Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

REAKSI REAKSI DASAR ANORGANIK

Dosen Pengampu : Asiyah Nurrahmajanti, M.Si

Tanggal Praktikum : 17 September 2018


Tanggal Pengumpulan : 24 September 2018

Disusun Oleh :
Regina Sofianthy Sofyan (1177040062)

Kelompok 1 :
Nur Haintan (1177040054)
Riesta Ramadhani Hariyono (1177040064)
Rizky Wahyu Kurnianto (1177040068)
Suci Fauziah Nazar (1177040076)

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2018
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Tujuan
 Mengetahui jenis jenis reaksi dasar anorganik dan mampu membedakan
karakteristik masing – masing reaksi.
 Mengetahui faktor – faktor apa yang memungkinkan terjadinya reaksi.
 Memahami jenis kendali termokimia dan kendali kinetika.
 Mengidentifikasi jenis reaksi berdasarkan jenis kendalinya.

1.2 Teori Dasar


Dalam pengenalan reaksi dasar anorganik, terdapat beberapa reaksi dasar seperti
: (1) reaksi asam basa dan metatesis, (2) reaksi redoks, (3) reaksi pembentukan
kompleks dan (4) reaksi katalisis. Dalam jenis jenis reaksi tersebut, terdapat dua pokok
bahasan yaitu kendali termokimia dan kendali kinetika.
Zat zat anorganik dapat diklasifikasikan ke dalam tiga golongan penting : asam,
basa, dan garam. Asam secara sederhana didefinisikan sebagai zat, yang bila dilarutkan
dalam air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hidrogen sebagai satu satunya
ion positif. Sedangkan, basa secara paling sederhana dapat didefinisikan sebagai zat,
yang bila dilarutkan dalam air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion ion
hidroksil sebagai satu satunya ion negatif (G.Svehla,1990).
Sebagian besar reaksi kimia dan banyak pengukuran sifat zat dikerjakan dalam
suatu pelarut. Bagi ahli kimia anorganik, air merupakan pelarut yang paling penting.
Sebagian pelarut tersebut dan konsep yang mempengaruhi dipilihnya suatu pelarut akan
dibahs. Sangat erat hubungannya dengan sifat sifat pelarut adalah perilaku asam dan
basa.(Albert Cotton, 1976)
Terdapat sejumlah reaksi dalam mana keadaan oksidasi berubah, yang disertai
dengan pertukaran elektron antara pereaksi. Ini disebut reaksi oksidasi –reduksi, atau
dengan pendek reaksi redoks. (G.Svehla,1990).
Awalnya, oksidasi berarti pembentukan oksida dari unsurnya atau pembentukan
senyawa dengan mereaksikannya dengan oksigen, dan reduksi adalah kebalikan oksida.
Definisi reduksi saat ini adalah reaksi yang menangkap elektron, dan oksidasi adalah
reaksi yang membebaskan elektron. (Taro Saito, 1996)
Dalam pelaksanaan analisis anorganik kualitif banyak digunakan reaksi reaksi
yang menghasilkan pembentukan kompleks.Suatu in on (atau molekul) kompleks terdiri
dari satu atom (ion) pusat dan sejumlah ligan yang trikat erat oleh atom pusat. Jumlah
relatif komponen-komponen ini dalam kompleks yang stabil nampak mengikuti
stokiometri yang sangat tertentu, meskipun ini tak dapat ditafsirkan dalam lingkup
konsep valensi yang klasik. Atom pusat ini yang ditandai oleh bilangan koordinasi,
suatu angka bulat, yang menujukan jumlah ligan (monodentat) yang dapat membentuk
kompleks yang stabil dengan satu atom pusat. (G.Svehla,1990).
Jadi, kita dapat mendefinisikan ion kompleks sebagai suatu ion yang
mengandung kation logam pusat yang berikatan dengan satu atau lebih molekul atau
ion. Ion kompleks penting dalam banyak proses kimia dan biologi (Raymond Chang,
2005).
Efek kompleks yaitu bertambahnya kelarutan suatu senyawa akibat hadirnya
suatu zat yang membentuk kompleks – kompleks yang stabil dengan kation garam itu.
(Day,Underwood,1986).
Katalis meningkatkan laju terjadinya reaksi. Untuk reaksi reversibel, katalis
mempengaruhi laju reaksi maju sama besar dengan reaksi balik. Jadi, keberadaan katalis
tidak mengubah konstanta keseimbangan, dan tidak menggeser posisi sistem
kesetimbangan. Penambahan katalis pada campuran reaksi yang tidak berada pada
kesetimbangan akan mempercepat laju reaksi maju dan reaksi balik sehingga campuran
kesetimbangan tercapai lebih cepat. (Raymond Chang, 2005).
Dalam reaksi kimia kedua jenis kendali ini dapat dikenali dengan cara
memeriksa selisih energi bebasnya antara produk dengan reaktan, jika cukup negatif
dan reaksi mudah berlangsung maka reaksi tersebut dikatakan di bawah kendali
termokimia namun bila sulit terjadi namun tetap dapat diusahakan hanya bila dibantu
dengan katalis. Maka reaksi yang terjadi itu di bawah kendali kinetika.
BAB II
METODE PERCOBAAN

