Anda di halaman 1dari 7

Peran Penting Pemerintah dalam Menumbuhkan Kesadaran Masyarakat untuk

Menjaga Solidaritas Ditengah Pandemi

Saat ini keadaan dunia sedang dilanda masalah wabah Virus Corona atau
lebih dikenal dengan Covid-19. Virus ini menyebar secara luas dan cepat hampir
seluruh negara di dunia. Pada Januari 2020, WHO telah menyatakan bahwa
keadaan dunia sedang masuk dalam katagori darurat global akibat virus ini (Tim
Kerja Kementerian Dalam Negeri, 2020). Di negara Indonesia pertama kali
terjangkit mulai pada tanggal 2 Maret 2020 dan pemerintah mengeluarkan status
darurat bencana nasional sejak 29 februari 2020 (Koesmawardhani, 2020).
Penyebaran penyakit ini telah memberikan dampak luas secara sosial dan
ekonomi (Susilo A dkk, 2020)

Dalam rangka menanggulangi dan memutus pola sebarannya, Pemerintah


telah berupaya dalam menangani masalah ini dengan mensosialisasikan Gerakan
Social Distancing bertujuan untuk membatasi ruang gerak dan memutus mata
rantai penyebaran Virus Covid-19. Kebijakan ini tidak akan berhasil apabila
masyarakatnya tidak mengindahkan kebijakan tersebut. Seyogyanya, kebijakan
ini tidak hanya harus dilakukan oleh Gugus Tugas Percepatan dan Penanganan
Covid-19 dan jajaran pemerintah saja, melainkan seluruh elemen masyarakat.
Namun, seringkali masyarakat tidak memperdulikan kebijakan-kebijakan yang
diambil pemerintah.

Mungkin penyebab lain masyarakat acuh tak acuh terhadap himbauan


pemerintah adalah masyarakat kecil telah banyak menaruh harapan pada
pemerintah agar permasalahan mereka dapat ditangani dengan baik. Akan
tetapi, seringkali ketidakmampuan pemerintah dalam menuntaskan probmetika
masyarakat mengakibatkan tingkat kepercayaan publik terhadap pemerintah
turun. Sehingga mereka tetap melakukan aktivitas di luar rumah untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari tanpa memperdulikan himbauan dari
pemerintah. Kepercayaan publik bukan suatu hal yang datang dengan sendirinya
namun sesuatu yang bersifat sangat dinamis dan harus dikelola (Dwiyanto, 2011:
440). Kepercayaan menghasilkan legitimasi publik yang dapat menciptakan
modal sosial bagi pemerintah yang dapat digunakan sebagai instrumen untuk
mendapatkan dukungan politik maupun sosial dalam aktivitas pemerintah.

Padahal, kebijakan ini diambil guna untuk menjaga, dan melindungi masyarakat
dari terpaparnya virus, seperti kasus masih maraknya nongkrong di cafe-cafe dan
tempat hiburan, bahkan pemerintah yang sudah meliburkan para siswa dan
mahasiswa untuk tidak bersekolah atau berkuliah, dimanfaatkan oleh banyak
orang untuk pergi berlibur (Malik, 2020). Selain itu, ada juga kalangan dari umat
beragama yang tetap melaksanakan aktivitas keagamaan dengan jumlah ribuan
orang berkumpul untuk melakukan doa bersama dan dengan keyakinan bahwa
doa dapat menyelamatkan mereka (Riksa Buana D, 2020). Padahal, pepatah
mengatakan “Lebih baik mencegah daripada mengobati” dan juga dalam kaidah
fiqih islam dijelaskan bahwa “Menghindari kemudharatan lebih utama daripada
mendatangkan maslahat”. Aktivitas yang mengumpulkan banyak massa dalam
satu waktu dan tempat akan menjadi mediator bagi penyebaran virus. Perilaku
ini sangat memprihatinkan karena menganggap remeh terjadinya infeksi virus.
Akibat dari perbuatan tersebut, Lonjakan virus yang terjadi di Indonesia terus-
menerus mengalami peningkatan. Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19, dr
Achmad Yurianto melaporkan per 10 Mei 2020 pukul 12.00 WIB, jumlah kasus
terkonfirmasi positif Covid-19 di Indonesia menjadi 14.032 orang kasus dengan
2.698 sembuh dan 973 meninggal dunia.

