Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II

MEDAN MAGNET BUMI

OLEH:

NAMA : ANGGORO EKO NUGROHO

NIM : 20/459217/PA/19878

PROGRAM STUDI : GEOFISIKA

HARI, TANGGAL : KAMIS, 25 MARET 2021

LABORATORIUM FISIKA DASAR

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari manusia, tentunya sudah akrab dengan adanya magnet
dan medan magnet. Banyak peralatan dan teknologi masa kini yang memanfaatkan
kemagnetan dan medan magnet sebagai prinsip dasar kerjanya. Keberadaan magnet dan
medan magnet telah banyak menghasilkan teknologi-teknologi yang membantu pekerjaan
sehari-hari manusia, contohnya kompas, dinamo sepeda dan generator untuk
membangkitkan listrik, peralatan kesehatan MRI, dan pengeras suara pada televisi,
komputer, radio, dan earphone.

Suatu benda magnet mempunyai pasangan kutub yang dikenal dengan istilah dipole
magnet. Kutub-kutub itu dikenal dengan sebutan kutub utara dan kutub selatan. Benda
magnet inilah yang menghasilkan medan magnet. Medan magnet adalah suatu daerah atau
ruangan yang dipengaruhi oleh gaya magnet. Medan magnet mempunyai garis-garis atau
pola-pola medan yang keluar dari kutub utara dan masuk kutub selatan. Medan magnet
magnet dapat dihasilkan dari suatu muatan listrik q yang bergerak dengan kecepatan v.

Bumi juga mempunyai medan magnet sendiri. Bumi dianalogikan sebagai sebuah
diol magnetik raksasa dengan kutub utara magnetik berbeda sekitar 11,5° dari kutub utara
geografis bumi. Sumber kemagnetan bumi adalah faktor perputaran inti bumi yang
bersifat cair. Inti cair bumi terdiri dari lelehan besi dan nikel bertemperatur 5000°C yang
berputar sedemikian sehingga menghasilkan medan magnet yang arahnya dari selatan
menuju utara bumi. Medan magnet bumi ini juga mempunyai manfaat bagi manusia dan
makhluk hidup yang tinggal di bumi. Manfaat dari medan magnet bumi adalah
melindungi bumi dari radiasi luar angkasa, dasar navigasi global, alat bantu migrasi
hewan, dan alat bantu dalam eksplorasi bahan tambang.

Oleh karena begitu luasnya peran dan manfaat medan magnet, khususnya medan
magnet bumi, praktikum medan magnet bumi yang bertujuan mengukur kuat medan
magnet bumi ini menjadi penting agar praktikan lebih mendalami mengenai konsep
medan magnet, khusunya medan magnet bumi.

1.2. Tujuan
1. Mengukur kuat medan magnet bumi horizontal dengan beberapa cara.
1.3. Manfaat
1. Mengetahui kuat medan magnet bumi horizontal.
BAB II
DASAR TEORI

Gejala magnetisme, seperti halnya listrik, juga telah diamati manusia beberapa abad
sebelum masehi. Kata “magnet” berasal dari nama daerah Magnesia di Asia kecil di mana
ditemukan batu-batu yang tarik-menarik. Pada tahun 1269, de Maricourt melakukan studi
tentang magnet dan mengamati adanya sepasang kutub pada benda magnetik. Pasangan
kutub ini dikenal dengan istilah dipole magnet (di = dua, pole = kutub). Jika kutub yang
sama didekatkan maka akan saling menolak, dan sebaliknya jika kutub yang berlainan
didekatkan akan saling menarik. Benda magnet inilah yang menghasilkan medan magnet.
Bumi juga mempunyai medan magnet sendiri. Bumi dianalogikan sebagai sebuah
diol magnetik raksasa dengan kutub utara magnetik berbeda sekitar 11,5° dari kutub utara
geografis bumi. Sumber kemagnetan bumi adalah faktor perputaran inti bumi yang
bersifat cair. Inti cair bumi terdiri dari lelehan besi dan nikel bertemperatur 5000°C yang
berputar sedemikian sehingga menghasilkan medan magnet yang arahnya dari selatan
menuju utara bumi. Lelehan besi dan nikel mengandung sejumlah muatan listrik yang
berputar mengelilingi sumbunya yang akan timbul medan magnet yang arahnya sesuai
dengan aturan tangan kanan yang membuat bumi menjadi sebuah magnet raksasa dengan
kutub-selatan magnet di utara, dan kutub-utara magnet di selatan (meskipun kita katakan
kutub utara magnet di utara karena kompas kita menunjuk ke sana). Medan magnet bumi
dan medan magnet pada batang adalah sama, karena dalam medan magnet bumi terdapat
pola garis medan magnet yang menunjukkan seperti seolah-olah ada medan magnet
imajiner di dalam bumi. Kutub utara dalam kompas menunjukkan arah utara, yang secara
magnetis merupakan kutub selatan (Giancolli, 2014).
Medan magnet adalah suatu daerah atau ruangan yang dipengaruhi oleh gaya
magnet. Medan magnet digambarkan dengan garis-garis atau pola-pola medan yang
keluar dari kutub utara dan masuk kutub selatan. Medan magnet dapat dihasilkan dari
suatu muatan listrik q yang bergerak dengan kecepatan v. Medan magnet yang dihasilkan
pada jarak r dari muatan bergerak q adalah sebesar:
𝜇0 𝑞(𝑣 × 𝑟̂ )
𝐵=
4𝜋𝑟 2
𝜇0 = kontanta permeabilitas udara (4𝜋 × 10−7 𝑇𝑚/𝐴)
𝑟 = jarak muatan terhadap titik di mana medan magnet diukur
𝑞 = muatan
𝑣 = vektor kecepatan
𝑟̂ = vektor satuan jarak
Karena medan magnet dapat timbul pada muatan yang bergerak, maka dapat
dipastikan bahwa kawat berarus listrik akan menimbulkan medan magnet, sebab arus
merupakan muatan listrik yang bergerak. Penelitian tentang interaksi antara listrik dan
medan magnet sudah sejak lama dilakukan. Secara teori, dipahami bahwa medan magnet
dapat dihasilkan dari suatu sumber arus listrik. Ketika arus dihasilkan dari suatu kawat
panjang, maka akan timbul medan magnet di sekitar kawat seperti terlihat pada gambar.

