangkal) maka gelombang mengalami pembiasaan. Ketika
kecepatan gelombang berubah sedikit demi sedikit, tanpa adanya perbatasan yang
tajam, gelombang juga akan berubah arah (mengalami pembiasaan) sedikit demi
sedikit. Dalam hal ini, gelombang air akan mengalami pembiasan ketika
terjadinya perbedaan kecepatan, dan dapat dirumuskan, yaitu :

Sin θ1 = l1/ a = v1t/a , dan

Sin θ2 = l2/ a = v2t/a

Dengan membagi kedua persamaan di atas, di dapatkan bahwa :

Sin θ2 / Sin θ1 = v2 / v1 (2-1)

Berdasarkan persamaan (2-1) di atas, dapat diambil suatu pernyataan


bahwa kecepatan gelombang akibat kedalaman air mempengaruhi sudut
pembiasan dan jika kecepatan bertambah maka sudut bertambah, dan sebaliknya.
Difraksi

Gelombang-gelombang menyebar sewaktu merambat dan ketika menemui


penghalang, gelombang ini berbelok mengitarinya dan memasuki daerah
berikutnya seperti pada gambar 2.5 untuk gelombang air. Fenomena ini disebut
difraksi. Bila suatu gelombang melewati suatu penghalang yang mempunyai celah
sempit, maka menurut Huygens, titik-titik pada celah yang sempit itu akan
menjadi sumber gelombang baru dan meneruskan gelombang tersebut ke segala
arah. Jadi, muka gelombang yang melewati celah sempit akan mengalami lenturan
yang disebut dengan difraksi. (Kamajaya, 1990, h: 220).

Adapun persamaan difraksi, yaitu :

θ (radian) = λ / L

Keterangan : θ (radian) = penyebaran


sudut gelombang di belakang celah

L = lebar penghalang

λ = panjang
gelombang

Berdasarkan persamaan di atas


bahwa besarnya difraksi atau sudut
gelombang yang dihasilkan di belakang
celah tergantung pada panjang gelombang
dan ukuran penghalang.
Gbr 2.5 Difraksi gelombang

Sumber : http://ts3.mm.bing.net/th?
id=JN.ZUpTI0q7pn2KYiI
%2fmo9CrQ&pid=15.1&=198&W=16
0&P=0
BAB III
METODE PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan


1. Tangki riak 1 buah
2. Power supply 2 buah
3. Kertas manila putih 1 buah
4. Air 1 liter
5. Kamera digital 1 buah
6. Karet gelang 2 buah
7. Penggaris 1 buah
8. Kaca 4 buah

B. Rancangan Percobaan

Sumber : http://prpm.dbp.gov.my/Search.aspx?k=riak

C. Variabel yang Digunakan


Pemantulan

Variabel kontrol : Frekuensi getar vibrator

Variabel manipulasi : Letak bandul


Variabel respon : Muka gelombang yang terbentuk.

Pembiasan

Variabel control : Frekuensi getar vibrator

Variabel manipulasi : Ketinggian kaca

Variabel respon : Muka gelombang yang terbentuk.

Interferensi

Variabel control : Frekuensi getar vibrator

Variabel manipulasi : Letak bandul

Variabel respon : Muka gelombang yang terbentuk.

Difraksi

Variabel kontrol : Frekuensi getar vibrator

Variabel manipulasi : Lebar celah

Variabel respon : Muka gelombang yang terbentuk.

