Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

PERUBAHAN MATERI DAN PEMISAHAN CAMPURAN

Oleh
Nama : Aisyalathifa Widayanti
NIM : 201910801032
Kelas/Kelompok : Teknik Perminyakan/3
Asisten : Febiola Silvia Ningsih

LABORATORIUM KIMIA DASAR


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2020
I. Judul
Perubahan Materi dan Pemisahan Campuran
II. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Mendemonstrasikan pemisahan suatu campuran
2. Menguji beberapa teknik pemisahan berdasarkan sifat fisik masing-masing
komponen
3. Memisahkan campuran homogen dengan teknik destilasi
III. Pendahuluan
3.1 MSDS (Material Safety Data Sheet)
3.1.1 Naftalene (Kapur barus)
Naftalene atau yang biasa disebut kapur barus merupakan senyawa
kimia dengan rumus molekul C₁₀H₈. Naftalene adalah senyawa
hidrokarbon yang memiliki sifat fisik dan sifat kimia diantaranya yaitu
berwarna putih, lebih padat dari air, tidak mudah terbakar, sangat panas
dalam bentuk cair, mudah menguap, memiliki titik didih sebesar 217,9°C
dan titik lebur sebesar 80,2°C, serta memiliki densitas sebesar 1,16g/cm³.
Naftalene dapat menyebabkan iritasi, luka bakar pada kulit dan mata,
kelumpuhan sementara, serta gangguan pada pernapasan. Naftalene jika
terkena api dapat membentuk gas beracun (Pubchem, 2020).
Pertolongan pertama yang dapat dilakukan jika terjadi kontak dengan
mata adalah melepaskan lensa kontak jika ada, membilas dengan air
mengalir selama 20 hingga 30 menit sembari menghubungi rumah sakit
atau pihak medis. Pertolongan pertama jika terjadi kontak dengan kulit
adalah membilas kulit yang terkena naftalene menggunakan air mengalir
sambil melepaskan pakaian yang terkontaminasi, membilas dengan
lembut kulit yang berkontak langsung menggunakan sabun dan air,
menghubungi rumah sakit jika terdapat kemerahan dan tanda iritasi lebih
lanjut. Pertolongan pertama jika terjadi kontaminasi udara dengan gas
yang dihasilkan yaitu meninggalkan ruuangan, mengambil napas dalam
dengan udara segar, dan menghubungi rumah sakit jika terdapat korban
pingsan, sesak napas, keracunan, dan muntah (Pubchem, 2020).
3.1.2 Garam dapur (NaCl)
Garam dapur merupakan senyawa kimia dengan rumus kimia NaCl
(natrium klorida). Sifat fisik dan kimia senyawa ini diantaranya adalah
berbentuk padatan, menyerupai serbuk kristal, berwarna putih, tidak
berbau, memiliki pH 5-9 pada suhu 20°C, memiliki titik lebur sebesar
801°C dan titik didih sebesar 1413°C, serta densitas sebesar 2,165g/cm³.
Natrium klorida dapat menyebabkan iritasi jika terjadi kontak langsung
dengan mata dan menyebabkan mual jika tertelan. Pertolongan pertama
jika terjadi kontak langsung dengan mata yaitu membilas menggunakan
air mengalir selama beberapa menit, melepaskan lensa kontak jika
menggunakannya, lanjut membilas dengan banyak air dan menghubungi
paramedis jika terasa sakit saat berkedip dan terdapat kemerahan lebih
lanjut (Labchem, 2020).
3.1.3 Vaselin
Vaselin merupakan senyawa kimia dengan rumus molekul
C₁₅H₁₅N. Sifat fisik dan sifat kimia senyawa ini diantaranya yaitu
berwujud padat, tidak berbau, tidak memiliki rasa, berwarna putih atau
putih kekuningan, dan memiliki titik lebur sebesar 38°C. Vaselin dapat
menyebabkan iritasi pada mata dan kulit. Pertolongan pertama jika terjadi
kontak dengan kulit yaitu mencuci dengan sabun dan air, mengoleskan
pelembab pada kulit yang teriritasi, dan menghubungi paramedis jika
tidak membaik. Pertolongan pertama jika terjadi kontak dengan mata
yaitu melepaskan lensa kontak jika menggunakan, bilas dengan air
mengalir selama kurang lebih 15 menit, dan hubungi pihak medis apabila
terjadi iritasi lebih lanjut (Oxfordlabchem, 2020).
3.1.4 Akuades
Akuades atau yang biasa disebut air murni dengan rumus kimia H₂O.
Sifat fisik dan sifat kimia senyawa ini diantaranya merupakan senyawa
dengan pH netral pada suhu 20°C, memiliki wujud cair, tidak berwarna,
tidak berbau, memiliki titik didih sebesar 100°C dan titik beku sebesar
0°C, serta memiliki densitas 1,00 g/cm³ pada suhu 20°C. Akuades tidak
mengandung bahan berbahaya menurut Peraturan (EC) No. 1907/2006
(Smartlab, 2020).
3.1.5 Spiritus
Spiritus atau yang bisa disebut methanol memiliki rumus kimia
CH₄O. Sifat fisik dan kimia senyawa ini diantaranya merupakan senyawa
berwujud cair, mudah terbakar, memiliki titik didih sebesar 67,7°C dan
titik beku sebesar -97,8°C, serta memiliki densitas sebesar 790-800 kg/m³
pada suhu 20°C. Spiritus dapat menyebabkan iritasi pada mata, kulit, dan
pernapasan apabila terhirup (Labchem, 2020).
Pertolongan pertama yang dapat dilakukan jika terjadi kontak dengan
mata adalah melepaskan lensa kontak jika ada, membilas dengan air
mengalir dan menghubungi rumah sakit atau pihak medis. Pertolongan
pertama jika terjadi kontak dengan kulit adalah membilas kulit yang
terkontaminasi menggunakan air mengalir sambil melepaskan pakaian
yang terkontaminasi, membilas dengan lembut kulit yang berkontak
langsung menggunakan sabun dan air, menghindari penggunaan penetral
kimia, serta menghubungi rumah sakit jika terdapat kemerahan dan tanda
iritasi lebih lanjut. Pertolongan pertama jika terjadi kontaminasi udara
dengan gas yang dihasilkan yaitu meninggalkan ruuangandan mengambil
napas dalam dengan udara segar (Labchem, 2020).
3.2 Tinjauan Pustaka
3.2.1 Pengertian Perubahan Materi
Materi adalah material fisik penyusun alam yang bisa diartikan