Gambar 1. Medan magnet di sekitar kawat berarus


Arah dari medan magnet dapat dilihat melalui aturan tangan kanan dengan ibu jari
menunjuk arah arus lisrik dan keempat jari lain yang mengepal menunjukkan arah medan
megnet (Tim Asisten Praktikum Fisika Dasar II, 2021).
Arus listrik dapat menghasilkan medan magnet ditemukan oleh Hans Christian
Oersted pada tahun 1820. Ia menemukan bahwa ketika jarum kompas diletakkan di dekat
kawat berarus listrik, jarum mengalami penyimpangan (Giancoli, 2001). Hal ini menjadi
dasar bahwa secara sederhana kompas juga bisa digunakan sebagai alat untuk
menentukan arah medan magnet akibat arus listrik yang ditimbulkannya, selain itu
kompas juga bisa digunakan sebagai alat untuk menghitung besarnya medan magnet pada
kawat berarus. Nilai dari medan magnet sesuai fungsi arus dan jarak dirumuskan dengan
persamaan:
𝜇0 𝐼
𝐵=
2𝜋𝑟 2
𝜇0 = kontanta permeabilitas udara (4𝜋 × 10−7 𝑇𝑚/𝐴)
𝑟 = jarak muatan terhadap titik di mana medan magnet diukur (m)
𝐼 = arus listrik (A)
𝐼 = kuat medan megnet (T)
Solenoida adalah induktor yang terdiri gulungan kawat berbahan konduktor
membentuk kumparan (koil) yang kadang di dalamnya dimasukkan sebuah batang besi
berbentuk silinder dengan tujuan memperkuat medan magnet yang dihasilkannya. Medan
magnet berbentuk solenoid ialah medan magnet yang dihasilkan oleh arus dalam
kumparan kawat berbentuk heliks yang panjang, tergulung rapat. Kuat medan magnet di
dalam (sumbu) solenoida jauh lebih besar bila dibandingkan dengan di luar solenoida.
Solenoida disebut ideal apabila medan magnet di dalam solenoida bersifat homogen dan
di luarnya nol. Kuat medan magnet (B) didalam solenoida dapat dihitung menggunakan
hukum ampere. Jika setiap lilitan pada solenoida berarus listrik 𝐼0 dan terdapat 𝑁 buah
lilitan pada solenoida sepanjang 𝑙, maka:
𝜇0 𝐼0 𝑁
𝐵=
𝑙
Teknik solenoida ini biasa digunakan untuk pembuatan elektromagnet dan toroida. Kutub
selatan elektromagnet (S) merupakan kutub yang dituju oleh garis-garis medan magnet
yang berasal dari kutub utara (U) (Tim Asisten Praktikum Fisika Dasar II, 2021).
Pada kasus solenoida, arus I-nya berputar sehingga untuk memudahkan kaidah
tangan kanan, arah putaran keempat jari yang dirapatkan menunjukkan arah putaran arus,
sedang arah ibu jari menunjukkan arah garis-garis medan magnetiknya. Ketika sebuah
solenoida dialiri arus listrik maka garis-garis medan magnetik yang dihasilkan mirip
seperti magnet batang, dimana garis gaya magnet akan keluar dari ujung ibu jari (kutub
utara) dan masuk ke pangkal ibu jari (kutub selatan). Medan magnet pada solenoida
digambarkan dalam gambar berikut.

