I. Tujuan Percobaan Mempelajari kelarutan timbal balik antara dua cairan dan menggambarkan hubungan kelarutan tersebut dengan suhu dalam suatu diagram fasa
II. Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan ini adalah berdasarkan proses pemanasan pada larutan campuran yang diaduk secara perlahan untuk mengetahui kelarutan dari suatu zat pada saat sebelum mencapai titik kritis dan setelah melewati titik kritis. Suatu zat akan menjadi dua fasa sebelum dan setelah melewati titik kritis dan akan menjadi satu fasa saat mencapai titik kritis. Adapun reaksi yang terjadi pada percobaan ini adalah C6H5OH + H2O → C6H5O + + H3O – III. Dasar Teori 3.1 Sistem Biner Fenol dan Air Sistem biner fenol dan air merupakan suatu sistem yang memperlihatkan sifat solubilitas timbal balik antara fenol dan air pada suhu tertentu dan tekanan konstan (Dogra & Dogra S, 2008). Kelarutan atau solubility adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute) untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut dalam kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapum terhadap suatu pelarut, contohnya adalah fenol dan air (Keenan, 1986). Larutan jenuh adalah larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah maksimal, sehingga tidak dapat ditambahkan lagi zat terlarut. Keadaan ini terjadi kesetimbangan antara (solute) yang larut dengan yang tak larut atau kecepatan pelarutan sama dengan kecepatan pengendapan. Larutan tak jenuh (unsaturated) adalah suatu larutan yang mengandung jumlah zat terlarut lebih sedikit daripada larutan jenuhnya. Daya larut cairan dalam cairan lain sangat berbeda-beda mulai dari dapat bercampur sempurna, bercampur sebagian, dan ada yang tidak bercampur sama sekali. Demikian pula zat padat dalam cairan, mulai ada yang larut sempurna, larut sebagian, sampai tidak larut. Kelarutan zat bergantung dari sifat solute, pelarut, suhu, dan juga tekanan (Yazid, 2005).
3.2 Fasa dan Diagram fasa
3.2.1. Fasa Menurut Atkins (1999), kata fasa berasal dari bahasa yunani yang berarti pemunculan. Fasa adalah keadaan materi yang beragam diseluruh bagiannya bukan hanya dari komposisi kimianya, melainkan juga dalam keadaan fisiknya. Aturan fase untuk satu sistem pada tekanan tetap adalah f = c – p + 1. Sistem dua komponen, f = 3 – p. Di daerah dua fase adalah 1, hanya diperlukan satu variabel saja untuk menentukan keadaan sistem. Jika variabel yang dipilih adalah suhu, maka titik potong garis dasi dan kurva menghasilkan komposisi kedua larutan konjugat, sama halnya jika variabel yang dipilih adalah komposisi salah satu larutan konjugat, maka dapat ditentukan suhu dan komposisi larutan konjugat. Daerah satu fase, f = 2 ada dua variabel yang diperlukan untuk menyatakan keadaan sistem. Jadi, suhu dan komponen larutan keduanya harus dinyatakan dengan jelas. 3.2.2 Diagram Fasa Diagram fasa adalah memperlihatkan variasi titik campuran dengan perubahan komposisinya. Temperatur pertama (T1) dan temperatur kedua (T2) adalah titik didih normal dari komponen murni 1 dan 2. Temperatur maksimak (Tmaks) adalah titik didih maksimum dari larutan dan titik ini disebut azeotrop. Komposisi pada titik ini dikenal dengan azeotropis. Komposisi fasa cairan dan uap adalah sama. Dua cairan tidak dapat dipisahkan oleh distilasi, dan titik didih campuran ini pada satu atmosfer adalah titik didih yang tepat (Dogra SK & Dogra S, 1999). Selama ini, pembentukan perubahan mutual antara tiga wujud materi difokuskan pada keadaan cair. Dalam membahas keadaan kritis zat, akan lebih tepat menangani tiga wujud zat secara simultan bukan membahas dua dari tiga wujud. Diagram fasa, merupakan cara mudah menampilkan wujud zat sebagai fungsi suhu dan tekanan. Sebagai contoh khas, diagram fasa air. Dalam diagram fasa diasumsikan bahwa zat tersebut diisolasi dengan baik dan tidak ada zat lain yang masuk atau keluar sistem (Takeuchi, 2008). 3.3. Temperatur Kritis Temperatur kritis (Tc)