D. Definisi Operasional Variabel


a. Frekuensi Getar Vibrator
Frekuensi merupakan jumlah getaran/ gelombang yang yang dihasilkan
oleh vibrator tiap detik. Frekuensi yang dihasilkan oleh vibrator ini
sebesar 50 Hz. Vibrator ini akan merambatkan getaran ke bandul
sehingga bandul menghasilkan gelombang air.
b. Letak bandul
Pada vibrator terdapat 6 celah kecil. Celah-celah tersebut menjadi tempat
meletakkan bandul yang berfungsi sebagai sumber getar. Cara
meletakkan bandul dengan jarak yang berbeda hanya dengan melepas
bandul dan memasangnya ke celah yang lain sesuai keinginan praktikan.
Pada percobaan ini manipulasi jarak antar bandul berturut-turut sebesar 5
cm, 10, cm, dan 15 cm.
c. Ketinggian kaca
Kaca digunakan sebagai alat untuk membuat kedalaman air pada tangki
riak menjadi berbeda. Dengan diberikan kaca maka akan terbentuk
ketinggian air yang berbeda dan muka gelombang diamati ketika
gelombang air merambat dari air dalam ke air yang dangkal. Pada
percobaan ini manipulasi kedalaman air yaitu dengan menggunakan satu
dan dua kaca.
d. Lebar celah
Celah merupakan diameter yang terbentuk dari dua buah kaca yang di
letakkan dalam tangki riak. Lebar dari celah tersebut dapat diubah-ubah
untuk mengamati perbedaan gelombang yang terbentuk setelah melewati
celah. Pada percobaan ini manipulasi lebar celah berturut-turut sebesar 1
cm, 3 cm dan 5 cm.

E. Langkah Percobaan
1. Pemantulan
a. Menyiapkan alat yang akan digunakan
b. Meletakkan bandul pada celah dengan 3 jarak berbeda
c. Menyalakan lampu penerang.
d. Menyalakan vibrator dan meletakkan pencelup sampai menyentuh
permukaan air.
e. Mengamati muka gelombang yang terbentuk.
f. Mematikan lampu penerang dan mematikan motor
2. Pembiasan
a. Menyiapkan alat dan bahan
b. Meletakkan sepotong balok kaca (balok pembias) di bawah permukaan
air di dalam tangki. Salah satu sisi balok diatur sejajar dengan
pembangkit riak datar. Keberadaan balok ini menyebabkan sebagian
kedalaman (ketebalan) air berkurang. Air di atas balok menjadi
dangkal.
c. Membangkitkan gelombang datar pada permukaan air. Gelombang
mula-mula melewati air yang dalam kemudian air yang dangkal.
d. Mengamati gelombang yang terjadi, terutama ada atau tidaknya
perubahan panjang gelombang.
e. Membuat sketsa muka gelombang yang terjadi
f. Mengubah tinggi balok pembias sehingga kedalaman berbeda
g. Mengamati gelombang yang terjadi, terutama arah dan panjang
gelombang-gelombang di tempat yang dalam (panjang gelombang dan
arah rambatan)
h. Membuat sketsa muka gelombang yang terjadi di kedua kedalaman air
dan arah rambatan gelombang datang dan gelombang pantul.
3. Interferensi
a. Memasang sumber getar (bandul) ganda. Kedua bandul itu dipasang
dengan jarak berbeda sebanyak 3 kali. Dengan cara ini getaran kedua
bandul ada dalam keadaan frekuensi sama.
b. Mengamati interferensi antara kedua gelombang itu.
c. Membuat sketsa muka gelombang yang terbentuk.
4. Difraksi
a. Menghalangi perambatan gelombang datar menggunakan penghalang
lurus
b. Mengamati dengan teliti yang terjadi pada muka-muka gelombang
setelah melewati celah sempit. Lalu membuat sketsa muka gelombang
setelah melewati penghalang
c. Gelombang datar melalui celah yang agak lebar
d. Mengamati dengan teliti yang terjadi pada muka-muka gelombang
setelah gelombang melewati celah lebar. Lalu membuat sketsa muka
gelombang setelah melewati celah lebar
e. Memperkecil celah menjadi lebih sempit daripada celah lebar
f. Mengamati muka gelombang melewati celah sempit. Lalu membuat
sketsa muka gelombang setelah melewati celah sempit
BAB IV

