Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

SEMESTER GENAP

HUKUM OHM DAN RANGKAIAN SERI-PARALEL

Nama Praktikum : Paulinus Dwi Cahyo Puspito


NIM : 211810201070
Fakultas/Jurusan : MIPA/ Fisika
Hari/Tanggal : Kamis/ 14 April 2022
Asisten : Niken Dwi Wulandari

KEMENTRIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN FISIKA
TAHUN 2022
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pada era moderen ini listrik memiliki nilai vital bagi setiap manusia.
Penggunaan listrik sangat erat dengan manusia, hal ini didasari bahwa setiap alat
yang membantu tugas manusia memerlukan listrik untuk dapat digunakan. Contoh
penggunaan listrik pada lampu, setrika, kulka, kipas angin ataupun AC dan masih
banyak lagi. (Cahya dkk, 2017)

listrik memiliki arus, tegangan, dan hambatan listrik yang saling


berhubungan. Dasar dari elektronika, misalnya tegangan dan resistor ada pada
Hukum Ohm dan Hukum Kirchoff merupakan hukum dasar mengenai elektronika.
Dalam hukum ohm dapat kita ketahui bahwa besar arus listrik yang mengalir yang
mengalir melalui sebuah penghantar selalu berbanding lurus dengan beda potensial
yang diberikan kepada penghantar tersebut dan berbanding terbalik dengan
hambatannya, selain itu terdapat juga hukum kirchoff merupakan salah satu teori
elektronika yang digunakan untuk menganalisa nilai tegangan dan arus pada
rangkaian.

Hukum ohm merupakan hasil laboratorium dari George Simon Ohm. Beliau
mempelajari tentang hubungan antara arus dan tegangan yang kemudian pada era
ini dikenal dengan hukum Ohm. Hukum Ohm merupakan hasil analisis matematis
dari rangkaian galvanic yang didasarkan pada analogi antara aliran listrik dengan
aliran panas. Formulasi Fourier untuk aliran panas adalah

𝑑𝑄 𝑑𝑇
= −𝑘𝐴
𝑑𝑡 𝑑𝑙

Disini Q merujuk pada kuantitas panas, T adalah temperatur, k adalah


konduktivitas panas, A adalah luas penampang. Dengan formula diatas dapat kita
ketahuai bahwa Fourier untuk persamaan konduksi pana dan menganalogikan
intensitas medan listrik dengan gradient temperature, Ohm menunjukkan bahwa
arus listrik yang mengalir pada konduktor, yang akhirnya disederhanakan dengan
𝐴 𝑑𝑣
𝐼 = 𝜌 𝑑𝑙 .

Disini konduktor mempunyai luas penampang A yang merata maka dari situlah
persamaan arus menjadi
𝐴𝑉 𝑉 𝜌𝑙
I= 𝜌 𝑙 = 𝑅 dengan R = 𝐴

Dimana V adalah beda potensial pada konduktor sepanjang l yang luas


penampangnya A, 𝜌 adalah karakteristik material yang disebut resistivitas,
sedangkan R adalah resistor konduktor. Selanjutnya persamaan itu dapat ditulis
sebagai 𝑉 = 𝑖𝑅 yang mana R sebagai resistensi/resistor

Hukum Ohm tidak akan mencukupi untuk menganalisa sirkuit. Tetapi,


jika digabungkan dengan dua Hukum Kirchoff, kedua hukum ini akan menjadi
kombinasi yang baik untuk menyelesaikan permasalahan sirkuit

Hukum Kirchoff berbicara mengenai rangkaian seri dan paralel.


