Oleh :
II. Tujuan
III. Pendahuluan
Keterangan :
m = molalitas
P = massa zat pelarut
Kb = konstanta kenaikan titik didih
Titik beku suatu larutan adalah temperatur pada saat tekanan uapnya
sama dengan tekanan uap pelarut. Tekanan uap jika lebih rendah daripada
pelarutnya, larutan belum membeku pada temperatur 0˚C. Hal itu menjadikan
temperatur harus diturunkan agar larutan dapat membeku. Penurunan tekanan
uap pada pelarut padat lebih cepat daripada zar cair. Akibatnya pada temperatur
dibawah titik beku pelarut terjadi kesetimbangan tekanan uap larutan dengan
tekanan uap pelarut padat. Saat seperti itu pelarut akan membeku, sedangkan
zat pelarutnya masih dalam fase cair. Hal itu menyebabkan larutan menjadi
lebih pekat sehingga titik bekunya lebih rendah. Larutan dapat dikatakan tidak
memiliki titik beku yang tetap. Definisi dari titik beku larutan adalah
temperatur pada saat larutan membeku. Selisih antara titik beku pelarut dan
titik beku larutan disebut penurunan titik beku larutan (∆Tf) (Oxtoby, 2001).
Menurut Sastrohamidjojo (2001), tekanan uap adalah ukuran
kecenderungan molekul-molekul suatu cairan untuk lolos menguap. Penurunan
tekanan uap menurut hukum Roult adalah tekanan uap salah satu cairan dalam
ruang diatas larutan ideal bergantung pada fraksi mol cairan tersebut dalam
larutan. Hukum Roult dapat dinyatakan bahwa tekanan uap pelarut murni lebih
besar daripada tekanan uap pelarut dalam larutan. Hal itu mendapatkan
kesimpulan bahwa penurunan tekanan uap pelarut berbanding lurus dengan
fraksi mol zat terlarut. Rumus besarnya penurunan tekanan uap, yaitu :
∆𝑝 = 𝑋𝑡 × 𝑃0 (2.3)
Keterangan :
∆𝑝 = penurunan tekanan uap
𝑋𝑡 = fraksi mol zat terlarut
𝑃0 = tekanan uap pelarut murni
Sifat penting larutan bergantung pada banyaknya zat terlarut dalam
larutan dan tidak bergantung pada jenis partikel zat terlarut. Sifat-sifat ini
disebut sifat koligatif sebab semua sifat tersebut tergantung pada banyaknya
partikel yang ada, apakah partikel-partikel tersebut atom, ion atau molekul.
Penurunan titik uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan
osmotik merupakan sifat koligatif larutan itu sendiri. Pembahasan mengenai
sifat koligatif larutan non elektrolit adalah membahas mengenai larutan yang
relative encer atau yang berarti larutannya memiliki konsentrasi ≤ 0,2 M
(Chang, 2004).
Menurut Brady (1994), tekanan osmosis adalah proses lewatnya pelarut
dalam larutan encer menuju kelarutan yang lebih oekat melalui lapisan tipis
yang selektif dalam melewatkan pelarut, tetapi tidak melewatkan zat pelarut.
Lapisan tipis tersebut disebut membrane semi permeable yang terbuat dari
bahan-bahan organik. Tekanan osmotik pada larutan encer berbanding lurus
dengan molaritas (M) zat terlarut, sehingga persamaannya :
𝜋 = 𝑀. 𝑅. 𝑇 (2.4)
Keterangan :
𝜋 = tekanan osmotik
R = tetapan Roult = 0,082 (atm/mol.K)
T = suhu mutlak (˚K)
M = molaritas larutan (mol/L)
IV. Metodologi Percobaan
4.1.1 Alat
- Gelas ukur 10 mL
- Labu ukur 25 mL
- Spatula
- Tabung reaksi
- Termometer alkohol
4.1.2 Bahan
- Akuades
- Garam dapur (NaCl)
- Sukrosa (gula)
- Urea (CO(NH2)2)
4.2 Skema Kerja
4.2.1 Preparasi larutan
NaCl
Hasil
4 tabung reaksi
Hasil
4.2.3 Pengaruh konsentrasi terhadap perubahan titik beku larutan
9 tabung reaksi
- Disiapkan 9 buah tabung reaksi.
