OLEH:
NIM : 20/459217/PA/19878
DEPARTEMEN FISIKA
YOGYAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari manusia, tentunya sudah akrab dengan adanya magnet
dan medan magnet. Banyak peralatan dan teknologi masa kini yang memanfaatkan
kemagnetan dan medan magnet sebagai prinsip dasar kerjanya. Keberadaan magnet dan
medan magnet telah banyak menghasilkan teknologi-teknologi yang membantu pekerjaan
sehari-hari manusia, contohnya kompas, dinamo sepeda dan generator untuk
membangkitkan listrik, peralatan kesehatan MRI, dan pengeras suara pada televisi,
komputer, radio, dan earphone.
Suatu benda magnet mempunyai pasangan kutub yang dikenal dengan istilah dipole
magnet. Kutub-kutub itu dikenal dengan sebutan kutub utara dan kutub selatan. Benda
magnet inilah yang menghasilkan medan magnet. Medan magnet adalah suatu daerah atau
ruangan yang dipengaruhi oleh gaya magnet. Medan magnet mempunyai garis-garis atau
pola-pola medan yang keluar dari kutub utara dan masuk kutub selatan. Medan magnet
magnet dapat dihasilkan dari suatu muatan listrik q yang bergerak dengan kecepatan v.
Bumi juga mempunyai medan magnet sendiri. Bumi dianalogikan sebagai sebuah
diol magnetik raksasa dengan kutub utara magnetik berbeda sekitar 11,5° dari kutub utara
geografis bumi. Sumber kemagnetan bumi adalah faktor perputaran inti bumi yang
bersifat cair. Inti cair bumi terdiri dari lelehan besi dan nikel bertemperatur 5000°C yang
berputar sedemikian sehingga menghasilkan medan magnet yang arahnya dari selatan
menuju utara bumi. Medan magnet bumi ini juga mempunyai manfaat bagi manusia dan
makhluk hidup yang tinggal di bumi. Manfaat dari medan magnet bumi adalah
melindungi bumi dari radiasi luar angkasa, dasar navigasi global, alat bantu migrasi
hewan, dan alat bantu dalam eksplorasi bahan tambang.
Oleh karena begitu luasnya peran dan manfaat medan magnet, khususnya medan
magnet bumi, praktikum medan magnet bumi yang bertujuan mengukur kuat medan
magnet bumi ini menjadi penting agar praktikan lebih mendalami mengenai konsep
medan magnet, khusunya medan magnet bumi.
1.2. Tujuan
1. Mengukur kuat medan magnet bumi horizontal dengan beberapa cara.
1.3. Manfaat
1. Mengetahui kuat medan magnet bumi horizontal.
BAB II
DASAR TEORI
Gejala magnetisme, seperti halnya listrik, juga telah diamati manusia beberapa abad
sebelum masehi. Kata “magnet” berasal dari nama daerah Magnesia di Asia kecil di mana
ditemukan batu-batu yang tarik-menarik. Pada tahun 1269, de Maricourt melakukan studi
tentang magnet dan mengamati adanya sepasang kutub pada benda magnetik. Pasangan
kutub ini dikenal dengan istilah dipole magnet (di = dua, pole = kutub). Jika kutub yang
sama didekatkan maka akan saling menolak, dan sebaliknya jika kutub yang berlainan
didekatkan akan saling menarik. Benda magnet inilah yang menghasilkan medan magnet.