DATA DAN ANALISIS

A. Data

Sifat Percobaan
No. Gambar Muka Gelombang
Gelombang ke

1. Pemantulan 1

Jarak dari pusat getar adalah 15 cm


Sifat Percobaan
No. Gambar Muka Gelombang
Gelombang ke

Jarak dari pusat getar adalah 10 cm

Jarak dari pusat getar adalah 5 cm


2. Interferensi

Jarak antara 2 bandul adalah 5 cm


2
Sifat Percobaan
No. Gambar Muka Gelombang
Gelombang ke

Jarak antara 2 bandul adalah 10 cm

Jarak antara 2 bandul adalah 15 cm

3. Pembiasan Ketinggian air sebesar 0,4 cm

Ketinggian air sebesar 0,8 cm


Sifat Percobaan
No. Gambar Muka Gelombang
Gelombang ke

Lebar celah adalah 1 cm

4. Difraksi 2

Lebar celah adalah 3 cm

Lebar celah adalah 5 cm

B. Analisis
Pada percobaan mengenai eksplorasi sifat-sifat gelombang pada
bidang terdiri dari pemantulan, interferensi, pembiasan, dan difraksi. Pada
sifat gelombang pertama yaitu pemantulan yang dilakukan sebanyak 3 kali
pengamatan dengan manipulasi letak bandul yaitu bandul yang berjarak 15
cm, 10 cm, dan 5 cm dari sumber gelombang. Pada letak bandul pertama yaitu
15 cm dari sumber gelombang diperoleh data bahwa muka gelombang yang
terbentuk memiliki jarak yang jauh dari sumber gelombang dengan muka
gelombang yang hampir lurus dan arah rambatannya ke segala arah. Pada
letak bandul kedua yaitu 10 cm dari sumber gelombang diperoleh data bahwa
muka gelombang yang terbentuk memiliki jarak yang sedikit jauh dari sumber
gelombang dengan muka gelombang yang sedikit lurus dan arah rambatannya
ke segala arah. Pada letak bandul ketiga yaitu 5 cm dari sumber gelombang
diperoleh data bahwa muka gelombang yang terbentuk memiliki jarak yang
dekat dari sumber gelombang dengan muka gelombang melingkar atau bulat
dan arah rambatannya ke segala arah.
Pada sifat gelombang kedua yaitu interferensi yang dilakukan
sebanyak 3 kali pengamatan dengan manipulasi letak bandul yaitu bandul
yang berjarak 5 cm, 10 cm, dan 15 cm dari sumber gelombang. Pada letak
bandul pertama yaitu 5 cm dari sumber gelombang diperoleh data bahwa
terjadi interferensi yang saling menguatkan. Pada letak bandul kedua yaitu 10
cm dari sumber gelombang diperoleh data bahwa terjadi interferensi yang
saling menguatkan. Pada letak bandul ketiga yaitu 15 cm dari sumber
gelombang diperoleh data bahwa terjadi interferensi yang saling melemahkan.
Pada sifat gelombang ketiga yaitu pembiasan yang dilakukan sebanyak
2 kali pengamatan dengan manipulasi tinggi air yaitu 0,4 cm dan 0,8 cm. Air
dengan tinggi 0,4 cm merupakan medium rapat dan 0,8 cm merupakan
medium renggang. Pada ketinggian air pertama yaitu 0,4 cm diperoleh data
bahwa muka gelombang yang terbentuk mengalami pembelokan pada saat
melewati medium air yang berbeda. Pada saat gelombang melewati bidang
batas antara medium yang lebih rapat dengan medium renggang, gelombang
akan dibiaskan mendekati garis normal. Pada ketinggian air kedua yaitu 0,8
cm diperoleh data bahwa muka gelombang yang terbentuk juga mengalami
pembelokan pada saat melewati medium air yang berbeda. Pada saat
gelombang melewati bidang batas antara medium yang lebih renggang dengan
medium rapat, gelombang akan dibiaskan menjauhi garis normal.
Pada sifat gelombang keempat yaitu difraksi yang dilakukan sebanyak
3 kali pengamatan dengan manipulasi lebar celah yaitu 1 cm, 3 cm, dan 5 cm.
Pada lebar celah pertama yaitu 1 cm diperoleh data bahwa muka gelombang
sebelum melewati celah sempit berbentuk gelombang lurus dan setelah
melewati celah sempit menjadi berbentuk gelombang lingkaran. Pada lebar
celah kedua yaitu 3 cm diperoleh data bahwa muka gelombang sebelum
melewati celah sempit berbentuk gelombang lurus dan setelah melewati celah
sempit menjadi berbentuk gelombang lingkaran namun tidak sesempurna
gelombang lingkaran yang dihasilkan oleh celah sempit sebesar 1cm. Pada
lebar celah ketiga yaitu 5 cm diperoleh data bahwa muka gelombang sebelum
melewati celah sempit berbentuk gelombang lurus dan setelah melewati celah
sempit tetap berbentuk gelombang lurus.

