Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Judul Percobaan : Hukum Ohm dan Daya Listrik


1.2 Tanggal Praktikum : 19 November 2019
1.3 Pelaksana praktikum : 1. Nurillah Hendriyati NIM. 180140118
2. Muhammad Farhan NIM. 180140122
3. Ainil Mukarramah NIM. 180140133
4. Rosmanidar NIM. 180140138
1.4 Tujuan Percobaan : 1.4.1 Hukum Ohm
a. Mempelajari cara
pemasanganvoltmeter.
b. Mempelajari beberapa tegangan
diantaraujung-ujung hambatan.
1.4.2 Daya Listrik
a. Mempelajari prinsip tegangan dan
arus pada rangkaian paralel.
b. Menghitung dan membandingkan
besarnya daya pada rangkaian
paralel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hukum Ohm


Hukum Ohm berbunyi sebagai berikut “besarnya kuat arus yang timbul
pada suatu penghantar berbanding lurus dengan beda potensial atau tegangan
antara kedua ujung penghantar tersebut” ( Sihombing, 2011).
Beda tegangan V, pada ujung-ujung resistor berbanding lurus terhadap
kuat arus listrik I, pada suhu yang tetap mengikuti persamaan :
V
=R atau V=I.R...................................................................................(2.1)
I

Keterangan :
V = beda potensial (V)
I = kuat arus (A)
R = hambatan (Ω)
V
Untuk material nonohmik, perbandingan bergantung pada arus, sehingga
I

arus tidak sebanding dengan beda potensial. Untuk nonohmik, resistansi R


bergantung pada arus I. Hukum Ohm bukan hukum fundamental alam seperti
hukum Newton atau hukum Termodinamika tetapi merupakan deskripsi empirik
dari sifat yang dimiliki banyak material (Sihombing, 2011).
Dalam kandungan logam, elektron-elektron bebas bergerak ke segala arah.
Dalam elektrolit, pembawa muatan listrik ialah ion-ion positif dan ion-ion negatif.
Bila di dalam suatu konduktor diberi medan listrik, maka muatan positif akan
bergerak searah dengan arah medan muatan negatif dan berlawanan dengan arah
medan sehingga terjadilah arus listrik jika ada arus netto. Untuk mendefinisikan
arus listrik (selanjutnya disebut arus), perhatikan suatu penghantar dengan luas
penampang A yang dialiri muatan listrik (Guntoro, 2013).
Bila ada arus yang tetap dalam sebuah rangkaian tertutup, muatan listrik
dalam tiap potongan konduktor tetap konstan. Jadi, jika kita teliti sepotong
konduktor yang dibatasi oleh dua penampang, maka banyaknya muatan yang
mengalir masuk ke dalam potongan ini di salah satu ujungnya sama dengan
banyaknya muatan yang mengalir keluar dari potongan ini. Dengan kata lain, arus
itu sama di semua penampang melintang.
Setiap bahan mempunyai resistivitas tertentu, yaitu suatu parameter yang
bergantung pada sifat-sifat material bahan tersebut dan terlihat bahwa tahanan
suatu bahan bergantung pada bentuk geometri dan resistivitas bahan. Konduktor
yang baik mempunyai resistivitas yang sangat rendah (atau konduktivitas tinggi)
dan isolator yang baik mempunyai resistivitas yang sangat tinggi (atau
konduktivitas rendah) (Guntoro, 2013).
Bahan yang bersifat ohmik, seperti tembaga mempunyai hubungan
persamaan arus tegangan yang linear, sedangkan bahan yang tidak bersifat ohmik
mempunyai hubungan arus yang tidak linear (Guntoro, 2013).
Beda potensialV = Va − Vb dipertahankan di ujung-ujung bagian kawat
tersebut, sehingga menghasilkan kuat medan listrik dan arus konstan di dalam
kawat. Jika kuat medan listrik di dalam kawat dapat dianggap serbasama, maka
hubungan antara beda potensial V (sering disebut tegangan) dengan kuat medan
listik adalah :
V=EI...........................…………...……….…………………….……(2.2)
Keterangan:
V = beda potensial (v)
E = kuat medan listrik (N/C)
I = kuat arus (A)
Rapat arus di dalam kawat adalah :
V
I= σ E= σ J ……………....……..……........................………….……(2.3)