Bumi juga mempunyai medan magnet sendiri. Bumi dianalogikan sebagai sebuah
diol magnetik raksasa dengan kutub utara magnetik berbeda sekitar 11,5° dari kutub utara
geografis bumi. Sumber kemagnetan bumi adalah faktor perputaran inti bumi yang
bersifat cair. Inti cair bumi terdiri dari lelehan besi dan nikel bertemperatur 5000°C yang
berputar sedemikian sehingga menghasilkan medan magnet yang arahnya dari selatan
menuju utara bumi. Lelehan besi dan nikel mengandung sejumlah muatan listrik yang
berputar mengelilingi sumbunya yang akan timbul medan magnet yang arahnya sesuai
dengan aturan tangan kanan yang membuat bumi menjadi sebuah magnet raksasa dengan
kutub-selatan magnet di utara, dan kutub-utara magnet di selatan (meskipun kita katakan
kutub utara magnet di utara karena kompas kita menunjuk ke sana). Medan magnet bumi
dan medan magnet pada batang adalah sama, karena dalam medan magnet bumi terdapat
pola garis medan magnet yang menunjukkan seperti seolah-olah ada medan magnet
imajiner di dalam bumi. Kutub utara dalam kompas menunjukkan arah utara, yang secara
magnetis merupakan kutub selatan (Giancolli, 2014).
Medan magnet adalah suatu daerah atau ruangan yang dipengaruhi oleh gaya
magnet. Medan magnet digambarkan dengan garis-garis atau pola-pola medan yang
keluar dari kutub utara dan masuk kutub selatan. Medan magnet dapat dihasilkan dari
suatu muatan listrik q yang bergerak dengan kecepatan v. Medan magnet yang dihasilkan
pada jarak r dari muatan bergerak q adalah sebesar:
𝜇0 𝑞(𝑣 × 𝑟̂ )
𝐵=
4𝜋𝑟 2
𝜇0 = kontanta permeabilitas udara (4𝜋 × 10−7 𝑇𝑚/𝐴)
𝑟 = jarak muatan terhadap titik di mana medan magnet diukur
𝑞 = muatan
𝑣 = vektor kecepatan
𝑟̂ = vektor satuan jarak
Karena medan magnet dapat timbul pada muatan yang bergerak, maka dapat
dipastikan bahwa kawat berarus listrik akan menimbulkan medan magnet, sebab arus
merupakan muatan listrik yang bergerak. Penelitian tentang interaksi antara listrik dan
medan magnet sudah sejak lama dilakukan. Secara teori, dipahami bahwa medan magnet
dapat dihasilkan dari suatu sumber arus listrik. Ketika arus dihasilkan dari suatu kawat
panjang, maka akan timbul medan magnet di sekitar kawat seperti terlihat pada gambar.
I (A)
Dengan,
𝜇0 𝑁𝐼
• = 𝐵𝑤
𝐿
𝐶𝐿𝐵
• 𝜔2 = 𝐼
𝐶𝐿
𝜔2 = (𝐵𝑏 + 𝐵𝑤 )
𝐼
1 𝐶𝐿(𝐵𝑏 +𝐵𝑤 )
=
𝑇2 4𝜋 2 𝐼
2𝜋
• 𝜔= 𝑇
Maka didapatkan
𝑘𝜇0 𝑁
1. 𝑚 =
𝐿
𝑚𝐿
𝑘 = 𝑁𝜇
0
𝐿
∆𝑘 = 𝑁𝜇 ∆𝑚
0
∴ 𝑘 ± ∆𝑘 = ⋯ ± ⋯
2. 𝑐 = 𝑘𝐵𝑏
𝑐
𝐵𝑏 = 𝑘
1 2 c 2
∆𝐵𝑏 = √(𝑘 ∆𝑐) + (k2 ∆𝑘)
∴ 𝐵𝑏 ± ∆𝐵𝑏 = ⋯ ± ⋯