sebagai segala sesuatu yang mempunyai massa dan menempati ruang,
seperti air, tanah dan udara. Wujud materi dapat dibedakan menjadi tiga
yaitu cair, padas, dan gas. Materi dapat tersusun dari substansi murni atau
senyawa berunsur tunggal atau memiliki lebih dari satu unsur (Ratna,
2008).
Campuran merupakan suatu materi yang terdiri dari beberapa
substansi murni sehingga menciptakan sifat baru yang lebih bervariasi.
Campuran dibedakan menjadi dua, yaitu campuran homogen dan
heterogen. Campuran homogen yaitu campuran yang memiliki sifat dan
komposisi sama pada masing-masing zatnya dan tidak dapat dibedakan
secara langsung atau kasat mata. Campuran heterogen adalah campuran
yang masing-masing zatnya memiliki sifat dan komponen yang berbeda
sehingga dapat dibedakan dengan melihatnya secara langsung karena
secara fisiknya terpisah (Ratna, 2008).
Perubahan materi adalah perubahan yang terjadi pada sesuatu yang
mempunyai massa dan menempati ruang. Perubahan materi dibedakan
menjadi dua, yaitu perubahan materi berdasarkan sifat fisika dan
perubahan materi berdasarkan sifat kimia. Perubahan sifat fisika adalah
perubahan materi yang terjadi pada fisik atau wujud tanpa membentuk
materi baru dan mengubah sifat kimia suatu materi. Perubahan sifat kimia
adalah perubahan suatu materi yang menyebabkan terbentuknya suatu
materi baru dan mengubah sifat kima suatu materi (Ratna, 2008).
3.2.2 Teknik Pemisahan Campuran
Campuran merupakan perpaduan antara dua zat atau lebih tanpa
disertai terjadinya reaksi kimia, contohnya seperti teh manis yang
merupakan campuran dari air, teh, dan gula pasir atau air garam yang
merupakan campuran antara air dan garam. Campuran memiliki ciri-ciri,
salah satunya yaitu dapat dipisahkan kembali menjadi komponen-
komponen penyusunnya. Contoh teknik pemisahan campuran
diantaranya yaitu dekantasi, filtrasi, sentrifugasi, destilasi, rekristalisasi,
sublimasi, dan evaporasi (Partana, 2008).
Pemisahan campuran dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu
:
1. Dekantasi
Dekantasi adalah suatu metode pemisahan antara larutan dan endapan
dengan cara menuangkan cairan yang berada dibagian atas secara
perlahan hingga endapan tertinggal dibagian dasar wadah. Dekantasi
digunakan apabila endapan mempunyai ukuran partikel dan massa jenis
yang besar, sehingga dapat terpisah dengan cairannya secara sempurna.
Contoh dekantasi yaitu pada proses penyaringan air oleh pasir (Bimmo,
2017).
2. Filtrasi
Filtrasi adalah suatu metode pemisahan untuk memisahkan suatu pelarut
terhadap materi atau zat pengotornya yang berupa padatan atau memisahan suatu
padatan kristal terhadap pelarutnya dengan cara melakukan penyaringan. Proses
filtrasi bergantung pada ukuran saringan atau filter yang akan digunakan. Jika
saringan yang digunakan terlalu kecil sedangkan partikel yang disaring cukup
besar, maka proses pemisahan akan terjadi secara sempurna namun memerlukan
waktu cukup lama. Jika partikel pada campuran yang akan disaring berukuran
sangat kecil sedangkan pori-pori pada saringan yang digunakan cuku besar, maka
sebagian partikel akan lolos dan proses filtrasi tidak berjalan sempurna (Bimmo,
2017).
3. Sentrifugasi
Sentrifugasi adalah metode pemisahan partikel dan zat pelarutnya
yang berdasarkan pada gaya sentrifugal yang diberikan pada partikel
melayang sehingga partikel-partikel tersebut dapat dipaksa untuk ergerak
ke dasar wadah dan mengendap. Campuran yang telah dipisah melalui
proses sentrifugasi dapat dipisahkan lebih lanjut dengan metode
dekantasi. Gaya sentrifugal diperoleh dengan cara memutar campuran
yang akan dipisahka dengan alat khusus yang disebut sentrifuge (Bimmo,
2017).
4. Distilasi
Pemisahan dan pemurnian senyawa organik dari suatu campuran senyawa
dilakukan melalui beberapa cara sesuai dengan karakteristik materi. Distilasi
adalah suatu metode pemisahan Hukum Raoult yang berdasarkan perbedaan titik
didih. Distilasi sederhana yaitu metode pemisahan yang dilakukan berdasarkan
perbedaan titik didih kmponen yang besar atau memisahkan zat cair dari
campurannya yang berwujud padat. Distilasi bertingkat merupakan metode
pemisahan yang dilakukan dengan cara memisahkan komponen-komponen cair
dari suatu larutan berdasarkan perbedaan titik didih yang berdekatan. Distilasi uap
merupakan metode pemisahan yang dilakukan pada suatu zat yang sukar
bercampur dengan air dan mempunyai tekanan uap yang tinggi (Hadyana dkk.,
1993).
5. Kristalisasi dan Rekristalisasi
Kristalisasi adalah suatu metode pemisahan campuran untuk memperoleh
materi berupa padatan dalam suatu larutan. Kristalisasi didasari oleh prinsip
kelarutan bahan dalam suatu pelarut dan perbedaan titik beku. Contoh kristalisasi
yaitu pada proses pembuatan garam dapur dari air laut dan pada proses
pengkristalan gula pasir dari nira tebu (Faputri, 2016).
Rekristalisasi adalah metode pemurnian zat padat yang dilakukan
dengan cara melarutkan zat padat dengan menggunakan pelarut yang
sesuai kemudian larutan tersebut dikristalakan kembali. Rekristalisasi
menggunakan prinsip dimana zat dapat larut dalam suatu pelarut tertentu
pada saat dipanaskan. Konsentrasi total zat dan pengotor biasanya lebih
kecil dari konsentrasi zat yang dimurnikan sehingga bila dingin,
konsentrasi zat dan pengotor yang rendah tetap dalam larutan sedangkan
materi yang berkonsentrasi tinggi akan mengendap (Arsyad, 2001).