- Dimasukkan 3 mL larutan NaCl, urea, dan sukrosa dengan
konsentrasi masing-masing 1, 2, dan 3 molal ke dalam tabung
reaksi yang berbeda-beda.
- Dicatat suhu larutan dengan termometer.
- Dimasukkan tabung reaksi yang didalamnya terdapat
termometer dalam gelas kimia/baskom yang berisi es batu dan
garam.
- Digoyang-goyang tabung reaksi dan dicatat perubahan yang
terjadi setiap 20 detik sampai suhu yang diperoleh konstan.
- Diulangi untuk semua tabung reaksi setiap proses untuk satu
tabung reaksi.
Hasil
f) Sukrosa 2 molal
Suhu awal = 29˚C
Perubahan suhu :
t20 : 28˚C t120 : 25˚C
t40 : 27˚C t140 : 24˚C
t60 : 26˚C t160 : 23˚C
t80 : 25˚C t180 : 23˚C
t100 : 26˚C
g) NaCl 3 molal
Suhu awal = 25˚C
Perubahan suhu :
t20 : 24˚C t120 : 20˚C
t40 : 24˚C t140 : 19˚C
t60 : 23˚C t160 : 19˚C
t80 : 22˚C t180 : 19˚C
t100 : 21˚C
h) Urea 3 molal
Suhu awal = 30˚C
Perubahan suhu :
t20 : 28˚C t120 : 25˚C
t40 : 28˚C t140 : 24˚C
t60 : 27˚C t160 : 23˚C
t80 : 26˚C t180 : 23˚C
t100 : 25˚C
i) Sukrosa 3 molal
Suhu awal = 28˚C
Perubahan suhu :
t20 : 26˚C t120 : 22˚C
t40 : 25˚C t140 : 21˚C
t60 : 25˚C t160 : 21˚C
t80 : 24˚C t180 : 21˚C
t100 : 23˚C
5.2 Perhitungan
5.2.1 Preparasi larutan
- Volume pelarut : 25 mL
- 𝜌 pelarut : 1 g/mL
- Massa pelarut : 𝑉 × 𝜌 = 25 𝑚𝐿 × 1 𝑔/𝑚𝐿 = 25 g
1462,5 = 1000 𝑔
g = 1,4625
- 2 molal
𝑔 1000
𝑚 = 𝑀𝑟 × 𝑃
𝑔 1000
2 = 58,5 × 25
1000𝑔
2 = 1462,5
2 × 1462,5 = 1000 𝑔
2925 = 1000 g
g = 2,925
- 3 molal
𝑔 1000
𝑚 = 𝑀𝑟 × 𝑃
𝑔 1000
3 = 58,5 × 25
1000𝑔
3 = 1462,5
3 × 1462,5 = 1000 𝑔
4387,5 = 1000 g
g = 4,3876
1500 = 1000 𝑔
g = 1,5
- 2 molal
𝑔 1000
𝑚 = 𝑀𝑟 × 𝑃
𝑔 1000
2 = 60 × 25
1000𝑔
2= 1500
2 × 1500 = 1000 𝑔
3000 = 1000 g
g=3
- 3 molal
𝑔 1000
𝑚 = 𝑀𝑟 × 𝑃
𝑔 1000
3 = 60 × 25
1000𝑔
3= 1500
3 × 1500 = 1000 𝑔
4500 = 1000 g
g = 4,5
8550 = 1000 𝑔
g = 8,55
- 2 molal
𝑔 1000
𝑚 = 𝑀𝑟 × 𝑃
𝑔 1000
2 = 342 × 25
1000𝑔
2= 8550
2 × 8550 = 1000 𝑔
17100 = 1000 g
g = 17,1
- 3 molal
𝑔 1000
𝑚 = 𝑀𝑟 × 𝑃
𝑔 1000
3 = 342 × 25
1000𝑔
3= 8550
3 × 8550 = 1000 𝑔
25650 = 1000 g
g = 25,65
c) Larutan sukrosa
Tf sukrosa = 𝑇𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 − 𝑇𝑎𝑤𝑎𝑙
= 23℃ − 30℃
= −7℃
∆Tf sukrosa = 𝑇𝑓 𝑜 − 𝑇𝑓
= 𝑇𝑎𝑖𝑟 − 𝑇𝑁𝑎𝐶𝑙
= 0℃ − (−7℃)
= 7℃
∆Tf sukrosa = 𝑚 × 𝐾𝑓
7℃ = 1 × 𝐾𝑓
𝐾𝑓 = 7℃/m
b) Larutan urea
- 1 molal
Tf urea = 𝑇𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 − 𝑇𝑎𝑤𝑎𝑙
= 25℃ − 32℃
