Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM KESETIMBANGAN KIMIA

PENENTUAN BERAT MOLEKUL DENGAN PENURUNAN TITIK BEKU

Disusun oleh
Nama : Heni Anggraini
NIM : 181810301005
Kelas : Kesetimbangan Kimia / A

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2020
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada macamnya zat
terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut (konsentrasi zat
terlarut). Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat
larutan itu sendiri. Jumlah partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah
partikel dalam larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Penurunan titik
beku merupakan salah satu sifat koligatif dari suatu larutan. Titik beku
larutan dapat mengalami penurunan apabila terjadi peningkatan
tekanan dalam cairan yang merupakan selisih antara titik beku awal
dengan titik beku setelah terjadi perubahan sistem. Penurunan titik
beku ini terjadi akibat adanya penurunan tekanan uap, sehingga larutan
akan membeku pada temperatur lebih rendah daripada pelarut
murninya (Bird, 1993).
Praktikum kali ini memiliki peran dalam kehidupan sehari-hari. Penurunan titik beku
larutan sangat berhubungan erat dalam kehidupan disekitar kita, sebagai contoh air murni
membeku pada suhu 0°C akan tetapi jika kita melarutkan contoh sirup atau gula
didalamnya maka titik bekunya akan menjadi dibawah 0°C. Sebagai contoh larutan garam
10% NaCl akan memiliki titik beku -6°C dan 20% NaCl akan memiliki titik beku -16°C.
Fenomena penurunan titik beku larutan sangat menarik perhatian para ilmuwan karena hal
ini bersinggungan langsung dengan kehidupan manusia contohnya, penggunaan etilen
glikol sebagai agen “antibeku” yang dipakai di radiator mobil sehingga air ini tidak beku
saat dipakai dimusim dingin. Beberapa ikan didaerah artik mampu melepaskan sejumlah
senyawa untuk menghindari darahnya beku, atau dengan menggunakan teknik penurunan
titik beku kita dapat menentukan berat molekul atau menentukan derajat disosiasi suatu
zat. (Atkins, 1997).
Praktikum kali ini mempelajari tentang penentuan berat molekul dengan penurunan
titik beku. Praktikum ini dilakukan dua percobaan, yaitu titik beku sulfur dan titik beku
naftalen. Pelarut murni yang ditambahkan suatu zat dapat menyebabkan titik beku
mengalami penurunan sehingga akan didapatkan perbedaan titik beku antara pelarut
dengan larutan. Percobaan ini akan menghasilkan suatu tetapan penurunan titik beku yang
kemudian dapat digunakan untuk menghitung berat molekul suatu zat terlarut (Tim Kimia
Fisik, 2020).
1.2 Tujuan
Tujuan daripada dilakukannya praktikum kali ini yaitu:
1.2.1 Mendapatkan pengetahuan tentang sifat koligatif larutan
1.2.2 Menentukan berat molekul zat dengan metode penurunan titik beku
1.2.3 Mengevaluasi keakuratan metode dengan membandingkan dengan berat molekul
yang dihitung dari rumus molekul
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Matery Safety Data Sheet (MSDS)


