Anda di halaman 1dari 29

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA DASAR

IKATAN KIMIA

Oleh :

Nama : Dhini Faizatul Fauziah


NIM : 211910901055
Kelas/Kelompok : A / 01
Asisten : Dinda Intan Saputri

LABORATORIUM KIMIA DASAR


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2021
I. Judul : Ikatan Kimia
II. Tujuan
- Membandingkan ikatan kovalen dengan ikatan dalam dua senyawa yang
berbeda
- Mengamati perubahan ikatan kimia unsur klor dari ikata kovale menjadi
ikatan ion

III. Pendahuluan
3.1 MSDS (Materoal Safety Data Sheet)
3.1.1 Akuades (H2O)
Air Aquades merupakan air dari hasil penyulingan atau biasa
disebut dengan proses distilasi atau biasa juga disebut dengan air murni.
Proses distilasi ini merupakan suatu proses dengan cara pemisahan
adanya bahan kimia menurut perbedaan kecepatan yang menguap atau
volatilitas yakni dengan suatu teknik pemisahan berdasar dengan
perbedaan titik didih dalam kegunaannya untuk memperoleh senyawa
murni. Akuades adalah pelarut yang jauh lebih baik dibandingkan semua
cairan yang sering dijumpai oleh orang. Senyawa yang larut dalam
akuades mencakup berbagai macam senyawa organik netral yang
mempunyai gugus fungsional polar seperti gula, alkohol, dan keton.
Dilaboratorium dibutuhkan akuades untuk digu akan saat partikum
sebagai pelarut dan membersihkan alat alat laboratorium. Akuades
memiliki sifat fisik berupa cairan dengan memiliki pH 7 dan berat
molekul 18 g/mol
(LabChem, 2021)

3.1.2 Asam benzoate (C7H6O2)

Asam benzoate mempunyai sifat fisik dan sifat kimia yaitu berwujud
padat Kristal dan berwarna putih. Asam benzoate memiliki berat molekul
sebesar 121.11 g/mol, titik didih sebesar 249 oC, titik lebur 122oC,
kelarutan dalam air g/100 g air pada suhu 20 oC yaitu 0,29, dan massa
jenis sebesar 1,3 g/cm3. Asam benzoate termasuk senyawa yang mudah
terbakar. Asam benzoate juga dapat menyebabkan iritasi mata, kulit, dan
saluran pernapasan. Cara mencegahnya dengan menggunakan pelindung
pernapasan, sarung tangan pelindung, menggunakan kacamata
pengaman. (Pubchame,2021)

3.1.3 Asam oksalat (H2C2O4)

Asam oksalat mempunyai sifat fisika dan kimia yaitu berwujud


padat, tidak berwarna dan tidak berbau. Asam oksalat memiliki pH
larutan 13%, titik lebur 101oC, tekanan uap 22 hPa pada suhu 50oC, berat
jenis uap relatif pada suhu 20oC yaitu 4.3, kepadatan relatif: 1.6, dan
memiliki berat jenis/massa jenis: 1653 Kg/m3, massa molekul: 126,07
g/mol.asam oksalat berbahaya jika tertelan dan berbahaya jika terkena
kulit(Labchame,2021)

3.1.4 Aseton (C3H6O)

Aseton memiliki rumus C3H6O, aseton memiliki sifat fisika dan


sifat kimia yaitu berwujud cair,tidak memiliki warna dan memiliki bau
aromatik. Aseton memiliki pH: 7(10g/l), titik lebur -95oC,Senyawa ini
juga memiliki titik didih sebesar 56°C.Aseton memiliki tekanan uap
sebesar 247 hPa pada suhu 20°C. Aseton memiliki massa jenis sebesar
786 kg⁄m3 dan juga memiliki massa molekul sebesar 58,08 g⁄mol. Selain
itu, aseton juga mudah larut air, etanol, eter, dimetil eter, petroleum
alkohol, kloroform, dimetilformamida, dan minyak/lemak. Senyawa ini
mudah terbakar dan mudah menyebabkan iritasi pada bagian tubuh
sehingga dianjurkan untuk menggunakan alat dan kelengkapan
praktikum agar tidak terjadi kecelakaan kerja saat praktikum (Labchem,
2021).

3.1.5 Benzena (C6H6)

Benzena memiliki rumus senyawa C6H6, senyawa ini memiliki sifat


fisika dan sifat kimia berwujud cair,tidak warna, dan juga memiliki bau
yang khas. Benzena memiliki ambang bau antara 0,5 – 277,1 ppm dan
memiliki tekanan uap sebesar 101 hPa pada suhu 20 oC. benzena
memiliki titik lebur sebesar 5,5oC dan titik nyala sebesar -11oC. benzena
ini memiliki kelarutan air sebesar 1,88 g/L. Senyawa ini mudah meledak
dan mudah terbakar serta mudah iritasi pada bagian tubuh sehingga
diharuskan untuk hati-hati saat melakukan praktikum (Smartlab,2021)

3.1.6 Etanol (C2H5OH)

Etanol memiliki rumus senyawa C2H5OH. Senyawa ini mempunyai


sifat fisika dan sifat kimia yang berwujud cair, tidak warna, dan juga
memiliki bau seperti alkohol. Etanol memiliki pH= 7 pada 10 g/L.
senyawa ini memiliki titik lebur -114,5oC dan memiliki titik nyala 12oC.
Senyawa ini memiliki densitas 0,79 – 0,793 g/cm3 pada suhu 20oC.
senyawa ini sangat mudah terbakar dan mudah iritasi pada bagian tubuh
yang sensites sehingga dianjurkan untuk lebih hati-hati dan teliti saat
praktikum (Smartlab,2021)

3.1.7 HCl 2M

HCl 2M memiliki sifat fisik berwujud cair, memiliki bau yang


menyengat dan tidak berwarna, senyawa ini memiliki massa molekul
36.46 g/mold an Ph >1 dan memiliki titik beku -30°C. senyawa ini
memiliki kepadatan relatif 1,2. Selain itu HCl 2M memiliki viskositas
dinamis 0,0023 Pa.s (15 °C). Senyawa ini sangat berbahaya jika terkena
tubuh Karen asam klorida bersifat korosif (Labchem,2021)