Keterangan:
I = kuat arus (A)
V = beda potensial (v)
σ= konduktivitas bahan (Ωm-1)
J = kerapatan arus (A/m2)
I
Karena J= Amaka beda potensial V dapat ditulis
I I
V= σ J = (σA) i………………........................……………..…….…..(2.4)
Keterangan:
I = kuat arus (A)
V = beda potensial (v)
σ= konduktivitas bahan (Ωm-1)
J = kerapatan arus (A/m2)
A = luas penampang (m2)
I
Besaran σA disebut tahanan R atau resistansi konduktor, sehingga :
1V
1Ω= …………….......................…………..……………………...(2.5)
A

Keterangan:
A = luas penampang (m2)
V = beda potensial (v)
Arah arus searah dengan arah gerak pembawa muatan positif dan
berlawanan arah dengan gerak pembawa muatan negatif (Guntoro, 2013).
Hambatan suatu resistor dipengaruhi oleh panjang, luas dan jenis bahan.
I
R=ρ A…………………….........................…………………………...(2.6)

Keterangan:
R = resistansi (Ω)
ρ = hambatan jenis (Ωm)
A = luas penampang (m2 )
l = panjang kawat (m)
Jumlah kuat arus listrik yang menuju titik sama dengan jumlah kuat arus
lisrik yang meninggalkan titik. Dalam rangkaian tertutup, jumlah aljabar gaya
listrik 𝜖 dan penurunan tegangan pada resistor adalah nol, dinyatakan sebagai:
Σ ϵ+Σ i R=0 (Sihombing, 2011).
Menurut hukum Ohm :
V1 = I1 R1 ; V2 = I2 R 2 sehingga V1 = V2 ; ϵ = V2 atau V1 = V2 ….(2.7)
Keterangan:
V = beda potensial(v)
I = kuat arus (A)
E = beda potensial pada rangkaian tertutup (v)
2.2 Arus
Arus lisrik adalah muatan listrik. Jika dalam selang waktu, jumlah muatan
listrik yang mengalir adalah banyaknya aliran muatan listrik per selang waktu.
Muatan listrik dapat mengalir dari satu tempat ke tempat lain karena adanya beda
potensial. Tempat yang memiliki potensial tinggi melepaskan muatan ke tempat
yang memiliki potensial rendah. Besarnya arus yang mengalir berbanding lurus
dengan beda potensial antara dua tempat (Abdullah, 2016).
Kalau ada aliran netto muatan melewati suatu daerah, kita gunakan bahwa
ada arus melalui daerah tersebut. Jika sebuah konduktor terisolasi ditempatkan
dalam medan elektrostatik, muatan dalam konduktor itu akan menyusun diri
kembali sehingga menjadikan interior (bagian dalam) konduktor itu suatu daerah
bebas medan dan dalam daerah itu potensial konstan. Gerak muatan dalam proses
menyusun diri kembali itu merupakan sebuah arus transisi (arus yang hanya
sejenak) dan arus itu tidak ada lagi kalau medan pada konduktor menjadi nol.
Agar ada arus yang kontinu (terus-menerus) dengan sesuatu cara kita harus
berupaya dalam sesuatu cara agar selalu ada gaya bekerja terhadap muatan yang
bergerak dalam sebuah konduktor. Gaya itu dihasilkan oleh medan
elektromagnetik atau oleh sebab-sebab lain yang akan dibahas nanti. Kita
andaikan saja bahwa dalam sebuah konduktor selalu ada medan listrik efektif ϵ ,
demikian rupa sehingga partikel bermuatan dalam konduktor selalu ada medan
listrik itu mengalami gaya F = q ϵ yang disebut gaya dorong (driving force)
terhadap partikel tersebut.
Gerak partikel bermuatan bebas dalam sebuah konduktor sangat berbeda
dan gerak partikel dalam ruang hampa. Sesudah mengalami percepatan sesaat,
partikel itu membuat benturan inelastik dengan salah satu partikel diam dalam
konduktor lalu kecepatan yang berada pun diperolehnya dalam arah gaya dorong
dengan kecepatan rata-rata yang disebut kecepatan hanyut (drift velocity).
Benturan inelastik terhadap partikel diam mengakibatkan pemindahan energi yang
akan menambah energi getarannya dan menyebabkan kenaikan temperatur jika
konduktor terisolasi secara termal atau menyebabkan panas mengalir dari
konduktor ke kelilingnya jika tidak terisolasi.
Arus melalui suatu daerah secara kuantitatif didefinisikan sebagai muatan
netto yang melalui daerah tersebut persatuan waktu. Arus berdasarkan definisinya
merupakan besaran skalardan karena itu tidak tepat jika kita mengatakan “arah
arus”. Namun ungkapan ini demi keringkasan sering diucapkan sedangkan yang
dimaksud ialah arah rapat arus vektor J. Arah kecepatan vektor V menyangkut
muatan positif sama dengan arah medan listrik ϵ dan arah kecepatan pengangkut
muatan positif dan negatif berlawanan dengan arah ϵ. Tiap-tiap arahnya negatif.