Keterangan:
𝑘 = 𝑐 = konstanta
𝐿 = panjang kumparan (0,35 m)
𝐵𝑏 = medan magnet bumi horizontal
𝐵𝑤 = medan magnet bumi
𝜇0 = 4𝜋 × 10−7
𝑁 = jumlah lilitan (384 lilitan)
𝐼 = arus listrik
B. Percobaan dengan kawat berarus (metode pergeseran sudut pada jarum kompas)
a. Variasi arus dnegan tinggi kawat tetap
Tabel data
I (A) 𝜃1° 𝜃2° 𝜃3° 𝜃° tan 𝜃 °
I (A)
Maka didapatkan
𝜇0
𝑚=
2𝜋𝑑𝐵𝑏
0 𝜇
𝐵𝑏 = 2𝜋𝑑𝑚
0 𝜇
∆𝐵𝑏 = 2𝜋𝑑𝑚 2 ∆𝑚
∴ 𝐵𝑏 ± ∆𝐵𝑏 = ⋯ ± ⋯
b. Variasi tinggi kawat dengan arus tetap
Tabel data
d (m) 𝜃1° 𝜃2° 𝜃3° 𝜃° 1/ tan 𝜃 °
d (m)
Maka didapatkan
2𝜋𝐵𝑏
𝑚= 𝜇0 𝐼
𝑚𝜇0 𝐼
𝐵𝑏 = 2𝜋
𝜇0 𝐼
∆𝐵𝑏 = ∆𝑚
2𝜋
∴ 𝐵𝑏 ± ∆𝐵𝑏 = ⋯ ± ⋯
BAB IV
4.1. Data
A. Percobaan dengan solenoida (metode osilasi)
I (A) n t1 (s) t2 (s) T1 (s) T2 (s) T (s) 1/T2 (s-2)
0,2 20 19,25 20,37 0,96 1,02 0,99 1,02
0,4 20 14,44 14,81 0,72 0,74 0,73 1,87
0,6 20 12,4 12,09 0,62 0,60 0,61 2,67
0,8 20 10,41 10,32 0,52 0,52 0,52 3,72
1 20 9,18 9,28 0,46 0,46 0,46 4,70
1,2 20 8,75 8,69 0,44 0,43 0,44 5,26
1,4 20 7,9 7,94 0,40 0,40 0,40 6,38
1,6 20 7,72 7,41 0,39 0,37 0,38 6,99
1,8 20 6,94 7,06 0,35 0,35 0,35 8,16
2 20 6,66 6,91 0,33 0,35 0,34 8,69
B. Percobaan dengan kawat berarus (metode pergeseran sudut pada jarum kompas)
a. Variasi arus dengan tinggi kawat tetap
𝑑 = 0,03 𝑚; ∆𝑑 = 0,0005 𝑚
I (A) 𝜃1° 𝜃2° 𝜃3° 𝜃° tan 𝜃 °
0,5 10 10 11 10,33 0,18
1 18 18 18 18 0,32
1,5 21 22 21 21,33 0,39
2 26 27 26 26,33 0,49
2,5 28 29 30 29 0,55
3 32 31 32 31,67 0,61
b. Variasi tinggi kawat dengan arus tetap
𝐼 = 2,5 𝐴; ∆𝐼 = 0,05 𝐴
d (m) 𝜃1° 𝜃2° 𝜃3° 𝜃° 1/ tan 𝜃 °
0,02 35 33 32 33,33 1,52
0,03 30 27 26 27,67 1,91
0,04 24 22 23 23 2,36
0,05 18 17 16 17 3,27
0,06 10 11 11 10,67 5,31
4.2. Grafik
1. Grafik 1/T2 vs I
Grafik 1/T2 vs I
9
6
1/T2 (s-2)
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2
I (A)
Grafik tan𝜃 vs I
0.7
0.6
0.5
0.4
tan𝜃
0.3
0.2
0.1
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
I (A)
Gambar 4.2. Grafik tan 𝜃 vs I
3. Grafik 1/ tan 𝜃 vs d
Grafik 1/tan𝜃 vs d
6
4
1/tan𝜃
0
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07
d (m)
4.3. Pembahasan
Praktikum medan magnet bumi ini bertujuan untuk mengukur kuat medan magnet
bumi horizontal dengan beberapa cara. Cara yang digunakan dalam praktikum ini dalam
mengukur kuat medan magnet bumi horizontal adalah percobaan dengan solenoida
melalui metode osilasi dan percobaan dengan kawat berarus (metode pergeseran sudut
pada jarum kompas) dengan variasi arus dengan tinggi kawat tetap dan variasi tinggi
kawat dengan arus tetap.