3.1.8 HNO3

HNO_3 disebut juga asam nitrat yang merupakan senyawa dari


gabungan unsur H+ dan NO3-. Senyawa ini memiliki wujud cair dan
memiliki warna kuning, merah-coklat, dan juga tidak berwarna jika
terpapar cahaya. Senyawa ini memiliki bau yang menyengat dan juga
dapat mengintensifkan api serta dapat melakukan pengoksidasian.
Senyawa ini memiliki batas ambang bau sebesar 0.29 - 0.98 ppm dan
memiliki pH = 1. Senyawa ini memiliki batas titik lebur sebesar (-42°C)-
(-38°C) dan juga memiliki batas titik didih sebesar 83°C - 122°C.
Senyawa ini memiliki massa molekul sebesar 63,01 g/mol. Senyawa ini
sangat mudah terbakar dan berbahaya jika terkena pada tubuh yang
sensitif sehingga harus memakai alat yang dianjurkan saat penelitian
(Labchame,2021)

3.1.9 Kloroform (CHCl3)

Klorofrom memiliki rumus senyawa CHCl3. Senyawa ini memiliki


sifat fisika dan kimia yang berwujud cair, tidak berwarna, dan memiliki
bau manis seperti senyawa eter. Klorofrom memiliki titik lebur -64oC
dan memiliki titik didih 61oC. senyawa ini memiliki tekanan uap 209,5
hPa pada suhu 20oC dan memiliki kepadatan relatif sebesar 1,49 pada
suhu 20oC. senyawa ini memiliki massa jenis 1490 kg/m 3 dan memiliki
massa molekul 119,38 g/mol. Senyawa ini dapat menyebabkan
iritasi,beracun,dan berbahaya bagi tubuh sehingga saat praktikum untuk
hati-hati agar tidak terjadi kecelakaan kerja (Lebchame,2021)

3.1.10 Magnesium Klorida (MgCl2)

Magnesium Klorida memiliki rumus senyawa yaitu MgCl 2 yang


merupakan percampuran dari Mg2+ dengan 2Cl-. Senyawa ini memiliki
sifat fisik dan kimia yaitu berupa wujud padat berwarna putih keabu-
abuan dan tidak memiliki bau. Senyawa ini memilki berat molekul
203,31 dan juga memiliki densitas 1,56. Senyawa ini sangat mudah iritasi
pada bagian kulit dan mata. Sehingga penggunaan bahan ini dianjurkan
untuk menggunakan alat-alat dan perlengkapan laboratorium agar
terhindar dari kecelakaan kerja saat praktikum (Labchem, 2021)

3.1.11 NaCl

NaCl memiliki sifat fisik berwujud padat. Memiliki titik lebur


801oC,NaCl memiliki titik didih 1413oC ,memiliki berat jenis/massa
jenis 2.165 g/cm3 dan memiliki massa molekul 58.44 g/mol. NaCl tidak
berbahaya, tidak mudah terbakar dan tidak mudah meledak.
(Labchem,2021)

3.1.12 NaOH 2M
Natrium hidroksida memiliki rumus senyawa NaOH. Natrium
hidroksida mempunyai sifat fisik berwujud cair, tidak berwarna, dan
tidak berbau. Natrium hidroksida memiliki kepadatan 1,08 g/mol, serta
memiliki viskositas kinematik 1,43 cSt, dan dapat terlarut dalam air.
Natrium hidroksida termasuk dalam senyawa yang berbahaya jika
terkena kulit menyebabkan luka bakar kulit yang parah dan kerusakan
mata yang serius. Gunakan pelindung mata, pelindung wajah, pakaian
pelindng dan sarung tangan pelindung untuk menghindari kecelaakaan.
Pertolonga pertama jika terkena kulit dan mata lepaskan lensa kontak
lalu segera bilas menggunakan air mengalir dengan hati-hati selama 15
menit, apabila terhirup segera pindahkan ke udara segar dan hirup udara
sebanyak-banyaknya, jika terkena kulit segera hubungi dokter
(LabChem, 2021)

3.1.13 Pb(NO3)2

Pb(NO3)2 memiliki sifat fisik yang berwujud cair,tidak berwarna


dan tidak berbau. Pb(NO3)2 memiliki berat jenis uap relative pada
20oC:0,7. Pb(NO3)2 berbahaya jika terkena kulit bias menyebabkan reaksi
alergi.(Labchem,2021)

3.1.14 Petroleum Ether

Petroleum ether mempunyai sifat fisik dan sifat kimia yaitu


berwujud cairan, tidak berwarna dan berbau. Petroleum eter memiliki
titik didih 40 - 70 ° C / 104 - 158 ° F, titik nyala sebesar -45 ° C / -49 ° F,
Tekanan Uap 250 hPa 250 ° C, Massa jenis 0.65 dan Viskositas sebesar
0.45mm2/S pada 25° C. Petroleum eter sangat mudah terbakar, dapat
menyebabkan gangguan pada kulit dan dapat berakibat fatal jika tertelan
dan masuk ke saluran pernapasan, Dapat menyebabkan kantuk atau
pusing. Cara percegahannya adalah Kenakan sarung tangan pelindung /
pakaian pelindung, jauhkan dari panas, permukaan yang panas, percikan
api, nyala api dan sumber penyulut lainnya dan dilarang merokok.
(Fisher Scientific, 2021).
3.1.15 Serbuk CaO

CaO atau Kalsium oksida memiliki sifat fisik dan sifat kimia yaitu
berwujud serbuk, tidak berbau, berwarna putih atau abu-abu-putih. CaO
memiliki berat molekul sebesar 56,08 g / mol. Kalsium oksida juga
memiliki titik didih sebesar 5162 ° F pada 760 mm Hg, titik lebur 4662 °
F, kelarutannya bereaksi dengan air, dan massa jenis sebanyak 3,3 pada
68 ° F. CaO dapat menyebabkan iritasi jika kontak dengan kulit
berulang.Kalsium oksida itu sendiri tidak terbakar tetapi dapat terurai
saat dipanaskan untuk menghasilkan asap korosif atau beracun.Kontak
dengan logam dapat menghasilkan gas hidrogen yang mudah terbakar.
Wadah bisa meledak saat dipanaskan atau jika terkontaminasi air. Cara
pencegahannya memakai sarung tangan pelindung, pakaian pelindung,
pelindung wajah atau pelindung mata yang dikombinasikan dengan
pelindung pernapasan dan Jangan makan, minum, atau merokok selama
melakukan praktikum (Pubchem,2021).