2.1.1 Akuades (H2O)
Akuades merupakan sebuah cairan tak berwarna yang didapatkan melalui proses
penyulingan sehingga tidak ada kandungan mineral. Akuades tidak memiliki aroma dan
rasa. Akuades memiliki rumus kimia yaitu H2O dan nama lain yaitu dihidrogen oksida.
Akuades memiliki berat molekul yaitu 18,02 g/mol dan pH netral yaitu 7. Bahan ini
mencapai titik didih ketika suhu mencapai 100 °C (212 °F). Densitas uap yang dimiliki
adalah 0,62 (air=1). Bahan ini termasuk ke dalam bahan yang stabil dimana tidak ada
penyimpanan khusus dan penggunaannya pun tergolong aman. Penanganan tidak
diperlukan apabila terjadi kontak kulit, mata, maupun tertelan karena bahan ini tidak
berbahaya dan tidak menyebabkan adanya korosif maupun iritasi (Labchem, 2020).
2.1.2 Naftalena (C10H8)
Naftalen memiliki rumus molekul C10H8 dan termasuk dalam golongan senyawa
aromatis. Senyawa ini dalam keadaan dasarnya berbentuk padatan yang mudah
menyublim. Senyawa ini merupakan padatan berwarna putih dengan aroma yang khas.
Berat molekul dari sneyawa ini ialah sebesar 128.19 g/mol. Titik leleh senyawa ini ialah
sebesar 80,2°C dan titik didihnya sebesar 218°C. Senyawa ini sedikit larut dalam dietil
eter. Penanggulangan kontak senyawa ini dengan kulit dapat dilakukan dengan membasuh
menggunakan air selama 15 menit. Pertolongan jika menelan dan menghirup senyawa ini
dapat ditanggulangi dengan penanganan medis yang lebih serius (Labchem, 2020)
2.1.3 Sulfur
Sulfur merupakan unsur non-logam yang tidak berasa, berwujud padatan kristal
berwarna kuning dan memiliki bau yang menyengat. Sulfur memiliki titik lebur sebesar
115,21oC dan titik didih sebesar 444,6oC. Sulfur tidak larut dalam air tetapi larut dalam
karbondisulfida. Sulfur berbahaya apabila terhirup karena dapat mengakibatkan iritasi.
Penanganan yang dapat dilakukan yaitu segera pindah ke tempat yang udaranya lebih segar
(Labchem, 2020).
2.1 Dasar Teori
Larutan merupakan suatu campuran homogen dari molekul atom maupun ion dari
dua zat atau lebih. Suatu larutan disebut suatu campuran karena susunannya berubah-ubah.
Larutan disebut homogen karena susunannya seragam sehingga tidak dapat diamati adanya
bagian-bagian yang berikatan bahkan dengan mikroskop sekalipun. Permukaan-permukaan
tertentu dapat dideteksi antara bagian-bagian dan fase-fase terpisah yaitu dalam larutan
heterogen. Larutan pada umumnya berada dalam keadaan cair. Lazimnya salah satu
campuran (penyusun) larutan campuran itu dibuat. Cairan ini disebut medium pelarut
komponen dan yang dapat berbentuk gas. Cairan maupun zat padat dibayangkan sebagai
terlarut kedalam komponen pertama disebut zat pelarut  / terlarut (Solut)  terdapat
kecenderungan kuat bagi senyawa polar untuk larutan ke dalam pelarut polar. Solvasi
adalah interaksi molekul-molekul pelarut dengan partikel-partikel zat pelarut dengan
partikel-partikel zat terlarut untuk membentuk gugusan (Atkins, 1997).
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada macamnya zat
terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut (konsentrasi zat
terlarut). Suatu pelarut apabila ditambah dengan sedikit zat terlarut, maka akan didapat
suatu larutan yang mengalami:
1. Penurunan tekanan uap jenuh
2. Kenaikan titik didih
3. Penurunan titik beku
4. Tekanan osmosis
Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat larutan itu
sendiri. Jumlah partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel
dalam larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan
elektarolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai
menjadi ion-ion. Zat cair pada tiap suhu selalu mempunyai tekanan tertentu. Penambahan
suatu zat ke dalam zat cair menyebabkan penurunan tekanan uapnya. Sifat koligatif larutan