Gambar 2. Medan magnet di sekitar solenoida yang dialiri arus


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Alat dan Bahan


1. Satu set kawat dengan pengukur jarak.
2. Sebuah kompas.
3. Sumber arus.
4. Sebuah solenoida dengan batang besi.
5. Sebuah stopwatch.
6. Sebuah penggaris.
3.2. Skema Alat/Skema Eksperimen
A. Percobaan dengan solenoida (metode osilasi)

Gambar 3.1. Skema eksperimen percobaan dengan solenoida (metode osilasi)


B. Percobaan dengan kawat berarus
Gambar 3.2. Skema eksperimen percobaan dengan kawat berarus
3.3. Metode Eksperimen
A. Percobaan dengan solenoida (metode osilasi)
1. Sumber arus dihubungkan ke solenoida.
2. Arus dipasang pada 0,2 A.
3. Waktu dicatat pada saat batang berosilasi sebanyak 20 kali.
4. Arus divariasikan sampai 2 A (variasi 0,2 A).
5. Langkah 4 diulang untuk setiap arus.
B. Percobaan dengan kawat berarus (metode pergeseran sudut pada jarum kompas)
a. Variasi arus dengan tinggi kawat tetap
1. Sumber arus dihubungkan dengan kawat.
2. Tinggi kawat dengan kompas dibuat 3 cm.
3. Sudut penyimpangan pada kompas dicatat
4. Arus divariasikan dari 0,5 A sampai 3 A (setiap 0,5 A).
5. Penyimpangan pada kompas di setiap variasi arus dicatat.
b. Variasi tinggi kawat dengan arus tetap
1. Sumber arus dihubungkan dengankawat panjang.
2. Arus dibuat tetap pada 2,5 A.
3. Tinggi kawat divariasikan mulai dari 2 cm hingga 6 cm (setiap 1 cm).
4. Sudut penyimpangan pada kompas di setiap variasi tinggi kawat dengan
kompas dicatat.
3.4. Analisis Data
A. Percobaan dengan solenoida (metode osilasi)
Tabel data
I (A) n t1 (s) t2 (s) T1 (s) T2 (s) T (s) 1/T2 (s-2)

Persamaan yang digunakan


1 𝑘𝜇0 𝑁
= 𝐼 + 𝑘𝐵𝑏
𝑇2 𝐿

Diplot grafik 1/T2 vs I


1/T2 (s-2)

I (A)

Dengan,
𝜇0 𝑁𝐼
• = 𝐵𝑤
𝐿
𝐶𝐿𝐵
• 𝜔2 = 𝐼
𝐶𝐿
𝜔2 = (𝐵𝑏 + 𝐵𝑤 )
𝐼
1 𝐶𝐿(𝐵𝑏 +𝐵𝑤 )
=
𝑇2 4𝜋 2 𝐼
2𝜋
• 𝜔= 𝑇

Maka didapatkan
𝑘𝜇0 𝑁
1. 𝑚 =
𝐿
𝑚𝐿
𝑘 = 𝑁𝜇
0
𝐿
∆𝑘 = 𝑁𝜇 ∆𝑚
0

∴ 𝑘 ± ∆𝑘 = ⋯ ± ⋯

2. 𝑐 = 𝑘𝐵𝑏
𝑐
𝐵𝑏 = 𝑘
1 2 c 2
∆𝐵𝑏 = √(𝑘 ∆𝑐) + (k2 ∆𝑘)
∴ 𝐵𝑏 ± ∆𝐵𝑏 = ⋯ ± ⋯
Keterangan:
𝑘 = 𝑐 = konstanta
𝐿 = panjang kumparan (0,35 m)
𝐵𝑏 = medan magnet bumi horizontal
𝐵𝑤 = medan magnet bumi
𝜇0 = 4𝜋 × 10−7
𝑁 = jumlah lilitan (384 lilitan)
𝐼 = arus listrik
B. Percobaan dengan kawat berarus (metode pergeseran sudut pada jarum kompas)
a. Variasi arus dnegan tinggi kawat tetap
Tabel data
I (A) 𝜃1° 𝜃2° 𝜃3° 𝜃° tan 𝜃 °

Persamaan yang digunakan


0 𝜇
tan 𝜃 = 2𝜋𝑑𝐵 𝐼
𝑏

Diplot grafik tan 𝜃 vs I


tan 𝜃

I (A)

Maka didapatkan
𝜇0
𝑚=
2𝜋𝑑𝐵𝑏
0 𝜇
𝐵𝑏 = 2𝜋𝑑𝑚
0 𝜇
∆𝐵𝑏 = 2𝜋𝑑𝑚 2 ∆𝑚

∴ 𝐵𝑏 ± ∆𝐵𝑏 = ⋯ ± ⋯
b. Variasi tinggi kawat dengan arus tetap
Tabel data
d (m) 𝜃1° 𝜃2° 𝜃3° 𝜃° 1/ tan 𝜃 °

Persamaan yang digunakan


1 2𝜋𝐵𝑏
= 𝑑
tan 𝜃 𝜇0 𝐼
1
Diplot grafik tan 𝜃 vs I
1/tan 𝜃

d (m)