6. Sublimasi
Sublimasi adalah metode pemurnian zat yang prosesnya diawali dari
perubahan bentuk padatan langsung menjadi uap tanpa melalui bentuk
cair dan setelah mengalami pendinginan langsung terkondensasi menjadi
padatan kembali. Dalam memahami konsep sublimasi, terlebih dahulu
harus memahami konsep wujud suatu zat yaitu padat, cair, dan gas.
Sublimasi dapat terjadi secara alami dan buatan. (Bimmo, 2017).
7. Evaporasi
Evaporasi adalah suatu metode pemisahan pelarut dan zat terlarut
dengan cara menguapkan pelarut yang terdapat dalam campuran tersebut.
Prinsip evaporasi adalah pemanasan dengan temperatur rendah yang
dibantu dengan vakum dengan tujuan untuk menghindari terjadinya
kerusakan materi pada saat penguapan pelarut. Pada evaporasi cairan
akan mengendap sedangkan padatannya akan tertinggal dalam wadah
(Fitri, 2016).
8. Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses distribusi atau perpindahan suatu zat
terlarut antara dua buah pelarut yang bercampur dan mengikuti hukum
distribusi. Hukum distribusi adalah hukum dimana koefisien distribusi
hanya menunjukkan satu spesi dan bukan seluruh spesi yang mungkin
terbentuk karena adanya reaksi-reaksi sampingan (Bimmo, 2017).
IV. Metodologi Percobaan
4.1 Alat dan Bahan
4.1.1 Alat
- Timbangan
- Kaki tiga
- Beaker
- Batang pengaduk
- Corong
- Set alat distilasi
- Cawan porselen
- Jaring kawat
- Spatula
- Pembakar spiritus
- Clamps
- Termometer
- Kaca arloji
- Enlenmeyer
- Tabung reaksi
- Gelas ukur
- Pipet tetes
- Botol semprot
- Alat pemusingan
4.1.2 Bahan
- Naftalene (Kapur barus)
- Garam dapur (NaCl)
- Vaselin
- Pasir
- Serbuk kapur
- Akuades
- Spiritus
- Kertas saring
- Es batu
4.2 Skema Kerja
4.2.1 Pemisahan Campuran
Campuran pasir, garam
dapur, dan naftalene

