Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

Oleh :

Nama : Aisa Lizza Riani


NIM : 201910801003
Kelas/Kelompok : Teknik Perminyakan/10
Asisten : Aprilia Dewi Andini

LABORATORIUM KIMIA DASAR


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2021
I. Judul

Sifat Koligatif Larutan

II. Tujuan

Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut :


- Menguji penurunan titik beku larutan elektrolit dan non elektrolit
- Menguji penurunan titik beku larutan yang memiliki konsentrasi yang
berbeda-beda

III. Pendahuluan

3.1 MSDS (Material Safety Data Sheet)

3.1.1 Akuades (H2O)


Akuades memiliki rumus kimia yaitu H2O. Akuades memiliki sifat fisik
yang cair. Akuades tidak berbau dan tidak berwarna. Air murninya biasanya di
dapatkan dalam proses distilasi. Akuades memiliki berat molekul sebesar 18,02
g/mol nilai pH yang dimiliki bahan ini netral yaitu 7, titik didih air sebesar
100 ̊C. Akuades merupakan bahan yang tidak reaktif, sehingga tidak berbahaya
jika tertelan tubuh. Akuades juga bukan bahan yang bersifat korosif, sehingga
apabila terkena anggota tubuh seperti kulit dan mata tidak akan berbahaya
(Labchem, 2021).

3.1.2 Garam dapur (NaCl)


Garam dapur memiliki sifat fisik padatan. Bentuk garam dapur seperti
bubuk kristal berwarna putih dan tidak berbau. Titik leleh garam dapur sebesar
801˚C sedangkan titik didihnya sebesar 1413˚C. Garam dapur dapat larut
dalam air, gliserol, dan amonia. Garam dapur merupakan bahan yang tidak
reaktif sehingga tidak berbahaya jika tertelan ataupun terkena anggota tubuh.
NaCl juga bukan bahan yang bersifat korosif sehingga apabila terkena anggota
tubuh tidak menyebabkan cedera (LabChem, 2021).
3.1.3 Sukrosa (C12H22O11)
Sukrosa berbentuk padat yang memiliki warna bening hinga keputih-
putihan serta tidak berbau. Titik didih sukrosa sebesar 169-170˚C dan larut
pada air pada suhu 20˚C. Sukrosa merupakan bahan yang tidak reaktif sehingga
tidak berbahaya jika tertelan ataupun terkena anggota tubuh. Sukrosa juga
bukan bahan yang bersifat korosif sehingga apabila terkena anggota tubuh
tidak menyebabkan cedera (SmartLab, 2021).

3.1.4 Urea (CO(NH2)2)


Urea memiliki sifat fisik padatan dan berwarna putih serta berbau
seperti amonia. Urea memiliki titik lebur sebesar 133˚C dan urea tidak mudah
menyala. Urea merupakan bahan yang reaktif sehingga berbahaya jika tertelan
ataupun terkena anggota tubuh. Urea juga bahan yang bersifat korosif sehingga
apabila terkena anggota tubuh menyebabkan cedera. Tindakan yang harus
dilakukan apabila terkontak langsung pada mata dan kulit adalah segera
membasuhnya dengan menggunakan air yang mengalir selama kurang lebih 15
menit. Kecelakaan yang cukup serius akibat bahan ini adalah segera dapatkan
pertolongan medis (SmartLab, 2021).

3.2 Tinjauan Pustaka


Larutan merupakan suatu campuran homogen dari molekul atom maupun
ion dari dua zat atau lebih. Larutan disebut suatu campuran karena susunannya
yang berubah-ubah. Larutan disebut homogen karena susunannya seragam
sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang berikatan bahkan
dengan mikroskop sekalipun. Campuran heterogen larutan, permukaan-
permukaan tertentu dapat dideteksi antara bagian-bagian dari fase-fase
terpisah. Cairan disebut medium pelarut komponen dan yang dapat berbentuk
gas, dibayangkan sebagai terlarut ke dalam komponen pertama disebut zat
pelarut terdapat kecenderungan kuat bagi senyawa polar untuk larutan ke
dalam pelarut polar. Solvasi adalah interaksi molekul-molekul pelarut dengan
partikel-partikel zat pelarut dengan partikel-partikel zat terlarut untuk
membentuk suatu gugus (Keenan, 1991).
Larutan merupakan suatu campuran yang homogen dan dapat berwujud
padatan maupun cairan. Larutan yang paling umum dijumpai adalah dalam
bentuk cair, dimana suatu zat tertentu dilarutkan dalam pelarut berwujud cairan
yang sesuai hingga konsentrasi tertentu. Larutan elektrolit adalah zat-zat yang
dapat menghantarkan arus listrik. Larutan non elektrolit adalah bahan-bahan
yang apabila dilarutkan dalam air tidak dapat menghantarkan listrik dan tetap
tak berubah (Vogel, 1985).
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang hanya bergantung pada
jumlah zatnya dan tidak bergantung pada jenis zat tersebut. Sifat koligatif
larutan yaitu penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku,
dan tekanan osmotik. Sifat koligatif larutan dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu sifat larutan non elektrolit dan elektrolit. Hal itu disebabkan oleh
zat yang terlarut dalam larutan elektrolit jumlahnya bertambah karena terurai
menjadi ion-ion sedangkan zat terlarut pada larutan non elektrolit memiliki
jumlah tetap karena tidak terurai menjadi ion-ion. Hal-hal tersebut menjadikan
sifat koligatif larutan non elektrolit lebih rendah daripada sifat koligatif larutan
elektrolit (Syukri, 1999).
Larutan-larutan yang mengandung jumlah partikel zat terlarut yang akan
memperlihatkan harga keempat jenis sifat koligatif larutan yang sama
(msekipun jenis zat yang dilarutkan pada masing-masing larutan itu berbeda).
Jumlah partikel zat terlarut yang semakin banyak maka semakin besar harga
keempat sifat koligatif larutan. Hukum-hukum sifat koligatif larutan
menyatakan bahwa selisih tekanan uap, titik beku, dan titik didih suatu larutan
dengan tekanan uap, titik beku dan titik didih pelarut murni berbanding
langsung dengan konsentrasi molal zat tersebut (Keenan, 1991).
Menurut Petrucci (1992), titik didih suatu zat cair adalah suhu pada saat
tekanan uap zat cair tersebut sama dengan tekanan atmosfer disekitarnya. Zat
cair ketika mencapai titik didih, maka tekanan zat cair cukup tinggi untuk
menyebabkan penguapan pada setiap titik di dalam zat cair tersebut. Proses
mendidih suatu zat cair dapat diamati dengan timbulnya gelembung-
gelembung udara yang terbentuk secara terus menerus pada berbagai bagian
dalam zat cair tesebut. Adanya zat-zat terlarut dalam suatu zat cair, maka titik
didih zat cair itu akan mengalami kenaikan. Kenaikan titik didih ini sebanding
dengan konsentrasi zat terlarut. Konsentrasi zat terlarut apabila semakin kecil,
maka kenaikan titik didih juga semakin kecil, dan sebaliknya. Jadi, dengan
adanya zat terlarut dalam air, maka titik didih air menjadi lebih besar dari
100˚C pada tekanan atmosfer. Menurut hukum Roult kenaikan titik didih
larutan berbanding lurus dengan kenaikan titik didih molalnya, sehingga
persamaanya :
∆𝑇𝑏 = 𝑚 × 𝐾𝑏 (2.1)
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
∆𝑇𝑏 = × × 𝐾𝑏 (2.2)
𝑀𝑟 𝑃