elektrolit kuat sedikit berbeda dengan sifat koligatif larutan nonelektrolit. Hal ini
dikarenakan sifat elektrolit yang dapat terdisosiasi menjadi ion-ion dalam larutan, misalnya
satu unit senyawa CaCl2 dapat terdisosiasi menjadi 3 partikel ketika dilarutkan, yakni 1 ion
Ca2+ dan 2 ion Cl− . Oleh karena itu, perlu ikut diperhitungkan faktor van’t Hoff (i) pada
perhitungan larutan elektrolit, yaitu:
jumlah mol ion dalam larutan
ii= ……………………….(2.1)
jumlah mol zat yang terlarut
i=1+ ( n−1 ) α ……………………………(2.2)
di mana n = jumlah ion yang terdisosiasi dari 1 unit formula senyawa ; α = derajat disosiasi
senyawa.
∆ Tf =i × Kf ×m……………………………….(2.3)
(Bird, 1993)
Titik beku larutan ialah temperatur pada saat larutan setimbang dengan pelarut
padatnya. Larutan akan membeku pada saat temperatur lebih rendah dari pelarutnya.
Larutan pada setiap tekanan uap selalu lebih rendah dari pada pelarut murni. Rumus dari
penurunan titik beku ialah
ΔTf = M x Kf………………………………….(2.4)
dengan keterangan Kf adalah tetapan titik beku molar. Rumus-rumus untuk penurunan titik
beku hanya berlaku bila pembekuan yang memisah pelarut padat. Rumusnya dalam hal ini
harus diubah menjadi
Δtf=Kf (1-K) x M……………………………….(2.5)
dengan K ialah fraksi mol zat larut dalam zat padat / fraksi mol zat dalam larutan bila zat
padatnya murni berarti K=0 dan ΔTf = M x Kf. Zat padat apabila tidak murni ada dua
kemungkinan, yaitu :
- Zat padatnya lebih mudah larut dalam pelarut cair, maka K<1 jadi 1-K positif,
disini terjadi penurunan titik beku
- Zat padatnya lebih mudah larut dalam pelarut padat, maka K>1 jadi 1-K negatif,
disini terjadi kenaikan titik beku
Penurunan titik beku sama dengan penurunan tekanan uap sebanding dengan konsentrasi
fraksi mol nya. Larutan encer perbandingannya dinyatakan kedalam molaritas. Pengukuran
titik beku secara teoritis telah digunakan untuk menetapkan rumus molekul. Kemolaran
adalah banyaknya mol zat terlarut dalam tiap liter larutan. Harga kemolaran dapat dihitung
dengan menggunakan rumus mol zat terlarut dan volume larutan. Volume larutan adalah
volume zat terlarut dalam pelarut setelah bercampur. Satuan ini banyak dipakai dalam
stoikiometri untuk menghitung zat terlarut. Penurunan titik beku dapat dirumuskan ΔTf =
M x Kf, sehingga dari rumus tersebut dapat disimpulkan bahwa :
- Penurunan titik beku suatu larutan encer pada tekanan tetap berbanding lurus
dengan konsentrasi massa
- Larutan encer semua zat terlarut yang tidak mengion dalam pelarut yang sama
dengan konsentrasi mol yang sama mempunyai titik beku yang sama pada tekanan
yang sama (Chang, 2005).
Titik beku larutan lebih rendah dari pada titik beku pelarut murni larutan gula
misalnya, membeku di bawah suhu 0 0C. Selisih antara titik beku larutan dengan titik beku
pelarut disebut penurunan titik beku larutan (Tf). Penurunan titik beku larutan ini juga
sebanding dengan konsentrasi yang terlarut. Akibat dari penurunan uap larutan ialah
turunya titik beku. Berat molekul dari zat terlarut dapat di tentukan dengan mengukur
besarnya ∆Tf dan cara ini disebut krioskropis. Cara krioskopis lebih baik dari pada cara
ebulioskopis, karena pada cara ebulioskopis zat zat kimia dapat berubah pada titik didih zat
pelarut (Moechtar, 1990).
Larutan akan memperlihatkan pendinginan yang berbeda dengan cairan murni,
temperatur larutan akan turun lebih rendah tetapi larutan itu sendiri belum membeku.
Ketika larutan membeku yang membeku adalah pelarutnya, contoh es yang terbentuk di
permukaaan lainnya yang terdapat dibawahnya tidak akan membeku. Larutan akan
menjadi pekat dan titik bekunya akan makin rendah, jadi suatu larutan itu tidak akan
membeku pada suhu yang sama , suhu tergantung pada tekanan uapnya. Titik beku adalah