Pada tahun 1269, de Maricourt melakukan studi tentang magnet dan mengamati
adanya sepasang kutub pada benda magnetik. Pasangan kutub ini dikenal dengan istilah
dipole magnet (di = dua, pole = kutub). Jika kutub yang sama didekatkan maka akan
saling menolak, dan sebaliknya jika kutub yang berlainan didekatkan akan saling
menarik. Benda magnet inilah yang menghasilkan medan magnet. Bumi juga mempunyai
medan magnet sendiri. Bumi dianalogikan sebagai sebuah diol magnetik raksasa dengan
kutub utara magnetik berbeda sekitar 11,5° dari kutub utara geografis bumi. Sumber
kemagnetan bumi adalah faktor perputaran inti bumi yang bersifat cair. Medan magnet
bumi dan medan magnet pada batang adalah sama, karena dalam medan magnet bumi
terdapat pola garis medan magnet yang menunjukkan seperti seolah-olah ada medan
magnet imajiner di dalam bumi. Kutub utara dalam kompas menunjukkan arah utara,
yang secara magnetis merupakan kutub selatan (Giancolli, 2014).
Medan magnet adalah suatu daerah atau ruangan yang dipengaruhi oleh gaya
magnet. Medan magnet digambarkan dengan garis-garis atau pola-pola medan yang
keluar dari kutub utara dan masuk kutub selatan. Medan magnet dapat dihasilkan dari
suatu muatan listrik q yang bergerak dengan kecepatan v. Karena medan magnet dapat
timbul pada muatan yang bergerak, maka dapat dipastikan bahwa kawat berarus listrik
akan menimbulkan medan magnet, sebab arus merupakan muatan listrik yang bergerak.
Arus listrik dapat menghasilkan medan magnet ditemukan oleh Hans Christian Oersted
pada tahun 1820. Ia menemukan bahwa ketika jarum kompas diletakkan di dekat kawat
berarus listrik, jarum mengalami penyimpangan (Giancoli, 2001). Hal ini menjadi dasar
bahwa secara sederhana kompas juga bisa digunakan sebagai alat untuk menentukan arah
medan magnet akibat arus listrik yang ditimbulkannya, selain itu kompas juga bisa
digunakan sebagai alat untuk menghitung besarnya medan magnet pada kawat berarus.
Kekuatan medan magnet juga dapat ditentukan melalui solenoida. Solenoida adalah
induktor yang terdiri gulungan kawat berbahan konduktor membentuk kumparan (koil)
yang kadang di dalamnya dimasukkan sebuah batang besi berbentuk silinder dengan
tujuan memperkuat medan magnet yang dihasilkannya. Medan magnet berbentuk
solenoid ialah medan magnet yang dihasilkan oleh arus dalam kumparan kawat berbentuk
heliks yang panjang, tergulung rapat.
Percobaan pertama yang dilakukan dalam menentukan medan magnet bumi
horizontal adalah dengan meggunakan solenoida yang dialiri listrik melalui metode
osilasi. Langkah pertama yang dilakukan adalah menghubungkan sumber arus ke
solenoida. Selanjutnya, arus dipasang pada 0,2 A. Lalu, waktu dicatat pada saat batang
berosilasi sebanyak 20 kali. Kemudian, arus divariasikan sampai 2 A (variasi 0,2 A).