3.1.16 Spritus

Spiritus mempunyai sifat fiisk dan kimia yaitu berwujud cairan,


tidak berwarna dan memiliki bau menyengat yang agak manis seperti
etil alkohol.Berat molekul dari spritus adalah 32.042 g/mol. Spritus
juga memiliki titik didih 64,7 ° C pada 760 mm Hg, titik lebur -97,6 °
C, kelarutan 1000 mg / mL pada 25 ° C, dan massa jenis sebanyak
0,8100 pada 0 ° C atau 4 ° C sertas sebanyak 0,7866 pada 25 ° C atau 4
° C. Dampak dari spritus antara lain dapat menyebabkan kebutaan
permanen, gangguan bicara dan gerakan, dan kematian. Cara
pencegahannya yaitu dengan cara menyediakan ventilasi udara di
tempat praktikum, memakai sarung tangan pelindung. pakaian
pelindung, pelindung wajah atau pelindung mata yang dikombinasikan
dengan pelindung pernapasan (Pubchem, 2021)
3.2. Tinjauan Pustaka
3.2.1. Labolatorium Kimia
Laboratorium kimia dibutuhkan sebagai sarana peningkatan pengetahuan
dan keterampilan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam atau sains. Laboratorium merupakan salah satu prasarana pembelajaran
yang dapat digunakan sebagai tempat untuk melatih peserta dalam memahami
konsep-konsep dan meningkatkan keterampilan dalam melakukan percobaan
ilmiah. Keberadaan laboratorium dalam pembelajaran di bidang Ilmu Pengetahuan
Alam atau sains khususnya kimia adalah suatu yang sangat penting. Laboratorium
merupakan wadah untuk membuktikan sesuatu yang harus dilakukan melalui
suatu percobaan. Praktikan dapat melakukan percobaan untuk membuktikan teori-
teori ilmiah yang diperolehnya dalam pembelajaran. Dalam pendidikan sains
kegiatan laboratorium merupakan bagian integral dari kegiatan belajar mengajar,
khususnya kimia. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peranan kegiatan
laboratorium untuk mencapai tujuan pendidikan. Kegiatan di laboratorium
memberikan kemudahan bagi peserta dalam memahami apa yang mereka pelajari
materi melalui pendekatan kerja ilmiah. (Amna Emda, 2017)

3.2.2. Ikatan Kimia


Ikatan kimia adalah gaya gravitasi antar atom yang menyebabkan zat
kimia berikatan. Kekuatan tarikan antara atom ion-ion tersebut menetukan sifat
kimiawi suatu zat. Bergantung pada struktur elektronik atom, atom membentuk
berbagai ikatan kimia. Misalnya, energi ionisasi dan kontrol afinitas dimana atom
menerima atau melepaskan elektron. Ikatan kimia dapat dibagi menjadi dua
kategori, yaitu ikatan ionik dan ikatan kovalen. Ikatan ion terbentuk ketika
elektron berpindah antar atom untuk membentuk partikel bermuatan dan menarik
partikel. Gaya tarik menarik antara ion-ion yang bermuatan berlawanan adalah
ikatan ionik. Ikatan kovalen dibentuk oleh pembagian elektron antar atom yang
disebut juga tarikan inti pada elektron yang dibagi antar elektron adalah ikatan
kovalen. (Brady, 1999)
3.2.3. Ikatan Ion
Ikatan ion (atau ikatan elektrokovalen) adalah jenis ikatan kimia yang
dapat terbentuk antara ion-ion logam dengan non-logam (atau ion poliatomik
seperti amonium) melalui gaya tarik-menarik elektrostatik. Ikatan ion terbentuk
dari gaya tarik-menarik antara dua ion yang berbeda muatan. Ikatan ion memiliki
contoh paling umum yaitu pembentukan natrium klorida di mana sebuah atom
natrium menggabungkan dengan atom klorin. Ikatan ion merupakan sejenis
interaksi elektrostatik antara dua atom yang memiliki perbedaan elektronegativitas
yang besar. Ikatan ion menghasilkan ion-ion positif dan negatif yang berpisah.
Muatan-muatan ion ini umumnya berkisar antara -3 e sampai dengan +3e. (Kiagus
Ahmad Roni, 2021)
3.2.4. Ikatan Kovalen
Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi akibat pemakain elektron
bersama-sama. Pasangan elektron berasal dari salah satu atom yang berikatan,
maka ikatan yang terbentuk dinamakan ikatan kovalen koordinasi. Ikatan kovalen
dapat diketahui dengan mudah dengan cara menggambar struktur Lewis yang
dilambangkan dengan tanda titik, silang atau bulatan kecil (Mia Rahmi Fauziah,
2017).
Ikatan kovalen terjadi ketika setiap atom dalam ikatan tidak dapat
memenuhi aturan oktet dengan membuat setiap atom memenuhi jumlah oktetnya
dengan berbagi elektron dalam ikatan kovalen. Ini adalah pengecualian untuk
atom H, yang sesuai dengan konfigurasi atom He (valensi 2ē) untuk mencapai
tingkat yang stabil. Juga, elektron yang tidak terlibat dalam ikatan kovalen disebut
elektron bebas. Elektron bebas ini mempengaruhi penentuan bentuk dan geometri
molekul. Ada berbagai jenis ikatan kovalen, yang semuanya tergantung pada
jumlah pasangan elektron yang terlibat dalam ikatan kovalen. Ikatan tunggal
adalah ikatan kovalen yang terdiri dari 1 pasang elektron. Ikatan rangkap adalah
ikatan kovalen yang terdiri dari dua pasang elektron dan ikatan rangkap tiga yang
terdiri dari 3 pasang elektron. Ikatan rangkap memiliki panjang ikatan yang lebih
pendek daripada ikatan tunggal.