Berdasarkan pada perilaku masyarakat di atas, terlihat bahwa tingkat


kesadaran masyarakat masih rendah. Maka dari itu peneliti mengusulkan konsep
agar dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya solidaritas di
tengah pandemi Covid-19. Konsep tersebut adalah Kepastian Hukum, Aksi Peduli
Sosial, dan juga Keterbukaan Pemerintah.
Pemerintah telah berupaya menghentikan penyebaran virus tersebut,
namun sebagian masyarakat tetap enggan untuk ikut aturan yang diberlakukan
pemerintah dengan berbagai alasan. Kebijakan sebelumnya yang dimuat adalah
Social Distancing, anjuran mencuci tangan menggunakan sabun, dan memakai
masker ketika beraktivitas di luar rumah dan pembatasan aktivitas beribadah.
Namun itu semua hanyalah sebatas himbauan saja tanpa adanya tindakan lebih
lanjut bagi yang melanggar. Mungkin sebagian masyarakat menilai hal ini hanya
sebatas himbauan saja dan tidak ada ancaman hukum yang berlaku. Oleh karena
itu, masyarakat tetap tidak disiplin dan melanjutkan aktivitas di luar rumah,
bahkan pergi ke tempat khalayak ramai tanpa memperhatikan protocol
kesehatan yang dianjurkan. Sebagai imbas dari hal tersebut adalah merebaknya
pandemi Covid-19 di sejumlah wilayah di Indonesia. Disinilah peran penting
pemerintah dalam mengambil tindakan dan harus melakukan Kepastian Hukum.
Pemerintah sebagai tonggak harapan masyarakat sudah sepantasnya mengambil
kebijakan tersebut dan memuat dalam peraturan perundang-undangan agar
dapat menjadi dasar dalam perberlakuan ancaman hukuman bagi masyarakat
yang melanggar.

Kita sebagai warga negara seharusnya mendukung seluruh kebijakan yang


pemerintah lakukan yang berorientasi pada kemaslahatan. Hal ini merupakan
kewajiban sebagai warga negara yang termuat dalam pasal 27 ayat 1 UUD 1945
berbunyi: “Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak
ada kecualinya”. Dalam pandangan Islam juga sebagaimana Firman Allah
Subhanahu Wa Ta’ala yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman taatilah
Allah, dan taatilah Rasul-Nya, dan ulil Amri (Pemimpin) dintara kalian” (QS. An-
Nisaa: 59). Juga dalam sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang artinya
“Barangsiapa yang taat kepadaku berarti ia telah taat kepada Allah dan
barangsiapa yang durhaka kepadaku berarti ia telah durhaka kepada Allah, dan
barangsiapa yang taat kepada amirku (muslim) maka ia telah taat kepadaku dan
barangsiapa yang maksiat kepada amirku, makai a telah maksiat kepadaku” (HR.
Al-Bukhari no 7137). Selama kebijakan yang diambil pemerintah berorientasi
pada kemaslahatan, dan untuk keselamatan banyak nyawa orang maka kita
harus patuh terhadap aturan tersebut tanpa pengeculian.