Maka didapatkan
2𝜋𝐵𝑏
𝑚= 𝜇0 𝐼
𝑚𝜇0 𝐼
𝐵𝑏 = 2𝜋
𝜇0 𝐼
∆𝐵𝑏 = ∆𝑚
2𝜋

∴ 𝐵𝑏 ± ∆𝐵𝑏 = ⋯ ± ⋯
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data
A. Percobaan dengan solenoida (metode osilasi)
I (A) n t1 (s) t2 (s) T1 (s) T2 (s) T (s) 1/T2 (s-2)
0,2 20 19,25 20,37 0,96 1,02 0,99 1,02
0,4 20 14,44 14,81 0,72 0,74 0,73 1,87
0,6 20 12,4 12,09 0,62 0,60 0,61 2,67
0,8 20 10,41 10,32 0,52 0,52 0,52 3,72
1 20 9,18 9,28 0,46 0,46 0,46 4,70
1,2 20 8,75 8,69 0,44 0,43 0,44 5,26
1,4 20 7,9 7,94 0,40 0,40 0,40 6,38
1,6 20 7,72 7,41 0,39 0,37 0,38 6,99
1,8 20 6,94 7,06 0,35 0,35 0,35 8,16
2 20 6,66 6,91 0,33 0,35 0,34 8,69
B. Percobaan dengan kawat berarus (metode pergeseran sudut pada jarum kompas)
a. Variasi arus dengan tinggi kawat tetap
𝑑 = 0,03 𝑚; ∆𝑑 = 0,0005 𝑚
I (A) 𝜃1° 𝜃2° 𝜃3° 𝜃° tan 𝜃 °
0,5 10 10 11 10,33 0,18
1 18 18 18 18 0,32
1,5 21 22 21 21,33 0,39
2 26 27 26 26,33 0,49
2,5 28 29 30 29 0,55
3 32 31 32 31,67 0,61
b. Variasi tinggi kawat dengan arus tetap
𝐼 = 2,5 𝐴; ∆𝐼 = 0,05 𝐴
d (m) 𝜃1° 𝜃2° 𝜃3° 𝜃° 1/ tan 𝜃 °
0,02 35 33 32 33,33 1,52
0,03 30 27 26 27,67 1,91
0,04 24 22 23 23 2,36
0,05 18 17 16 17 3,27
0,06 10 11 11 10,67 5,31
4.2. Grafik
1. Grafik 1/T2 vs I

Grafik 1/T2 vs I
9

6
1/T2 (s-2)

0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2
I (A)

Gambar 4.1. Grafik 1/T2 vs I


2. Grafik tan 𝜃 vs I

Grafik tan𝜃 vs I
0.7

0.6

0.5

0.4
tan𝜃

0.3

0.2

0.1

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
I (A)
Gambar 4.2. Grafik tan 𝜃 vs I
3. Grafik 1/ tan 𝜃 vs d

Grafik 1/tan𝜃 vs d
6

4
1/tan𝜃

0
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07
d (m)

Gambar 4.3. Grafik 1/ tan 𝜃 vs d

4.3. Pembahasan

Praktikum medan magnet bumi ini bertujuan untuk mengukur kuat medan magnet
bumi horizontal dengan beberapa cara. Cara yang digunakan dalam praktikum ini dalam
mengukur kuat medan magnet bumi horizontal adalah percobaan dengan solenoida
melalui metode osilasi dan percobaan dengan kawat berarus (metode pergeseran sudut
pada jarum kompas) dengan variasi arus dengan tinggi kawat tetap dan variasi tinggi
kawat dengan arus tetap.
Pada tahun 1269, de Maricourt melakukan studi tentang magnet dan mengamati
adanya sepasang kutub pada benda magnetik. Pasangan kutub ini dikenal dengan istilah
dipole magnet (di = dua, pole = kutub). Jika kutub yang sama didekatkan maka akan
saling menolak, dan sebaliknya jika kutub yang berlainan didekatkan akan saling
menarik. Benda magnet inilah yang menghasilkan medan magnet. Bumi juga mempunyai
medan magnet sendiri. Bumi dianalogikan sebagai sebuah diol magnetik raksasa dengan
kutub utara magnetik berbeda sekitar 11,5° dari kutub utara geografis bumi. Sumber
kemagnetan bumi adalah faktor perputaran inti bumi yang bersifat cair. Medan magnet
bumi dan medan magnet pada batang adalah sama, karena dalam medan magnet bumi
terdapat pola garis medan magnet yang menunjukkan seperti seolah-olah ada medan
magnet imajiner di dalam bumi. Kutub utara dalam kompas menunjukkan arah utara,
yang secara magnetis merupakan kutub selatan (Giancolli, 2014).
Medan magnet adalah suatu daerah atau ruangan yang dipengaruhi oleh gaya
magnet. Medan magnet digambarkan dengan garis-garis atau pola-pola medan yang
keluar dari kutub utara dan masuk kutub selatan. Medan magnet dapat dihasilkan dari
suatu muatan listrik q yang bergerak dengan kecepatan v. Karena medan magnet dapat
timbul pada muatan yang bergerak, maka dapat dipastikan bahwa kawat berarus listrik
akan menimbulkan medan magnet, sebab arus merupakan muatan listrik yang bergerak.
Arus listrik dapat menghasilkan medan magnet ditemukan oleh Hans Christian Oersted
pada tahun 1820. Ia menemukan bahwa ketika jarum kompas diletakkan di dekat kawat
berarus listrik, jarum mengalami penyimpangan (Giancoli, 2001). Hal ini menjadi dasar
bahwa secara sederhana kompas juga bisa digunakan sebagai alat untuk menentukan arah
medan magnet akibat arus listrik yang ditimbulkannya, selain itu kompas juga bisa
digunakan sebagai alat untuk menghitung besarnya medan magnet pada kawat berarus.
Kekuatan medan magnet juga dapat ditentukan melalui solenoida. Solenoida adalah
induktor yang terdiri gulungan kawat berbahan konduktor membentuk kumparan (koil)
yang kadang di dalamnya dimasukkan sebuah batang besi berbentuk silinder dengan
tujuan memperkuat medan magnet yang dihasilkannya. Medan magnet berbentuk
solenoid ialah medan magnet yang dihasilkan oleh arus dalam kumparan kawat berbentuk
heliks yang panjang, tergulung rapat.
Percobaan pertama yang dilakukan dalam menentukan medan magnet bumi
horizontal adalah dengan meggunakan solenoida yang dialiri listrik melalui metode
osilasi. Langkah pertama yang dilakukan adalah menghubungkan sumber arus ke
solenoida. Selanjutnya, arus dipasang pada 0,2 A. Lalu, waktu dicatat pada saat batang
berosilasi sebanyak 20 kali. Kemudian, arus divariasikan sampai 2 A (variasi 0,2 A).
Langkah 4 diulang untuk setiap variasi arus. Berdasarkan percobaan dengan solenoida
ini, diperoleh data berupa periode osilasi pada setiap variasi arus sehingga dapat diperoleh
1 1
pula nilai 𝑇 2. Berdasarkan perhitungan, diperoleh nilai 𝑇 2 pada arus 0,2 A, 0,4 A, 0,6 A,