2.3 Tahanan Listrik (Resistansi)


Setiap bahan mempunyai sifat resistansi tertentu, yaitu suatu parameter
yang bergantung pada sifat-sifat material bahan tersebut bahkan tahanan suatu
bahan bergantung pada bentuk geometri resistansi bahan. Konduktor yang baik
mempunyai resistivitas yang sangat rendah atau konduktivitas yang tinggi dan
isolator yang baik mempunyai resistivitas yang sangat tinggi atau konduktivitas
yang rendah.
Rapat arus J dalam sebuah konduktor bergantung pada intensitas listrik ϵ
dan kepada sifat alami konduktor itu. Dalam hubungan ini ada suatu sifat
konduktor yang disebut daya hambat jenis 𝜌, yaitu perbandingan intensitas listrik
terhadap rapat arus.
E
ρ= ………………………………………………………………….(2.8)
J
Keterangan:
ρ = tahanan jenis (Ωm)
E = kuat medan listrik (N/C)
J = kerapatan arus (A/m2)
Artinya, tahanan jenis ialah intensitas listrik persatuan rapat arus. Makin
besar tahan jenis, maka makin besar intensitas yang dibutuhkan untuk
menghasilkan arus tertentu. Tahanan jenis tak berhingga adalah konduktor
sempurna. Logam dan logam campuran terendah tahanan jenisnya dan merupakan
konduktor terbaik. Tahanan jenis isolator melebihi tahanan jenis logam sebesar
kira-kira 1022 .
Tahanan jenis itu (pada temperatur tertentu) merupakan suatu konstanta
yang tidak bergantung kepada ϵ sehingga jika ϵ dilipatduakan umpanya rapat arus
menjadi dua kali lipat pula. Setiap bahan yang tunduk hukum Ohm tersebut
konduktor Ohm atau konduktor linear. Jika tidak tunduk hukum Ohm konduktor
tersebut linear .
Semua material memiliki tahanan listrik. Besi, kayu, karet, air, udara dan
lain-lain memiliki tahanan listrik. Namun, tahanan listrik yang dimiliki batu, kayu
kering dan karet sangatlah besar sehingga ketika diberi beda potensial antardua
ujungnya hampir tidak ada arus yang mengalir. Benda yang tidak dapat dialiri arus
listrik dinamanakan isolator . Sebaliknya logam memiliki tahanan yang sangat
kecil. Dengan materi beda potensial yang kecil saja antardua ujungnya arus yang
mengalir cukup besar. Material yang mudah dialiri arus listrik dinamakan isolator
(Abdullah, 2016).
Tidak semua hambatan dapat dijumpai pada tahanan yang dijual di pasar.
Untuk mendapatkan nilai hambatan yang tidak tersebut kita dapat menggunakan
potensiometer. Potensiometer tersebut dapat digunakan sendiri dengan menggeser
knob sehingga diperoleh nilai hambatan yang diinginkan. Dapat pula diseri atau
diparalelkan dengan hambatan lain dan mengatur knob sehingga diperoleh
hambatan total sesuai dengan yang diinginkan (Abdullah, 2016).