Selanjutnya adalah Aksi Peduli Sosial. Seiring terjadinya peningkatan


kasus terdampak virus Covid-19 baik diberbagai negara terkhusus Indonesia,
bukan hanya mempengaruhi di sektor kesehatan tetapi juga merambah pada
perekonomian dunia semakin memburuk. International Monetary Fund (IMF)
memproyeksikan ekonomi global tumbuh minus di angka 3% (Dikutip dari
kemenkeu, 2020). Sebagai konsekuensi dari pembatasan aktivitas di luar rumah
oleh pemerintah, dan bekerja dari rumah (Work From Home) menyebabkan
banyaknya para pekerja buruh dan masyarakat kecil kehilangan pekerjaan
mereka. Langkah strategis pemerintah adalah menganggarkan sejumlah
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan melakukan “Open Donation”
untuk membantu masyarakat agar tetap berada di rumah selama pandemi. Hal
yang harus diperbaiki dari kebijakan ini adalah mekanisme penyaluran bantuan
yang tepat sasaran agar masyarakat merasa terbantu selama masa sulit ini.
Dengan demikian, akan terjalin ikatan emosional antara pemerintah dan
masyarakat. Ketika ikatan tersebut terjalin dengan baik, maka akan terbentuk
sinergisitas yang kuat antara pemerintah dan elemen-elemen masyarakat dan
tentu akan menimbulkan respon yang positif.

Terakhir adalah keterbukaan pemerintah dalam penyampaian informasi.


Keterbukaan dalam menyampaikan sebuah informasi menjadi awal yang sangat
penting. Keterbukaan akan melahirkan sebuah kepercayaan. Pemerintah
harusnya menyampaikan keterbukaan informasi mengenai sebaran virus dan
memetakan secara jelas dan terperinci daerah yang terdampak, maupun
informasi pribadi dari individu yang terdampak. Keterbukaan ini akan
memberikan edukasi kepada masyarakat lain agar tetap mengontrol diri untuk
tetap waspada dan selalu mentaati kebijakan-kebijakan yang diberlakukan
pemerintah.

Ketiga konsep ini sangat erat kaitannya. Ketika kebutuhan masyarakat


terpenuhi khususnya masyarakat kecil dan merasa terbantu di kala sulit, juga
dengan adanya keterbukaan informasi yang disampaikan pemerintah yang
secara detail dan valid, juga menetapkan sebuah kebijakan dalam perundang-
undangan sehingga dapat dijadikan dasar pemberlakuan hukuman. Maka,
diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk tetap mengikuti
aturan guna mempercepat pemutusan penyebaran virus Covid-19.
DAFTAR PUSTAKA

Dwiyanto, A. 2011. Mengembalikan Kepercayaan Publik Melalui Reformasi


Birokrasi. Gramedia: Jakarta.

Koesmawardhani, N. W. (2020, Maret 17). Pemerintah Tetapkan Massa Darurat


Bencana Corona hingga 29 Mei 2020. Detiknews. Diunduh dari
https://news.detik.com/berita/d-4942327/pemerintah-tetapkan-masa-
darurat-bencana-corona-hingga-29-mei-2020

Malik, D. (2020, Maret 14). Anies Tutup Lokasi Wisata di Jakarta, Wisatawan
Pindah ke Puncak Bogor. Vivanews. Diunduh dari
https://www.vivanews.com/berita/nasional/40497-anies-tutup-lokasi-
wisata-di-jakarta-wisatawan-pindah-ke-puncak-bogor?medium=autonext

Riksa Buana, D. 2020. Analisis Perilaku Masyarakat Indonesia dalam Menghadapi


Pandemi Virus Corona (Covid-19) dan Kiat Menjaga Kesejahteraan Jiwa.
Jurnal Sosial & Budaya Syar-i. Vol 7. No. 3.

Susilo A., Martin R, Ceva W Pitoyo, Widayat D Santosa, Mira Y, Herikurniawan,


Robert S, Gurmeet S, Leonard N, Erni J Nelwan, Lie K Chen, Alvina W, Edwin
W, Bramantya W, Maradewi M, Firda A, Chyntia O Jasirwan, dan Evy Y.
2020. Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini. Jurnal Penyakit
Dalam Indonesia. Vol 7. No 1.

Tim Kerja Kementerian Dalam Negeri. 2020. Pedoman Umum Menghadapi


Pandemi Covid-19 Bagi Pemerintah Daerah.

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 1.

Anda mungkin juga menyukai