0,8 A, 1 A, 1,2 A, 1,4 A, 1,6 A, 1,8 A, dan 2 A adalah 1,02 s-2, 1,87 s-2, 2,67 s-2, 3,72 s-2,
1
4,70 s-2, 5,26 s-2, 6,38 s-2, 6,99 s-2, 8,16 s-2, dan 8,69 s-2. Berdasarkan persamaan =
𝑇2
𝑘𝜇0 𝑁 1
𝐼 + 𝑘𝐵𝑏 yang analog dengan persamaan 𝑦 = 𝑚𝑥 + 𝑐, diplot grafik dengan
𝐿 𝑇2

sebagai sumbu y dan 𝐼 sebagai sumbu x dan dihasilkan grafik linear (Grafik 4.1.). Grafik
1 1
ini menunjukkan hubungan antara dan 𝐼 yang mana antara 𝑇 2 dan 𝐼 berbanding lurus
𝑇2
1
di mana jika nilai 𝐼 semakin meningkat, maka nilai juga semakin meningkat begitu
𝑇2

pula sebaliknya. Berdasarkan perhitungan dengan metode regresi linear diperoleh nilai
𝑚 ± ∆𝑚 = 4,34 ± 0,078 dan nilai 𝑐 ± ∆𝑐 = 0,17 ± 0,096. Oleh karena 𝑚 analog
𝑘𝜇0 𝑁 𝑚𝐿 𝐿
dengan , diperoleh nilai 𝑘 dan ∆𝑘 berdasarkan persamaan 𝑘 = 𝑁𝜇 dan ∆𝑘 = 𝑁𝜇 ∆𝑚
𝐿 0 0

adalah 3147,86 ± 56,64. Oleh karena 𝑐 analog dengan 𝑘𝐵𝑏 , dipeoleh nilai 𝐵𝑏 dan ∆𝐵𝑏

𝑐 1 2 c 2
melalui persamaan 𝐵𝑏 = 𝑘 dan ∆𝐵𝑏 = √(𝑘 ∆𝑐) + (k2 ∆𝑘) adalah (5,4 ± 0,3) ×

10−5 𝑇. Ketepatan nilai medan magnet bumi horizontal yang dihasilkan dalam percobaan
ini adalah 94,44%.
Percobaan ketiga dilakukan dengan kawat berarus metode pergeseran jarum
kompas dengan variasi tinggi kawat dan arus tetap. Langkah pertama yang dilakukan
adalah menghubungkan sumber arus dengan kawat. Selanjutnya, tinggi kawat dengan
kompas dibuat 3 cm. Kemudian, sudut penyimpangan pada kompas dicatat. Lalu, arus
divariasikan dari 0,5 A sampai 3 A (setiap 0,5 A). Terakhir, penyimpangan pada ompas
di setiap variasi arus dicatat. Berdasarkan percobaan dengan kawat berarus metode
pergeseran jarum kompas dengan variasi arus dan tinggi kawat tetap, diperoleh data
berupa sudut penyimpangan jarum kompas pada setiap variasi arus yang dilakukan. Nilai
sudut yang diperoleh dari setiap variasi arus 0,5 A, 1 A, 1,5 A, 2 A, 2,5 A, dan 3 A
berturut-turut adalah 10,33˚, 18˚, 21,33˚, 26,33˚, 29˚, dan 31,67˚ sehingga diperoleh nilai
tan 𝜃 berturut-turut adalah 0,18, 0,32, 0,39, 0,49, 0,55, dan 0,61. Berdasarkan persamaan
0𝜇
tan 𝜃 = 2𝜋𝑑𝐵 𝐼 yang analog dengan persamaan 𝑦 = 𝑚𝑥 + 𝑐, diplot grafik dengan tan 𝜃
𝑏