Langkah 4 diulang untuk setiap variasi arus. Berdasarkan percobaan dengan solenoida
ini, diperoleh data berupa periode osilasi pada setiap variasi arus sehingga dapat diperoleh
1 1
pula nilai 𝑇 2. Berdasarkan perhitungan, diperoleh nilai 𝑇 2 pada arus 0,2 A, 0,4 A, 0,6 A,
0,8 A, 1 A, 1,2 A, 1,4 A, 1,6 A, 1,8 A, dan 2 A adalah 1,02 s-2, 1,87 s-2, 2,67 s-2, 3,72 s-2,
1
4,70 s-2, 5,26 s-2, 6,38 s-2, 6,99 s-2, 8,16 s-2, dan 8,69 s-2. Berdasarkan persamaan =
𝑇2
𝑘𝜇0 𝑁 1
𝐼 + 𝑘𝐵𝑏 yang analog dengan persamaan 𝑦 = 𝑚𝑥 + 𝑐, diplot grafik dengan
𝐿 𝑇2
sebagai sumbu y dan 𝐼 sebagai sumbu x dan dihasilkan grafik linear (Grafik 4.1.). Grafik
1 1
ini menunjukkan hubungan antara dan 𝐼 yang mana antara 𝑇 2 dan 𝐼 berbanding lurus
𝑇2
1
di mana jika nilai 𝐼 semakin meningkat, maka nilai juga semakin meningkat begitu
𝑇2
pula sebaliknya. Berdasarkan perhitungan dengan metode regresi linear diperoleh nilai
𝑚 ± ∆𝑚 = 4,34 ± 0,078 dan nilai 𝑐 ± ∆𝑐 = 0,17 ± 0,096. Oleh karena 𝑚 analog
𝑘𝜇0 𝑁 𝑚𝐿 𝐿
dengan , diperoleh nilai 𝑘 dan ∆𝑘 berdasarkan persamaan 𝑘 = 𝑁𝜇 dan ∆𝑘 = 𝑁𝜇 ∆𝑚
𝐿 0 0
adalah 3147,86 ± 56,64. Oleh karena 𝑐 analog dengan 𝑘𝐵𝑏 , dipeoleh nilai 𝐵𝑏 dan ∆𝐵𝑏
𝑐 1 2 c 2
melalui persamaan 𝐵𝑏 = 𝑘 dan ∆𝐵𝑏 = √(𝑘 ∆𝑐) + (k2 ∆𝑘) adalah (5,4 ± 0,3) ×
10−5 𝑇. Ketepatan nilai medan magnet bumi horizontal yang dihasilkan dalam percobaan
ini adalah 94,44%.
Percobaan ketiga dilakukan dengan kawat berarus metode pergeseran jarum
kompas dengan variasi tinggi kawat dan arus tetap. Langkah pertama yang dilakukan
adalah menghubungkan sumber arus dengan kawat. Selanjutnya, tinggi kawat dengan
kompas dibuat 3 cm. Kemudian, sudut penyimpangan pada kompas dicatat. Lalu, arus
divariasikan dari 0,5 A sampai 3 A (setiap 0,5 A). Terakhir, penyimpangan pada ompas
di setiap variasi arus dicatat. Berdasarkan percobaan dengan kawat berarus metode
pergeseran jarum kompas dengan variasi arus dan tinggi kawat tetap, diperoleh data
berupa sudut penyimpangan jarum kompas pada setiap variasi arus yang dilakukan. Nilai
sudut yang diperoleh dari setiap variasi arus 0,5 A, 1 A, 1,5 A, 2 A, 2,5 A, dan 3 A
berturut-turut adalah 10,33˚, 18˚, 21,33˚, 26,33˚, 29˚, dan 31,67˚ sehingga diperoleh nilai
tan 𝜃 berturut-turut adalah 0,18, 0,32, 0,39, 0,49, 0,55, dan 0,61. Berdasarkan persamaan