- Ditimbang sebuah beaker 100 mL


- Ditimbang masing-masing sebanyak 0,5 gram pasir, garam
dapur, dan naftalene
- Dimasukkan ke dalam beaker masing-masing sebanyak 0,5
gram pasir, garam dapur, dan naftalene lalu diaduk sampai
tercampur sempurna
- Ditimbang berat total sampel dan beaker
- Dipanaskan beaker dengan pembakar spritus atau bunsen
spiritus dan ditutup dengan cawan porselen yang berisi pecahan
es batu
- Dipanaskan beaker sampai terbentuk uap dan endapan di bagian
bawah cawan porselen
- Dipindahkan pembakar spiritus dan kumpulkan padatan di
bawah cawan porselen ke dalam wadah menggunakan spatula
setelah 10 menit
- Ditimbang padatan yang diperoleh dan dibandingkan dengan
berat awal
Hasil
4.2.2 Distilasi
Spiritus
- Dirangkai alat distilasi untuk percobaan
- Disambungkan labu distilasi dengan gelas penghubung yang
telah diolesi vaselin lalu diletakkan di atas mantel pemanas
- Dirangkai menggunakan penjepit statif
- Dipasang selang aliran air pada setiap lubang kondensor
- Dimasukkan larutan yang akan didistilasi ke dalam labu distilasi
- Ditutup dengan penutup karet yang telah dipasangkan
termometer
- Dinyalakan mantel pemanas dan diletakkan gelas erlenmeyer di
ujung pipa kondensor kemudian ditutup dengan plastik bening
- Ditunggu hingga larutan mendidih
- Ditimbang massa filtrat yang terbentuk dan diamati suhu yang
dicapai saat filtrat terbentuk
Hasil
4.2.3 Sentrifugasi
Bubuk kapur
- Dimasukkan 2-3 sendok kapur ke dalam gelas kimia 50 mL
- Ditambahkan 30 mL akuades, lalu diaduk sampai rata
- Diambil 10 mL larutan dan dimasukkan kedalam tabung
sentrifugal
- Diputar menggunakan pemusingan selama 2 menit
- Diambil filtrat menggunakan pipet tetes
- Diambil kembali 10 mL campuran air dengan bubuk kapur
kemudian disaring dan diambil filtratnya
- Dibandingkan sentrat dari proses sentrifugasi dan filtrat dari
proses penyaringan
Hasil