3.2.4 Ikatan Valensi

Ikatan valensi adalah suatu unsur pada jumlah yang dapat dibentuk oleh
atom dari unsur itu. Angkanya biasanya sama dengan banyaknya elektron yang
diperlukan untuk melengkapi kulit valensi. Valensi menunjukkan jumlah yang
dapat dibentuk oleh suatu atom.bilangan koordinasi mengacu pada jumlah gugus
yang ditentukan pada atom terentu. Banyak senyawa memiliki sama ganda antara
atom dan valensi (Pine,1988)

3.2.5 Senyawa Kompleks

Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari atom pusat dan
ligan. Atom pusat bisa berupa logam transisi, alkali atau alkali tanah. Senyawa
kompleks terbentuk akibat terjadinya kovalen koordinasi antara ion logam atom
pusat dengan suatu ligan Senyawa kompleks ion logam transisi berperan penting
dalam pengangkutan kation dalam tubuh, yang sangat penting bagi kehidupan
organisme, terutama untuk keperluan nutrisi (Lestari, dkk., 2014)

Ligan spesies yang memiliki satu atom atau lebih yang dapat memberikan
pasangan elektron pada ion logam pusat pada tempat tertentu di lengkung
koordinasi. Sehingga, ligan merupakan basa Lewis dan ion logam adalah asam
Lewis. Ion pusat memberikan orbital dan ligan memberikan pasangan elektron
(Petrucci, 1987)
IV. Metodologi Percobaan
4.1. Alat dan Bahan
4.1.1. Alat
- Pembakar Spirtus
- Cawan Porseline
- Korek Api
- Pipet tetes
- Tabung reaksi
- Pipet mohr
- Kaki tiga
- Thermometer
- Spot plste
- Tusuk gigi
- Konduktivitas tester
4.1.2. Bahan
- Akuades
- Asam Benzonat
- NaCl
- CHCl3
- MgCl2
- Pb(NO3)2
- Petroleum eter
- Serbuk Cao
- HNO3
- NaOH 2M Pipet mohr
- Benzene
- Kloroform
- Spirtus
- Aseton
- Asam oksalat
- HCl 2M
- Etanol
- Paku

4.2 Diagram Alir


4.2.1 Membandingkan ikatan kovalen dengan ikatan ion dalam dua senyawa
yang berbeda.

NaCl dan

diambil 2 buah tabung reaksi (beri tanda I dan II)


diisi dengan 1 ml akuades dan 5 tetes larutan NaCl pada tabung reaksi
I
diisi dengan 5 tetes pada tabung reaksi II
ditambah masing-masing dengan satu tetes
diamati perubahan yang terjadi

Hasil

4.2.2 Mengamati perbedaan kelarutan dan konduktivitas senyawa ionik dan


kovalen

Asam Benzoat, MgCl2 dan


Petroleum Eter

dibersihkan plate tetes dengan sabun dan air dan dikeringkan


ditempatkan satu ujung spatula asam benzoat pada kolom pertama
sebanyak 3 baris
diulangi langkah kedua untuk sampel pada kolom kedua dan 5 tetes
petroleum eter pada kolom ketiga
ditambahkan ke masing-masing sampel sebanyak 5 tetes akuades dan
diaduk dengan tusuk gigi dan diamati kelarutan relatif dari masing-
masing sampel pada baris pertama. Dicatat hasil pengamatan yang
dilakukan.
ditambahkan ke masing-masing sampel 5 tetes etanol dan diaduk
dengan tusuk gigi dan diamati kelarutan relatif dari masing-masing
sampel pada baris kedua. Dicatat hasil pengamatan yang dilakukan.
ditambahkan ke masing-masing sampel 5 tetes campuran etanol dan
aquades, diaduk dengan tusuk gigi dan diuji semua larutan dengan
tester konduktivitas (Voltmeter) pada baris ketiga. Dicatat hasil
pengamatan yang dilakukan.
Hasil

4.2.3 Perubahan ikatan kovalen menjadi ikatan ion.

CaO

diambil tabung reaksi yang kering dan bersih.


dimasukkan 1 sendok (spatel).
dipanaskan mula-mula dengan api yang kecil kemudian dengan api
yang membentuk inti berwarna biru ditengah. Dilakukan pemanasan
selama 15 menit
dipindahkan tabung menjauhi api, kemudian diteteskan dalam keadaan
tegak sebanyak 2 tetes
dipanaskan lagi tabung reaksi dan diteteskan 1 tetes , dipanaskan lagi
didinginkan dan ditambahkan 1 ml pekat.
dipanaskan tabung reaksi kimia hingga endapan larut dan gas-gas
yang terbentuk hilang.
Didinginkan dan ditambahkan 3 tetes 1%. diamati yang terjadi.
Dibandingkan dengan mereaksikan antara dan 3 tetes 1%; serta
reaksi antarazat tersebut yang dilarutkan dalam 1 ml pekat sampai
larut sempurna dan hasilnya ditambah dengan 3 tetes 1%.

Hasil
4.2.4 Reaksi Pembakaran Senyawa Organik

Benzena

disediakan cawan porselin dan diteteskan 2 tetes


dibakar dengan korek api
diperhatikan perubahan yang terjadi
diulangi pekerjaan sebelumnya berturut-turut dengan, etanol, aseton
dan kloroform

Hasil
4.2.5 Reaksi Pemanasan Senyawa Organik
Asam Oksalat

disiapkan cawan porselin


diisi cawan tersebut dengan sedikit kristal zat tersebut
diletakkan diatas kaki tiga dan dipanaskan di lemari asam
dicatat perubahan yang terjadi, seperti bau, pembentukan kristal, dsb.
diulangi langkah-langkah sebelumnya dengan mengganti zat tersebut
dengan gula tebu.
dibersihkan gula yang di Cawan Porcelin selagi masih panas karena
kalau dingin akan lengket.

Hasil

4.3 Prosedur Kerja


4.3.1 Membandingkan ikatan kovalen dengan ikatan ion dalam dua
senyawa yang berbeda
Prosedur kerja yang pertama, diambil dua buah tabung reaksi dan
diberi nama I dan II. Kedua, diisi dengan 1 mL akuades dan 5 tetes larutan
NaCl pada tabung reaksi I. Ketiga, diisi dengan 5 tetes CH Cl 3 pada tabung
reaksi II. Keempat, ditambah masing-masing dengan satu tetes Pb(NO 3)2.
Kelima, diamati perubahan yang terjadi.