temperatur pada saat tekanan uap cairan sama (setimbang) dengan tekanan uap padatannya.
Titik beku dilambangkan dengan simbol Tf. Air murni membeku pada temperatur 0°C dan
tekanan 1 atm. Temperatur itu dinamakan titik beku normal air. Temperatur dimana zat
cair membeku pada tekanan 1 atm adalah titik beku normal zat cair tersebut. Titik beku
suatu larutan pasti selalu lebih rendah daripada titik beku pelarut murninya (air). Hal ini
dikarenakan sebagian partikel air dan partikel-partikel terlarut akan bergabung dan
membentuk ikatan, sehingga ketika membeku yang memiliki titik beku paling tinggi
adalah air karena air yang membeku terlebih dahulu, kemudian diikuti oleh partikel-
partikel terlarut. Setiap larutan memiliki titik beku yang berbeda-beda. Titik beku suatu
larutan akan berubah jika tekanan uapnya juga berubah. Hal ini disebabkan oleh masuknya
zat terlarut yang mempengaruhi perubahan titik beku. Jadi, jika suatu zat terlarut
ditambahkan ke dalam larutan, titik beku larutan tersebut akan berubah. Besarnya
perbedaan antara titik beku zat pelarut dengan titik beku larutan disebut penurunan titik
beku (∆Tf). Titik beku dan titik didih suatu larutan bergantung pada kesetimbangan pelarut
dalam larutan dengan pelarut padatan, selain itu juga bergantung pada kesetimbangan
pelarut dengan pelarut murni (air). Pada saat terjadi kesetimbangan, maka dapat tercapai
titik beku atau titik didihnya. Masing-masing pelarut memiliki harga tetapan penurunan
titik beku (Kf) tersendiri. (Petrucci, 1987)
Berat molekul  adalah berat suatu molekul dalam satuan massa atom (sma). Berat
molekul ditentukan dari jumlah berat atom dari atom-atom penyusun dalam molekul
tersebut. Massa molekul adalah ukuran massa dan berat molekul adalah ukuran gaya yang
bekerja pada massa molekul. Penentuan massa molekul relatif dari suatu zat dapat
dilakukan menggunakan metode penurunan titik beku. Suatu pelarut jika ditambahkan zat
terlarut ke dalamnya maka suhunya akan semakin rendah. Variabel bebas yang digunakan
pada metode ini adalah massa zat terlarut yang digunakan dalam penentuan tetapan titik
beku dan penentuan massa molekul relatif, sedangkan variabel terikat yang digunakan
adalah penurunan titik beku, serta pelarut yang sama merupakan variabel kontrolnya.
Hubungan antara penurunan titik beku dengan massa molekul relatif dapat diketahui
dengan metode analisis menggunakan persamaan Clausius Claypeyron (Yazid, 2005).
BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
- Gelas kimia 500 mL
- Tabung reaksi
- Rak tabung reaksi
- Termometer
- Pengaduk
- Statif
3.1.2 Bahan
- Naftalene
- Sulfur
- Akuades
3.2 Diagram Kerja
Akuades
- dimasukkan sekitar 350 mL ke dalam gelas kimia 500 mL
- dipanaskan gelas kimia
- ditimbang naftalene sebanyak 5 gram
- dimasukkan ke dalam tabung reaksi
- dijepit tabung reaksi pada statif dalam waterbath untuk melelehkan
naftalene (berada pada suhu 85 oC sampai 70 oC)
- ditimbang sulfur sebanyak 1 gram
- diaduk naftalene yang telah meleleh
- dikeluarkan tabung reaksi dari waterbath dan jepit menggantung pada suhu
kamar
- dimasukan termometer kedalam tabung reaksi untuk mengukur suhu setiap
30 detik
- dilelehkan kembali sampel naftalene yang telah membeku dalam waterbath
untuk membebaskan termometer
- ditambahkan sulfur yang telah ditimbang ke dalam naftalen yang meleleh
(berada pada suhu 85 oC sampai 72 oC)
- dipanaskan kembali campuran naftalene dan sulfur
- diaduk sampai solusi menjadi homogen
- dikeluarkan tabung reaksi dari waterbath dan jepit menggantung pada suhu
kamar
- dimasukkan termometer kedalam tabung reaksi untuk mengukur suhu setiap
30 detik
- dilelehkan kembali solusi yang telah membeku dalam waterbath untuk
membebaskan termometer