2.1 Alat dan Bahan


a) Alat
No Alat Ukuran Jumlah
1. Labu ukur 100 mL 2
50 mL, 100
2. Gelas kimia 2
mL
3. Pipet tetes - 4
4. Hott plate - 1
5. Termometer - 1
6. Erlenmeyer 100 mL 2
7. Kertas putih - Secukupnya
10 mL, 50
8. Gelas ukur 2
mL
9. Spidol - 1
10. Kertas saring - 1
11. Corong - 1
Batang
12. - 1
Pengaduk
13. Tabung Reaksi - 4
14. Plastik Mika - Secukupnya
15. Paku Besi - 1
16. Penjepit Cawan - 4

b) Bahan
No Bahan Konsentrasi Jumlah
1. HCl 6 N, 0.01 M 1 mL
2. NaOH 6N 1 mL
3. Na2CO3 0.01 mol 1 mL
4. NH3 0.1 mol 1 mL
5. CH3COOH 0.1 mol 1 mL
6. CaCl2 0.01 mol 1 mL
7. H2SO4 1M 2 mL
8. AgNO3 0.001 mol 50 mL
9. NaCl 0.01 mol 50 mL
10. FeCl3 0.01 mol 2 mL
11. Akuades - secukupnya
12. EDTA - 2 mL
13. Garam kalsium 1M 1 mL
14. Besi(III)Nitrat 1M 50 mL
15. Natrium Tiosulfat 1M 50 mL
16. Nikel(II)Sulfat 1M 50 mL
17. Tembaga(II)Sulfat 1M 50 mL
18. Besi(II)Sulfat 1M 50 mL

c) Diagram Alir / Skema


Reaksi asam basa – metatesis

1 mL larutan HCl 6 N

Ditambah 1 mL larutan NaOH 6N


Uapkan sampai kering
Ukur suhu awal, suhu saat reaksi, dan suhu tertinggi saat dipanaskan.

Hasil

0.01 mol larutan Na2CO3

Ditambah 0.05 mol larutan HCl


Uapkan sampai kering
Ukur suhu awal, suhu saat reaksi, dan suhu tertinggi saat dipanaskan.

Hasil
0.01 mol amoniak

Ditambah 0.01 mol CaCl2. Aduk.


Uapkan sampai kering.
Ukur suhu awal, suhu saat reaksi, dan suhu tertinggi saat dipanaskan.

Hasil

0.01 mol Na2CO3

Ditambah 0.01 mol CaCl2. Aduk.


Uapkan sampai kering.
Ukur suhu awal, suhu saat reaksi, dan suhu tertinggi saat dipanaskan.

Hasil

Reaksi Redoks

Paku besi.

Masukkan paku besi ke 2 mL H2SO4.


Siapkan 0.001 mol AgNO3.
Tambahkan 0.01 mol NaCl
Saring filtratnya.
Ambil padatannya simpan di tempat gelap.
Padatan satunya disimpan dijemur selama 5 menit.
Tutupi dengan plastik mika sebagiannya.

Hasil
Reaksi pembentukan kompleks dan substitusi ligan

0.01 mol FeCl3

Dilarutkan dengan aquades. Amati.


Tambahkan larutan amoniak secara bertahap.
Amati setiap perubahan warna.
Tambahkan dengan EDTA secara bertahap, dan amati lagi perubahan warna.
Ulangi percobaan namun EDTA yang terlebih dahulu ditambahkan.
Disusul larutan amoniak.
Lakukan hal yang sama pada garam kalsium

Hasil

Reaksi Katalisis

Siapkan gelas ukur.

Siapkan kertas putih yang sudah diberi tanda silang menggunakan spidol.
Tempatkan gelas ukur tepat di atas gambar.
Siapkan gelas ukur 50 mL, ukurlah 50 mL larutan besi(III)nitrat 1 M.
Siapkan gelas ukur 50 mL, ukurlah 50 mL larutan natrium tiosulfat 1 M.
Siapkan stopwatch.
Tuangkan larutan besi(III)nitrat ke larutan natrium tiosulfat.
Lihat perubahan dari atas gelas ukur sampai tanda silang terlihat pertama kali.
Hentikan stopwatch dan catat waktunya.
Setelah stopwatch dihentikan tambahkan 1 tetes besi (III) nitrat.
Lakukan hal ini dengan mengganti besi(III)nitrat dengan nikel(II)sulfat,
tembaga(II)sulfat, dan besi(II)sulfat.