4.3 Prosedur Kerja


4.3.1 Pemisahan Campuran
Beaker ukuran 100 mL yang kosong, bersih, dan kering ditimbang.
Ditimbang masing-masing sebanyak 0,5 gram pasir, garam dapur, dan
naftalene. Dimasukkan ke dalam beaker masing-masing sebanyak 0,5 gram
pasir, garam dapur, dan naftalene lalu diaduk sampai tercampur sempurna.
Ditimbang berat total sampel dan beaker, kemudian dipanaskan beaker
dengan pembakar spritus atau bunsen spiritus dan ditutup dengan cawan
porselen yang berisi pecahan es batu. Dipanaskan beaker sampai terbentuk
uap dan endapan di bagian bawah cawan porselen. Dipindahkan pembakar
spiritus dan kumpulkan padatan di bawah cawan porselen ke dalam wadah
menggunakan spatula setelah 10 menit. Ditimbang padatan yang diperoleh
dan dibandingkan dengan berat awal.
4.3.2 Distilasi
Set alat distilasi dirangkai. Disambungkan labu distilasi dengan gelas
penghubung yang telah diolesi vaselin lalu diletakkan di atas mantel
pemanas. Dirangkai menggunakan penjepit statif. Dipasang selang aliran air
pada setiap lubang kondensor. Dimasukkan larutan yang akan didistilasi ke
dalam labu distilasi. Ditutup dengan penutup karet yang telah dipasangkan
termometer. Dinyalakan mantel pemanas dan diletakkan gelas erlenmeyer
di ujung pipa kondensor kemudian ditutup dengan plastik bening dan
ditunggu hingga larutan mendidih. Ditimbang massa filtrat yang terbentuk
dan diamati suhu yang dicapai saat filtrat terbentuk.
4.3.3 Sentrifugasi
Bubuk kapur dimasukkan sebanyak 2-3 sendok makan kedalam gelas
kimia 50 mL. Ditambahkan 30 mL akuades, lalu diaduk sampai rata.
Diambil 10 mL larutan dan dimasukkan kedalam tabung sentrifugal.
Diputar menggunakan pemusingan selama 2 menit kemudian diambil
filtratnya menggunakan pipet tetes. Diambil kembali 10 mL campuran air
dengan bubuk kapur kemudian disaring dan diambil filtratnya.
Dibandingkan sentrat dari proses sentrifugasi dan filtrat dari proses
penyaringan.
V. Data dan Perhitungan
5.1 Data
5.1.1 Data Pemisahan Campuran
a) Gelas Beaker 100 mL kosong = 62,891 gram
b) Pasir = 0,500 gram
c) Garam dapur = 0,500 gram
d) Naftalena = 0,500 gram
e) Gelas beaker + pasir + garam dapur + naftalena = 64,302 gram
f) Kaca arloji kosong = 23,80 gram
g) Kaca arloji padatan = 24,394 gram
h) Gelas beaker + sisa padatan = 63,551 gram
i) Kertas saring bersih = 1,138 gram
j) Kertas saring + padatan sisa = 1,668 gram
5.1.2 Data Distilasi
a) Suhu saat terbentuk filtrat = 50°C
b) Warna awal = ungu
c) Warna akhir = bening
5.1.3 Data Sentrifugasi
a) Warna sampel air + batu kapur = putih keruh
b) Warna hasil sentrifugasi = bening
c) Lama pemusingan = 2 menit
d) Kertas saring bersih = 1,138 gram
e) Kertas saring + sisa = 1,668 g
5.2 Perhitungan
5.2.1 Perhitungan Sublimasi
a) Berat awal
Pasir + garam dapur + naftalena = 1,500 gram
b) Berat seterlah sublimasi
Padatan + sisa padatan = 0,594 gram + 0,660 gram
= 1,254 gram

c) %Rendemen =
5.2.2 Perhitungan Filtrasi
a) Berat awal setelah sublimasi
Sisa padatan = 63,551 gram - 62,891 gram
= 0,660 gram
b) Berat akhir setelah filtrasi
Padatan sisa = 1,668 gram - 1,138 gram
= 0,530 gram

c) %Rendemen =
VI. Hasil dan Pembahasan
6.1 Hasil
6.1.1 Tabel Hasil Pemisahan Campuran
No. Perlakuan Massa (g) % Rendemen
Massa Naftalena
1. Sublimasi Awal =1,500 gram 83%
Akhir = 1,254 gram
Massa Pasir
2. Filtrasi Awal = 0,660 gram 80%
Akhir = 0,530 gram
6.1.2 Tabel Hasil Distilasi
No. Perlakuan Hasil
 Suhu Awal = 0°C
1. Pemanasan
 Suhu Akhir = 50°C
Dari warna ungu menjadi tidak
2. Distilasi
berwarna atau bening
6.1.3 Tabel Hasil Sentrifugasi
No. Perlakuan Hasil
1. Sempel Air + Bubuk Kapur Berwarna putih keruh
2. Sentrat Filtrasi Berwarna sedikit putih
3. Sentrat Sentrifugasi Berwarna putih
6.2 Pembahasan
Praktikum kimia dasar yang berjudul “Perubahan Materi dan Pemisahan
Campuran” ini mempelajari tentang teknik-teknik pemisahan campuran.
Diperkenalkan berbagai macam metode pemisahan campuran dan
penerapannya. Diantaranya yaitu metode ekantasi, filtrasi, sentrifugasi,
destilasi, rekristalisasi, sublimasi, dan evaporasi.
6.2.1 Pemisahan Campuran