Keterangan :
m = molalitas
P = massa zat pelarut
Kb = konstanta kenaikan titik didih
Titik beku suatu larutan adalah temperatur pada saat tekanan uapnya
sama dengan tekanan uap pelarut. Tekanan uap jika lebih rendah daripada
pelarutnya, larutan belum membeku pada temperatur 0˚C. Hal itu menjadikan
temperatur harus diturunkan agar larutan dapat membeku. Penurunan tekanan
uap pada pelarut padat lebih cepat daripada zar cair. Akibatnya pada temperatur
dibawah titik beku pelarut terjadi kesetimbangan tekanan uap larutan dengan
tekanan uap pelarut padat. Saat seperti itu pelarut akan membeku, sedangkan
zat pelarutnya masih dalam fase cair. Hal itu menyebabkan larutan menjadi
lebih pekat sehingga titik bekunya lebih rendah. Larutan dapat dikatakan tidak
memiliki titik beku yang tetap. Definisi dari titik beku larutan adalah
temperatur pada saat larutan membeku. Selisih antara titik beku pelarut dan
titik beku larutan disebut penurunan titik beku larutan (∆Tf) (Oxtoby, 2001).
Menurut Sastrohamidjojo (2001), tekanan uap adalah ukuran
kecenderungan molekul-molekul suatu cairan untuk lolos menguap. Penurunan
tekanan uap menurut hukum Roult adalah tekanan uap salah satu cairan dalam
ruang diatas larutan ideal bergantung pada fraksi mol cairan tersebut dalam
larutan. Hukum Roult dapat dinyatakan bahwa tekanan uap pelarut murni lebih
besar daripada tekanan uap pelarut dalam larutan. Hal itu mendapatkan
kesimpulan bahwa penurunan tekanan uap pelarut berbanding lurus dengan
fraksi mol zat terlarut. Rumus besarnya penurunan tekanan uap, yaitu :
∆𝑝 = 𝑋𝑡 × 𝑃0 (2.3)
Keterangan :
∆𝑝 = penurunan tekanan uap
𝑋𝑡 = fraksi mol zat terlarut
𝑃0 = tekanan uap pelarut murni
Sifat penting larutan bergantung pada banyaknya zat terlarut dalam
larutan dan tidak bergantung pada jenis partikel zat terlarut. Sifat-sifat ini
disebut sifat koligatif sebab semua sifat tersebut tergantung pada banyaknya
partikel yang ada, apakah partikel-partikel tersebut atom, ion atau molekul.
Penurunan titik uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan
osmotik merupakan sifat koligatif larutan itu sendiri. Pembahasan mengenai
sifat koligatif larutan non elektrolit adalah membahas mengenai larutan yang
relative encer atau yang berarti larutannya memiliki konsentrasi ≤ 0,2 M
(Chang, 2004).
Menurut Brady (1994), tekanan osmosis adalah proses lewatnya pelarut
dalam larutan encer menuju kelarutan yang lebih oekat melalui lapisan tipis
yang selektif dalam melewatkan pelarut, tetapi tidak melewatkan zat pelarut.
Lapisan tipis tersebut disebut membrane semi permeable yang terbuat dari
bahan-bahan organik. Tekanan osmotik pada larutan encer berbanding lurus
dengan molaritas (M) zat terlarut, sehingga persamaannya :
𝜋 = 𝑀. 𝑅. 𝑇 (2.4)
Keterangan :
𝜋 = tekanan osmotik
R = tetapan Roult = 0,082 (atm/mol.K)
T = suhu mutlak (˚K)
M = molaritas larutan (mol/L)
IV. Metodologi Percobaan

4.1 Alat dan Bahan

4.1.1 Alat
- Gelas ukur 10 mL
- Labu ukur 25 mL
- Spatula
- Tabung reaksi
- Termometer alkohol

4.1.2 Bahan
- Akuades
- Garam dapur (NaCl)
- Sukrosa (gula)
- Urea (CO(NH2)2)
4.2 Skema Kerja
4.2.1 Preparasi larutan

NaCl

- Disiapkan larutan NaCl, urea, dan sukrosa


- Disiapkan masing-masing larutan dengan konsentrasi 1, 2, dan
3 molal dengan volume 25 mL

Hasil

4.2.2 Perubahan titik beku berbagai jenis larutan

4 tabung reaksi

- Disiapkan 4 buah tabung reaksi.


- Dimasukkan 3 mL larutan NaCl, urea, dan sukrosa dengan
konsentrasi 1 molal, serta aquades masing-masing ke dalam
tabung reaksi yang berbeda-beda.
- Dicatat suhu larutan dengan termometer.
- Dimasukkan tabung reaksi yang didalamnya terdapat
termometer ke dalam gelas kimia/baskom yang berisi es batu
dan garam.
- Digoyang-goyang tabung reaksi dan dicatat perubahan yang
terjadi setiap 20 detik sampai suhu yang diperoleh konstan.
- Diulangi untuk semua tabung reaksi setiap proses untuk satu
tabung reaksi.