Rangkaian seri dan paralel merupakan kombinasi dua atau lebih elemen yang
dipasang dengan susunan tertentu dalam suatu loop yang dihubungkan oleh
node. Ciri dari rangkaian seri adalah rangkaian yang hanya menghubungkan dua
komponen dan besar arus yang dimiliki tiap komponenya sama. Jumlah dari
hambatan-hambatan pada rangkaian seri tergantung pada jumlah secara
langsung dari hambatan-hambatan
Rtot = R1 + R2 + R3 +…+Rn
Ciri dari rangkaian paralel adalah rangkaian yang menghubungkan lebih
dari dua elemen listrik. Tiap elemenya memiliki nilai arus yang berbeda, namun
memiliki nilai tegangan yang sama. Dan untuk menghitung nilai hambatan yang
terdapat pada rangkaian paralel tersebut dengan cara seper hambata total sama
dengan seper jumlah hambatan-hambatan yang ada
1 1 1
= 𝑅1 + 𝑅2 ...
𝑅𝑡𝑜𝑡
1.2 Rumusan Masalah
Laporan ini memiliki rumusan masalah sebagai berikut.
a. Bagaimana pengaruh sumber tegangan terhadap besarnya kuat arus listrik
dan tegangan yang terukur?
b. Bagaimana pengaruh resistansi resitor terhadap besarnya kuat arus listrik
dan tegangan yang terukur?
c. Apa perbedaan rangkaian bercabang dan tidak bercabang?

1.3 Tujuan Praktikum


Laporan ini memiliki tujuan sebagai berikut.
a. Mempelajari karateristik dari Hukum Ohm.
b. Menyelidiki karateristik dari kuat arus dengan tegangan listrik dari
rangkaian bercabang dan tidak bercabang.
1.4 Manfaat Praktikum
Dengan dilaksankannya praktikum ini diharapkan kita dapat mengetahui
pengaruh dari sumber tegangan dan resistansi resitor terhadap besarnya kuat
arus listrik dan tegangan yang diukur, dapat mengetahui perbedaan dari
rangkaian seri maupun rangkaian pararel, serta diharapkan dapat mengetahui
karateristik dari Hukum Ohm dan kuat arus dengan tegangan listrik dari
rangkaian bercabang dan tidak bercabang.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Hukum Ohm


Fisikawan asal jerman George Ohm merupakan orang yang
mengemukakan Hukum Ohm. Beliau lahir pada tahun 1787 dan meninggal
pada 1845 Hukum Ohm ini ditemukan pada tahun 1827 tahun. Hukum Ohm
merupakan penghubung antara kuat arus listrik dengan beda potensia
dengan hambatan listrik. George Ohm mengemukakan bahwa Hukum Ohm
adalah “Kuat arus yang mengalir dalam suatu penghantar atau hambatan
besarnya sebanding dengan beda potensial atau tegangan antara ujung-
ujung penghantar tersebut.” Selain itu, Untuk suatu konduktor logam pada
temperature konstan, perbandingan antara perbedaan potensial antara dua
titik dari konduktor dengan arus listrik adalah konstan. Konstanta ini disebut
dengan hambatan listrik. (Wahyudi, 2015)

2.2 Hukum Ohm


Hukum Ohm merupakan salah satu hukum yang memiliki keterkaitan
dengan peristiwa kelistrikan. Didalam hukum Ohm dimnyatakan bahwa
beda potensial akibat dari suatu beban berbanding lurus dengan arus listrik
yeng berlaku pada rangkaian listrik. Peristiwa terjadinya Hukum Ohm
melalui suatu penghantar di dalam rangkaian berkaitan dengan kuat arus
listrik (I), tegangan listrik (V), dan hambatan (R). Resistansi beban adalah
konstanta proportionalitas dalam kesebandingan. (Muallifah, 2009)
Secara matematis, persamaan dari Hukum Ohm dapat ditulis:
𝑉 𝑉
𝑅= 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑉 = 𝐼. 𝑅 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐼 =
𝐼 𝑅

2.3 Rangkaian Listrik Seri


Salah satu jenis rangkaian listrik yang tersusun secara sejajar atau seri
disebut dengan rangkaian seri. Ciri dari sangkaian seri adalah kedua beban
yang terangkai secara sejajar atau seri dan hanya membentuk satu jalan arus
yang tidak memiliki titik cabang pada terminal. Dalam membentuk
hambatan rangkaian seri perlu menghubungkan dengan sumber tegangan
dengan besar kuat arus yang mengalir disetiap titik penghantar dalam
rangkaian adalah sama. Sehingga semua hambatan yang terpasang dalam
rangkaian memiliki aliran arus listrik yang besarnya sama. Kelemahan dari
jenis rangkaian ini adalah apabila dalam rangkaian listrik terdapat salah satu
hambatan yang terputus, maka aliran yang terdapat pada rangkaian listrik
tersebut juga putus.(Molla, 2011)
Secara matematis, persamaan dari rangkaian seri dapat ditulis:
𝐼1 = 𝐼2 = 𝐼3 = 𝐼𝑆
𝑅𝑆 = 𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅𝑛
𝑉𝐴𝐶 = 𝑉𝐴𝐵 + 𝑉𝐵𝐶