Hasil
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Penurunan Titik Beku
Zat Tf ∆Tf
naftalen 73 oC -4oC
naftalen + sulfur 69oC -4oC
4.1.2 Penentuan Mr Sulfur
∆Tf m sulfur m naftalen Kf Naftalen Mr Sulfur
43,028oC 1 gram 5 gram 6,94oC/molal 347g/mol

4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini mempelajari tentang penentuan berat molekul dengan penurunan
titik beku yang memiliki tujuan untuk mempelajari sifat koligatif larutan, menentukan
berat molekul zat terlarut dengan metode penurunan titik beku dan sekaligus menguji
keakuratan metode tersebut dengan membandingkan berat molekul dari rumus molekul.
Sifat koligatif merupakan sifat larutan yang bergantung pada jumlah partikel (zat terlarut)
dan bukan oleh jenisnya. Sifat koligatif ada empat dan salah satunya adalah penurunan titik
beku (∆Tf). Titik beku adalah suhu dimana terjadi perubahan fasa dari wujud cair ke padat
pada pelarut tertentu, sedangkan penurunan titik beku merupakan selisih antara titik beku
pelarut dan larutan dimana titik beku larutan lebih rendah daripada titik beku pelarut.
(Chang, 2005).
Percobaan pertama yang dilakukan dalam praktikum penentuan berat molekul
dengan penurunan titik beku kali ini adalah menentukan titik beku larutan naftalene.
Langkah awal yang dilakukan adalah air sebanyak 350 mL dimasukkan ke dalam gelas
kimia 500 mL. Air yang digunakan dalam percobaan kali ini tidak terlalu banyak agar
waktu pemanasan tidak terlalu lama. Gelas kimia yang berisi air kemudian dipanaskan.
Gelas kimia yang dipanaskan ini berfungsi sebagai wadah untuk memanaskan ataupun
melelehkan sampel. Sampel naftalene yang telah ditimbang sebanyak 5 gram kemudian
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Langkah selanjutnya tabung reaksi dijepit pada statif
dan dipanaskan dalam gelas kimia berisi air yang telah dipanaskan sebelumnya. Padatan
naftalene dalam tabung reaksi tersebut lama kelamaan akan meleleh sehingga berubah fasa
menjadi cair karena temperatur yang tinggi. Hal ini sesuai literature Labchem (2020) yang
menyebutkan bahwa naftalen memiliki titik leleh sebesar 80,2 oC sehingga naftalen
meleleh dengan cepat pada suhu 80 oC sampai 70 oC. Naftalen diaduk dengan tujuan agar
naftalen meleleh dengan sempurna dan dihasilkan larutan berwarna kuning. Tabung reaksi
kemudian dikeluarkan dari waterbath dan dijepit menggantung pada suhu kamar.
Perlakuan tersebut bertujuan agar suhu naftalene mengalami penurunan dan naftalene
membeku. Fungsi pembekuan dalam tabung reaksi pada temperatur ruang adalah untuk
mengetahui titik beku pelarut murni berdasarkan percobaan. Termometer dimasukkan ke
dalam tabung reaksi untuk mengukur suhu naftalene setiap 30 detik sekali. Naftalene akan
berada pada suhu konstan dalam fasa padatannya. Titik beku dari naftalene dapat diketahui
ketika suhu telah konstan dalam setiap waktu yang terbaca oleh termometer. Titik beku
naftalene pada pengukuran kali ini diperoleh nilai sebesar 73 oC.
Percobaan kedua yang dilakukan yaitu menentukan titik beku campuran, dalam hal
ini menggunakan naftalene yang dicampurkan dengan sulfur. Tahapan yang dilakukan
tetap sama dengan penentuan titik beku larutan murni (naftalene). Sulfur yang telah