C. Diskusi
Pada sifat gelombang pertama yaitu pemantulan yang dilakukan
sebanyak 3 kali pengamatan dengan manipulasi letak bandul yaitu bandul
yang berjarak 15 cm, 10 cm, dan 5 cm dari sumber gelombang. Pada letak
bandul pertama yaitu 15 cm dari sumber gelombang diperoleh data bahwa
muka gelombang yang terbentuk memiliki jarak yang jauh dari sumber
gelombang dengan muka gelombang yang hampir lurus dan arah rambatannya
ke segala arah. Pada letak bandul kedua yaitu 10 cm dari sumber gelombang
diperoleh data bahwa muka gelombang yang terbentuk memiliki jarak yang
sedikit jauh dari sumber gelombang dengan muka gelombang yang sedikit
lurus dan arah rambatannya ke segala arah. Pada letak bandul ketiga yaitu 5
cm dari sumber gelombang diperoleh data bahwa muka gelombang yang
terbentuk memiliki jarak yang dekat dari sumber gelombang dengan muka
gelombang melingkar atau bulat dan arah rambatannya ke segala arah.
Perbedaaan muka gelombang yang terbentuk disebabkan karena jarak
dari sumber gelombang. Gelombang dua atau tiga dimensi seperti gelombang
air dan berhubungan dengan muka gelombang. Muka gelombang
dimaksudkan sebagai satu lebar penuh puncak gelombang. Muka gelombang
yang jauh dari sumber gelombang telah kehilangan hampir semua lengkungan
dan hampir lurus yang disebut sebagai gelombang bidang. Sedangkan muka
gelombang yang dekat dari sumber gelombaang berbentuk gelombang
melingkar. Garis yang ditarik dengan arah gerak yang tegak lurus terhadap
muka gelombang disebut sinar gelombang. Untuk pantulan gelombang bidang
dua atau tiga dimensi, sudut yang dibentuk oleh gelombang datang terhadap
permukaan pantulan sama dengan sudut yang dibentuk oleh gelombang
pantulan. Ini merupakan Hukum Snellius yang berbunyi gelombang datang,
gelombang pantul, dan garis normal berada pada satu bidang dan sudut datang
sama dengan sudut pantul.
Pada sifat gelombang kedua yaitu interferensi yang dilakukan
sebanyak 3 kali pengamatan dengan manipulasi letak bandul yaitu bandul
yang berjarak 5 cm, 10 cm, dan 15 cm dari sumber gelombang. Pada letak
bandul pertama yaitu 5 cm dari sumber gelombang diperoleh data bahwa
terjadi interferensi yang saling menguatkan. Pada letak bandul kedua yaitu 10
cm dari sumber gelombang diperoleh data bahwa terjadi interferensi yang
saling menguatkan. Pada letak bandul ketiga yaitu 15 cm dari sumber
gelombang diperoleh data bahwa terjadi interferensi yang saling melemahkan.
Hal ini disebabkan karena terjadinya interferensi gelombang yang
koheren yaitu peristiwa perpaduan dua gelombang yang memiliki frekuensi
dan selisih fase tetap. Peristiwa interferensi juga memunculkan warna terang
dan gelap pada gelombang. Terdapat dua macam interferensi yaitu interferensi
yang bersifat penguatan (konstruktif) dan interferensi yang bersifat pelemahan
(destruktif). Terjadi interferensi penguatan apabila gelombang yang berpadu
memiliki fase yang sama. Sedangkan terjadi interferensi pelemahan apabila
gelombang yang berpadu memiliki fase yang berlawanan.
Pada sifat gelombang ketiga yaitu pembiasan yang dilakukan sebanyak
2 kali pengamatan dengan manipulasi tinggi air yaitu 0,4 cm dan 0,8 cm. Air
dengan tinggi 0,4 cm merupakan medium rapat dan 0,8 cm merupakan
medium renggang. Pada ketinggian air pertama yaitu 0,4 cm diperoleh data
bahwa muka gelombang yang terbentuk mengalami pembelokan pada saat
melewati medium air yang berbeda. Pada saat gelombang melewati bidang
batas antara medium yang lebih rapat dengan medium renggang, gelombang
akan dibiaskan mendekati garis normal. Pada ketinggian air kedua yaitu 0,8
cm diperoleh data bahwa muka gelombang yang terbentuk juga mengalami
pembelokan pada saat melewati medium air yang berbeda. Pada saat
gelombang melewati bidangbatas antara medium yang lebih renggang dengan
medium rapat, gelombang akan dibiaskan menjauhi garis normal.
Kedua hal ini disebabkan karena ketika gelombang mengenai
perbatasan, sebagian energi dipantulkan dan sebagian diteruskan atau diserap.
Ketika gelombang dua atau tiga dimensi yang merambat pada satu medium
menyeberangi perbatasan ke medium yang kecepatannya berbeda, gelombang
yang ditransmisikan bisa merambat dengan arah yang berbeda dari gelombang
datang. Ketika kecepatan gelombang berubah sedikit demi sedikit tanpa
adanya perbatasan yang tajam, gelombang akan berubah arah (mengalami
pembiasan) sedikit demi sedikit.