2.1 Rangkaian Listrik Paralel


Suatu Rangkaian listrik yang terbentuk dari beberapa rangkaian
bercabang yang dihubungkan secara sejajar dan tersusun disebut dengan
Rangkaian listrik paralel. Salah satu ciri dari rangkaian pararel adalah
Apabila hambatan yang dirangkaia pada paralel dihubungkan dengan
sumber tegangan, maka tegangan tiap hambatan pada ujung-ujungnya
adalah sama. Jumlah kuat arus yang dimiliki rangkaian paralel mengalir
menuju masing-masing hambatan sama dengan kuat arus yang mengalir
pada penghantar utama. Selain itu, bila dalam salah satu hambatan paralel
terputus, maka tidak akan mempengaruhi hambatan lainnya. Sehingga kuat
arus yang dimiliki pada hambatan lain dalam rangkaian paralel akan tetap
sama dan tidak berpengaruh.(Molla, 2011)
Secara matematis, persamaan rangkaian paralel dapat ditulis:
𝐼𝑠 = 𝐼1 + 𝐼2 + 𝐼𝑛
1 1 1 1
= + +
𝑅𝑠 𝑅1 𝑅2 𝑅𝑛
𝑉1 = 𝑉2 = 𝑉3 = 𝑉𝑠
BAB 3
METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum hukum Ohm dan rangkaian
seri-paralel kali ini adalah sebagai berikut.
1. Catu Daya 1 buah, berfungsi sebagai penyearah dari AC ke DC dan sebagai
power supply.
2. Kabel penghubung merah 2 buah, berfungsi untuk menghubungkan arus
listrik yang memuat listrik positif.
3. Kabel penghubung hitam 2 buah, berfungsi untuk menghubungkan arus
listrik yang memuat arus listrik negatif.
4. Papan Rangkaian 1 buah, berfungsi sebagai tempat untuk merangkai
komponen-komponen menjadi satu rangkaian elektronika.
5. Saklar 1 kutub 1 buah, berfungsi untuk menghubungkan dan mematikan
arus listrik.
6. Jembatan penghubung 3 buah, berfungsi untuk menghubungkan aliran arus
listrik.
7. Meter dasar 90 1 set, berfungsi untuk mengukur tegangan dalam suatu
rangkaian listrik.
8. Multimeter 1 buah, berfungsi untuk mengukur tegangan dalam satu
rangkaian listrik.
9. Resistor 47 Ω 1 buah, resistor 4,7 Ω 1 buah, resistor 100 Ω 1 buah, berfungsi
sebagai pembagi arus listrik dan tegangan, serta sebagai penurun tegangan
dan penghambat aliran arus listrik.
3.2 Desain Eksperimen
Desain eksperimen pada praktikum hukum Ohm dan rangkaian seri-paralel kali
ini adalah sebagai berikut.