Hasil

2.2 Prosedur Kerja


a. Reaksi asam basa dan metatesis
Percobaan dilakukan di dalam tabung reaksi. 1 mL larutan HCl 6 N ditambah 1 mL
larutan NaOH 6 N ( ditambahnya sedikit demi sedikit). Lalu diuapkan sampai kering.
Lalu 0.01 mol larutan Na2CO3 ditambah 0.005 mol HCl, aduk. Lalu, diuapkan airnya
sampai kering. 0.1 mol amoniak (dalam bentuk larutan) dengan 0.1 mol asam asetat.
0.01 mol Na2CO3 dengan 0.01 mol CaCl2, aduk. Lalu, diuapkan airnya sampai kering.
Suhu diukur dari mulai suhu awal, suhu saat reaksi dan suhu setelah melakukan
pemanasan. Perubahan yang terjadi dicatat.
b. Reaksi Redoks
Percobaan dilakukan di dalam tabung reaksi. Paku besi dimasukkan ke larutan 2 mL
H2SO4. Lalu diamati perubahan reaksi yang terjadi. Kemudian 0.001 mol AgNO3 dan
0.001 NaCl. Setelah itu, disaring dan ambil padatannya dan bagi dua. Bagian satu,
padatannya simpan di gelas ukur yang disimpan di tempat gelap. Sedangkan, bagian
duanya simpan di tempat terang yang terkena sinar matahati. Kemudian , dicatat apa
perubahannya.
c. Reaksi pembentukan kompleks dan substitusi ligan
Sekitar 0.01 mol FeCl3 dilarutkan pada akuades. Kemudian diamati. Larutan amoniak
ditambah secara bertahap sampai tidak ditemukan lagi perubahan warna. Kemudian
ditambah dengan EDTA secara bertahap sampai tidak terjadi perubahan warna. Lalu
diamati perubahn warnanya. Percobaan diulangi namun EDTA yang terlebih dahulu
ditambahkan, disusul larutan amoniak. Selanjutnya, percobaan dilkukan dari langkah
awal dengan mengganti larutan FeCl3 dengan larutan garam kalsium.
d. Reaksi Katalisis
Kertas putih dan gelas ukur disiapkan. Menggunakan spidol dibuatlah gambar
lingkaran bertanda silang sebesar alas gelas ukur. Lalu, gelas ukur disimpan di atas
kertas yang ada tanda silang nya. Dengan menggunakan gelas ukur 100 mL, diukur
50 mL larutan besi (III)nitrat 1 M. Kemudian, dilanjutkan larutan natrium tiosulfat.
Setelah itu, siapkan stopwatch. Kemudian dituangkan larutan besi (III) nitrat ke dalam
larutan natrium tiosulfat, bersamaan dengan penuangan stopwatch diaktifkan.
Perubahan dilihat dari atas gelas ukur sampai tanda silang tersebut dapat terlihat. Baru
kemudian stopwatch dimatikan. Setelah itu satu tetes besi(III)nitrat ditambahkan lagi
satu tetes. Kemudian lihat kembali perubahannya. Percobaan ini diulangi dengan
mengganti larutan besi(III)nitrat menjadi nikel(II)sulfat, tembaga(II)sulfat, dan
besi(II)sulfat.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan

Pada percobaan mengenai reaksi asam basa dan metatesis.