2.4 Amperemeter dan Voltmeter


Jenis amperemeter dan voltmeter yang paling umum adalah galvanometer
kumparan berputar. Pada galvanometer ini sebuah kumparan kawat berporos yang
mengangkut arus dibelokkan (didefleksi) oleh interaksi kemagnetan antara arus ini
dengan medan magnet sebuah medan permanen. Untuk sementara perhatian kita
kepada instrument ini hanya sebagai sebuah unsur rangkaian. Daya hambat
kumparan alat ini (jenis biasa) kira-kira antara 10 sampai 100 Ω dan arus yang
hanya kira-kira beberapa miliampere sudah akan menyebabkan defleksi pebuh.
Defleksi ini berbandingan (proportional) dengan arus dalam kumparan tetapi
karena kumparan itu merupakan konduktor linear, maka arus itu berbandingan
dengan perbedaan potensial antara terminal kumparan dan defleksinya juga
berbandingan dengan perbedaan potensial itu.
Pertama-tama kita harus mengetahui galvanometer untuk mengukur arus
dalam suatu rangkaian, sebuah amperemeter harus disisipkan dalam seri pada
rangkaian itu. Jika disisipkan dengan cara ini, galvanometer yang kita maksudkan
di atas akan mengukur setiap arus dari 0 sampai 1 mili. Tetapi, daya hambat
kumparannya akan memperbesar daya hambat total rangkaian sehingga arus
sesudah galvanometer disisipkan, walaupun ditunjukkan dengan tepat. Mungkin
jauh kurang dari arus sebelum galvanometer disisipkan dan daya hambat alat itu
harus jauh lebih kecil dari daya hambat bagian lain dari rangkaian sehingga kalau
disisipkan alat itu tidak akan mengubah arus yang akan kita ukur. Amperemeter
yang sempurna haruslah nol daya hambatnya pada rangkaian tersebut.
Guna voltmeter adalah mengukur perbedaan potensial antara dua titik
untuk itu kedua terminalnya harus dihubungkan pada titik ini. Untuk mencari
hambatan kita bisa menggunakan potensiometer. Potensiometer tersebut dapat
digunakan sendiri dengan menggeser knob sehingga diperoleh nilai hambatan
yang diinginkan. Dapat pula diseri atau diparalelkan dengan hambatan lain dan
mengatur knob sehingga diperoleh hambatan total sesuai dengan yang diinginkan
(Abdullah, 2016).

2.5 Daya Listrik


Daya listrik didefinisikan sebagai laju hantaran energi listrik dalam sirkuit
listrik. Satuan saya listrik adalah watt yang menyatakan banyaknya tenaga listrik
yang mengalir persatuan waktu (joule/detik). Arus listrik yang mengalir dalam
rangkaian dengan hambatan listrik menimbulkan kerja. Listrik dapat diperoleh
dari pembangkit listrik atau penyimpanan energi seperti baterai.
Power atau daya adalah berapa besar gaya yang dapat dilakukan dalam
setiap waktu. Daya secara mekanik yang biasa digunakan di Amerika adalah
menggunakan horsepower. Daya listrik biasanya diberi satuan watt, dan bisa
dihitung dengan persamaan P = I.V. Pemakaian energi listrik dewasa ini sudah
sangat luas, bahkan manusia sangat sulit melepaskan diri dari kebutuhan dengan
energi listrik. Semakin lama tidak ada satu pun alat kebutuhan manusia yang tidak
membutuhkan listrik. Karena semua ini manusia tiap hari selalu berpikir
bagaimana menciptakan dan menggunakan energi listrik. Daya listrik
didefinisikan sebagai laju hantaran energi listrik dalam rangkaian listrik. Satuan SI
daya listrik adalah watt. Arus listrik yang mengalir dalam rangkaian dengan
hambatan listrik menimbulkan kerja.
Daya listrik adalah banyaknya energi tiap satuan waktu dimana pekerjaan
sedang berlangsung atau kerja yang dilakukan persatuan waktu. Dari definisi ini,
maka daya listrik (P) dapat dirumuskan:
w
P= ..............................................................................................(2.9)
t

P = I2.V.................................................................................................(2.10)
V2
P= ....................................................................................................(2.11)
R

Keterangan:
P = daya listrik (W)
I = kuat arus (A)
V = beda potensial (v)
w = energi listrik (J)
t = waktu (s)
R = resistor (Ω)