Hasil
4.2.3 Pengaruh konsentrasi terhadap perubahan titik beku larutan

9 tabung reaksi
- Disiapkan 9 buah tabung reaksi.
- Dimasukkan 3 mL larutan NaCl, urea, dan sukrosa dengan
konsentrasi masing-masing 1, 2, dan 3 molal ke dalam tabung
reaksi yang berbeda-beda.
- Dicatat suhu larutan dengan termometer.
- Dimasukkan tabung reaksi yang didalamnya terdapat
termometer dalam gelas kimia/baskom yang berisi es batu dan
garam.
- Digoyang-goyang tabung reaksi dan dicatat perubahan yang
terjadi setiap 20 detik sampai suhu yang diperoleh konstan.
- Diulangi untuk semua tabung reaksi setiap proses untuk satu
tabung reaksi.

Hasil

4.3 Prosedur Kerja

4.3.1 Preparasi larutan


Larutan NaCl disiapkan dengan konsentrasi 1, 2, dan 3 molal dengan
volume 25 mL. Larutan urea disiapkan dengan konsentrasi 1, 2, dan 3 molal
dengan volume 25 mL. Larutan sukrosa disiapkan dengan konsentrasi 1, 2, dan
3 molal dengan volume 25 mL.

4.3.2 Perubahan titik beku berbagai jenis larutan


Tabung reaksi disiapkan sebanyak 4 buah. Larutan NaCl, urea, dan
sukrosa serta aquades dengan konsentrasi 1 molal dimasukkan sebanyak 3 mL
masing-masing ke dalam tabung reaksi yang berbeda-beda. Suhu larutan
dicatat dengan termometer. Tabung reaksi yang didalamnya terdapat
termometer dimasukkan ke dalam gelas kimia/baskom yang berisi es batu dan
garam. Tabung reaksi digoyang-goyang dan perubahan suhu reaksi yang terjadi
dicatat setiap 20 detik sampai suhu yang diperoleh konstan. Setiap proses untuk
satu tabung reaksi diulangi untuk semua tabung reaksi.
4.3.3 Pengaruh konsentrasi terhadap perubahan titik beku larutan
Tabung reaksi disiapkan sebanyak 9 buah. Larutan NaCl, urea, dan
sukrosa dengan konsentrasi masing-masing 1,2, dan 3 molal dimasukkan
sebanyak 3 mL masing-masing ke dalam tabung reaksi yang berbeda-beda.
Suhu larutan dicatat dengan termometer. Tabung reaksi yang didalamnya
terdapat termometer dimasukkan ke dalam gelas kimia/baskom yang berisi es
batu dan garam. Tabung reaksi digoyang-goyang dan perubahan suhu reaksi
yang terjadi dicatat setiap 20 detik sampai suhu yang diperoleh konstan. Setiap
proses untuk satu tabung reaksi diulangi untuk semua tabung reaksi.
V. Data dan Perhitungan
5.1 Data
5.1.1 Preparasi larutan
a) Larutan NaCl
Volume : 25 mL
Konsentrasi : 1 molal, 2 molal, dan 3 molal
b) Larutan urea
Volume : 25 mL
Konsentrasi : 1 molal, 2 molal, dan 3 molal
c) Larutan sukrosa
Volume : 25 mL
Konsentrasi : 1 molal, 2 molal, dan 3 molal

5.1.2 Perubahan titik beku


a) Larutan NaCl
Suhu awal = 27˚C
Perubahan suhu :
t20 : 25˚C t120 : 21˚C
t40 : 24˚C t140 : 20˚C
t60 : 24˚C t160 : 20˚C
t80 : 23˚C t180 : 20˚C
t100 : 22˚C
b) Larutan urea
Suhu awal = 32˚C
Perubahan suhu :
t20 : 31˚C t120 : 28˚C
t40 : 31˚C t140 : 27˚C
t60 : 30˚C t160 : 26˚C
t80 : 29˚C t180 : 26˚C
t100 : 30˚C
c) Larutan sukrosa
Suhu awal = 30˚C
Perubahan suhu :
t20 : 28˚C t120 : 24˚C
t40 : 27˚C t140 : 25˚C
t60 : 26˚C t160 : 23˚C
t80 : 27˚C t180 : 23˚C
t100 : 25˚C

5.1.3 Pengaruh konsentrasi terhadap perubahan titik beku larutan


a) NaCl 1 molal
Suhu awal = 27˚C
Perubahan suhu :
t20 : 26˚C t120 : 21˚C
t40 : 25˚C t140 : 20˚C
t60 : 24˚C t160 : 20˚C
t80 : 23˚C t180 : 20˚C
t100 : 22˚C
b) Urea 1 molal
Suhu awal = 32˚C
Perubahan suhu :
t20 : 30˚C t120 : 27˚C
t40 : 30˚C t140 : 26˚C
t60 : 29˚C t160 : 25˚C
t80 : 28˚C t180 : 25˚C
t100 : 26˚C
c) Sukrosa 1 molal
Suhu awal = 30˚C
Perubahan suhu :
t20 : 28˚C t120 : 24˚C
t40 : 28˚C t140 : 23˚C
t60 : 27˚C t160 : 23˚C
t80 : 26˚C t180 : 23˚C
t100 : 25˚C
d) NaCl 2 molal
Suhu awal = 26˚C
Perubahan suhu :
t20 : 24˚C t120 : 22˚C
t40 : 23˚C t140 : 20˚C
t60 : 23˚C t160 : 19˚C
t80 : 23˚C t180 : 19˚C
t100 : 21˚C
e) Urea 2 molal
Suhu awal = 31˚C
Perubahan suhu :
t20 : 29˚C t120 : 25˚C
t40 : 29˚C t140 : 24˚C
t60 : 28˚C t160 : 24˚C
t80 : 27˚C t180 : 24˚C
t100 : 26˚C