Pertama, praktikan mereaksikan HCl dan NaOH. Ketika dicampurkan warnanya
berwarna bening. Suhu awalnya 25°C. Kemudian, pada saat reaksi suhunya mencapai 45°C.
Kenaikan suhu yang terjadi dikarenakan reaksi dipanaskan sehingga terjadi reaksi
eksoterm(pembebasan energy/kalor), sehingga entalpi sistem akan berkurang, yang artinya
entalpi produk lebih kecil dibandingkan entalpi pereaksi. Setelah itu, larutan dipanaskan di
hott plate. Suhu tertinggi nya mencapai 88°C. Larutan tersebut menghasilkan endapan yang
menempel berwarna putih dan larutan bening. . Air yang dihasilkan pada percobaan ini
merupakan elektrolit yang sangat lemah sehingga sangat kecil untuk terionisasi, sedangkan
NaCl merupakan larutan yang mudah sekali terionisasi dalam air menjadi Na+ + Cl-. Hal ini
membuktikan bahwa adanya garam dan air pada reaksi tersebut, endapan terjadi karena
adanya zat yang memisahkan diri sebagai suatu padat yang keluar dari larutan. Reaksi yang
terjadi yaitu :
NaOH(aq) + HCl(aq) → NaCl(s) + H2O(l)
Pada reaksi ini diperoleh ∆H = (-411 + (-24.8)) – (-425.61) + (92.3) = 82.81kj/mol.
Sedangkan nilai entropinya (∆S) yaitu ∆S = (72,38 + 187,7) – (64,46 + 187) yaitu 8.62
j/mol. Nilai ∆G = ∆H - T∆S yaitu (82.81 kj/mol) – (361 K(8.62 x 10-3 kj/mol)) = 85.92182
kj/mol.
Kedua, praktikan mereaksikan Na2CO3 dan HCl ketika direaksikan berwarna bening.
Suhu ruangnya yaitu 25°C. Sedangkan, suhu ketika reaksi suhunya tidak berubah. Setelah
itu larutan dipanaskan, larutannya menjadi keruh. Pada titik tertinggi suhunya mencapai
83°C dan menghasilkan endapan putih yang menempel. Endapan ini dihasilkan karena zat
yang volatil menguap dan zat yang non volatil tetap berada pada tabung reaksi. Reaksi yang
terjadi yaitu :
Na2CO3(aq) + HCl(aq) → 2NaCl(s) + H2O(aq) + CO2(g)
Jika dilihat dari buku maka nilai entalpi (∆H) yaitu ∆H = (2(-411,15) + (-241.8) + (-395.5)
– ((-1130.9) + (-92.3)) dan jika dikalkulasikan maka hasilnya adalah -421 kj/mol sedangkan
nilai entropinya (∆S) = (72,38 + 187,7 + 213.6 ) – (135.98 + 187.0 ) = 150.7 j/mol. Maka
nilai ∆G = ∆H - T∆S yaitu ∆G = (--421kj/mol – (356 K (150 x 10-3 kj/mol ) = 474.4 kj/mol.
Ketiga, praktikan mereaksikan NH3 dan CH3COOH ketika direaksikan menghasilkan
warna bening. Suhu ruangnya yaitu 25°C. Sedangkan, suhu ketika reaksi suhunya mencapai
28°C . Kenaikan suhu ini menandakan bahwa reaksi ini terjadi pelepasan kalor atau
eksoterm. Setelah itu larutan dipanaskan, larutannya menjadi keruh. Pada titik tertinggi
suhunya mencapai 72°C dan menghasilkan endapan putih yang menempel. Reaksi yang
terjadi :

NH3 (aq) + CH3COOH(aq) → CH3COO -(aq) + NH4+ (aq)


Pada reaksi ini diperoleh ∆H tersebut yaitu -52,47 kj/mol dan nilai entropinya (∆S) = (86,6
+ 113,4) – (178,7 + 111,3) = -90 j/mol. ∆G = ∆H - T∆S yaitu -52,47 kj/mol – (345 K(-90 x 10-3 kj/mol) = -
21.42 kj/mol.
Keempat, praktikan mereaksikan Na2CO3 dan CaCl2 ketika dicampurkan berwarna
putih keruh. Suhu ruangnya yaitu 25°C. Sedangkan, suhu ketika reaski tidak berubah.
Setelah itu, larutan dipanaskan di hott plate warnanya pun semakin keruh keputihan. Suhu
tertingginya yaitu 91°C. Menghasilkan warna putih dan terdapat endapan. Pada saat ini juga
terbentuk gas. Reaksi yang terjadi yaitu :
Na2CO3(aq) + CaCl2(aq) → 2NaCl(s) +CaCO3(aq)

Pada reaksi ini diperoleh ∆H tersebut yaitu -162,03 kj/mol sedangkan nilai entropinya (∆S)
= (72,13 + 88,7 ) – (61,1 + 3,4 ) = 96,33 kj/mol. Maka nilai ∆G = ∆H - T∆S yaitu ∆G = (-
162,03 kj/mol – (364 K (96,33 x 10-3 kj/mol ) = -197,09412 kj/mol.