2.6 Tegangan Listrik


Tegangan Listrik atau yang lebih dikenal sebagai beda potensial listrik
adalah perbedaan potensial antara dua titik dalam rangkaian listrik. Tegangan
listrik itu merupakan beda potensial yang mampu membangkitkan medan listrik
sehingga menyebabkan timbulnya arus listrik dalam sebuah konduktor listrik.
Berdasarkan ukuran perbedaan potensialnya, tegangan listrik terbagi menjadi
empat tingkatan, yaitu:
1. Tegangan ekstra rendah (extra low voltage)
Tegangan ekstra rendah adalah tegangan dengan nilai yang setinggi
tingginya 50 Vab. Tegangan ekstra rendah adalah tegangan dengan nilai yang
aman bagi manusia.
2. Tegangan rendah (low voltage)
Tegangan rendah adalah tegangan dengan nilai setinggi-tingginya 1000
Vab atau 1500 Vab.
3. Tegangan tinggi (high voltage)
Tegangan tinggi adalah semua tegangan yang cukup tinggi oleh para teknisi listrik
sehingga diperlukan pengujian dan pengukuran yang semuanya bersifat khusus
dan memerlukan teknik-teknik yang tertentu.
4. Tegangan ekstra tinggi (extra high voltage)
Tegangan ekstra tinggi adalah tegangan dengan kekuatan 500 kV yang ditujukan
untuk menyalurkan energi listrik yang dari pusat-pusat pembangkit yang jaraknya
jauh menuju pusat-pusat beban, sehingga energi listrik bisa disalurkan dengan
efisien.

2.7 Konservasi dan Efisiensi Energi


Menurut Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 2009 tentang konservasi
energi, definisi konservasi energi adalah upaya yang sistematis, terencana dan
terpadu guna melestarikan sumber daya energi dalam pemanfaatannya.
Pelaksanaan konservasi energi juga mencakup seluruh aspek dalam pengelolaan
energi yaitu:
1. Penyediaan energi
2. Pengusahaan energi
3. Pemanfaatan energi
4. Konservasi sumber daya energi
Efisiensi erupakan salah satu langkah dalam pelaksanaan konservasi
energi. Efisiensi energi adalah istilah umum yang mengacu pada penggunaan
energi lebih sedikit untuk menghasilkan jumlah atau output berguna yang sama.
Di masyarakat umum kadang kala efisiensi energi juga dikatakan sebagai
penghematan energi fosil seperti batu bara, minyak bumi dan gas yang merupakan
jenis energi tidak terbaharukan, suatu saat akan habis jika terus dieksploitasi
(Dudit Indrajit, 2007).

2.8 Rangkaian Hambatan Seri


Komponen-komponen listrik dinyatakan dirangkai secara seri pada saat
komponen-komponen tersebut dihubungkan secara berurutan dalams atu jalur
rangkaian. Karakteristik dari rangkaian seri yaitu:
1. Arus listrik hanya memiliki satu jalur untuk mengalir. Hal ini berarti arus
listrik yang mengalir pada tiap komponen listrik dalam rangkaian seri
memiliki besar yang sama.
2. Arus listrik yang mengalir dihambat oleh hambatan pertama setelah
melewati hambatan pertama, arus yang sama dihambat oleh hambatan
kedua, hambatan ketiga dan seterusnya. Sehingga hambatan total pada
rangkaian seri merupakan jumlah dari tiap hambatan sepanjang rangkaian
listrik.
3. Energi listrik yang diberikan sumber tegangan untuk membuat arus
mengalir didisipasi oleh tiap hambatan pada rangkaian. Hal ini berarti
jumlah tegangan pada tiap komponen listrik pada rangkaian seri sama
dengan tegangan pada sumber tegangan.
4. Karena hambatan total pada rangkaian seri merupakan jumlah dari tiap
hambatan pada rangkaian, maka rangkaian seri biasanya ditujukan untuk
memperbesar hambatan pada rangkaian.

2.9 Rangkaian Hambatan Paralel


Apabila komponen-komponen listrik dihubungkan pada dua titik yang
sama dalam rangkaian listrik, maak dapat dinyatakan bahwa komponen-
komponen listrik tersebut itu dirangkai secara paralel. Karakteristik dari rangkaian
paralel yaitu :
1. Tiap komponen terhubung pada dua titik yang sama dalam rangkaian.
Sehingga tegangan tiap hambatan memiliki besar yang sama.
2. Arus total dalam rangkaian terbagi pada cabang-cabang paralel dengan
jumlah arus yang mengalir pada tiap cabang sama dengan arus total pada
rangkaian.
3. Tegangan pada hambatan dalam tiap cabang paralel besarnya sama namun
arus yang mengalir pada tiap cabang berbeda. Sehingga besarnya arus
pada tiap cabang berbanding terbalik dengan besarnya hambatan pada
cabang tersebut.
4. Penambahan jumlah cabang paralel menyebabkan hambatan total semakin
kecil, sehingga rangkaian paralel ditujukan untuk memperkecil hambatan.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat-alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Voltmeter 1 unit
2. Power supply 1 unit
3. Kabel penghubung 1 unit
4. Papan rangkaian 1 unit
5. Resistor secukupnya
3.1.2 Bahan-bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Baterai besar 1,5 V 1 unit
2. Baterai kecil 1,5 V 1 unit