3.2.1 Prosedur Percobaan


Prosedur percobaan praktikum hukum Ohm dan rangkaian seri-paralel
antara lain:
1. Percobaan I Pengukuran Tegangan dan Kuat Arus Listrik
Rangkaian listrik disusun seperti yang ditunjukkan Gambar 4
pada modul 2. Catu daya dihubungkan ke sumber tegangan (alat masih
dalam keadaan off). Tegangan dipilih pada skala 3 V. Voltmeter dipilih
pada skala 10 VDC. Saklar ditutup/dihidupkan, kemudian tegangan
pada catu daya diubah menjadi 6 VDC. Langkah 4 dilakukan kembali.
Kemudian, rangkaian Gambar 1 diubah menjadi rangkaian Gambar 5
yang ada pada modul. Selanjutnya, catu daya dihubungkan ke sumber
tegangan (alat masih dalam keadaan off). Tegangan dipilih pada skala
3 V. Kemudian, amperemeter dipilih pada skala 5 ADC. Saklar
ditutup/dihidupkan dan diamati besar kuat arus pada amperemeter,
kemudian dicatat pada tabel. Saklar kemudian dibuka/dimatikan,
tegangan pada catu daya diubah menjadi 6 VDC. Langkah 9 kemudian
dilakukan kembali.
2. Percobaan 2 Menyelidiki Karakteristik Hukum Ohm
Rangakaian disusun seperti yang ditunjukkan Gambar 6a. pada
modul 2. Resistor pertama R1=100 Ω digunakan dalam penyusunan
rangkaian. Dalam keadaan off (saklar terbuka), rangkaian
dihubungkan dengan catu daya dan dipilih pada skala 3 VDC. Saklar
kemudian dihidupkan dan diamati pembacaan skala pada amperemeter
dan voltmeter. Hasil yang diperoleh dicatat pada tabel pengamatan.
Saklar dimatikan, catu daya dinaikkan pada skala6 VDC. Langkah 3
kemudian diulangi kembali. Resistor pertama diganti dengan resistor
kedua R2=47 Ω (Gambar 6b.). Langkah 2 sampai 4 kemudian diulangi
kembali.

3. Percobaan 3 Menyelidiki Karakteristik kuat arus dan tegangan listrik


dari rangkaian bercabang dan tak bercabang

a. Rangkaian Seri
Rangkaian disusun seperti pada Gambar 7a. Resistor 4,7 Ω
dan 47 Ω digunakan dalam rangkaian ini. Saklar dipastikan dalam
keadaan terbuka. Rangkaian dihubungkan dengan amperemeter
dengan batas ukur 1A pada posisi a. Rangkaian juga dihubungkan
dengan catu daya pada skala 9 VDC. Saklar ditutup dan dibaca nilai
kuat arus listrik (Ia) yang ditunjukkan pada amperemeter,
kemudian dicatat hasilnya. Saklar dibuka dan dipindahkan
amperemeter pada posisi b, ditutup saklar dan dibaca nilai kuat arus
listrik (Ib) pada amperemeter, lalu dicatat pada tabel pengamatan.
Saklar dibuka dan dipindahkan amperemeter pada posisi c, dibaca
nilai kuat arus listrik yang terukur pada amperemeter dan dicatat
hasilnya. Saklar dibuka dan diubah rangkaian menjadi seperti
Gambar 4b pada modul 2. Meter dasar diubah menjadi voltmeter
dengan batas ukur 10 VDC. Voltmeter dipasang pada posisi a
sesuai yang ditunjukkan Gambar 4b. Kemudian, saklar ditutup dan
dibaca nilai tegangan Va dan dicatat pada tabel pengamatan. Saklar
dibuka dan diulangi kembali langkah 7 dan 8 untuk posisi
voltmeter di b dan c, kemudian dicatat hasilnya. Jika masih ada
waktu, dilakukan langkah-langkah di atas untuk kombinasi seri
dari resistor 47Ω, 56Ω, dan 100Ω.
b. Rangkaian Paralel
Rangkaian disusun seperti pada Gambar 8a. resistor
R1=4,7Ω dan R2=47 Ω digunakan dalam rangkaian ini. Saklar
dipastikan dalam keadaan terbuka. Rangkaian dihubungkan
dengan amperemeter dengan batas ukur 100mA pada posisi a.
Rangkaian juga dihubungkan dengan catu daya pada skala 3 VDC.
Saklar ditutup dan dibaca nilai kuat arus listrik (I) yang
ditunjukkan pada amperemeter, kemudian dicatat hasilnya. Saklar
dibuka dan dipindahkan amperemeter pada posisi a, ditutup saklar
dan dibaca nilai kuat arus listrik (Ia) pada amperemeter. Dicatat
pada tabel pengamatan. Saklar dibuka dan pindahkan amperemeter
pada posisi b, dibaca nilai kuat arus listrik yang terukur pada
amperemeter dan dicatat hasilnya. Saklar dibuka dan diubah
rangkaian menjadi seperti pada Gambar 8b. Meter dasar diubah
menjadi voltmeter dengan batas ukur 10 VDC. Voltmeter
kemudian dipasang pada posisi V sesuai yang ditunjukkan Gambar
8b. Saklar ditutup, dibaca nilai tegangan V dan dicatat pada tabel
pengamatan. Saklar dibuka dan diulangi kembali langkah 7 dan 8
untuk posisi voltmeter di a dan b, kemudian dicatat hasilnya. Jika
masih ada waktu, dilakukan langkah-langkah di atas untuk
kombinasi paralel dari resistor 47 Ω, 56 Ω dan 100 Ω.