f) Sukrosa 2 molal
Suhu awal = 29˚C
Perubahan suhu :
t20 : 28˚C t120 : 25˚C
t40 : 27˚C t140 : 24˚C
t60 : 26˚C t160 : 23˚C
t80 : 25˚C t180 : 23˚C
t100 : 26˚C
g) NaCl 3 molal
Suhu awal = 25˚C
Perubahan suhu :
t20 : 24˚C t120 : 20˚C
t40 : 24˚C t140 : 19˚C
t60 : 23˚C t160 : 19˚C
t80 : 22˚C t180 : 19˚C
t100 : 21˚C
h) Urea 3 molal
Suhu awal = 30˚C
Perubahan suhu :
t20 : 28˚C t120 : 25˚C
t40 : 28˚C t140 : 24˚C
t60 : 27˚C t160 : 23˚C
t80 : 26˚C t180 : 23˚C
t100 : 25˚C
i) Sukrosa 3 molal
Suhu awal = 28˚C
Perubahan suhu :
t20 : 26˚C t120 : 22˚C
t40 : 25˚C t140 : 21˚C
t60 : 25˚C t160 : 21˚C
t80 : 24˚C t180 : 21˚C
t100 : 23˚C

5.2 Perhitungan
5.2.1 Preparasi larutan
- Volume pelarut : 25 mL
- 𝜌 pelarut : 1 g/mL
- Massa pelarut : 𝑉 × 𝜌 = 25 𝑚𝐿 × 1 𝑔/𝑚𝐿 = 25 g

a) Larutan NaCl (Mr = 58,5)


- 1 molal
𝑔 1000
𝑚 = 𝑀𝑟 × 𝑃
𝑔 1000
1= ×
58,5 25
1000𝑔
1 = 1462,5

1462,5 = 1000 𝑔
g = 1,4625
- 2 molal
𝑔 1000
𝑚 = 𝑀𝑟 × 𝑃
𝑔 1000
2 = 58,5 × 25
1000𝑔
2 = 1462,5

2 × 1462,5 = 1000 𝑔
2925 = 1000 g
g = 2,925
- 3 molal
𝑔 1000
𝑚 = 𝑀𝑟 × 𝑃
𝑔 1000
3 = 58,5 × 25
1000𝑔
3 = 1462,5

3 × 1462,5 = 1000 𝑔
4387,5 = 1000 g
g = 4,3876

b) Larutan urea (Mr = 50)


- 1 molal
𝑔 1000
𝑚 = 𝑀𝑟 × 𝑃
𝑔 1000
1 = 60 × 25
1000𝑔
1= 1500

1500 = 1000 𝑔
g = 1,5
- 2 molal
𝑔 1000
𝑚 = 𝑀𝑟 × 𝑃
𝑔 1000
2 = 60 × 25
1000𝑔
2= 1500

2 × 1500 = 1000 𝑔
3000 = 1000 g
g=3
- 3 molal
𝑔 1000
𝑚 = 𝑀𝑟 × 𝑃
𝑔 1000
3 = 60 × 25
1000𝑔
3= 1500

3 × 1500 = 1000 𝑔
4500 = 1000 g
g = 4,5

c) Larutan sukrosa (Mr = 342)


- 1 molal
𝑔 1000
𝑚 = 𝑀𝑟 × 𝑃
𝑔 1000
1 = 342 × 25
1000𝑔
1= 8550

8550 = 1000 𝑔
g = 8,55
- 2 molal
𝑔 1000
𝑚 = 𝑀𝑟 × 𝑃
𝑔 1000
2 = 342 × 25
1000𝑔
2= 8550

2 × 8550 = 1000 𝑔
17100 = 1000 g
g = 17,1
- 3 molal
𝑔 1000
𝑚 = 𝑀𝑟 × 𝑃
𝑔 1000
3 = 342 × 25
1000𝑔
3= 8550

3 × 8550 = 1000 𝑔
25650 = 1000 g
g = 25,65

5.2.2 Perubahan titik beku berbagai jenis larutan


a) Larutan NaCl
Persamaan : NaCl → Na+ + Cl- (elektrolit kuat)
i=n=2
Tf NaCl = 𝑇𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 − 𝑇𝑎𝑤𝑎𝑙
= 20℃ − 27℃
= −7℃
∆Tf NaCl = 𝑇𝑓 𝑜 − 𝑇𝑓
= 𝑇𝑎𝑖𝑟 − 𝑇𝑁𝑎𝐶𝑙
= 0℃ − (−7℃)
= 7℃
∆Tf NaCl = 𝑚 × 𝐾𝑓 × 𝑖
7℃ = 1 × 𝐾𝑓 × 2
7℃ = 2𝐾𝑓
𝐾𝑓 = 3,5℃/m
b) Larutan urea
Tf urea = 𝑇𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 − 𝑇𝑎𝑤𝑎𝑙
= 26℃ − 32℃
= −6℃
∆Tf urea = 𝑇𝑓 𝑜 − 𝑇𝑓
= 𝑇𝑎𝑖𝑟 − 𝑇𝑢𝑟𝑒𝑎
= 0℃ − (−6℃)
= 6℃
∆Tf urea = 𝑚 × 𝐾𝑓
6℃ = 1 × 𝐾𝑓
𝐾𝑓 = 6℃/m

c) Larutan sukrosa
Tf sukrosa = 𝑇𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 − 𝑇𝑎𝑤𝑎𝑙
= 23℃ − 30℃
= −7℃
∆Tf sukrosa = 𝑇𝑓 𝑜 − 𝑇𝑓
= 𝑇𝑎𝑖𝑟 − 𝑇𝑁𝑎𝐶𝑙
= 0℃ − (−7℃)
= 7℃
∆Tf sukrosa = 𝑚 × 𝐾𝑓
7℃ = 1 × 𝐾𝑓
𝐾𝑓 = 7℃/m