sebagai sumbu y dan 𝐼 sebagai sumbu x dan dihasilkan grafik linear (Grafik 4.2.). Grafik
ini menunjukkan hubungan antara tan 𝜃 dan 𝐼 yang mana antara tan 𝜃 dan 𝐼 berbanding
lurus di mana jika nilai 𝐼 semakin meningkat, maka nilai tan 𝜃 juga semakin meningkat
begitu pula sebaliknya. Berdasarkan perhitungan dengan metode regresi linear diperoleh
𝜇0
nilai 𝑚 ± ∆𝑚 = 0,17 ± 0,013. Oleh karena 𝑚 analog dengan , diperoleh 𝐵𝑏 dan
2𝜋𝑑𝐵𝑏
0 𝜇 0 𝜇
∆𝐵𝑏 melalui persamaan 𝐵𝑏 = 2𝜋𝑑𝑚 dan ∆𝐵𝑏 = 2𝜋𝑑𝑚 2 ∆𝑚 adalah (3,92 ± 0,29) ×
10−5 𝑇. Ketepatan nilai medan magnet bumi horizontal yang dihasilkan dalam percobaan
ini adalah 99,92%.
Percobaan kedua dilakukan dengan kawat berarus metode pergeseran jarum
kompas dengan variasi arus dan tinggi kawat tetap. Langkah pertama yang dilakukan
adalah menghubungkan sumber arus dengan kawat panjang. Selanjutnya, arus dibuat
tetap pada 2,5 A. Kemudian, Tinggi kawat divariasikan mulai dari 2 cm hingga 6 cm
(setiap 1 cm). Terakhir, sudut penyimpangan pada kompas di setiap variasi tinggi kawat
dengan kompas dicatat. Berdasarkan percobaan dengan kawat berarus metode pergeseran
jarum kompas dengan variasi tinggi kawat dan arus tetap, diperoleh data berupa sudut
penyimpangan jarum kompas pada setiap variasi tinggi kawat yang dilakukan. Nilai sudut
yang diperoleh dari setiap tinggi kawat 0,02 m, 0,03 m, 0,04 m, 0,05 m, dan 0,06 m
1
berturut-turut adalah 33,33˚, 27,67˚, 23˚, 17˚, dan 10,67˚ sehingga diperoleh nilai
tan 𝜃
1
berturut-turut adalah 1,52, 1,91, 2,36, 3,27, dan 5,31. Berdasarkan persamaan =
𝑡𝑎𝑛 𝜃
2𝜋𝐵𝑏 1
𝑑 yang analog dengan persamaan 𝑦 = 𝑚𝑥 + 𝑐, diplot grafik dengan sebagai
𝜇0 𝐼 𝑡𝑎𝑛 𝜃

sumbu y dan 𝑑 sebagai sumbu x dan dihasilkan grafik linear (Grafik 4.3.). Grafik ini
1 1
menunjukkan hubungan antara 𝑡𝑎𝑛 𝜃 dan 𝑑 yang mana antara 𝑡𝑎𝑛 𝜃 dan 𝑑 berbanding lurus
1
di mana jika nilai 𝑑 semakin meningkat, maka nilai 𝑡𝑎𝑛 𝜃 juga semakin meningkat begitu

pula sebaliknya. Berdasarkan perhitungan dengan metode regresi linear diperoleh nilai
2𝜋𝐵𝑏
𝑚 ± ∆𝑚 = 89,4 ± 19,37. Oleh karena 𝑚 analog dengan , diperoleh 𝐵𝑏 dan ∆𝐵𝑏
𝜇0 𝐼
𝑚𝜇0 𝐼 𝜇0 𝐼
melalui persamaan 𝐵𝑏 = dan ∆𝐵𝑏 = ∆𝑚 adalah (4,47 ± 0,97) × 10−5 T.
2𝜋 2𝜋