3.2.2 Variabel Eksperimen


Variabel eksperimen pada praktikum hukum Ohm dan rangkaian seri-
paralel kali ini adalah sebagai berikut.
1. Variabel bebas : posisi rangkaian, resistor, tegangan, dan arus listrik
pada rangkaian.
2. Variabel terikat : intensitas cahaya lampu yang dilihat berdasarkan
terang redupnya, arus keluar, dan tegangan keluar yang ada pada
rangkaian listrik.
3. Variabel kontrol : catu daya
3.3 Metode Analisis Data
Metode analisis data pada praktikum hukum Ohm dan rangkaian seri-paralel
adalah sebagai berikut.
3.3.1 Pengukuran Tegangan dan Kuat Arus Listrik
Tegangan didefinisikan sebagai hasil kali antara kuat arus listrik
(I) dengan hambatan (R). Tegangan memiliki satuan Volt (V). Adapun
arus listrik didefinisikan sebagai perbandingan tegangan (V) dengan
hambatan (R). Kuat arus listrik memiliki satuan Ampere (A). Pada
praktikum hukum Ohm dan rangkaian seri-paralel ini, pengukuran
tegangan menggunakan alat yang disebut Voltmeter. Adapun pengukur
kuat arus listrik disebut Amperemeter. Berikut persamaan tegangan dan
kuat arus listrik.

𝑉 = 𝐼. 𝑅

𝑉
𝐼=𝑅

Keterangan:
V = tegangan listrik (V)
I = kuat arus listrik (A)
R = hambatan listrik (Ω)
3.3.2 Penyelidikkan Karakteristik Hukum Ohm
Hukum Ohm didefinisikan sebagai hukum yang menyatakan bahwa
besarnya hambatan listrik (resistansi) berbanding lurus dengan tegangan
listrik dan berbanding terbalik dengan kuat arus listrik. Semakin besar
nilai tegangan, maka semakin besar nilai hambatan (resistansi), begitu
pun sebaliknya. Semakin besar nilai kuat arus, maka semakin kecil
hambatan (resistansinya), begitu pun sebaliknya. Berikut persamaan
hukum Ohm.

𝑉 𝑉
𝑅= atau 𝐼=𝑅
𝐼
3.3.3 Penyelidikkan Kuat Arus dan Tegangan Listrik dari Rangkaian
Bercabang dan Tak Bercabang
Kuat arus dan tegangan pada suatu rangkaian, besar kecilnya ditentukan
oleh jenis apakah rangkaian yang dipasang, bercabang atau tak
bercabang. Rangkaian bercabang biasa disebut sebagai rangkaian
paralel, sedangkan rangkaian tak bercabang biasa disebut rangkaian seri.
Rangkaian paralel didefinisikan sebagai sigma se-per resistansi masing-
1
masing rangkaian ( ). Adapun rangkaian seri didefinisikan sebagai
𝑅𝑝

sigma resistansi masing-masing rangkaian (𝑅𝑠 ). Rangkaian paralel


maupun rangkaian seri memiliki satuan Ohm (Ω). Nilai dari resistansi
yang dipasang secara paralel maupun seri, kemudian digunakan untuk
menentukan kuat arus listrik dan tegangn listrik. Berikut persamaan-
persamaan dari resistansi yang dipasang secara seri dan paralel.