4.3.2 Mengamati perbedaan kelarutan dan konduktivitas senyawa ionik


dan kovalen
Prosedur kerja yang pertama, dibersihkan plate tetes dengan sabun dan
air dan dikeringkan. Kedua, ditempatkan satu ujung spatula asam benzoat
pada kolom pertama sebanyak 3 baris. Ketiga, diulangi langkah kedua untuk
sampel Mg Cl 2 pada kolom kedua dan 5 tetes petroleum eter pada kolom
ketiga. Ketiga, ditambahkan ke masing-masing sampel sebanyak 5 tetes
akuades dan diaduk dengan tusuk gigi dan diamati kelarutan relatif dari
masing-masing sampel pada baris pertama. Dicatat hasil pengamatan yang
dilakukan. Keempat, ditambahkan ke masing-masing sampel 5 tetes etanol
dan diaduk dengan tusuk gigi dan diamati kelarutan relatif dari masing-
masing sampel pada baris kedua. Dicatat hasil pengamatan yang dilakukan.
Kelima, ditambahkan ke masing-masing sampel 5 tetes campuran etanol dan
aquades, diaduk dengan tusuk gigi dan diuji semua larutan dengan tester
konduktivitas (Voltmeter) pada baris ketiga. Dicatat hasil pengamatan yang
dilakukan.

4.3.3 Perubahan ikatan kovalen menjadi ikatan ion


Prosedur kerja yang pertama, diambil tabung reaksi yang kering dan
bersih. Kedua, dimasukkan 1 sendok (spatel) CaO. Ketiga, dipanaskan
mula-mula dengan api yang kecil kemudian dengan api yang membentuk
inti berwarna biru ditengah. Dilakukan pemanasan selama 15 menit.
Keempat, dipindahkan tabung menjauhi api, kemudian diteteskan dalam
keadaan tegak sebanyak 2 tetes CH Cl 3. Kelima, dipanaskan lagi tabung
reaksi dan diteteskan 1 tetes CH Cl 3, dipanaskan lagi. Keenam,
didinginkan dan ditambahkan 1 ml HN O3 pekat. Ketujuh, dipanaskan
tabung reaksi kimia hingga endapan larut dan gas-gas yang terbentuk
hilang. Kedelapan, didinginkan dan ditambahkan 3 tetes Pb( NO 3)2 1%.
diamati yang terjadi. Kesembilan, dibandingkan dengan mereaksikan
antara CH Cl 3 dan 3 tetes Pb( NO 3)2 1% serta reaksi antarazat tersebut
yang dilarutkan dalam 1 ml HN O3 pekat sampai larut sempurna dan
hasilnya ditambah dengan 3 tetes Pb( NO 3)2 1%.

4.3.4 Reaksi Pembakaran Senyawa Organik


Prosedur kerja yang pertama, disediakan cawan porselin dan
diteteskan 2 tetes benzena. Kedua, dibakar dengan korek api. Ketiga,
diperhatikan perubahan yang terjadi. Keempat, diulangi pekerjaan
sebelumnya berturut-turut dengan, etanol, aseton dan kloroform.
4.3.5 Reaksi Pemanasan Senyawa Organik
Prosedur kerja yang pertama, disiapkan cawan porselin. Kedua, diisi
cawan tersebut dengan sedikit kristal Asam Oksalat. Ketiga, diletakkan
diatas kaki tiga dan dipanaskan di lemari asam. Keempat, dicatat
perubahan yang terjadi, seperti bau, pembentukan kristal, dsb. Kelima,
diulangi langkah-langkah sebelumnya dengan mengganti asam oksalat
dengan gula tebu. Keenam, dibersihkan gula yang di Cawan Porcelin
selagi masih panas karena kalau dingin akan lengket.

V. Hasil dan Pembahasan


5.1 Tabel hasil data

5.1.1 Membandingkan Ikatan Kovalen dengan Ikatan Ion


(Tabel 5.1 Membandingkan Ikatan Kovalen dengan Ikatan Ion)
Perlakuan Hasil
Sebelum Sesudah
Larutan NaCl Larutan tidak berwarna -

Larutan NaCl + aquades - Larutan tidak


berwarna
Larutan NaCl + aquades - Larutan tidak
berwarna
+ Pb(NO3)2
Larutan CHCl3 Larutan tidak berwarna -

Larutan CHCl3 + aquades - Larutan tidak


berwarna
Larutan CHCl3 + aquades - Larutan putih keruh
+ Pb(NO3)2

5.1.2 Perbedaan Kelarutan dan Konduktivitas Senyawa Ionik dan Kovalen


(Tabel 5.2 Perbedaan Kelarutan dan Konduktivitas Senyawa Ionik dan Kovalen)
Perlakuan Hasil
Sebelum Sesudah
Padatan Asam Benzoat Serbuk putih -
Asam Benzoat + aquades - Tidak larut dengan sisa
padatan
Konduktivitas = 0,032 V

Asam Benzoat + Etanol - Larut membentuk


larutan putih
Konduktivitas=0,176V

Asam Benzoat + aquades - Larut sebagian


+ Etanol (larutan putih dengan
sisa padatan)
Konduktivitas=0,056V

Padatan MgCl2 Lelehan -


putihkekuningan
Padatan MgCl2 + aquades - Larut membentuk
larutan kuning pudar
Konduktivitas=5,66V
Padatan MgCl2 + Etanol - Larut membentuk
larutan kuning pudar
Konduktivitas=4,54V
Padatan MgCl2 + aquades - Larut membentuk
+ Etanol larutan kuning pudar
Konduktivitas=5,06V

Petroleum Larutan tidak -


berwarna
Petroleum + aquades - Tidak larut
Konduktivitas=2,84V
Petroleum + Etano - Larut membentuk
larutan tidak berwarna
Konduktivitas=3,76V

Petroleum + aquades + - Tidak larut


Etanol Konduktivitas = 3,76V
5.1.3 Perubahan Ikatan Kovalen Menjadi Ikatan Kimia
(Tabel 5.3 Perubahan Ikatan Kovalen Menjadi Ikatan Kimia)
Perlakuan Hasil
Sebelum Sesudah
Padatan CaO Serbuk putih -
Padatan CaO yang - Padatan putih yang
dipanaskan lengket
Padatan CaO + 2 tetes CHCl3 - Dihasilkan gelembung
+ dipanaskan 1 dan uap
Padatan CaO + 1 tetes CHCl3 - Dihasilkan gelembung
+ dipanaskan 2 dan uap
Campuran + HNO3 - Dihasilkan banyak
gelembung putih
Lartan putih keruh
dengan endapan putih
Campuran + HNO3 + - Larutan putih keruh
dipanaskan tanpa endapan dan
tanpa gelembung