0𝜇
tan 𝜃 = 2𝜋𝑑𝐵 𝐼 yang analog dengan persamaan 𝑦 = 𝑚𝑥 + 𝑐, diplot grafik dengan tan 𝜃
𝑏
sebagai sumbu y dan 𝐼 sebagai sumbu x dan dihasilkan grafik linear (Grafik 4.2.). Grafik
ini menunjukkan hubungan antara tan 𝜃 dan 𝐼 yang mana antara tan 𝜃 dan 𝐼 berbanding
lurus di mana jika nilai 𝐼 semakin meningkat, maka nilai tan 𝜃 juga semakin meningkat
begitu pula sebaliknya. Berdasarkan perhitungan dengan metode regresi linear diperoleh
𝜇0
nilai 𝑚 ± ∆𝑚 = 0,17 ± 0,013. Oleh karena 𝑚 analog dengan , diperoleh 𝐵𝑏 dan
2𝜋𝑑𝐵𝑏
0 𝜇 0 𝜇
∆𝐵𝑏 melalui persamaan 𝐵𝑏 = 2𝜋𝑑𝑚 dan ∆𝐵𝑏 = 2𝜋𝑑𝑚 2 ∆𝑚 adalah (3,92 ± 0,29) ×
10−5 𝑇. Ketepatan nilai medan magnet bumi horizontal yang dihasilkan dalam percobaan
ini adalah 99,92%.
Percobaan kedua dilakukan dengan kawat berarus metode pergeseran jarum
kompas dengan variasi arus dan tinggi kawat tetap. Langkah pertama yang dilakukan
adalah menghubungkan sumber arus dengan kawat panjang. Selanjutnya, arus dibuat
tetap pada 2,5 A. Kemudian, Tinggi kawat divariasikan mulai dari 2 cm hingga 6 cm
(setiap 1 cm). Terakhir, sudut penyimpangan pada kompas di setiap variasi tinggi kawat
dengan kompas dicatat. Berdasarkan percobaan dengan kawat berarus metode pergeseran
jarum kompas dengan variasi tinggi kawat dan arus tetap, diperoleh data berupa sudut
penyimpangan jarum kompas pada setiap variasi tinggi kawat yang dilakukan. Nilai sudut
yang diperoleh dari setiap tinggi kawat 0,02 m, 0,03 m, 0,04 m, 0,05 m, dan 0,06 m
1
berturut-turut adalah 33,33˚, 27,67˚, 23˚, 17˚, dan 10,67˚ sehingga diperoleh nilai
tan 𝜃
1
berturut-turut adalah 1,52, 1,91, 2,36, 3,27, dan 5,31. Berdasarkan persamaan =
𝑡𝑎𝑛 𝜃
2𝜋𝐵𝑏 1
𝑑 yang analog dengan persamaan 𝑦 = 𝑚𝑥 + 𝑐, diplot grafik dengan sebagai
𝜇0 𝐼 𝑡𝑎𝑛 𝜃
sumbu y dan 𝑑 sebagai sumbu x dan dihasilkan grafik linear (Grafik 4.3.). Grafik ini
1 1
menunjukkan hubungan antara 𝑡𝑎𝑛 𝜃 dan 𝑑 yang mana antara 𝑡𝑎𝑛 𝜃 dan 𝑑 berbanding lurus
1
di mana jika nilai 𝑑 semakin meningkat, maka nilai 𝑡𝑎𝑛 𝜃 juga semakin meningkat begitu
pula sebaliknya. Berdasarkan perhitungan dengan metode regresi linear diperoleh nilai
2𝜋𝐵𝑏
𝑚 ± ∆𝑚 = 89,4 ± 19,37. Oleh karena 𝑚 analog dengan , diperoleh 𝐵𝑏 dan ∆𝐵𝑏
𝜇0 𝐼
𝑚𝜇0 𝐼 𝜇0 𝐼
melalui persamaan 𝐵𝑏 = dan ∆𝐵𝑏 = ∆𝑚 adalah (4,47 ± 0,97) × 10−5 T.