𝑅𝑠 = 𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3 + ⋯ + 𝑅𝑛

1 1 1 1 1
= 𝑅 +𝑅 + 𝑅 + ⋯+𝑅
𝑅𝑝 1 2 3 𝑛

Keterangan:
Rp = resistansi paralel (Ω)
Rs = resistansi seri (Ω)
BAB 4

HASIL dan PEMBAHASAN

4.1 HASIL

Percobaan 1
Catu Daya (E) I V
3 0,8 3
6 0,12 6

Percobaan 2
R =V/I
Resistor Catu Daya (E) I V

3 0,02 2,5 0,05


6 0,04 5,5 0,22
100 Ohm
9 0,07 8,5 5,95
12 0,1 10 1
𝑥̅ 0,46 5,3 1,805

3 0,04 2,8 0,112


6 0,1 5,6 0,56
47 Ohm
9 0,15 8,6 1,29
12 0,22 11 2,42
𝑥̅ 0.1275 7 1,0955

Percobaan 3
SERI

Posisi R1 R2 Catu Daya (E) I V R =V/I


6 0,1 6,2 1,0017
a 9 0,15 9,4
𝑥̅ 0.125 7,8
6 0,1 0,8 0,1
b 4,7 47 9 0,15 0,8
𝑥̅ 0.125 0,8
6 0,1 5,6 0.8
c 9 0,15 8,4
𝑥̅ 0.125 7
PARALEL

Posisi R1 R2 Catu Daya (E) I V R =V/I


6 0,8 5 4.47
a 9 0,9 7,8
𝑥̅ 0.56 4,26
6 0,1 5 2,954
b 4,7 47 9 0,1 7,8
𝑥̅ 0,1 4,26
6 0,9 5,6 7,744
c 9 1,5 8,4
𝑥̅ 1.2 4,66

4.2 PEMBAHASAN

Percobaan pertama dilakukan pengukuran tegangan dan kuat arus listrik


yang dilakuakan dengan menguji perbedaan nilai dari pengaruh besarnya
sumber tegangan terhadap kuat arus listrik dan tegangan. diperoleh dari hasil
tabel menunjukkan catu daya sebagai sumber tegangan 3 E menghasilkan
kuat arus sebesar 0.8 A dan tegangan sebesar 3 V, sedangkan catu daya
sebagai sumber tegangan 6 E menghasilkan kuat arus 0,12 A dan tegangan
sebesar 6 V. Perbedaan hasil nilai tersebut menunjukkan bahwa besar dan
kecilnya kuat arus dan tegangan listrik bergantung pada besar kecilnya
sumber tegangan atau catu daya yang diberikan
Percobaan kedua dilakukan dengan menyelidiki karakteristik Hukum Ohm
dengan menguji pengaruh resistansi resitor terhadap besarnya kuat arus listrik
dan tegangan yang terukur. Hasil dari tabel dengan resistor 100 Ohm
menghasilkan kuat arus sebesar 0,46 A dan tegangan sebesar 5,3 V yang
menunjukkan besar resistansi atau hambatan yang dimiliki sebesar 1,805
Ohm. Sedangkan hasil dari resistor 47 Ohm menghasilkan kuat arus sebesar
0.1257 A dan tegangan sebesar 7 yang menunjukkan hambatan yang dimiliki
resistor sebesar 1,0955Ohm. Perbedaan nilai resistor hanya mempengaruhi
perbedaan besaran nilai pada kuat arus dan resistansinya, namun memiliki
nilai tegangan yang sama.
Percobaan ketiga dilakukan dengan menyelidiki karakteristik kuat arus
dan tegangan listrik dari rangkaian bercabang dan tak bercabang dengan
menguji perbedaan dari rangkaian bercabang dan tidak bercabang. Pada
rangkain seri a diperoleh resistor sebesar 1,0017 dan pada b 0,1 sedangkan
pada c 0.8 dan pada rangkaian bercabang didapatkan pada percabangan a
diperoleh resistor sebesar 4.47 dan pada b sebesar 2,954, sedangkan pada c
sebesar 7,744 dari sini dapat kita simpulkan bahwa pada rangkaian pararel
hambatan yang diberikan akan lebih besar dari pada seri
BAB 5