Campuran + HNO3 + - Larutan putih keruh


Pb(NO3)2
CaO + HNO3 + Larutan putih keruh -
Pb(NO3)2

5.1.4 Reaksi Pembakaran Senyawa Organik


(Tabel 5.4 Reaksi Pembakaran Senyawa Organik)
Perlakuan Hasil
Sebelum Sesudah
Benzena Larutan tidak -
berwarna
Benzena dibakar - Api merah-orange

Awal terjadi ledakan


dan api seketika redup
setelah ledakan
Etanol Larutan tidak -
berwarna
Etanol dibakar - Api biru pada dasar
cawan, api stabil dan
tidak meninggi
Tanpa ledakan
Aseton Larutan tidak -
berwarna
Aseton dibakar - Api merah dengan
pangkal api biru
Tanpa ada ledakan,
besar api sedang tapi
meninggi

Kloroform Larutan tidak -


berwarna
Kloroform dibakar - Tidak muncul api

5.1.5 Reaksi Pemanasan Senyawa Organik


(Tabel 5.5 Reaksi Pemanasan Senyawa Organik)
Perlakuan Hasil
Sebelum Sesudah
Kristal Asam Oksalat Serbuk putih -
Kristal Asam Oksalat - Mengeluarkan banyak
dipanaskan asap putih
Larutan tidak
berwarna
Kristal gula tebu Kristal -
putihkekuningan
Kristal gula tebu dipanaskan - Cairan coklat lengket

5.2 Tabel hasil perhitungan


(Tabel 5.6 data hasil perhitungan)

Asam Benzoat MgCl2 Petroelum

Akuades 0,032 V 5,66 V 2,84 V


Etanol 0,176 V 4,54 V 3,76 V

Akuades : Etanol 0,056 V 5,06 V 3,76 V

1:1

5.3 Pembahasan

Praktikum kali ini melakukan percobaan tentang ikatan kimia. Ikatan kimia
terbagi menjadi ikatan kovalen dan ikatan ionic. Ikatan ionic adalah ikatan yang
terbentuk antara anion dan kation yang saling bereaksi. Senyawa yang terbentuk
dari ikatan kovalen disebut senyawa kovalen.

Percobaan pertama dalam praktikum ini adalah membedakan senyawa


kovalen dan senyawa ion. Bahan yang digunakan adalah aquades 1ml yang diberi
5 tetes NaCl kemudian digoyang-goyangkan. Tujuan menggoyang-goyangkan
tabung reaksi adalah agar kedua zat didalam tabung reaksi dapat tercampur rata.
NaCl dan Pb(NO3)2 yang tercampur terjadi perubahan warna larutan menjadi
keruh dan terbentuk endapan yang menandakan terbentuknya senyawa baru yaitu:

2NaCl(l)+ Pb(NO3)2(l) PbCl2(l)+ 2NaNO3(l)

Fungsi dari perubahan Pb(NO3)2 ke dalam NaCl dengan aquades adalah untuk
mengetahui terbentuk endapan yang menandakan terbentuknya senyawa ionic.
Pencampuran tersebut kemudian digunakan untuk percobaan tabung kedua yaitu
1ml aquades yang diberi 5 tetes CHCl3. Tabung digoyangkan agar tercampur
rata,kemudian diberi 5 tetes Pb(NO3)2. Perlakuan ini mengahsilkan reaksi sebagai
berikut :

CHCl3(aq)+ Pb(NO3)2 CHCl(NO3)2(l) + PbCl2(l)

Fungsi dari penambahan CHCl3 dan Pb(NO3)2 dengan aquades ini untuk
membuktikan bahwa reaksi ini kovalen,sebab menghasilkan CHCl(NO 3)2. Hal
tersebut kovalen karena adanya pemakaian Bersama pasangan electron antara
atom-atom yang bergantung.

Percobaan kedua megamati kelarutan dan konduktivitas senyawa ion dan


kovalen. Bahan yang digunakan adalah asam benzoate,MgCl 2 dan petroleum.
Ketiga bahan tersebut dilarutkan dengan aquades dan etanol. Perlakuan pertama
membuktikan kelarutan dan konduktivitas dari asam benzoate yang di tetesi
aquades warna dan bentuk sebelumnya putih dann padat setelah di tetesi aquadess
dan etanol bentuk dan warna putih dan masih ada padatan. Konduktivitas yang
dihasiljansebesar 0,04v pada asam benzoate ditambah aquades. Hal tersebut
dikarenakan asam benzoate kurang mampu dalam menghantarkan listrik
disebabkan aquades menghasilkan senyawa kovalen. Perlakuan tersebut
membuktikan bahwa senyawa kovalen merupakan elektrolit lemah. Perlakuan
asam benzoate,aquades dan etanol mengahsilkan konduktivitas sebesar 0,004v
yang menunjukkan bahwa kekuatan daya hantar listriknya rendah. Hal tersebut
karena kedua bahan tersebut konduktivitasnya tidak sebesar konduktivitas
senyawa ionic yang merupakan elektrolit kuat. Pada perlakuan asam benzoate dan
etanol menghasilkan konduktivitas sebesar 3,19v. Konduktivitas tersebut cukup
tinggi untuk senyaw kovalen,sebab asam benzoate yang ditetesi etanol akan
menghasilkan kovalen polar yang memiliki daya hantar listrik cukup tinggi.
Tingginya konduktivitas juga dapat disebabkan oleh ketidakakuratan pengambilan
data selama praktikum berlangsung.

Perlakuan untuk melihat kelarutan dan konduktivitas suatu senyawa ionic


dan kovalen berikutnya adalah pencampuran MgCl2 ditambah aquades. MgCl2
ditetesi dengan etanol dan MgCl2 ditetes aquades,etanol. Hasil dari pencampuran
ini berturut-turut menghasilkan kelarutan,sebab ketiganya dapat larut oleh
masing-masing pelarut yang ada. Konduktivitas yang dihasilkan dari
pencampuran MgCl2 dengan masing-masing pelarut sebesar 3,20 v ,3,0 v dan 3,0
v. Nilai konduktivitas dari ketiga perlakuan tersebut cenderung besar sebab MgCl2
merupakan senyawa ionic yang menghasilkan elektrolit kuat dengan kemampuan
daya hantar listrik tinggi.