Gambar 6.2.1.1 Penyiapan Bahan


Bahan yang digunakan dalam pemisahan campuran yaitu garam dapur,
pasir, dan naftalena. Metode ini disebut sebagai sublimasi dengan pasir
sebagai pengotornya. Pada metode sublimasi terjadi transisi dari benda
berwujud padas menjadi benda berwujud gas yang disebabkan oleh perbedaan
suhu.
Gambar 6.2.1.2 Proses Sublimasi
Gambar 6.2.1.3 Pemanasan Beaker
Proses pemanasan beaker diawali dengan menyalakan bunsen spiritus
dan meletakkan gelas beaker di atas jaring kawat, serta menutup gelas beaker
dengan cawan porselen yang diisi dengan es batu. Hal ini dilakukan agar
partikel yang bercampur memiliki perbedaan titik didih yang besar, sehingga
dapat menghasilkan uap dengan tingkat kemurnian yang tinggi. Pada proses
ini yang mengalami
sublimasi adalah kapur
barus atau naftalene. Prinsip
kerja sublimasi pada proses ini
yaitu pemisahan
campuran dengan
menggunakan senyawa yang
dapat menyublim
dengan pengotor yang tidak dapat menyublim.

Gambar 6.2.1.4 Hasil Padatan


Setelah didapatkan padatan di bawah cawan porselen akibat terjadinya
sublimasi, padatan diambil dan ditimbang. Hal ini bertujuan untuk
membandingkan massa padatan naftalene sebelum proses sublimasi dan
setelah proses sublimasi. Dari massa awal sebesar 1,500 gram, didapatkan
hasil akhir massa sebesar 1,254 gram dan %rendemen sebesar 83%. Terdapat
perbedaan pada massa awal dan akhir, massa awal naftalene lebih berat
daripada massa akhirnya. Hasil tersebut membuktikan teori sublimasi yaitu
perubahan wujud benda dari berwujud padat menjadi gas. Naftalene
mengalami penguapan sebelum mengendap sehingga ditemukan pengurangan
massa pada naftalene.
6.2.2 Distilasi

Gambar 6.2.2.1 Persiapan Alat


Pada metode distilasi ini bahan yang digunakan yaitu spiritus. Metode ini
bisa disebut dengan penyulingan, yang dilakukan dengan pemanasan
sehingga terjadi penguapan. Proses distilasi diawali dengan perakitan alat
distilasi, pastikan mengolesi vaseline pada setiap sambungannya dan
memasang saluran air pada setiap lubang kondensor yang kemudian
dihubungkan dengan wadah berisi air. Tujuan dioleskannya vaseline pada
setiap sambungan yaitu sebagai perekat agar uap hasil distilat tidak keluar
melalui celah yang ada. Pemanas berfungsi untuk memanaskan sampel yang
terdapat pada labu distilasi yang berisi senyawa atau sampel yang akan
didistilat.Kondensor berfungsi untuk mendinginkan uap destilat yang
melewati kondensor sehingga menjadi cair yang kemudian dialirkan dengan
saluran air yang terhubung pada lubang kondensor. Termometer pada
rangkaian alat berfungsi untuk mengamati suhu dalam proses distilasi
sehingga suhu dapat dikontrol hingga diperoleh destilat murni. Kemudian
hasil dari proses distilasi akan di tampung di gelas erlenmeyer.

Gambar 6.2.2.2 Penuangan Spiritus


Gambar 6.2.2.3 Penyalaan Pemanas
Proses selanjutnya setelah alat distilasi siap yaitu menambahkan spiritus
dan menyalakan mantel pemanas. Kemudian gelas erlenmeyer diletakkan
pada ujung pipa alat distilasi dan ditutup menggunakan plastik bening. Hal
tersebut dilakukan agar komponen spiritus terkondensasi, atau berubah
wujudnya dari uap menjadi cair sehingga tertampung di gelas erlenmeyer.

