PENDAHULUAN
Keterangan :
V = beda potensial (V)
I = kuat arus (A)
R = hambatan (Ω)
V
Untuk material nonohmik, perbandingan bergantung pada arus, sehingga
I
Keterangan:
I = kuat arus (A)
V = beda potensial (v)
σ= konduktivitas bahan (Ωm-1)
J = kerapatan arus (A/m2)
I
Karena J= Amaka beda potensial V dapat ditulis
I I
V= σ J = (σA) i………………........................……………..…….…..(2.4)
Keterangan:
I = kuat arus (A)
V = beda potensial (v)
σ= konduktivitas bahan (Ωm-1)
J = kerapatan arus (A/m2)
A = luas penampang (m2)
I
Besaran σA disebut tahanan R atau resistansi konduktor, sehingga :
1V
1Ω= …………….......................…………..……………………...(2.5)
A
Keterangan:
A = luas penampang (m2)
V = beda potensial (v)
Arah arus searah dengan arah gerak pembawa muatan positif dan
berlawanan arah dengan gerak pembawa muatan negatif (Guntoro, 2013).
Hambatan suatu resistor dipengaruhi oleh panjang, luas dan jenis bahan.
I
R=ρ A…………………….........................…………………………...(2.6)
Keterangan:
R = resistansi (Ω)
ρ = hambatan jenis (Ωm)
A = luas penampang (m2 )
l = panjang kawat (m)
Jumlah kuat arus listrik yang menuju titik sama dengan jumlah kuat arus
lisrik yang meninggalkan titik. Dalam rangkaian tertutup, jumlah aljabar gaya
listrik 𝜖 dan penurunan tegangan pada resistor adalah nol, dinyatakan sebagai:
Σ ϵ+Σ i R=0 (Sihombing, 2011).
Menurut hukum Ohm :
V1 = I1 R1 ; V2 = I2 R 2 sehingga V1 = V2 ; ϵ = V2 atau V1 = V2 ….(2.7)
Keterangan:
V = beda potensial(v)
I = kuat arus (A)
E = beda potensial pada rangkaian tertutup (v)
2.2 Arus
Arus lisrik adalah muatan listrik. Jika dalam selang waktu, jumlah muatan
listrik yang mengalir adalah banyaknya aliran muatan listrik per selang waktu.
Muatan listrik dapat mengalir dari satu tempat ke tempat lain karena adanya beda
potensial. Tempat yang memiliki potensial tinggi melepaskan muatan ke tempat
yang memiliki potensial rendah. Besarnya arus yang mengalir berbanding lurus
dengan beda potensial antara dua tempat (Abdullah, 2016).
Kalau ada aliran netto muatan melewati suatu daerah, kita gunakan bahwa
ada arus melalui daerah tersebut. Jika sebuah konduktor terisolasi ditempatkan
dalam medan elektrostatik, muatan dalam konduktor itu akan menyusun diri
kembali sehingga menjadikan interior (bagian dalam) konduktor itu suatu daerah
bebas medan dan dalam daerah itu potensial konstan. Gerak muatan dalam proses
menyusun diri kembali itu merupakan sebuah arus transisi (arus yang hanya
sejenak) dan arus itu tidak ada lagi kalau medan pada konduktor menjadi nol.
Agar ada arus yang kontinu (terus-menerus) dengan sesuatu cara kita harus
berupaya dalam sesuatu cara agar selalu ada gaya bekerja terhadap muatan yang
bergerak dalam sebuah konduktor. Gaya itu dihasilkan oleh medan
elektromagnetik atau oleh sebab-sebab lain yang akan dibahas nanti. Kita
andaikan saja bahwa dalam sebuah konduktor selalu ada medan listrik efektif ϵ ,
demikian rupa sehingga partikel bermuatan dalam konduktor selalu ada medan
listrik itu mengalami gaya F = q ϵ yang disebut gaya dorong (driving force)
terhadap partikel tersebut.
Gerak partikel bermuatan bebas dalam sebuah konduktor sangat berbeda
dan gerak partikel dalam ruang hampa. Sesudah mengalami percepatan sesaat,
partikel itu membuat benturan inelastik dengan salah satu partikel diam dalam
konduktor lalu kecepatan yang berada pun diperolehnya dalam arah gaya dorong
dengan kecepatan rata-rata yang disebut kecepatan hanyut (drift velocity).
Benturan inelastik terhadap partikel diam mengakibatkan pemindahan energi yang
akan menambah energi getarannya dan menyebabkan kenaikan temperatur jika
konduktor terisolasi secara termal atau menyebabkan panas mengalir dari
konduktor ke kelilingnya jika tidak terisolasi.