Ketepatan nilai medan magnet bumi horizontal yang dihasilkan dalam percobaan ini
adalah 78,3%.
Hasil percobaan penentuan nilai medan magnet bumi horizontal dengan solenoida
(metode osilasi), kawat berarus dengan variasi arus, dan kawat berarus dengan variasi
ketinggian kawat berturut-turut, yaitu (5,4 ± 0,3) × 10−5 T, (3,92 ± 0,29) × 10−5 T,
dan (4,47 ± 0,97) × 10−5 T sudah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa nilai
medan magnet bumi bervariasi antara 2,5 × 10−5 T hingga 6,5 × 10−5 T. Faktor yang
mempengaruhi ketelitian hasil dalam praktikum adalah ketelitian pembacaan skala arus
dan ketinggian kawat, hasil pengukuran sudut serta periode, dan ketelitian terhadap
perubahan yang terjadi pada objek. Langkah yang dapat dilakukan untuk meminimalisir
faktor ini dalah dengan selalu memastikan dan mengecek ulang kesesuaian skala dan
melakukan percobaan berulang kali sehingga data yang dihasilkan lebih akurat.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil percobaan dan perhitungan diperoleh nilai medan magnet
bumi horizonal adalah:
a. Percobaan dengan solenoida (metode osilasi)
𝐵𝑏 ± ∆𝐵𝑏 = (5,4 ± 0,3) × 10−5 T
b. Percobaan dengan kawat berarus (metode pergeseran jarum kompas
dengan variasi arus dan tinggi kawat tetap)
𝐵𝑏 ± ∆𝐵𝑏 = (3,92 ± 0,29) × 10−5 T
c. Percobaan dengan kawat berarus (metode pergeseran jarum kompas
dengan variasi tinggi kawat dan arus tetap)
𝐵𝑏 ± ∆𝐵𝑏 = (4,47 ± 0,97) × 10−5 T
5.2. Saran
1. Membaca dan memahami metode percobaan.
2. Lebih teliti dalam membaca skala arus dan ketinggian kawat dan hasil
pengukuran sudut serta periode.
DAFTAR PUSTAKA

Giancoli, D. C. (2001) Fisika Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Giancoli, D. C. (2014) Fisika: Prinsip dan Aplikasi Edisi Ketujuh Jilid I. Jakarta :
Erlangga.

Tim Asisten Praktikum Fisika Dasar II (2021) Modul Praktikum Medan Magnet Bumi
Fisika Dasar 2. Yogyakarta: Laboratorium Fisika Dasar Departemen Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Penegetahuan Alam Universitas Gadjah Mada.

Purwokerto, 14 April 2021


Mengetahui,
Praktikan
Asisten

Nancy Sosiani Hutabarat Anggoro Eko Nugroho


LAMPIRAN

DATA PERHITUNGAN

1. Percobaan dengan solenoida (metode osilasi)


No. x y x2 y2 xy
1. 0.2 1.02 0.04 1.0404 0.204
2. 0.4 1.87 0.16 3.4969 0.748
3. 0.6 2.67 0.36 7.1289 1.602
4. 0.8 3.72 0.64 13.8384 2.976
5. 1 4.70 1 22.09 4.7
6. 1.2 5.26 1.44 27.6676 6.312
7. 1.4 6.38 1.96 40.7044 8.932
8. 1.6 6.99 2.56 48.8601 11.184
9. 1.8 8.16 3.24 66.5856 14.688
10. 2 8.69 4 75.5161 17.38

∑(𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ) 11 49.46 15.4 306.9284 68.726

1 ∑ 𝑥 2 .(∑ 𝑦)2 −2 ∑ 𝑥 ∑ 𝑦 ∑(𝑥𝑦)+𝑁(∑ 𝑥𝑦)2


• 𝑆𝑦 = √𝑁−2 [∑ 𝑦 2 − ( )]
𝑁 ∑ 𝑥 2 −(∑ 𝑥)2

1 (15,4)(49,46)2 −2(11)(49,46)(68,726)+10(68,726)2
=√ [306,9284 − ( )]
10−2 10(15,4)−(11)2

= 0,141031374
𝑁 ∑(𝑥𝑦)−∑ 𝑥 ∑ 𝑦
• 𝑚= 𝑁 ∑ 𝑥 2 −(∑ 𝑥)2
10(68,726)−(11)(49,46)
= 10(15,4)−(11)2

= 4,339393939 = 4,34
𝑁
• ∆𝑚 = 𝑆𝑦 √𝑁 ∑ 𝑥 2 −(∑ 𝑥)2

10
= 0.141031374√10(15,4)−(11)2

= 0,077635216 = 0,078
∴ 𝑚 ± ∆𝑚 = 4,34 ± 0,078
∑ 𝑥 2 ∑ 𝑦−∑ 𝑥 ∑ 𝑥𝑦
• 𝑐= 𝑁 ∑ 𝑥 2 −(∑ 𝑥)2
(15,4)(49,46)−(11)(68,726)
= 10(15,4)−(11)2

= 0.172666667 = 0,17
∑ 𝑥2
• ∆𝑐 = 𝑆𝑦 √𝑁 ∑ 𝑥 2 −(∑ 𝑥)2

15,4
= 0.141031374√10(15,4)−(11)2

= 0.09634277 = 0,096
∴ 𝑐 ± ∆𝑐 = 0,17 ± 0,096
𝑚𝐿 (4,34)(0,35)
• 𝑘 = 𝑁𝜇 = (384)(4𝜋×10−7) = 3147,86
0
𝐿 0,35
• ∆𝑘 = 𝑁𝜇 ∆𝑚 = (384)(4𝜋×10−7 ) 0,078 = 56,639 = 56,64
0