Perlakuan untuk melihat kelarutan dan konduktivitas suatu senyawa ionic


dan kovalen yang terakhir ialah pencampuran petroleum eter. Petroleum eter
tersebut kemudian di campur dengan pelarut berturut-turut yaitu aquades,etanol
dan aquades ditambah etanol. Ketiga pelarut tersebut dapat larut denagn
petroleum eter memiliki kelarutan.. Nilai konduktivitas suatu bahan seharusnya
tidak tinggi sebab petroleum eter merupakan senyawa kovalen. Nilai
konduktivitas petroleum eter dengan pelarutnya berturut-turut adalah 1,80 v,7,0 v
dan 8,00 v. Nilai yang didapat saat praktikum tidak akurat karena keterbatasan
praktikkan.

Percobaan berikutnya adalah mengubah ikatan kovalenmenjadi ikatan ion.


Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah CaO,CHCl3,HNO3 dan
Pb(NO3)2. Perlakuan pertama adalah memanaslan CaO selama 15 menit
kemuadian CaO diberi 2 tetes CHCl3 hingga membentuk reaksi sebagai berikut :

3CaO(s)+ 2CHCl3(aq) 3CaCl(s) + 2 CO(g) + H2O(l)

Penetesan CHCl3 dilakukan sebanyak 2 kali sebelum didinginkan dan ditetesi 1ml
HNO3 pekat. Hasil dari perlakuan ini adalah serbuk putihyang merupakan CaCl 2
yang membentuk ikatan ionic. Padatan CaCl yang dihasilkan kemudian ditetesi
dengan Pb(NO3)2 untuk pemurnian dan membuktikan perubahan ikatan ionic
menjadi ikatan kovalen. Hasil dari pereaksian ini adalah sebagai berikut :

CaCl3(g) + Pb(NO3)2(aq) Ca(NO3)2(aq) + PbCl2(g)


Hasil dafi pereaksian bahan tersebut adalah Ca(NO 3)2 dan PbCl2 merupakan
senyawa ionic berbentuk larutan bening dan kekuningan. Perlakuan berikutnya
mereaksikan CHCl3 dengan tiga tetes Pb(NO3)2. Hasil dari reaksi ini adalah
sebagai berikut :

CHCl3(aq)+ Pb(NO3)2(aq) CHCl(NO3)2(aq) + PbCl2

Reaksi ini menghasilkan CHCl(NO3)2 merupakan senyawa kovalen serta endapan


putih berupa padatan PbCl2.

Percobaan ke empat adalah reaksi pembakaran senyawa organic. Bahan


yang digunakan yaitu benzoate,etano,asetonn dan kloroform. Senyawa organic
tersebut merupakan senaywa kovalen mengandung karbon dan hydrogen.
Senyawa tersebut mudah bereaksi dengan oksigen membentuk H 2O dan CO2 saat
terjadi pembakaran. Benzana yang dibakar menhasilkan nyala api berwarna merah
dan memunculkan api besar. Hasil tersebut terjadi karena benzene memiliki atom
karbon paling banyak. Persamaan reaksi yang terjadi yaitu :

C6H6(l) + 7O2(g) H2(g) + 6CO2(g) + 2H2O(l)

Pembakaran etanol menghasilkan nyala api yang kecil. Hal itu terjadi karena
etanol memiliki jumlah atom karbon sebanyak dua atau sangat sedikit. Reaksi
yang terjadi yaitu :

C2H6O(l) + 4O2(g) 3CO2(g)+ 3H2O(l)

Pembakaran aseton menghasilkan nyala api sedang berwarna merah. Hal itu
terjadi karena taom karbon pada aseton sebanyak 3,sehingga nyala api yang
dihasilkan cukup besar,namun lebih kecil dari benzena. Persamaan reaksi yang
terjadi yaitu :

C3H6O(l) + 4O2(g) 3CO2(g) + 3H2O(l)

Pemabakaran kloroform menghasilkan nyala api kecil. Hasil tersebut didapatkan


karena kloroform senyawa yang mudah menguap sehingga percobaan harus
dilakukan dengan cepat. Persamaan reaksi yang terjadi yaitu :

2CHCl3(l) + O2(g) 2CHO(g) + 3Cl2

Percobaan terakhir yaitu reaksi pemanasan senyawa organic. Bahan yang


digunakan yaitu asam oksalat dan gula tebu. Asam oksalat yang dipanaskan
menghasilkan bau menyengat berbentuk cariran bening. Persamaan reaksinya
yaitu:

C2H2O4(S) + 2O2(g) C2H2O(aq)+ 2CO2(g) + H2O(aq)


Gula tebu yang di panaskan menghasilkan aroma harum manis dan berwarna
coklat tua. Warna coklat yang tercipta berasal dari karbon. Persamaan reaksinya
yaitu :

C12H2204(g) + O2(g) CO2(g) + 11H2O(l) + 11C(s)

VI. Kesimpulan dan Saran

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Membandingkan ikatan kovalen dengan ikatan ion dalam dua senyawa


yang berbeda yaitu dengan menggunakan NaCl dan CHCl3. Larutan
NaCl tidak mengalami perubahan warna atau wujud, sedangkan
perubahan pada larutan CHCl3 ya itu perubahan warna menjadi putih
keruh.

2. Mengamati perbedaan kelarutan dan konduktivitas senyawa ionik dan


kovalen pada senyawa Asam Benzoat, MgCl2, dan Petroleum Eter
yang ketiganya dita mbahkan dengan Aquadest, Etanol, Akuadest :
Etanol 1:1.

6.2 Saran

Pada kegiatan praktikum ini, sebaiknya praktikan mempersiapkan


materimateri yang akan dibuat praktikum agar kegiatan praktikum dapat
berjalan dengan lancar. Alat dan bahan yang akan dibuat praktikum juga harus
dipersiapkan dengan baik agar tidak ada kesalahan saat kegiatan praktikum
dilaksanakan. Ketertiban dan keselamatan kerja juga harus diperhatikan saat di
laboratorium. Menurut kami asisten sudah cukup baik dalam memberi
penjelasan kepada praktikan dan saran kami adalah supaya hal tersebut terus
dipertahankan dan ditingkatkan.