5.2.3 Pengaruh konsentrasi terhadap perubahan titik beku larutan


a) Larutan NaCl
- 1 molal
Tf NaCl = 𝑇𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 − 𝑇𝑎𝑤𝑎𝑙
= 20℃ − 27℃
= −7℃
∆Tf NaCl = 𝑇𝑓 𝑜 − 𝑇𝑓
= 𝑇𝑎𝑖𝑟 − 𝑇𝑁𝑎𝐶𝑙
= 0℃ − (−7℃)
= 7℃
∆Tf NaCl = 𝑚 × 𝐾𝑓 × 𝑖
7℃ = 1 × 𝐾𝑓 × 2
7℃ = 2𝐾𝑓
𝐾𝑓 = 3,5℃/m
- 2 molal
Tf NaCl = 𝑇𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 − 𝑇𝑎𝑤𝑎𝑙
= 19℃ − 26℃
= −7℃
∆Tf NaCl = 𝑇𝑓 𝑜 − 𝑇𝑓
= 𝑇𝑎𝑖𝑟 − 𝑇𝑁𝑎𝐶𝑙
= 0℃ − (−7℃)
= 7℃
∆Tf NaCl = 𝑚 × 𝐾𝑓 × 𝑖
7℃ = 2 × 𝐾𝑓 × 2
7℃ = 4𝐾𝑓
𝐾𝑓 = 1,75℃/m
- 3 molal
Tf NaCl = 𝑇𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 − 𝑇𝑎𝑤𝑎𝑙
= 19℃ − 25℃
= −6℃
∆Tf NaCl = 𝑇𝑓 𝑜 − 𝑇𝑓
= 𝑇𝑎𝑖𝑟 − 𝑇𝑁𝑎𝐶𝑙
= 0℃ − (−6℃)
= 6℃
∆Tf NaCl = 𝑚 × 𝐾𝑓 × 𝑖
6℃ = 3 × 𝐾𝑓 × 2
6℃ = 6𝐾𝑓
𝐾𝑓 = 1℃/m

b) Larutan urea
- 1 molal
Tf urea = 𝑇𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 − 𝑇𝑎𝑤𝑎𝑙
= 25℃ − 32℃
= −7℃
∆Tf urea = 𝑇𝑓 𝑜 − 𝑇𝑓
= 𝑇𝑎𝑖𝑟 − 𝑇𝑢𝑟𝑒𝑎
= 0℃ − (−7℃)
= 7℃
∆Tf urea = 𝑚 × 𝐾𝑓
7℃ = 1 × 𝐾𝑓
𝐾𝑓 = 7℃/m
- 2 molal
Tf urea = 𝑇𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 − 𝑇𝑎𝑤𝑎𝑙
= 24℃ − 31℃
= −7℃
∆Tf urea = 𝑇𝑓 𝑜 − 𝑇𝑓
= 𝑇𝑎𝑖𝑟 − 𝑇𝑢𝑟𝑒𝑎
= 0℃ − (−7℃)
= 7℃
∆Tf urea = 𝑚 × 𝐾𝑓
7℃ = 2 × 𝐾𝑓
7℃ = 2𝐾𝑓
𝐾𝑓 = 3,5℃/m
- 3 molal
Tf urea = 𝑇𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 − 𝑇𝑎𝑤𝑎𝑙
= 23℃ − 30℃
= −7℃
∆Tf urea = 𝑇𝑓 𝑜 − 𝑇𝑓
= 𝑇𝑎𝑖𝑟 − 𝑇𝑢𝑟𝑒𝑎
= 0℃ − (−7℃)
= 7℃
∆Tf urea = 𝑚 × 𝐾𝑓
7℃ = 3 × 𝐾𝑓
7℃ = 3𝐾𝑓
𝐾𝑓 = 2,3℃/m

c) Larutan sukrosa
- 1 molal
Tf sukrosa = 𝑇𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 − 𝑇𝑎𝑤𝑎𝑙
= 23℃ − 30℃
= −7℃
∆Tf sukrosa = 𝑇𝑓 𝑜 − 𝑇𝑓
= 𝑇𝑎𝑖𝑟 − 𝑇𝑁𝑎𝐶𝑙
= 0℃ − (−7℃)
= 7℃
∆Tf sukrosa = 𝑚 × 𝐾𝑓
7℃ = 1 × 𝐾𝑓
𝐾𝑓 = 7℃/m
- 2 molal
Tf sukrosa = 𝑇𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 − 𝑇𝑎𝑤𝑎𝑙
= 23℃ − 29℃
= −6℃
∆Tf sukrosa = 𝑇𝑓 𝑜 − 𝑇𝑓
= 𝑇𝑎𝑖𝑟 − 𝑇𝑁𝑎𝐶𝑙
= 0℃ − (−6℃)
= 6℃
∆Tf sukrosa = 𝑚 × 𝐾𝑓
6℃ = 2 × 𝐾𝑓
6℃ = 2𝐾𝑓
𝐾𝑓 = 3℃/m
- 3 molal
Tf sukrosa = 𝑇𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 − 𝑇𝑎𝑤𝑎𝑙
= 21℃ − 28℃
= −7℃
∆Tf sukrosa = 𝑇𝑓 𝑜 − 𝑇𝑓
= 𝑇𝑎𝑖𝑟 − 𝑇𝑁𝑎𝐶𝑙
= 0℃ − (−7℃)
= 7℃
∆Tf sukrosa = 𝑚 × 𝐾𝑓
7℃ = 3 × 𝐾𝑓
7℃ = 3𝐾𝑓
𝐾𝑓 = 2,3℃/m
VI. Hasil dan Pembahasan
6.1 Hasil
6.1.1 Preparasi larutan
Hasil Pengamatan
Perlakuan
Sebelum Sesudah
Massa NaCl :
1 molal : 1,4625 gram
2 molal : 2,925 gram
3 molal : 4,3875 gram
Massa urea :
1 molal : 1,5 gram
Persiapan larutan
2 molal : 3 gram
3 molal : 4,5 gram
Massa sukrosa :
1 molal : 8,55 gram
2 molal : 17,1 gram
3 molal : 25,65 gram

6.1.2 Perubahan titik beku berbagai jenis larutan


Hasil Pengamatan
Perlakuan
Sebelum Sesudah
Suhu awal Perubahan suhu
Larutan NaCl
t20 : 25℃
t40 : 24℃
t60 : 24℃
t80 : 23℃
27℃ t100 : 22℃
t120 : 21℃
t140 : 20℃
t160 : 20℃
t180 : 20℃