3.2 Prosedur Kerja


3.2.1 Hukum Ohm
3.2.1.1 Baterai besar dan kecil
Adapun prosedur kerja yang dilakukan adalah :
1. Siapkan voltmeter dan baterai.
2. Hubungkan kabel merah pada voltmeter ke kutub positif dan kabel hitam
ke kutub positif pada baterai.
3. Ukur tegangan dengan menggunakan voltmeter.
4. Hambatan diukur dengan menghubungkan kabel merah ke kutub negatif
dan kabel hitam ke kutub positif pada baterai.
5. Kuat arus dihitung menggunakan rumus hukum Ohm.
6. Diulang langkah dengan menggunakan baterai yang berbeda.
3.2.1.2 Rangkaian Seri
Adapun prosedur kerja yang dilakukan adalah:
1. Pasang resistor pada papan rangkaian membentuk rangkaian seri.
2. Hubungkan rangkaian dengan power supply menggunakan kabel penghubung.
3. Hubungkan voltmeter ke rangkaian.Kabel merah dan hitam pada voltmeter
dihubungkan ke kepala kabel penghubung.
4. Diberikan tegangan pada power supply sebesar 5 V.
5. Ukur hambatan menggunakan voltmeter.
6. Hitung besar kuat arus menggunakan hukum Ohm.
7. Ulangi langkah dengan tegangan 10 V, 15 V, 20 V, dan 25 V.

3.2.2 Daya listrik pada rangkaian paralel


Adapun prosedur kerja yang dilakukan adalah:
1. Pasang resistor pada papan rangkaian membentuk rangkaian paralel.
2. Hubungkan rangkaian dengan power supply menggunakan kabel
penghubung.
3. Hubungkan voltmeter ke rangkaian.Kabel merah dan hitam pada
voltmeterdihubungkan ke kepala kabel penghubung.
4. Diberikan tegangan pada power supply sebesar 5 V.
5. Ukur hambatan menggunakan voltmeter.
6. Hitung besar kuat arus dengan rumus hukum Ohm.
7. Hitung daya listrik pada rangkaian dengan rumus daya listrik.
8. Ulangi langkah dengan tegangan 10 V, 15 V, 20 V, dan 25 V.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Adapun hasil dari praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 4.1, 4.2 dan 4.3.
Tabel 4.1 Hukum Ohm Pada Baterai
No. Jenis Baterai Tegangan (V) Kuat Arus (A) Hambatan (Ω)

1. Baterai Besar 1,585 0,183 8,76

2. Baterai Kecil 1,605 0,186 8,55

Tabel 4.2Hukum Ohm Pada Rangkaian Seri


No. Tegangan (V) Hambatan (Ω) Kuat Arus (A)
1. 5 16,85 0,30
2. 10 16,83 0,59
3. 15 16,83 0,84
4. 20 16,83 1,19
5. 25 16,83 1,49