Arus melalui suatu daerah secara kuantitatif didefinisikan sebagai muatan
netto yang melalui daerah tersebut persatuan waktu. Arus berdasarkan definisinya
merupakan besaran skalardan karena itu tidak tepat jika kita mengatakan “arah
arus”. Namun ungkapan ini demi keringkasan sering diucapkan sedangkan yang
dimaksud ialah arah rapat arus vektor J. Arah kecepatan vektor V menyangkut
muatan positif sama dengan arah medan listrik ϵ dan arah kecepatan pengangkut
muatan positif dan negatif berlawanan dengan arah ϵ. Tiap-tiap arahnya negatif.
P = I2.V.................................................................................................(2.10)
V2
P= ....................................................................................................(2.11)
R
Keterangan:
P = daya listrik (W)
I = kuat arus (A)
V = beda potensial (v)
w = energi listrik (J)
t = waktu (s)
R = resistor (Ω)
4.1 Hasil
Adapun hasil dari praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 4.1, 4.2 dan 4.3.
Tabel 4.1 Hukum Ohm Pada Baterai
No. Jenis Baterai Tegangan (V) Kuat Arus (A) Hambatan (Ω)
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
5 10 15 20 25
Tegangan (V)
Seri
Gambar 4.2 Hubungan tegangan dan kuat arus pada rangkaian seri
Berdasarkan gambar diatas, tegangan yang dialirkan ke rangkaian sebesar
5 V, 10 V, 15 V, 20 V, dan 25 V. Setelah tegangan diatur, barulah didapat besar
hambatan dengan pengukuran menggunakan voltmeter. Pada tegangan 5 V
diperoleh nilai hambatan sebesar 16,85 Ωdan kuat arus 0,30 A. Pada tegangan 10
V diperoleh nilai hambatan sebesar 16,83 Ω dan kuat arus sebesar 0,59 A. Lalu
pada saat diberikan tegangan 15 V ke rangkaian diperoleh nilai hambatan sebesar
16,83 Ω dan besar kuat arus 0,89 A. Pada tegangan 20 V, didapat nilai hambatan
sebesar 16,83 Ω dengan kuat arus sebesar 1,19 A. Terakhir, pada saat diberikan
tegangan 25 V diperoleh nilai hambatan 16,83 Ω dan kuat arus 1,48 A. Besar
hambatan pada rangkaian seri cenderung konstan meski diberikan tegangan
berbeda. Kuat arus pada rangkaian seri bertambah besar seiring bertambahnya
tegangan yang dialirkan.
40
35
30
25
Daya Listrik (watt)
20
15
10
5
0
5 10 15 20 25
Tegangan (volt)
5.1 Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Baterai besar dengan tegangan 1,5 V mempunyai kuat arus 0,183 A.
Baterai kecil dengan tegangan 1,6 V mempunyai kuat arus 0,186 A. Sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa baterai kecil memiliki kuat arus
yang lebih besar dibandingkan baterai besar, karena baterai besar memiliki
hambatan yang lebih kecil yaitu sebesar 8,55 Ω dan tegangan yang kecil
sebesar 1,5 V.
2. Hambatan total yang didapat dari rangkaian seri berjumlah sebesar 84,16
Ω karena merupakan hasil penjumlahan dari semua hambatan.
3. Hambatan total yang didapat dari rangkaian paralel berjumlah sebesar 3,37
Ω. Jauh lebih kecil dibandingkan dengan hambatan total pada rangkaian
seri karena besar hambatan total rangkaian paralel dihitung menggunakan
rumus 1/Rtotal = 1/R1 + 1/R2 + ....+ 1/Rn.
4. Kuat arus total yang mengalir pada rangkaian seri berjumlah sebesar 0,89
A. Karena kuat arus total yang mengalir pada rangkaian berbanding
terbalik dengan hambatan totalnya.
5. Kuat arus total yang mengalir pada rangkaian paralel berjumlah sebesar
22,25 A. Menunjukkan bahwa kuat arus total berbanding terbalik dengan
hambatan total pada rangkaian.
5.2 Saran
Pada percobaan yang telah dilakukan terdapat kesulitan dalam
menggunakan multimeter karena multimeter yang rusak untuk itu sebaiknya
menggunakan multimeter yang baik akan terjadi salah penafsiran pada
perhitungan hambatan. Percobaan ini sebaiknya menggunakan amperemeter dan
voltmeter agar lebih spesifik dan pasti.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Mikrajuddin. 2016. Diktat Kuliah Fisik Dasar II Tahap Persiapan
Bersama ITB. Bandung: ITB.
Dudit Indrajat. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Fisika Dasar. Bandung: PT. Setia
Purna Inves.
Sihombing, Eidi dkk. 2011. Fisika Dasar 2. Medan. Perdana Mulya Sarana.