Kf NaCl = 3,5℃/m
Larutan urea
t20 : 31℃
t40 : 31℃
t60 : 30℃
t80 : 29℃
Perubahan titik beku 32℃ t100 : 30℃
t120 : 28℃
t140 : 27℃
t160 : 26℃
t180 : 26℃

Kf urea = 6℃/m

Larutan sukrosa
t20 : 28℃
t40 : 27℃
t60 : 26℃
t80 : 27℃
32℃ t100 : 25℃
t120 : 24℃
t140 : 25℃
t160 : 23℃
t180 : 23℃
Kf sukrosa = 7℃/m

6.1.3 Pengaruh konsentrasi terhadap perubahan titik beku larutan


Hasil Pengamatan
Perlakuan
Sebelum Sesudah
Suhu awal Perubahan suhu
Larutan NaCl
t20 : 26℃
Pengaruh konsentrasi t40 : 25℃
1 molal
t60 : 24℃
27℃
t80 : 23℃
t100 : 22℃
t120 : 21℃
t140 : 20℃
t160 : 20℃
t180 : 20℃
Kf NaCl 1 molal = 3,5℃/m
t20 : 24℃
t40 : 23℃
t60 : 23℃
t80 : 22℃
2 molal
t100 : 21℃
26℃
t120 : 22℃
t140 : 20℃
t160 : 19℃
t180 : 19℃
Kf NaCl 2 molal = 1,75℃/m
t20 : 24℃
t40 : 24℃
t60 : 23℃
t80 : 22℃
3 molal
t100 : 21℃
25℃
t120 : 20℃
t140 : 19℃
t160 : 19℃
t180 : 19℃
Kf NaCl 3 molal = 1℃/m
Larutan urea
t20 : 30℃
t40 : 30℃
t60 : 29℃
1 molal t80 : 28℃
32℃ t100 : 26℃
t120 : 27℃
t140 : 26℃
t160 : 25℃
t180 : 25℃
Kf urea 1 molal = 7℃/m
t20 : 29℃
t40 : 29℃
t60 : 28℃
t80 : 27℃
2 molal
t100 : 26℃
31℃
t120 : 25℃
t140 : 24℃
t160 : 24℃
t180 : 24℃
Kf urea 2 molal = 3,5℃/m
t20 : 28℃
t40 : 28℃
t60 : 27℃
t80 : 26℃
3 molal
t100 : 25℃
30℃
t120 : 25℃
t140 : 24℃
t160 : 23℃
t180 : 23℃
Kf urea 3 molal = 2,3℃/m
Larutan sukrosa
t20 : 28℃
t40 : 28℃
t60 : 27℃
t80 : 26℃
1 molal
t100 : 25℃
30℃
t120 : 24℃
t140 : 23℃
t160 : 23℃
t180 : 23℃

Kf sukrosa 1 molal = 7℃/m


t20 : 28℃
t40 : 27℃
t60 : 26℃
t80 : 25℃
2 molal
t100 : 26℃
29℃
t120 : 25℃
t140 : 24℃
t160 : 23℃
t180 : 23℃
Kf sukrosa 2 molal = 3℃/m
t20 : 26℃
t40 : 25℃
t60 : 25℃
t80 : 24℃
3 molal
t100 : 23℃
28℃
t120 : 22℃
t140 : 21℃
t160 : 21℃
t180 : 21℃
Kf sukrosa 3 molal = 2,3℃/m

6.2 Pembahasan
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang hanya bergantung pada
jumlah zatnya dan tidak bergantung pada jenis zat tersebut. Sifat koligatif
larutan yaitu penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik
beku, dan tekanan osmotik. Sifat koligatif larutan dapat dibedakan menjadi
dua macam, yaitu sifat larutan non elektrolit dan elektrolit. Hal itu
disebabkan oleh zat yang terlarut dalam larutan elektrolit jumlahnya
bertambah karena terurai menjadi ion-ion sedangkan zat terlarut pada
larutan non elektrolit memiliki jumlah tetap karena tidak terurai menjadi
ion-ion. Hal-hal tersebut menjadikan sifat koligatif larutan non elektrolit
lebih rendah daripada sifat koligatif larutan elektrolit (Syukri, 1999).
Praktikum sifat koligatif larutan ini memiliki 3 percobaan, yaitu
preparasi larutan, perubahan titik beku berbagai jenis larutan, dan
pengaruh konsentrasi terhadap perubahan titik beku larutan. Larutan yang
digunakan pada praktikum ini adalah larutan NaCl, larutan urea, dan
larutan sukrosa. Praktikum pertama mencari massa pada setiap larutan
sedangkan pada praktikum kedua dan ketiga mencari konstanta tetapan
pada setiap larutan.

Gambar 6.1 Preparasi larutan


Percobaan pertama adalah preparasi larutan dengan menyiapkan
larutan NaCl dengan konsentrasi 1, 2, dan 3 molal dengan volume 25 mL.
Larutan urea disiapkan dengan konsentrasi 1, 2, dan 3 molal dengan
volume 25 mL. Larutan sukrosa disiapkan dengan konsentrasi 1, 2, dan 3
molal dengan volume 25 mL. Masing-masing larutan dicari massanya
menggunakan rumus sebagai berikut :
g 1000
m = Mr × (6.1)
P