Cepat rambat gelombang di medium yang rapat lebih besar daripada
cepat rambat gelombang di medium yang renggang (ν1 > ν2). Oleh karena
λ=ν/f, maka panjang gelombang di medium yang rapat juga lebih besar
daripada panjang gelombang di medium yang renggang (λ 1 > λ2). Jika
gelombang melewati medium yang lebih rapat daripada medium sebelumnya,
maka gelombang akan dibiaskan mendekati garis normal dengan sudut bias
lebih kecil dari sudut datang. Sedangkan jika gelombang melewati medium
yang lebih renggang daripada medium sebelumnya, maka gelombang akan
dibiaskan menjauhi garis normal dengan sudut bias lebih besar dari sudut
datang.
Pada sifat gelombang keempat yaitu difraksi yang dilakukan sebanyak
3 kali pengamatan dengan manipulasi lebar celah yaitu 1 cm, 3 cm, dan 5 cm.
Pada lebar celah pertama yaitu 1 cm diperoleh data bahwa muka gelombang
sebelum melewati celah sempit berbentuk gelombang lurus dan setelah
melewati celah sempit menjadi berbentuk gelombang lingkaran. Pada lebar
celah kedua yaitu 3 cm diperoleh data bahwa muka gelombang sebelum
melewati celah sempit berbentuk gelombang lurus dan setelah melewati celah
sempit menjadi berbentuk gelombang lingkaran namun tidak sesempurna
gelombang lingkaran yang dihasilkan oleh celah sempit sebesar 1cm. Pada
lebar celah ketiga yaitu 5 cm diperoleh data bahwa muka gelombang sebelum
melewati celah sempit berbentuk gelombang lurus dan setelah melewati celah
sempit tetap berbentuk gelombang lurus.
Hal ini disebabkan karena gelombang menyebar sewaktu merambat
dan ketika menemui penghalang, gelombang ini berbelok mengitarinya dan
memasuki daerah berikutnya. Gelombang dapat berbelok mengitari
penghalangnya dan dengan demikian membawa energi ke daerah di belakang
penghalang tersebut. Besarnya difraksi bergantung pada panjang gelombang
dan ukuran penghalang. Jika panjang gelombang lebih kecil dari ukuran
benda, maka akan ada daerah bayangan yang cukup besar.
Sehingga berdasarkan pengamatan di atas, diperoleh hasil bahwa
gelombang datang yang dihalang dengan celah yang lebar akan membentuk
gelombang lurus sama seperti bentuk gelombang sebelum melewati
penghalang. Sedangkan jika gelombang dihalangi penghalang bercelah sempit
maka gelombang yang melewati penghalang akan membentuk gelombang
lingkaran dengan celah sempit sebagai pusatnya. Dengan demikian dapat
diketahui bahwa gelombang memiliki sifat difraksi yaitu pembelokan
gelombang bila gelombang melewati celah sempit. Celah sempit adalah celah
yang memiliki lebar jauh lebih kecil dari panjang gelombang. Difraksi tidak
terjadi bila celah yang dilewati gelombang lebar. Sehingga celah sempit
berfungsi sebagai sumber baru gelombang. Celah dapat dianggap sebagai
sumber titik dan gelombang yang keluar dari celah berbentuk lingkaran
dengan celah sempit sebagai pusatnya.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari percobaan sebagai berikut:
1. Pemantulan dipengaruhi oleh jarak muka gelombang dari sumber
gelombang. Muka gelombang yang jauh dari sumber gelombang telah
kehilangan hampir semua lengkungan dan hampir lurus yang disebut
sebagai gelombang bidang. Sedangkan muka gelombang yang dekat dari
sumber gelombaang berbentuk gelombang melingkar.
2. Interferensi menyebabkan terjadinya perpaduan gelombang yang saling
menguatkan (konstruktif) dan saling melemahkan (destruktif). Terjadi
interferensi konstruktif apabila gelombang yang berpadu memiliki fase
yang sama. Sedangkan terjadi interferensi destruktif apabila gelombang
yang berpadu memiliki fase yang berlawanan.
3. Pembiasan terjadi ketika gelombang dua atau tiga dimensi yang merambat
pada satu medium menyeberangi perbatasan ke medium yang
kecepatannya berbeda, gelombang yang ditransmisikan bisa merambat
dengan arah yang berbeda dari gelombang datang. Jika gelombang
melewati medium yang lebih rapat daripada medium sebelumnya, maka
gelombang akan dibiaskan mendekati garis normal dengan sudut bias lebih
kecil dari sudut datang. Sedangkan jika gelombang melewati medium yang
lebih renggang daripada medium sebelumnya, maka gelombang akan
dibiaskan menjauhi garis normal dengan sudut bias lebih besar dari sudut
datang.
4. Difraksi terjadi ketika gelombang melewati celah sempit yang berfungsi
sebagai sumber gelombang baru sehingga gelombang yang keluar dari
celah sempit berbentuk lingkaran dengan celah sempit sebagai pusatnya.