ditimbang sebanyak 107 gram dicampurkan kedalam naftalene dalam tabung reaksi yang
telah dilelehkan sebelumnya. Campuran naftalene dan sulfur dipanaskan kembali sambil
diaduk sampai larutan homogen. Pengadukan dilakukan untuk mempercepat proses
pelelehan campuran. Titik leleh campuran berbeda dengan pelarut murni karena dalam
campuran, pelarut dan zat terlarut akan meleleh secara bergantian dikarenakan kedua zat
ini memiliki titik leleh yang berbeda-beda. Naftalene yang merupakan pelarut dengan titik
leleh lebih rendah yaitu sebesar 80,2 oC akan meleleh terlebih dahulu dan kemudian sulfur
sebagai zat terlarut yang meleleh karena memiliki titik leleh lebih tinggi yaitu sebesar
115,21 oC. Tabung reaksi kemudian dikeluarkan dari waterbath dan dijepit menggantung
pada suhu kamar. Perlakuan ini bertujuan agar suhu campuran mengalami penurunan dan
campuran dapat membeku. Pembekuan dalam tabung reaksi pada suhu ruang berfungsi
untuk mengetahui titik beku campuran berdasarkan percobaan. Termometer dimasukkan ke
dalam tabung reaksi untuk mengukur suhu campuran setiap 30 detik sekali. Penurunan
suhu tersebut lama-kelamaan akan konstan yang menandakan bahwa titik beku campuran
naftalene dengan sulfur telah tercapai. Titik beku campuran yang diperoleh pada percobaan
yaitu sebesar 69oC. Titik beku dapat dicapai ketika suhu telah konstan. Titik beku dari
campuran naftalen dan sulfur dapat diketahui ketika suhu telah konstan dalam setiap waktu
yang terbaca pada termometer. Campuran naftalen dan sulfur yang telah membeku pada
suhu kamar tersebut dilelehkan kembali, hal tersebut bertujuan supaya lebih mudah untuk
mengeluarkan termometer.
Titik beku yang dihasilkan oleh campuran naftalen dengan sulfur
yaitu 69oC lebih kecil dari titik beku pelarut murninya (naftalen) yang
memiliki titik beku sebesar 73oC. Hasil yang diperoleh ini telah sesuai
dengan literatur karena menurut Bird (1993), titik beku dari suatu
campuran akan lebih kecil dari titik beku zat murninya, hal ini
dikarenakan zat-zat penyusunnya membentuk produk baru sehingga
berpengaruh terhadap sifat fisik maupun kimianya. Hasil nilai titik beku
yang diperoleh dari naftalen murni serta dari campuran antara naftalen
dengan sulfur ini digunakan untuk mengetahui nilai penurunan titik
bekunya. Penurunan titik beku merupakan selisih antara titik beku larutan campuran
dengan titik beku pelarut murninya. Hasil penurunan titik beku (∆ T f ) yang diperoleh yaitu
sebesar -4oC. Hasil ∆ T f yang telah diperoleh ini kemudian digunakan untuk
menentukan berat molekul dari sulfur. Berat molekul sulfur yang
diperoleh yaitu sebesar -347 g/mol. Hasil berat molekul sulfur yang diperoleh
akan berubah mengikuti penurunan titik beku.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum penentuan berat molekul dengan penurunan titik beku kali
ini adalah sebagai berikut :
1. Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada macamnya zat
terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut (konsentrasi
zat terlarut). Penurunan titik beku merupakan salah satu dari sifat koligatif larutan.
Hasil penurunan titik beku dari naftalen yang ditambahkan dengan sulfur adalah
sebesar -4oC.
2. Penentuan berat molekul zat terlarut dapat dicari dengan metode penurunan titik beku