2𝜋 2𝜋
Ketepatan nilai medan magnet bumi horizontal yang dihasilkan dalam percobaan ini
adalah 78,3%.
Hasil percobaan penentuan nilai medan magnet bumi horizontal dengan solenoida
(metode osilasi), kawat berarus dengan variasi arus, dan kawat berarus dengan variasi
ketinggian kawat berturut-turut, yaitu (5,4 ± 0,3) × 10−5 T, (3,92 ± 0,29) × 10−5 T,
dan (4,47 ± 0,97) × 10−5 T sudah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa nilai
medan magnet bumi bervariasi antara 2,5 × 10−5 T hingga 6,5 × 10−5 T. Faktor yang
mempengaruhi ketelitian hasil dalam praktikum adalah ketelitian pembacaan skala arus
dan ketinggian kawat, hasil pengukuran sudut serta periode, dan ketelitian terhadap
perubahan yang terjadi pada objek. Langkah yang dapat dilakukan untuk meminimalisir
faktor ini dalah dengan selalu memastikan dan mengecek ulang kesesuaian skala dan
melakukan percobaan berulang kali sehingga data yang dihasilkan lebih akurat.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil percobaan dan perhitungan diperoleh nilai medan magnet
bumi horizonal adalah:
a. Percobaan dengan solenoida (metode osilasi)
𝐵𝑏 ± ∆𝐵𝑏 = (5,4 ± 0,3) × 10−5 T
b. Percobaan dengan kawat berarus (metode pergeseran jarum kompas
dengan variasi arus dan tinggi kawat tetap)
𝐵𝑏 ± ∆𝐵𝑏 = (3,92 ± 0,29) × 10−5 T
c. Percobaan dengan kawat berarus (metode pergeseran jarum kompas
dengan variasi tinggi kawat dan arus tetap)
𝐵𝑏 ± ∆𝐵𝑏 = (4,47 ± 0,97) × 10−5 T
5.2. Saran
1. Membaca dan memahami metode percobaan.
2. Lebih teliti dalam membaca skala arus dan ketinggian kawat dan hasil
pengukuran sudut serta periode.
DAFTAR PUSTAKA
Giancoli, D. C. (2014) Fisika: Prinsip dan Aplikasi Edisi Ketujuh Jilid I. Jakarta :
Erlangga.
Tim Asisten Praktikum Fisika Dasar II (2021) Modul Praktikum Medan Magnet Bumi
Fisika Dasar 2. Yogyakarta: Laboratorium Fisika Dasar Departemen Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Penegetahuan Alam Universitas Gadjah Mada.