Tabel 4.3 Daya Listrik Pada Rangkaian Paralel


No. Tegangan (V) Hambatan(Ω) Kuat Arus (A) Daya Listrik (W)
1. 5 16,89 0,30 1,52
2. 10 16,86 0,59 5,87
3. 15 16,84 0,89 13,34
4. 20 16,84 1,19 23,85
5. 25 16,85 1,48 36,90
4.2 Pembahasan
4.2.1 Hukum Ohm Pada Baterai
Pada praktikum hukum Ohm, menggunakan baterai kecil dan besar,
didapatkan hambatan baterai sebesar 8,76 dan 8,55 Ω dengan kuat arus yang
mengalir pada masing-masing baterai sebesar 0,183A dan 0,186A. Hal ini
membuktikan bahwa bunyi hukum Ohm benar yaitu kuat arus akan berbanding
lurus dengan beda potensialnya. Jika tegangan besar maka kuat arus akan
berbanding lurus atau besar.
George Ohm menyatakan bahwa jika tegangan yang melewati sebuah
tahanan bertambah nilainya maka arusnya juga akan bertambah nilainya. Hal ini
benar karena ketika tegangan melewati tahanansebesar 8,61 Ω dan 8,71 Ω dengan
tegangan yang lebih kecil daripada tahanan yaitu 1,585 V dan 1,605Volt akan
memperkecil nilai kuat arus listrik. Arah arus listrik pada baterai mengalir dari
kutub positif ke kutub negatif sehingga arah arus listrik berlawanan dengan arah
aliran elekton (Guntoro, 2013)
Baterai kecil mempunyai kuat arus lebih besar daripada baterai besar
karena hambatan pada baterai besar itu kecil dengan tegangan yang kecil. Setiap
bahan mempunyai resistivitas tertentu, yaitu suatu parameter yang bergantung
pada sifat-sifat material bahan tersebut dan terlihat bahwa tahanan suatu bahan
bergantung pada bentuk geometri dan resistivitas bahan. Material yang memiliki
tahanan yang sangat kecil bergantung pada jenis material dalam hal ini baterai.
Dengan materi beda potensial yang kecil saja antardua ujungnya arus yang
mengalir cukup besar.
Hambatan pada baterai berbeda itu dikarenakan kedua baterai memiliki
materi penyusun yang berbeda dan terutama proses kimiawi yang dihasilkan. Nilai
r (hambatan dalam) cenderung membesar karena proses residu proses kimiawi
dalam baterai.
1.6
1.4
1.2
Kuat Arus (A)

1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
5 10 15 20 25
Tegangan (V)

Gambar 4.1 Hubungan antara tegangan dan hambatan

4.2.2 Hukum Ohm Pada Rangkaian Seri


Pada percobaan menggunakan rangkaian seri, diamati kuat arus dan besar
hambatan pada rangkaian dengan diberikan tegangan yang berbeda-beda. Resistor
adalah komponen elektronika yang berfungsi sebagai pelawan atau penahan arus
dengan dengan cara menurunkan tegangan antara saluran keduanya berdasarkan
hukum Ohm. Rangkaian seri adalah rangkaian listrik dimana komponen-
komponen listrik disusun secara berderet hingga arus yang mengalir pada
komponen sama. Didalam hukum ohm ini terminal-terminal material penghantar
berbanding lurus terhadap arus yang mengalir pada material ini secara matematika
hal ini dirumuskan sebagai
V= I.R
Dimana konstan R disebut satuan untuk ohm dan bisa disingkat dengan
huruf besar omega (Ω). Dari data tersebut dapat diketahui bahwa semakin besar
nilai tegangan maka akan semakin besar pula kuat arusnya dan apabila kuat arus
sebesar maka akan semakin kecil hambatannya begitu juga sebaliknya semakin
kecil nilai tegangannya maka semakin kecil pula kuat arusnya dan akan semakin
besar hambatannya(Purwoko dan Fendi, 2007). Dari hasil yang didapatkan,
hubungan antara tegangan dan kuat arus pada rangkaian seri dapat dilihat pada
Gambar 4.2.
1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
5 10 15 20 25

Seri

Gambar 4.2 Hubungan tegangan dan kuat arus pada rangkaian seri
Berdasarkan gambar diatas, tegangan yang dialirkan ke rangkaian sebesar
5 V, 10 V, 15 V, 20 V, dan 25 V. Setelah tegangan diatur, barulah didapat besar
hambatan dengan pengukuran menggunakan voltmeter. Pada tegangan 5 V
diperoleh nilai hambatan sebesar 16,85 Ωdan kuat arus 0,30 A. Pada tegangan 10
V diperoleh nilai hambatan sebesar 16,83 Ω dan kuat arus sebesar 0,59 A. Lalu
pada saat diberikan tegangan 15 V ke rangkaian diperoleh nilai hambatan sebesar
16,83 Ω dan besar kuat arus 0,89 A. Pada tegangan 20 V, didapat nilai hambatan
sebesar 16,83 Ω dengan kuat arus sebesar 1,19 A. Terakhir, pada saat diberikan
tegangan 25 V diperoleh nilai hambatan 16,83 Ω dan kuat arus 1,48 A. Besar
hambatan pada rangkaian seri cenderung konstan meski diberikan tegangan
berbeda. Kuat arus pada rangkaian seri bertambah besar seiring bertambahnya
tegangan yang dialirkan.