Larutan pertama yaitu larutan NaCl yang memiliki Mr = 58,5. Massa pada
1 molal didapatkan sebesar 1,4625 gram, pada 2 molal didapatkan sebesar
2,925 gram, dan pada 3 molal didapatkan sebesar 4,3875 gram. Larutan
kedua yaitu larutan urea yang memiliki Mr = 60. Massa pada 1 molal
didapatkan sebesar 1,5 gram, pada 2 molal didapatkan sebesar 3 gram, dan
pada 3 molal didapatkan sebesar 4,5 gram. Larutan ketiga yaitu larutan
sukrosa yang memiliki Mr = 342. Massa pada 1 molal didapatkan sebesar
8,55 gram, pada 2 molal didapatkan sebesar 17,1 gram, dan pada 3 molal
didapatkan sebesar 25,65 gram. Ketiga larutan dan pada setiap
molalitasnya memiliki hasil yang berbeda-beda. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa semakin besar molalitas dari suatu larutan maka semakin besar juga
massa dari suatu larutan.
Gambar 6.2 Perubahan titik beku berbagai jenis larutan
Percobaan kedua adalah perubahan titik beku berbagai jenis larutan.
Percobaan ini mencari nilai tetapan Kf dari ketiga larutan. Percobaan ini
dilakukan dengan menyiapkan tabung reaksi sebanyak 4 buah. Larutan
NaCl, urea, dan sukrosa serta aquades dengan konsentrasi 1 molal
dimasukkan sebanyak 3 mL masing-masing ke dalam tabung reaksi yang
berbeda-beda. Suhu larutan dicatat dengan termometer. Tabung reaksi
yang didalamnya terdapat termometer dimasukkan ke dalam gelas
kimia/baskom yang berisi es batu dan garam. Tabung reaksi digoyang-
goyang dan perubahan suhu reaksi yang terjadi dicatat setiap 20 detik
sampai suhu yang diperoleh konstan. Setiap proses untuk satu tabung
reaksi diulangi untuk semua tabung reaksi.
Larutan pertama adalah larutan NaCl yang merupakan elektrolit kuat
atau dapat menghantarkan listrik dengan kuat sehingga memiliki nilai i
atau n sebesar 2. Nilai tetapan Kf dari larutan NaCl adalah sebesar
3,5℃/m. Larutan kedua adalah larutan urea yang merupakan larutan non
elektrolit atau tidak dapat menghantarkan arus listrik sehingga tidak
memiliki nilai i atau tidak mengalami ionisasi. Nilai tetapan Kf dari larutan
urea adalah sebesar 6℃/m. Larutan kedua adalah larutan urea yang
merupakan larutan non elektrolit atau tidak dapat menghantarkan arus
listrik sehingga tidak memiliki nilai i atau tidak mengalami ionisasi. Nilai
tetapan Kf dari larutan urea adalah sebesar 7℃/m. Hasil tersebut
mendapatkan kesimpulan bahwa pada konsentrasi yang sama, titik beku
larutan elektrolit lebih rendah dibandingkan dengan larutan elektrolit. Hal
tersebut dikarenakan pada larutan elektrolit memiliki ion-ion yang dapat
menghantarkan listrik sehingga larutan akan sulit untuk membeku. Hasil
ini sesuai dengan literatur yang ada.
Gambar 6.3 Pengaruh konsentrasi terhadap perubahan titik beku larutan
Percobaan ketiga adalah pengaruh konsentrasi terhadap perubahan
titik beku larutan. Percobaan ini sama dengan percobaan kedua yaitu
mencari nilai tetapan Kf pada setiap konsentrasi larutan. Percobaan ini
dilakukan dengan menyiapkan tabung reaksi sebanyak 9 buah. Larutan
NaCl, urea, dan sukrosa dengan konsentrasi masing-masing 1,2, dan 3
molal dimasukkan sebanyak 3 mL masing-masing ke dalam tabung reaksi
yang berbeda-beda. Suhu larutan dicatat dengan termometer. Tabung
reaksi yang didalamnya terdapat termometer dimasukkan ke dalam gelas
kimia/baskom yang berisi es batu dan garam. Tabung reaksi digoyang-
goyang dan perubahan suhu reaksi yang terjadi dicatat setiap 20 detik
sampai suhu yang diperoleh konstan. Setiap proses untuk satu tabung
reaksi diulangi untuk semua tabung reaksi.
Larutan pertama adalah larutan NaCl yang akan dicari nilai tetapan Kf
pada 1 molal, 2 molal, dan 3 molal. Larutan NaCl merupakan larutan
elektrolit kuat sehingga menurut persamaan berikut :
NaCl → Na+ + Cl- (6.2)

memiliki nilai i atau n sebesar 2. Nilai tetapan Kf larutan NaCl pada 1


molal didapatkan sebesar 3,5℃/m, pada 2 molal didapatkan sebesar
1,75℃/m, dan pada 3 molal didapatkan sebesar 1℃/m. Larutan kedua
adalah larutan urea yang akan dicari nilai tetapan Kf pada 1 molal, 2 molal,
dan 3 molal. Larutan urea merupakan larutan non elektrolit sehingga tidak
dapat menghantarkan listrik. Nilai tetapan Kf larutan urea pada 1 molal
didapatkan sebesar 7℃/m, pada 2 molal didapatkan sebesar 3,5℃/m, dan
pada 3 molal didapatkan sebesar 2,3℃/m. Larutan ketiga adalah larutan
sukrosa yang akan dicari nilai tetapan Kf pada 1 molal, 2 molal, dan 3
molal. Larutan sukrosa merupakan larutan non elektrolit sehingga tidak
dapat menghantarkan listrik. Nilai tetapan Kf larutan sukrosa pada 1 molal
didapatkan sebesar 7℃/m, pada 2 molal didapatkan sebesar 3℃/m, dan
pada 3 molal didapatkan sebesar 2,3℃/m. Hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi dalam larutan maka
semakin rendah titik beku larutan. Hasil ini sesuai dengan literatur.
Nilai tetapan Kf pada percobaan 2 dan 3 didapatkan melalui
perhitungan Tf setiap larutan. Suhu konstan pada setiap larutan dikurang
dengan suhu awal larutan. Hasil pengurangan tersebut akan dimasukkan
pada pengurangan suhu air dengan suhu larutan (Tf) dan didapatkan nilai
∆Tf larutan. Nilai tersebut dimasukkan ke dalam rumus :
∆Tf = m × Kf (6.3)

dan akan didapatkan hasil nilai tetapan Kf setiap larutan. Nilai Tf dan
molalitas berpengaruh pada nilai tetapan Kf, yaitu jika semakin besar nilai
Tf dan molalitas larutan maka nilai tetapan akan semakin kecil. Molalitas
berperan sebagai pembagi sehingga apabila molalitas besar maka nilai
tetapan Kf akan semakin kecil.