= −7℃
∆Tf urea = 𝑇𝑓 𝑜 − 𝑇𝑓
= 𝑇𝑎𝑖𝑟 − 𝑇𝑢𝑟𝑒𝑎
= 0℃ − (−7℃)
= 7℃
∆Tf urea = 𝑚 × 𝐾𝑓
7℃ = 1 × 𝐾𝑓
𝐾𝑓 = 7℃/m
- 2 molal
Tf urea = 𝑇𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 − 𝑇𝑎𝑤𝑎𝑙
= 24℃ − 31℃
= −7℃
∆Tf urea = 𝑇𝑓 𝑜 − 𝑇𝑓
= 𝑇𝑎𝑖𝑟 − 𝑇𝑢𝑟𝑒𝑎
= 0℃ − (−7℃)
= 7℃
∆Tf urea = 𝑚 × 𝐾𝑓
7℃ = 2 × 𝐾𝑓
7℃ = 2𝐾𝑓
𝐾𝑓 = 3,5℃/m
- 3 molal
Tf urea = 𝑇𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 − 𝑇𝑎𝑤𝑎𝑙
= 23℃ − 30℃
= −7℃
∆Tf urea = 𝑇𝑓 𝑜 − 𝑇𝑓
= 𝑇𝑎𝑖𝑟 − 𝑇𝑢𝑟𝑒𝑎
= 0℃ − (−7℃)
= 7℃
∆Tf urea = 𝑚 × 𝐾𝑓
7℃ = 3 × 𝐾𝑓
7℃ = 3𝐾𝑓
𝐾𝑓 = 2,3℃/m
c) Larutan sukrosa
- 1 molal
Tf sukrosa = 𝑇𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 − 𝑇𝑎𝑤𝑎𝑙
= 23℃ − 30℃
= −7℃
∆Tf sukrosa = 𝑇𝑓 𝑜 − 𝑇𝑓
= 𝑇𝑎𝑖𝑟 − 𝑇𝑁𝑎𝐶𝑙
= 0℃ − (−7℃)
= 7℃
∆Tf sukrosa = 𝑚 × 𝐾𝑓
7℃ = 1 × 𝐾𝑓
𝐾𝑓 = 7℃/m
- 2 molal
Tf sukrosa = 𝑇𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 − 𝑇𝑎𝑤𝑎𝑙
= 23℃ − 29℃
= −6℃
∆Tf sukrosa = 𝑇𝑓 𝑜 − 𝑇𝑓
= 𝑇𝑎𝑖𝑟 − 𝑇𝑁𝑎𝐶𝑙
= 0℃ − (−6℃)
= 6℃
∆Tf sukrosa = 𝑚 × 𝐾𝑓
6℃ = 2 × 𝐾𝑓
6℃ = 2𝐾𝑓
𝐾𝑓 = 3℃/m
- 3 molal
Tf sukrosa = 𝑇𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 − 𝑇𝑎𝑤𝑎𝑙
= 21℃ − 28℃
= −7℃
∆Tf sukrosa = 𝑇𝑓 𝑜 − 𝑇𝑓
= 𝑇𝑎𝑖𝑟 − 𝑇𝑁𝑎𝐶𝑙
= 0℃ − (−7℃)
= 7℃
∆Tf sukrosa = 𝑚 × 𝐾𝑓
7℃ = 3 × 𝐾𝑓
7℃ = 3𝐾𝑓
𝐾𝑓 = 2,3℃/m
VI. Hasil dan Pembahasan
6.1 Hasil
6.1.1 Preparasi larutan
Hasil Pengamatan
Perlakuan
Sebelum Sesudah
Massa NaCl :
1 molal : 1,4625 gram
2 molal : 2,925 gram
3 molal : 4,3875 gram
Massa urea :
1 molal : 1,5 gram
Persiapan larutan
2 molal : 3 gram
3 molal : 4,5 gram
Massa sukrosa :
1 molal : 8,55 gram
2 molal : 17,1 gram
3 molal : 25,65 gram
Kf NaCl = 3,5℃/m
Larutan urea
t20 : 31℃
t40 : 31℃
t60 : 30℃
t80 : 29℃
Perubahan titik beku 32℃ t100 : 30℃
t120 : 28℃
t140 : 27℃
t160 : 26℃
t180 : 26℃
Kf urea = 6℃/m
Larutan sukrosa
t20 : 28℃
t40 : 27℃
t60 : 26℃
t80 : 27℃
32℃ t100 : 25℃
t120 : 24℃
t140 : 25℃
t160 : 23℃
t180 : 23℃
Kf sukrosa = 7℃/m
6.2 Pembahasan
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang hanya bergantung pada
jumlah zatnya dan tidak bergantung pada jenis zat tersebut. Sifat koligatif
larutan yaitu penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik
beku, dan tekanan osmotik. Sifat koligatif larutan dapat dibedakan menjadi
dua macam, yaitu sifat larutan non elektrolit dan elektrolit. Hal itu
disebabkan oleh zat yang terlarut dalam larutan elektrolit jumlahnya