∴ 𝑘 ± ∆𝑘 = 3147,86 ± 56,64
𝑐 0,17
• 𝐵𝑏 = 𝑘 = 3147,86 = 0,54 × 10−5
1 2 c 2
• ∆𝐵𝑏 = √(𝑘 ∆𝑐) + (k2 ∆𝑘)
1 2 0,17 2
= √(3147,86 0,096) + ((3147,86)2 56,64)
= 0,3 × 10−5
∴ 𝐵𝑏 ± ∆𝐵𝑏 = (5,4 ± 0,3) × 10−5
2. Percobaan dengan kawat berarus
a. Variasi arus dengan tinggi kawat tetap
𝑑 = 0,03 𝑚; ∆𝑑 = 0,0005 𝑚
No. x y x2 y2 xy
1. 0.5 0.18 0.25 0.0324 0.09
2. 1 0.32 1 0.1024 0.32
3. 1.5 0.39 2.25 0.1521 0.585
4. 2 0.49 4 0.2401 0.98
5. 2.5 0.55 6.25 0.3025 1.375
6. 3 0.61 9 0.3721 1.83

∑(𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ) 10.5 2.54 22.75 1.2016 5.18

1 ∑ 𝑥 2 .(∑ 𝑦)2 −2 ∑ 𝑥 ∑ 𝑦 ∑(𝑥𝑦)+𝑁(∑ 𝑥𝑦)2


• 𝑆𝑦 = √𝑁−2 [∑ 𝑦 2 − ( )]
𝑁 ∑ 𝑥 2 −(∑ 𝑥)2
1 (22.75)(2,54)2 −2(10,5)(2,54)(5,18)+6(5,18)2
=√ [1,2016 − ( )]
6−2 6(22,75)−(10,5)2

= 0,026708301
𝑁 ∑(𝑥𝑦)−∑ 𝑥 ∑ 𝑦
• 𝑚= 𝑁 ∑ 𝑥 2 −(∑ 𝑥)2
6(5,18)−(10,5)(2,54)
= 6(22,75)−(10,5)2

= 0,168 = 0,17
𝑁
• ∆𝑚 = 𝑆𝑦 √𝑁 ∑ 𝑥 2 −(∑ 𝑥)2

6
= 0,026708301√6(22,75)−(10,5)2

= 0,012769 = 0,013
∴ 𝑚 ± ∆𝑚 = 0,17 ± 0,013
𝜇 (4𝜋×10−7 )
• 0
𝐵𝑏 = 2𝜋𝑑𝑚 = 2𝜋(0,03)(0,17) = 3,92 × 10−5
𝜇 (4𝜋×10−7 )
• 0
∆𝐵𝑏 = 2𝜋𝑑𝑚 2 ∆𝑚 = 2𝜋(0,03)(0,17)2 0,013 = 0,29 × 10
−5

∴ 𝐵𝑏 ± ∆𝐵𝑏 = (3,92 ± 0,29) × 10−5


b. Variasi tinggi kawat dengan arus tetap
𝐼 = 2,5 𝐴; ∆𝐼 = 0,05 𝐴
No. X y x2 y2 xy
1. 0.02 1.52 0.0004 2.3104 0.0304
2. 0.03 1.91 0.0009 3.6481 0.0573
3. 0.04 2.36 0.0016 5.5696 0.0944
4. 0.05 3.27 0.0025 10.6929 0.1635
5. 0.06 5.31 0.0036 28.1961 0.3186

∑(𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ) 0.2 14.37 0.009 50.4171 0.6642

1 ∑ 𝑥 2 .(∑ 𝑦)2 −2 ∑ 𝑥 ∑ 𝑦 ∑(𝑥𝑦)+𝑁(∑ 𝑥𝑦)2


• 𝑆𝑦 = √𝑁−2 [∑ 𝑦 2 − ( )]
𝑁 ∑ 𝑥 2 −(∑ 𝑥)2

1 (0,009)(14,37)2 −2(0,2)(14,37)(0,6642)+5(0,6642)2
=√ [50,4171 − ( )]
5−2 5(0,009)−(0,2)2

= 0,612470407
𝑁 ∑(𝑥𝑦)−∑ 𝑥 ∑ 𝑦
• 𝑚= 𝑁 ∑ 𝑥 2 −(∑ 𝑥)2
5(0,6642)−(0,2)(14,37)
= 5(0,009)−(0,2)2

= 89,4
𝑁
• ∆𝑚 = 𝑆𝑦 √𝑁 ∑ 𝑥 2 −(∑ 𝑥)2

5
= 0,612470407√5(0,009)−(0,2)2

= 19,36801487 = 19,37
∴ 𝑚 ± ∆𝑚 = 89,4 ± 19,37
𝑚𝜇0 𝐼 (89,4)(4𝜋×10−7 )(2,5)
• 𝐵𝑏 = = = 4,47 × 10−5
2𝜋 2𝜋
𝜇0 𝐼 (4𝜋×10−7 )(2,5)
• ∆𝐵𝑏 = ∆𝑚 = 19,37 = 0,097 × 10−5
2𝜋 2𝜋

∴ 𝐵𝑏 ± ∆𝐵𝑏 = (4,47 ± 0,97) × 10−5

Anda mungkin juga menyukai