VII.Penutup
7.1 Kesimpulan
Kesimpulan untuk praktikum sifat koligatif larutan adalah sebagai
berikut :
1. Penurunan titik beku larutan elektrolit dan non elektrolit memiliki
perbedaan. Penurunan titik beku larutan elektrolit lebih sulit daripada
larutan non elektrolit. Hal tersebut dikarenakan larutan elektrolit
memiliki ion yang dapat menghantarkann listrik sehingga sulit untuk
membeku.
2. Penurunan titik beku larutan yang memiliki konsentrasi yang berbeda-
beda didapatkan hasil bahwa titik beku larutan berbanding lurus
dengan konsentrasi. Larutan yang memiliki konsentrasi besar akan
memiliki titik beku yang besar juga.

7.2 Saran
Saran untuk praktikum sifat koligatif larutan, yaitu sebelum
melakukan praktikum diharapkan praktikan memahami materi dan konsep
sifat koligatif larutan. Praktikan juga diharapkan memperhatikan
bagaimana percobaan dilakukan. Praktikan juga harus memperhatikan
instruksi asisten supaya penyampaian materi jelas. Menjaga ketertiban dan
keselamatan kerja saat praktikum juga perlu diperhatikan oleh praktikan.
DAFTAR PUSTAKA

Brady, J. 1994. Kimia Universitas Asas dan Stuktur Jilid 1 Edisi Kelima. Jakarta :
Erlangga

Chang, R. 2004. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga

Keenan, Charles. 1991. Ilmu Kimia untuk Universitas Edisi Keenam. Jakarta :
Erlangga

Labchem. 2012. Material Safety Data Sheet of Sodium Chloride. [Serial Online]
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC23420.pdf (diakses pada 16 Mei
2021)

Labchem. 2020. Material Safety Data Sheet of Aquadest. [Serial Online]


http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC26750.pdf (diakses pada 16 Mei
2021)

Oxtoby, dkk. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Jakarta : Erlangga

Petrucci, Ralph. 1992. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga

SmartLab. 2019. Material Safety Data Sheet of Sucrose. [Serial Online]


http://smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_SUCROSE_(INDO).pdf (diakses pada
16 Mei 2021)

SmartLab. 2019. Material Safety Data Sheet of Carbamide. [Serial Online]


http://smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_UREA_(INDO).pdf (diakses pada 16
Mei 2021)

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung : ITB

Vogel. 1985. Analisis Organik Kualitatif Makro dan Semimikro Edisi Kelimas.
Jakarta : P.T. Kalman Media Pustaka
LAMPIRAN

Hasil Pengamatan
Perlakuan
Sebelum Sesudah
Massa NaCl :
1 molal : 1,4625 gram
2 molal : 2,925 gram
3 molal : 4,3875 gram
Massa urea :
1 molal : 1,5 gram
Persiapan larutan
2 molal : 3 gram
3 molal : 4,5 gram
Massa sukrosa :
1 molal : 8,55 gram
2 molal : 17,1 gram
3 molal : 25,65 gram
Suhu awal Perubahan suhu
Larutan NaCl
t20 : 25℃
t40 : 24℃
t60 : 24℃
t80 : 23℃
27℃ t100 : 22℃
t120 : 21℃
t140 : 20℃
Perubahan titik beku
t160 : 20℃
t180 : 20℃

Kf NaCl = 3,5℃/m

Larutan urea
t20 : 31℃
t40 : 31℃
32℃ t60 : 30℃
t80 : 29℃
t100 : 30℃
t120 : 28℃
t140 : 27℃
t160 : 26℃
t180 : 26℃

Kf urea = 6℃/m

Larutan sukrosa
t20 : 28℃
t40 : 27℃
t60 : 26℃
t80 : 27℃
32℃ t100 : 25℃
t120 : 24℃
t140 : 25℃
t160 : 23℃
t180 : 23℃

Kf sukrosa = 7℃/m

Suhu awal Perubahan suhu


Larutan NaCl
t20 : 26℃
t40 : 25℃
t60 : 24℃
t80 : 23℃
1 molal
t100 : 22℃
27℃
t120 : 21℃
Pengaruh konsentrasi t140 : 20℃
t160 : 20℃
t180 : 20℃

Kf NaCl 1 molal = 3,5℃/m

t20 : 24℃
2 molal t40 : 23℃
26℃ t60 : 23℃
t80 : 22℃
t100 : 21℃
t120 : 22℃
t140 : 20℃
t160 : 19℃
t180 : 19℃

Kf NaCl 2 molal = 1,75℃/m

t20 : 24℃
t40 : 24℃
t60 : 23℃
t80 : 22℃
3 molal
t100 : 21℃
25℃
t120 : 20℃
t140 : 19℃
t160 : 19℃
t180 : 19℃

Kf NaCl 3 molal = 1℃/m

Larutan urea
t20 : 30℃
t40 : 30℃
t60 : 29℃
t80 : 28℃
1 molal
t100 : 26℃
32℃
t120 : 27℃
t140 : 26℃
t160 : 25℃
t180 : 25℃

Kf urea 1 molal = 7℃/m

t20 : 29℃
t40 : 29℃
2 molal
t60 : 28℃
31℃
t80 : 27℃
t100 : 26℃
t120 : 25℃
t140 : 24℃
t160 : 24℃
t180 : 24℃

Kf urea 2 molal = 3,5℃/m

t20 : 28℃
t40 : 28℃
t60 : 27℃
t80 : 26℃
3 molal
t100 : 25℃
30℃
t120 : 25℃
t140 : 24℃
t160 : 23℃
t180 : 23℃

Kf urea 3 molal = 2,3℃/m

Larutan sukrosa
t20 : 28℃
t40 : 28℃
t60 : 27℃
t80 : 26℃
1 molal
t100 : 25℃
30℃
t120 : 24℃
t140 : 23℃
t160 : 23℃
t180 : 23℃

Kf sukrosa 1 molal = 7℃/m

t20 : 28℃
t40 : 27℃
2 molal t60 : 26℃
29℃ t80 : 25℃
t100 : 26℃
t120 : 25℃
t140 : 24℃
t160 : 23℃
t180 : 23℃

Kf sukrosa 2 molal = 3℃/m

t20 : 26℃
t40 : 25℃
t60 : 25℃
t80 : 24℃
3 molal
t100 : 23℃
28℃
t120 : 22℃
t140 : 21℃
t160 : 21℃
t180 : 21℃

Kf sukrosa 3 molal = 2,3℃/m

Anda mungkin juga menyukai