DATA PERHITUNGAN
1 (15,4)(49,46)2 −2(11)(49,46)(68,726)+10(68,726)2
=√ [306,9284 − ( )]
10−2 10(15,4)−(11)2
= 0,141031374
𝑁 ∑(𝑥𝑦)−∑ 𝑥 ∑ 𝑦
• 𝑚= 𝑁 ∑ 𝑥 2 −(∑ 𝑥)2
10(68,726)−(11)(49,46)
= 10(15,4)−(11)2
= 4,339393939 = 4,34
𝑁
• ∆𝑚 = 𝑆𝑦 √𝑁 ∑ 𝑥 2 −(∑ 𝑥)2
10
= 0.141031374√10(15,4)−(11)2
= 0,077635216 = 0,078
∴ 𝑚 ± ∆𝑚 = 4,34 ± 0,078
∑ 𝑥 2 ∑ 𝑦−∑ 𝑥 ∑ 𝑥𝑦
• 𝑐= 𝑁 ∑ 𝑥 2 −(∑ 𝑥)2
(15,4)(49,46)−(11)(68,726)
= 10(15,4)−(11)2
= 0.172666667 = 0,17
∑ 𝑥2
• ∆𝑐 = 𝑆𝑦 √𝑁 ∑ 𝑥 2 −(∑ 𝑥)2
15,4
= 0.141031374√10(15,4)−(11)2
= 0.09634277 = 0,096
∴ 𝑐 ± ∆𝑐 = 0,17 ± 0,096
𝑚𝐿 (4,34)(0,35)
• 𝑘 = 𝑁𝜇 = (384)(4𝜋×10−7) = 3147,86
0
𝐿 0,35
• ∆𝑘 = 𝑁𝜇 ∆𝑚 = (384)(4𝜋×10−7 ) 0,078 = 56,639 = 56,64
0
∴ 𝑘 ± ∆𝑘 = 3147,86 ± 56,64
𝑐 0,17
• 𝐵𝑏 = 𝑘 = 3147,86 = 0,54 × 10−5
1 2 c 2
• ∆𝐵𝑏 = √(𝑘 ∆𝑐) + (k2 ∆𝑘)
1 2 0,17 2
= √(3147,86 0,096) + ((3147,86)2 56,64)
= 0,3 × 10−5
∴ 𝐵𝑏 ± ∆𝐵𝑏 = (5,4 ± 0,3) × 10−5
2. Percobaan dengan kawat berarus
a. Variasi arus dengan tinggi kawat tetap
𝑑 = 0,03 𝑚; ∆𝑑 = 0,0005 𝑚
No. x y x2 y2 xy
1. 0.5 0.18 0.25 0.0324 0.09
2. 1 0.32 1 0.1024 0.32
3. 1.5 0.39 2.25 0.1521 0.585
4. 2 0.49 4 0.2401 0.98
5. 2.5 0.55 6.25 0.3025 1.375
6. 3 0.61 9 0.3721 1.83
= 0,026708301
𝑁 ∑(𝑥𝑦)−∑ 𝑥 ∑ 𝑦
• 𝑚= 𝑁 ∑ 𝑥 2 −(∑ 𝑥)2
6(5,18)−(10,5)(2,54)
= 6(22,75)−(10,5)2
= 0,168 = 0,17
𝑁
• ∆𝑚 = 𝑆𝑦 √𝑁 ∑ 𝑥 2 −(∑ 𝑥)2
6
= 0,026708301√6(22,75)−(10,5)2
= 0,012769 = 0,013
∴ 𝑚 ± ∆𝑚 = 0,17 ± 0,013
𝜇 (4𝜋×10−7 )
• 0
𝐵𝑏 = 2𝜋𝑑𝑚 = 2𝜋(0,03)(0,17) = 3,92 × 10−5
𝜇 (4𝜋×10−7 )
• 0
∆𝐵𝑏 = 2𝜋𝑑𝑚 2 ∆𝑚 = 2𝜋(0,03)(0,17)2 0,013 = 0,29 × 10
−5
1 (0,009)(14,37)2 −2(0,2)(14,37)(0,6642)+5(0,6642)2
=√ [50,4171 − ( )]
5−2 5(0,009)−(0,2)2
= 0,612470407
𝑁 ∑(𝑥𝑦)−∑ 𝑥 ∑ 𝑦
• 𝑚= 𝑁 ∑ 𝑥 2 −(∑ 𝑥)2
5(0,6642)−(0,2)(14,37)
= 5(0,009)−(0,2)2
= 89,4
𝑁
• ∆𝑚 = 𝑆𝑦 √𝑁 ∑ 𝑥 2 −(∑ 𝑥)2
5
= 0,612470407√5(0,009)−(0,2)2
= 19,36801487 = 19,37
∴ 𝑚 ± ∆𝑚 = 89,4 ± 19,37
𝑚𝜇0 𝐼 (89,4)(4𝜋×10−7 )(2,5)
• 𝐵𝑏 = = = 4,47 × 10−5
2𝜋 2𝜋
𝜇0 𝐼 (4𝜋×10−7 )(2,5)
• ∆𝐵𝑏 = ∆𝑚 = 19,37 = 0,097 × 10−5
2𝜋 2𝜋