bertambah karena terurai menjadi ion-ion sedangkan zat terlarut pada
larutan non elektrolit memiliki jumlah tetap karena tidak terurai menjadi
ion-ion. Hal-hal tersebut menjadikan sifat koligatif larutan non elektrolit
lebih rendah daripada sifat koligatif larutan elektrolit (Syukri, 1999).
Praktikum sifat koligatif larutan ini memiliki 3 percobaan, yaitu
preparasi larutan, perubahan titik beku berbagai jenis larutan, dan
pengaruh konsentrasi terhadap perubahan titik beku larutan. Larutan yang
digunakan pada praktikum ini adalah larutan NaCl, larutan urea, dan
larutan sukrosa. Praktikum pertama mencari massa pada setiap larutan
sedangkan pada praktikum kedua dan ketiga mencari konstanta tetapan
pada setiap larutan.
Larutan pertama yaitu larutan NaCl yang memiliki Mr = 58,5. Massa pada
1 molal didapatkan sebesar 1,4625 gram, pada 2 molal didapatkan sebesar
2,925 gram, dan pada 3 molal didapatkan sebesar 4,3875 gram. Larutan
kedua yaitu larutan urea yang memiliki Mr = 60. Massa pada 1 molal
didapatkan sebesar 1,5 gram, pada 2 molal didapatkan sebesar 3 gram, dan
pada 3 molal didapatkan sebesar 4,5 gram. Larutan ketiga yaitu larutan
sukrosa yang memiliki Mr = 342. Massa pada 1 molal didapatkan sebesar
8,55 gram, pada 2 molal didapatkan sebesar 17,1 gram, dan pada 3 molal
didapatkan sebesar 25,65 gram. Ketiga larutan dan pada setiap
molalitasnya memiliki hasil yang berbeda-beda. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa semakin besar molalitas dari suatu larutan maka semakin besar juga
massa dari suatu larutan.
Gambar 6.2 Perubahan titik beku berbagai jenis larutan
Percobaan kedua adalah perubahan titik beku berbagai jenis larutan.
Percobaan ini mencari nilai tetapan Kf dari ketiga larutan. Percobaan ini
dilakukan dengan menyiapkan tabung reaksi sebanyak 4 buah. Larutan
NaCl, urea, dan sukrosa serta aquades dengan konsentrasi 1 molal
dimasukkan sebanyak 3 mL masing-masing ke dalam tabung reaksi yang
berbeda-beda. Suhu larutan dicatat dengan termometer. Tabung reaksi
yang didalamnya terdapat termometer dimasukkan ke dalam gelas
kimia/baskom yang berisi es batu dan garam. Tabung reaksi digoyang-
goyang dan perubahan suhu reaksi yang terjadi dicatat setiap 20 detik
sampai suhu yang diperoleh konstan. Setiap proses untuk satu tabung
reaksi diulangi untuk semua tabung reaksi.