g 1000
berdasarkan persamaan ∆Tf = × × Kf . Hasil berat molekul yang
Ar P
diperoleh pada percobaan ini yaitu sebesar -347g/mol.

3. Evaluasi keakuratan metode dalam percobaan ini dapat diketahui


dengan membandingkan berat molekul yang dihitung dari rumus
molekul. Berat molekul yang diperoleh tidak mendekati dengan berat
molekul yang sebenarnya, karena berat molekul akan berubah mengikuti
penurunan titik beku.
.

5.2 Saran
Saran pada percobaan penentuan berat molekul dengan penurunan titik beku
kali ini adalah sebaiknya praktikan lebih memahami materi percobaan agar pada saat
melakukan percobaan dapat lebih mengerti dan paham mengenai hasil pengamatan
yang diperoleh. Praktikan juga harus lebih teliti dan hati-hati dalam percobaan yang
dilakukan agar hasil yang diperoleh dapat akurat dan presisi. Praktikan juga harus lebih
teliti dalam mengontrol perubahan suhu yang muncul pada termometer.
DAFTAR PUSTAKA

Atkins. 1997. Kimia Fisik Jilid 1 Edisi IV. Jakarta : Erlangga.

Bird. 1993. Kimia Fisika untuk Universitas Cetakan ke-2. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.

Chang, R. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta: Erlangga
LabChem. 2020. Material Safety Data Sheet Of Aquadest. [Serial Online].
https://www.labchem.com (diakses pada tanggal 10 April 2020).
LabChem. 2020. Material Safety Data Sheet Of Naphthalene. [Serial Online].
https://www.labchem.com (diakses pada tanggal 10 April 2020).
LabChem. 2020. Material Safety Data Sheet Of Sulfur. [Serial Online].
https://www.labchem.com (diakses pada tanggal 10 April 2020).
Moechtar, 1990. Farmasi Fisik. UGM-press: Yogyakarta

Mulyani, Sri dan Hendrawan. 2000. Kimia Fisik II. Universitas Pendidikan Indonesia:
Bandung

Petrucci, Ralph. 1987. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga

Tim Kimia Fisik. 2020. Penuntun Praktikum Kesetimbangan Kimia. Universitas Jember:
Jember

Yazid, Estein. 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Andi Offset: Yogyakarta
LAMPIRAN

Massa zat pelarut (naftalen) = 5 gram


Massa zat terlarut (sulfur) = 1 gram
Ar sulfur teoritis = 32,064 g/mol
Tf pelarut murni = 73 oC
Tf larutan = 69 oC
∆Tf percobaan = Tf o – Tf = 69oC – 73oC = -4oC
Kf = 6,94oC/molal
1. Perhitungan Teoritis
a. Mencari ∆Tf Teoritis

∆Tf = m x Kf

g 1000
∆Tf = × × Kf
Ar P

1g 1000
∆Tf = × x 6,94oC/molal
64 g/mol 5g

∆Tf = 21,6875oC

b. Mencari Mr Sulfur

∆Tf = m x Kf

g 1000
∆Tf = × × Kf
Mr P

1 g 1000
-4oC = × x 6,94oC/molal
Mr 5g

1 g ×1000 ×6,94 ℃ /molal


Mr =
−4 ℃ ×5 g
Mr = -347 g/mol

Anda mungkin juga menyukai