KESIMPULAN dan SARAN

5.1 Kesimpulan

1. cara dari pengukuran hambatan pada rangkaian pararel dan seri,


memiliki cara hitung yang berbeda
2. hukum Ohm memiliki rumus V=i R , besaran tegangan akan sebanding
dengan kuat arus
3. perbedaan dari rangkaian seri dan pararel adalah pada ada tidaknya
percabangan pada arus

5.2 Saran

Pada kegiatan praktikum ini dibutuhkan pemahaman antara rangkaian


pararel dan seri. Dengan mempelajari terlebih dahulu materi modul yang diberikan
akan menambah kelancran kegiatan praktikum
DAFTAR PUSTAKA

Saefullah, A., Fakhturrohman, M., Oktarisa, Y., Arsy, R., Rosdiana, H., Gustiono,
V., dan Indriyanto, S. 2018. Rancang Bangun Alat Praktikum Hukum Ohm
Untuk Memfasilitasi Kemampuan Berfikir Tingkat Tinggi (Higher Order
Thinking Skills). Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika.
4(2):81-90
Muallifah, F. 2009. Perancangan dan Pembuatan Alat ukur Resistivitas Tanah.
Jurnal Neutrino. 1(2):179-196
Wahyudi. 2015. Analisis Hasil belajar Mahasiswa pada Pokok Bahasan Hukum
Ohm dan Hukum Kirchoff dalam Mata Kuliah Elektronika Dasar I. Jurnal
Pendidikan Fisika dan Teknologi. 1(2):129-135
Molla, G., M. 2011. Pelaksanaan Pembelajaran Fisika dengan Menggunakan
Metode Inkuiri Terbimbing pada Pokok Bahasan Hukum Ohm dan
Rangkaian Seri-Paralel, Efektivitas dalam hal Hasil Belajarnya,
Keterlibatan dan Kendala-Kendala. Skripsi. Yogyakarta: Program Sarjana
Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Pendidikan Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
Rosman, A., Risdayana., Yuliani, E., dan Vovi. 2019. Karateristik Arus dan
Tegangan pada Rangkaian Seri dan Rangkaian Paralel dengan Mengunakan
Resistor. Jurnal Ilmiah d’Computare. 9:40-43
Charles K.Alexander, Matthew N. O. Sadiku,. ”Fundamental of Electric Circuit”,
New York : McGraw-Hill Companies, 2009
Miller, Franklin, Jr, “College Physics”, New York : Harcourt, Brace, and Company,
1959
LAMPIRAN

Percobaan 1
Catu Daya (E) I V
3 0,8 3
6 0,12 6

Percobaan 2
R =V/I
Resistor Catu Daya (E) I V

3 0,02 2,5 0,05


6 0,04 5,5 0,22
100 Ohm
9 0,07 8,5 5,95
12 0,1 10 1
𝑥̅ 0,46 5,3 1,805

3 0,04 2,8 0,112


6 0,1 5,6 0,56
47 Ohm
9 0,15 8,6 1,29
12 0,22 11 2,42
𝑥̅ 0.1275 7 1,0955

Percobaan 3
SERI

Posisi R1 R2 Catu Daya (E) I V R =V/I


6 0,1 6,2 1,0017
a 9 0,15 9,4
𝑥̅ 0.125 7,8
6 0,1 0,8 0,1
b 4,7 47 9 0,15 0,8
𝑥̅ 0.125 0,8
6 0,1 5,6 0.8
c 9 0,15 8,4
𝑥̅ 0.125 7
PARALEL

Posisi R1 R2 Catu Daya (E) I V R =V/I


6 0,8 5 4.47
a 9 0,9 7,8
𝑥̅ 0.56 4,26
6 0,1 5 2,954
b 4,7 47 9 0,1 7,8
𝑥̅ 0,1 4,26
6 0,9 5,6 7,744
c 9 1,5 8,4
𝑥̅ 1.2 4,66

Anda mungkin juga menyukai