Larutan pertama adalah larutan NaCl yang merupakan elektrolit kuat
atau dapat menghantarkan listrik dengan kuat sehingga memiliki nilai i
atau n sebesar 2. Nilai tetapan Kf dari larutan NaCl adalah sebesar
3,5℃/m. Larutan kedua adalah larutan urea yang merupakan larutan non
elektrolit atau tidak dapat menghantarkan arus listrik sehingga tidak
memiliki nilai i atau tidak mengalami ionisasi. Nilai tetapan Kf dari larutan
urea adalah sebesar 6℃/m. Larutan kedua adalah larutan urea yang
merupakan larutan non elektrolit atau tidak dapat menghantarkan arus
listrik sehingga tidak memiliki nilai i atau tidak mengalami ionisasi. Nilai
tetapan Kf dari larutan urea adalah sebesar 7℃/m. Hasil tersebut
mendapatkan kesimpulan bahwa pada konsentrasi yang sama, titik beku
larutan elektrolit lebih rendah dibandingkan dengan larutan elektrolit. Hal
tersebut dikarenakan pada larutan elektrolit memiliki ion-ion yang dapat
menghantarkan listrik sehingga larutan akan sulit untuk membeku. Hasil
ini sesuai dengan literatur yang ada.
Gambar 6.3 Pengaruh konsentrasi terhadap perubahan titik beku larutan
Percobaan ketiga adalah pengaruh konsentrasi terhadap perubahan
titik beku larutan. Percobaan ini sama dengan percobaan kedua yaitu
mencari nilai tetapan Kf pada setiap konsentrasi larutan. Percobaan ini
dilakukan dengan menyiapkan tabung reaksi sebanyak 9 buah. Larutan
NaCl, urea, dan sukrosa dengan konsentrasi masing-masing 1,2, dan 3
molal dimasukkan sebanyak 3 mL masing-masing ke dalam tabung reaksi
yang berbeda-beda. Suhu larutan dicatat dengan termometer. Tabung
reaksi yang didalamnya terdapat termometer dimasukkan ke dalam gelas
kimia/baskom yang berisi es batu dan garam. Tabung reaksi digoyang-
goyang dan perubahan suhu reaksi yang terjadi dicatat setiap 20 detik
sampai suhu yang diperoleh konstan. Setiap proses untuk satu tabung
reaksi diulangi untuk semua tabung reaksi.
Larutan pertama adalah larutan NaCl yang akan dicari nilai tetapan Kf
pada 1 molal, 2 molal, dan 3 molal. Larutan NaCl merupakan larutan
elektrolit kuat sehingga menurut persamaan berikut :
NaCl → Na+ + Cl- (6.2)
dan akan didapatkan hasil nilai tetapan Kf setiap larutan. Nilai Tf dan
molalitas berpengaruh pada nilai tetapan Kf, yaitu jika semakin besar nilai
Tf dan molalitas larutan maka nilai tetapan akan semakin kecil. Molalitas
berperan sebagai pembagi sehingga apabila molalitas besar maka nilai
tetapan Kf akan semakin kecil.
VII.Penutup
7.1 Kesimpulan
Kesimpulan untuk praktikum sifat koligatif larutan adalah sebagai
berikut :
1. Penurunan titik beku larutan elektrolit dan non elektrolit memiliki
perbedaan. Penurunan titik beku larutan elektrolit lebih sulit daripada
larutan non elektrolit. Hal tersebut dikarenakan larutan elektrolit
memiliki ion yang dapat menghantarkann listrik sehingga sulit untuk
membeku.
2. Penurunan titik beku larutan yang memiliki konsentrasi yang berbeda-
beda didapatkan hasil bahwa titik beku larutan berbanding lurus
dengan konsentrasi. Larutan yang memiliki konsentrasi besar akan
memiliki titik beku yang besar juga.