DAFTAR PUSTAKA
Brady, J. E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta: Binarupa Aksara.
Brady, James E. 1990. General Chemistry. 5 thedition, John Wiley dan Sons, New
York, 705.
Emda, A. (2017). Laboratorium sebagai sarana pembelajaran kimia dalam
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kerja ilmiah. Lantanida
Journal, 5(1), 83-92
Fauziah, M. R. 2017. Pasangan Atom dan Sifatnya. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.

Fisher Sciemtific. 2021 Material Safety Data Sheet of Petroleum Eter.


[Serial Online] msds (fishersci.com). (diakses pada 1 November 2021)

LabChem, 2020. Material Safety Data Sheet of Aquadest [Serial Online]


http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC26750.pdf (diakses pada
tanggal 25 Oktober 2021)
Labchem.2018. Material Safety Data Sheet Asam Nitrat [serial online].
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC17700.pdf (diakses pada 25
Oktober 2021.)
LabChem. (2021). Material Safety Data Sheet of Natrium Chloride and Slaked
Lame.[SerialOnline].https://www.labchem.com/tools/msds/index.php?
all=true. (diakses pada 25 Oktober 2021.)
Labchem, 2021. Material Safety Data Sheet of Methanol. [Serial Online] (diakses
pada 25 Oktober 2021).
Pubchem, 2021. Material Safety Data Sheet of Sodium Hydroxide [Serial Online]
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Sodium-hydroxide (diakses
pada tanggal 25 Oktober 2021)
Pubchem. 2021. Material Safety Data Sheet of Lead Nitrate Compound. [Serial
Online]. (diakses pada tanggal 25 Oktober 2021).

Smartlab. 2021. Material Safety Data Sheet of Benzene. [Serial Online]


http://smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_BENZENE_(INDO).pdf (diakses 1
November 2021)

Smartlab. 2021. Material Safety Data Sheet of Ethanol. [Serial Online]


http://smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_ETHANOL.pdf (1 November 2021)
Roni, K. A. 2021. Kimia Organik. Palembang: Neofikri.

LAMPIRAN

Hasil
Perlakuan
Sebelum sesudah
a. Membandingkan ikatan kovalen dengan ikatan ion
Larutan NaCl Larutan tidak berwarna -
Larutan NaCl + aquadest - Larutan tidak berwarna
Larutan NaCl + aquadest + Pb(NO3)2 - Larutan tidak berwarna
Larutan CHCl3 Larutan tidak berwarna -
Larutan CHCl3 + aquadest + Pb(NO3)2 - Larutan putih keruh
b. Perdedaan kelarutan dan konduktivitas senyawa ionik dan kovalen
Padatan Asam benzoate Serbuk putih
Asam benzoat + aquadest Tidak larut dengan sisa padatan
-
Konduktivitas = 0,032 V
Asam benzoat + etanol Larut membentuk larutan putih
-
Konduktivitas = 0,176 V
Asam benzoat + aquadest + etanol Larut sebagian

- Larutan putih dengan sisa padatan


Konduktivitas = 0,056 V
Padatan MgCl2 Lelehan putih-kekuningan -
Padatan MgCl2+ aquadest Larut membentuk larutan kuning

- pudar
Konduktivitas = 5,66 V
Padatan MgCl2+ etanol Larut membentuk larutan kuning

- pudar
Konduktivitas = 4,54 V
Padatan MgCl2+ aquadest + etanol Larut membentuk larutan kuning

- pudar
Konduktivitas = 5,06 V
Petroleum Larutan tidak berwarna -
Petroleum + aquadest Tidak larut
-
Konduktivitas = 2,84 V
Petroleum + etanol Larut membentuk larutan tidak

- berwarna
Konduktivitas= 3,76 V
Petroleum + aquadest + etanol - Tidak larut
Konduktivitas = 3,76 V
c. Perubahan ikatan kovalen menjadi ikatan ion
Padatan CaO Serbuk putih -
Padatan CaO yang dipanaskan - Padatan putih yang lengket
Padatan CaO + 2 tetas CHCl3 + dipanaskan Dihasilkan gelembung dan uap
-
1
Padatan CaO + 1 tetes CHCl3 + dipanaskan Dihasilkan gelembung dan uap
-
2
Campuran + HNO3 pekat Dihasilkan banyak gelembung putih

- Larutan putih keruh dengan endapan


putih
Campuran + HNO3 pekat + dipanaskan Larutan putih keruh tanpa endapan
-
dan tanpa gelembung
Campuran + HNO3 pekat + Pb(NO3)2 - Larutan putih keruh
CaO + HNO3 pekat + Pb(NO3)2 Larutan putih keruh -
d. Reaksi Pembakaran Senyawa Organik
Benzena Larutan tidak berwarna -
Benzena dibakar Api merah-oranye
-
Intensitas nyala terang
Etanol Larutan tidak berwarna -
Etanol dibakar Api biru pada dasar cawan.
-
Intensitas nyala redup
Aseton Larutan tidak berwarna -
Aseton dibakar Api merah orange
-
Intensitas nyala terang
Kloroform Larutan tidak berwarna -
Kloroform dibakar Tidak muncul api
-
Intensitas nyala mati
e. Reaksi Pemanasan Senyawa organic
Kristal asam oksalat Serbuk putih -
Kristal asam oksalat dipanaskan Mengeluarkan banyak asap putih
-
Larutan tidak berwarna
Kristal gula jawa Kristal putih-kekuningan -
Kristal gula jawa dipanaskan - Cairan coklat lengket

Proses penambahan Pb(NO3)2 ke dalam Proses peletakkan asam benzoate pada


masng-masing tabung pelat tetes

Proses peletakkan MgCl2 pada pelat tetes Proses peletakkan petroleum pada pelat
tetes

Penambahan aquades dan etanol pada Pengujian semua larutan pada pelat tetes
semua larutan di pelat tetes
Proses pemasukan CaO Proses pemanasan CaO

Proses penambahan CHCl3 Proses penambahan HNO3

Proses penambahan Pb(NO3)2 Proses penetesan benzene

Proses pembakaran diatas cawan porselen


Proses pemasukan asam oksalat

Proses pemanasan diatas kaki tiga

Anda mungkin juga menyukai