B. Saran

Dalam hal alat yang digunakan dalam percobaan agar lebih diperhatikan lagi
dimana alat dan bahan percobaan, salah satunya yaitu power supply dan alat
yang lain harus dalam keadaan efektif atau bisa digunakan dengan maksimal
ketika percobaan berlangsung, sehingga diperoleh hasil yang maksimal pula.
Dalam melakukan praktikum ini, juga dibutuhkan ketelitian dan ketepatan
dalam mengambil foto muka gelombang yang dihasilkan, agar struktur muka
gelombangnya tepat dan jelas.

DAFTAR PUSTAKA
Giancoli, D.C. 2004. Physics, Princiles with Application New Jersey: Prentice-
Hall.

http://fisikazone.com/sifat-sifat-gelombang/, diakses 12 Maret 2015 pukul 20.26


WIB)

http://www.scribd.com/doc/35171058/SIFAT-SIFAT-GELOMBANG#scribd,
diakses 12 Maret 2015 pukul 20.00 WIB)

https://suryatika.wordpress.com/gelombang/1-3-sifat-sifat-gelombang/, diakses 12
Maret 2015 pukul 20.07 WIB)

http://storage.jakstik.ac.id/students/paper/penulisan%20ilmiah/20498185/Bab
%202.pdf, diakses 12 Maret 2015 pukul 20.10 WIB)

http://www.scribd.com/doc/97279381/Sifat-sifat-Gelombang-Fisika#scribd,
diakses 12 Maret 2015 pukul 20.14 WIB)

http://www.slideshare.net/agneservindaginz/fisika-giro-sihombing, diakses 12
Maret 2015 pukul 20.32 WIB)

Anda mungkin juga menyukai