7.2 Saran
Saran untuk praktikum sifat koligatif larutan, yaitu sebelum
melakukan praktikum diharapkan praktikan memahami materi dan konsep
sifat koligatif larutan. Praktikan juga diharapkan memperhatikan
bagaimana percobaan dilakukan. Praktikan juga harus memperhatikan
instruksi asisten supaya penyampaian materi jelas. Menjaga ketertiban dan
keselamatan kerja saat praktikum juga perlu diperhatikan oleh praktikan.
DAFTAR PUSTAKA
Brady, J. 1994. Kimia Universitas Asas dan Stuktur Jilid 1 Edisi Kelima. Jakarta :
Erlangga
Keenan, Charles. 1991. Ilmu Kimia untuk Universitas Edisi Keenam. Jakarta :
Erlangga
Labchem. 2012. Material Safety Data Sheet of Sodium Chloride. [Serial Online]
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC23420.pdf (diakses pada 16 Mei
2021)
Vogel. 1985. Analisis Organik Kualitatif Makro dan Semimikro Edisi Kelimas.
Jakarta : P.T. Kalman Media Pustaka
LAMPIRAN
Hasil Pengamatan
Perlakuan
Sebelum Sesudah
Massa NaCl :
1 molal : 1,4625 gram
2 molal : 2,925 gram
3 molal : 4,3875 gram
Massa urea :
1 molal : 1,5 gram
Persiapan larutan
2 molal : 3 gram
3 molal : 4,5 gram
Massa sukrosa :
1 molal : 8,55 gram
2 molal : 17,1 gram
3 molal : 25,65 gram
Suhu awal Perubahan suhu
Larutan NaCl
t20 : 25℃
t40 : 24℃
t60 : 24℃
t80 : 23℃
27℃ t100 : 22℃
t120 : 21℃
t140 : 20℃
Perubahan titik beku
t160 : 20℃
t180 : 20℃
Kf NaCl = 3,5℃/m
Larutan urea
t20 : 31℃
t40 : 31℃
32℃ t60 : 30℃
t80 : 29℃
t100 : 30℃
t120 : 28℃
t140 : 27℃
t160 : 26℃
t180 : 26℃
Kf urea = 6℃/m
Larutan sukrosa
t20 : 28℃
t40 : 27℃
t60 : 26℃
t80 : 27℃
32℃ t100 : 25℃
t120 : 24℃
t140 : 25℃
t160 : 23℃
t180 : 23℃
Kf sukrosa = 7℃/m
t20 : 24℃
2 molal t40 : 23℃
26℃ t60 : 23℃
t80 : 22℃
t100 : 21℃
t120 : 22℃
t140 : 20℃
t160 : 19℃
t180 : 19℃
t20 : 24℃
t40 : 24℃
t60 : 23℃
t80 : 22℃
3 molal
t100 : 21℃
25℃
t120 : 20℃
t140 : 19℃
t160 : 19℃
t180 : 19℃
Larutan urea
t20 : 30℃
t40 : 30℃
t60 : 29℃
t80 : 28℃
1 molal
t100 : 26℃
32℃
t120 : 27℃
t140 : 26℃
t160 : 25℃
t180 : 25℃
t20 : 29℃
t40 : 29℃
2 molal
t60 : 28℃
31℃
t80 : 27℃
t100 : 26℃
t120 : 25℃
t140 : 24℃
t160 : 24℃
t180 : 24℃
t20 : 28℃
t40 : 28℃
t60 : 27℃
t80 : 26℃
3 molal
t100 : 25℃
30℃
t120 : 25℃
t140 : 24℃
t160 : 23℃
t180 : 23℃
Larutan sukrosa
t20 : 28℃
t40 : 28℃
t60 : 27℃
t80 : 26℃
1 molal
t100 : 25℃
30℃
t120 : 24℃
t140 : 23℃
t160 : 23℃
t180 : 23℃
t20 : 28℃
t40 : 27℃
2 molal t60 : 26℃
29℃ t80 : 25℃
t100 : 26℃
t120 : 25℃
t140 : 24℃
t160 : 23℃
t180 : 23℃
t20 : 26℃
t40 : 25℃
t60 : 25℃
t80 : 24℃
3 molal
t100 : 23℃
28℃
t120 : 22℃
t140 : 21℃
t160 : 21℃
t180 : 21℃