4.2.3 Daya Listrik Pada Rangkaian Paralel


Pada percobaan daya listrik menggunakan rangkaian paralel, diamati kuat
arus dan tegangan pada rangkaian juga resistor. Rangkaian paralel adalah
rangkaian dimana resistor disusun secara sejajar, sehingga tegangan atau beda
potensial tiap – tiap komponen adalah sama (Sutrisno, 1985).Dari hasil yang
didapatkan, hubungan antara tegangan dan daya listrik pada rangkaian paralel
dapat dilihat pada Gambar 4.3.

40
35
30
25
Daya Listrik (watt)

20
15
10
5
0
5 10 15 20 25
Tegangan (volt)

Gambar 4.3 Hubungan tegangan terhadap daya listrik pada rangkaian


paralel

Berdasarkan gambar diatas, tegangan sumber berjumlah sebesar 5 V, 10 V,


15 V, 20 V, dan 25 V. Pertama, tegangan diatur pada power supply sebelum
didapatkan nilai hambatan melalui voltmeter, barulah setelah itu dihitung kuat
arus dan daya listriknya. Pada tegangan 5 V, diperoleh nilai hambatan sebesar
16,89 Ω, kuat arus 0,30 A dan daya listrik sebesar 1,52 W. Tegangan dinaikkan
menjadi 10 V, didapatkan nilai hambatan sebesar 16,86 Ω, kuat arus sebesar 0,59
A dan daya listrik sebesar 5,87 W. Pada saat tegangan menjadi sebesar 15 V,
diperoleh nilai hambatan sebesar 16,84 , kuat arus 0,89 A dan daya listrik sebesar
13,34 W. Pada tegangan 20 V, didapatkan nilai hambatan sebesar 16,84 Ω, kuat
arus sebesar 0,89 A dan daya listrik sebesar 23,85 W. Terakhir, pada saat
tegangan yang dialirkan sebesar 25 V, diperoleh nilai hambatan sebesar 16,85 Ω ,
kuat arus 1,48 A dan daya listrik sebesar 36,90 W. Terlihat bahwa daya listrik
meningkat bila tegangan yang dialirkan juga meningkat.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Baterai besar dengan tegangan 1,5 V mempunyai kuat arus 0,183 A.
Baterai kecil dengan tegangan 1,6 V mempunyai kuat arus 0,186 A. Sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa baterai kecil memiliki kuat arus
yang lebih besar dibandingkan baterai besar, karena baterai besar memiliki
hambatan yang lebih kecil yaitu sebesar 8,55 Ω dan tegangan yang kecil
sebesar 1,5 V.
2. Hambatan total yang didapat dari rangkaian seri berjumlah sebesar 84,16
Ω karena merupakan hasil penjumlahan dari semua hambatan.
3. Hambatan total yang didapat dari rangkaian paralel berjumlah sebesar 3,37
Ω. Jauh lebih kecil dibandingkan dengan hambatan total pada rangkaian
seri karena besar hambatan total rangkaian paralel dihitung menggunakan
rumus 1/Rtotal = 1/R1 + 1/R2 + ....+ 1/Rn.
4. Kuat arus total yang mengalir pada rangkaian seri berjumlah sebesar 0,89
A. Karena kuat arus total yang mengalir pada rangkaian berbanding
terbalik dengan hambatan totalnya.
5. Kuat arus total yang mengalir pada rangkaian paralel berjumlah sebesar
22,25 A. Menunjukkan bahwa kuat arus total berbanding terbalik dengan
hambatan total pada rangkaian.

5.2 Saran
Pada percobaan yang telah dilakukan terdapat kesulitan dalam
menggunakan multimeter karena multimeter yang rusak untuk itu sebaiknya
menggunakan multimeter yang baik akan terjadi salah penafsiran pada
perhitungan hambatan. Percobaan ini sebaiknya menggunakan amperemeter dan
voltmeter agar lebih spesifik dan pasti.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Mikrajuddin. 2016. Diktat Kuliah Fisik Dasar II Tahap Persiapan
Bersama ITB. Bandung: ITB.

Dudit Indrajat. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Fisika Dasar. Bandung: PT. Setia
Purna Inves.

Guntoro, A. Nanang. 2013. Fisika Terapan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Halliday Resnick, terjemahan Pantur Silaban. 1988. Fisika Jilid 1. Jakarta:


Erlangga.

Sihombing, Eidi dkk. 2011. Fisika Dasar 2. Medan. Perdana Mulya Sarana.

Anda mungkin juga menyukai