Gambar 6.2.2.4 Pengecekan Suhu pada Termometer


Pada saat proses pemanasan, terjadi perbedaan tekanan uap antara
spiritus dengan akuades. Hal tersebut terjadi karena spiritus memiliki titik
didih yang lebih rendah dari akuades, yaitu sebesar 67,7°C sedangkan titik
didih akuades sebesar 100°C. Sehingga spiritus akan lebih dulu menguap dan
menyebabkan terbentuknya uap dari spiritus yang memiliki tekanan yang
sama dengan tekanan atmosfer. Kemudian uap spiritus atau metanol yang
didapatkan dari proses pemanasan tersebut dikumpulkan dan didinginkan
sehingga kembali ke wujud cair.
6.2.3 Sentrifugasi

Gambar 6.2.3.1 Pengukuran Akuades


Gambar 6.2.3.2 Penambahan Akuades pada Bubuk Kapur
Proses sentrifugasi diawali dengan memasukkan bubuk kapur ke dalam
gelas beaker dan menambahkan akuades sebanyak 30mL lalu mengaduknya
hingga tercampur rata. Proses sentrifugasi bekerja dengan cara memisahkan
partikel yang terkandung dalam suatu larutan menuurut bentuk, ukuran, dan
kerapatan molekul. Akuades yang semula bening akan berubah menjadi putih
keruh karena berdifusi dengan bubuk kapur. Selanjutnya larutan tersebut
dimasukkan ke dalam tabung sentrifugal sebelum dimasukkan ke dalam alat
pemusing.

Gambar 6.2.3.3 Tabung Sentriugal dimasukkan ke Alat Pemusing


Gambar 6.2.3.4 Pengambilan Cairan
Proses selanjutnya yaitu pemusingan selama dua menit. Hal tersebut
bertujuan agar partikel-partikel yang ada mengendap pada dasar tabung.
Metode sentrifugal berprinsip pada gaya putar. Apabila menjauh dari pusat
pemutar pada suatu cairan, partikel yang ukurannya lebih besar otomatis akan
menjauh, sedangkan partikel dengan ukuran yang lebih kecil akan
berkumppul di tengah dan membentuk endapan. Setelah dilakukan
pemusingan dan partikel-partikel mengendap, langkah selanjutnya yaitu
mengambil 10 mL cairan dari tabung sentrifugasi tersebut. Hal tersebut
dilakukan untuk memisahkan sentrat dengan endapan dengan metode
dekantasi.

Gambar 6.2.3.5 Hasil Endapan


Proses yang dilakukan selanjutnya yaitu penyaringan endapan
menggunakan kertas filtrasi atau kertas saring. Endapan dari bubuk kapur
tersebut akan tertahan di permukaan kertas saring dan cairannya akan lolos
dari pori-pori pada kertas saring. Didapatkan hasil sentrat yang bening atau
tidak berwarna dari proses filtrasi menggunakan kertas saring tersebut. Dari
hasil tersebut dapan dibandingkan bagaimana warna larutan sebelum dan
sesudah proses filtrasi setelah sentrifugal. Dapat dilihat bahwa sentrat dari
proses filtrasi lebih jernih dibandingkan sentrat dari proses sentrifugal, hal
tersebut terjadi karena pada proses filtrasi, sentrat dari sentridugasi disaring
menggunakan kertas saring. Perlakuan itu menyebabkan partikel yang
membuat larutan terlihat keruh tertahan di permukaan kertas saring dengan
pori-pori yang lebih kecil dari partikel-partikel tersebut..
VII. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum kimia dasar yang berjudul
“Perubahan Materi dan Pemisahan Campuran” adalah sebagai berikut :
1. Pemisahan suatu campuran dapat dilakukan dengan banyak metode.
Diantaranya yaitu dengan cara ekantasi, filtrasi, sentrifugasi, destilasi,
rekristalisasi, sublimasi, dan evaporasi.
2. Metode atau teknik pemisahan yang digunakan harus disesuaikan
terlebih dahulu dengan sifat fisik dari masing-masing komponen.
3. Pemisahan campuran homogen dapat dilakukan dengan teknik distilasi
menggunakan alat yang dirancang khusus untuk metode distilasi.
VIII. Saran
Saran untuk praktikum kimia dasar yang berjudul “Perubahan Materi dan
Pemisahan Campuran” adalah sebelum praktikum sebaiknya dipersiapkan
materi-materi yang harus dipahami terlebih dahulu. Hal tersebut dimaksudkan
agar lebih mudah saat melakukan praktikum dan praktikum dapat berjalan
dengan lancar. Keamanan dalam melakukan praktikum juga harus
diperhatikan, kita harus patuh terhadap aturan-aturan yang ada saat
melakukan sebuah percobaan untuk keselamatan kita dan orang-orang di
sekitar kita agar tidak terjadi kerugian material maupun jiwa.

DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, M. N. 2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah. Jakarta: Gramedia
Baskoro, B. D. 2017. Metode Dasar Pemisahan Kimia. Sumedang: Universitas
Padjajaran.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kimia Jilid I. Jakarta: Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
Hadyana, A., P. Murwani, A. Taufik, Priyana, Narsita, M. Utomo, C. Anwar, H.
Supadi. 1993. Kamus Kimia Kamus Fisika. Jakarta: Direktorat Pendidikan
dan Kebudayaan.
Faputri, A. F. 2016. Desain Evaporator dan Pengujian Kondisi Operasi Optimal pada Desain
Peralatan. Jurnal Teknik Putra Akademika. 2(17): 17-23.
Fitri, M. A., Suhadi, Altway, A., Susianto. 2016. Studi Eksperimental Falling
Film Evaporator pada Evaporasi Nira Kental. Journal of Research and
Technology. 2(1): 13-17.
Labchem.2018.Material Safety Data Sheet Natrium Chloride [secara online].
www.labchem.com diakses pada 28 Oktober 2020.
Labchem.2012.Material Safety Data Sheet Aquades [serial online].
www.labchem.com diakses pada 10 November 2020.
Labchem.2012.Material Safety Data Sheet Methanol [serial online].
www.labchem.com diakses pada 10 November 2020.
Oxfordlabchem.Material Safety Data Sheet Vaseline [secara online].
www.oxfordlabchem.com diakses pada 28 Oktober 2020.
Pubchem.2019.Material Safety Data Sheet Naphtalene [secara online].
www.pubchem.com diakses pada 28 Oktober 2020.
Smartlab.2019.Material Safety Data Sheet Lead Nitrate [secara online].
www.smartlab.co.id diakses pada 28 Oktober 2020.
Lampiran
No Perlakuan Hasil Perhitungan
1, Pemisahan Campuran : - Gelas Beaker 100 mL
- Ditimbang sebuah beaker 100 mL kosong = 62,891 gram
- Ditimbang masing-masing sebanyak 0,5 gram - Pasir = 0,500 gram
pasir, garam dapur, dan naftalene - Garam dapur = 0,500
- Dimasukkan ke dalam beaker masing-masing gram
sebanyak 0,5 gram pasir, garam dapur, dan - Naftalena = 0,500 gram
naftalene lalu diaduk sampai tercampur - Gelas beaker + pasir +
sempurna garam dapur + naftalena
- Ditimbang berat total sampel dan beaker = 64,302 gram
- Dipanaskan beaker dengan pembakar spritus - Sampel = 1,500 gram
atau bunsen spiritus dan ditutup dengan cawan
porselen yang berisi pecahan es batu
- Dipanaskan beaker sampai terbentuk uap dan
endapan di bagian bawah cawan porselen
- Dipindahkan pembakar spiritus dan
kumpulkan padatan di bawah cawan porselen
ke dalam wadah menggunakan spatula setelah
10 menit
- Ditimbang padatan yang diperoleh dan
dibandingkan dengan berat awal
2. Distilasi : - Kaca arloji kosong =
- Dirangkai alat distilasi untuk percobaan 23,800 gram
- Disambungkan labu distilasi dengan gelas - Kaca arloji kosong +
penghubung yang telah diolesi vaselin lalu padatan = 24,394 gram
diletakkan di atas mantel pemanas - Gelas beaker + sisa
- Dirangkai menggunakan penjepit statif padatan = 63,551 gram
- Dipasang selang aliran air pada setiap lubang - Padatan = 0,594 gram
kondensor - Sisa padatan = 0,660
- Dimasukkan larutan yang akan didistilasi ke gram
dalam labu distilasi
- Ditutup dengan penutup karet yang telah
dipasangkan termometer
- Dinyalakan mantel pemanas dan diletakkan
gelas erlenmeyer di ujung pipa kondensor
kemudian ditutup dengan plastik bening
- Ditunggu hingga larutan mendidih
- Ditimbang massa filtrat yang terbentuk dan
diamati suhu yang dicapai saat filtrat terbentuk
3. Sentrifugasi : - Kertas saring bersih =
- Dimasukkan 2-3 sendok kapur ke dalam 1,138 gram
gelas kimia 50 mL - Kertas saring + padatan
- Ditambahkan 30 mL akuades, lalu diaduk sisa = 1,668 gram
sampai rata - Padatan sisa = 0,530
- Diambil 10 mL larutan dan dimasukkan gram
kedalam tabung sentrifugal
- Diputar menggunakan pemusingan selama 2
menit
- Diambil filtrat menggunakan pipet tetes
- Diambil kembali 10 mL campuran air dengan
bubuk kapur kemudian disaring dan diambil
filtratnya
- Dibandingkan sentrat dari proses sentrifugasi
dan filtrat dari proses penyaringan

Anda mungkin juga menyukai