Pada percobaan ini, pengaruh suhu sangat berperan. Dimana ada beberapa reaksi yang
ketika dicampurkan tidak mengalami perubahan warna, adanya gas, atau adanya endapan.
Namun, ketika suhu dipanaskan. Beberapa reaksi diatas pun terjadi perubahan dengan
ditandai adanya endapan dan gas. Reaksi asam basa yang dilakukan ini termasuk reaksi
metatesis. Karena, reaksi reaksi tersebut menghasilkan endapan, menghasilkan perubahan
warna, menghasilkan gas, perubahan suhu serta baunya.
Pada percobaan kedua ini adalah percobaan mengenai reaksi redoks. H2SO4 tidak
berwarna ditambahkan ke paku besi. Menghasilkan gelembung di sekitar permukaan besi
dan terdapat butiran abu di larutan setelah beberapa lama. Ini menunjukan bahwa pada
larutan terjadi reaksi elektrolisis dimana larutan H2SO4mengandung air, dan oksigen di udara
masuk pada tabung yang menyebabkan adanya oksigen terlarut pada larutan H2SO4. Adanya
oksigen dan air ini juga dapat menyebabkan terjadinya korosi pada paku. Reaksi elektrolisis
pada H2SO4 yaitu:
Katoda : 2H+ (aq) + 2e → H2 (g)
Anoda : 2H2O (l) → 4 H+ (aq) + O2 +4e
Reaksi sel : 2H2O (l) → 2H2 (g) + O2
Reaksi yang terjadi pada paku dan larutan H2SO4 yaitu :
Fe(s) + H2SO4→FeSO4(aq) + CO2(g) + H2O

Larutan AgNO3 tidak berwarna ditambah NaCl menghasilkan larutan putih dengan
endapan putih. Kemudian, diambil filtrat padatannya yang berwarna putih. Padatan yang
pertama disimpan di gelas kimia. kemudian disimpan di tempat yang terkena cahaya
matahari. Sedangkan, pada padatan kedua disimpan di tempat yang gelap setelah
dimasukkan ke gelas kimia. Hasilnya setelah 5 menit, padatan yang terkena sinar matahari
mengalami perubahan warna menjadi abu abu. Sedangkan, yang di tempat gelap tidak
menunjukkan perubahan. Padatan yang disimpan di tempat gelap warna nya tidak berubah
karena ini menunjukkan bahwa padatan tersebut tidak mengalami reaksi redoks. Sedangkan,
pada padatan yang di tempat terang, ia terjadi reaksi redoks oleh sinar matahari (UV)
sehingga terjadi perubahan warna. Reaksi yang terjadi yaitu:
AgNO3 + NaCl → AgCl + NaNO3
Pada percobaan reaksi pembentukan komplek dan substitusi ligan, digunakan FeCl 3
berwarna kuning ditambahkan aquades yang menghasilkan warna kekuningan. Lalu
ditambah amoniak menjadi berwarna coklat dengan endapan coklat berbentuk butiran. Lalu
ditambah EDTA menghasilkan warna lebih pudar dan endapannya masih ada. Ketika
penambahan FeCl3 ditambah EDTA terlebih dahulu, ternyata hasilnya tidak terjadi
perubahan warna. Lalu ditambah amoniak menghasilkan warna orange, dan tidak terdapat
endapan. Pergantian ligan ini dilakukan untuk mengetahui senyawa kuprisulfat lebih
membentuk kompleks dengan ligan yang mana, dimana pada larutan terjadi perubahan
warna dan itu membuktikan bahwa terjadi reaksi pembentukan kompleks pada larutan. Pada
percobaan ini berarti bahwa FeCl3 dapat membentuk kompleks dengan ligan NH3. Persamaan
reaksi nya yaitu :
FeCl3(aq) + Mg-EDTA(aq) → Fe-EDTA(aq) + MgCl2(aq)
FeCl3(aq) + NH4OH(aq) → [Fe(NH3)6]Cl(aq)
Untuk percobaan larutan CaSO4 berwarna putih ditambah aquades tetap berwarna sama.
Kemudian ditambah NH3 menghasilkan larutan bening dan terdapat endapan putih. Setelah
itu, ditambah EDTA menghasilkan endapan putih dengan larutannya putih. Pada
penambahan EDTA terlebih dahulu, menghasilkan endapan putih dan larutan putih. Lalu
setelah ditambah NH3 menghasilkan warna keruh dan terdapat endapan.
CaSO4(aq) + Mg-EDTA(aq) → Ca-EDTA(aq) + MgSO4(aq)
CaSO4(aq) + NH4OH(aq) → Ca(NH3)4Cl(aq)
Selanjutnya melakukan percobaan reaksi katalisis. Pada percobaan pertama Natrium
Tiosulfat sebanyak 5 mL berwarna bening agak keruh ditambahkan dengan besi(III)nitrat
berwarna coklat sebanyak 5 mL. Waktu reaksi 30,16 detik. Warna ketika ditambahkan yaitu
hitam kemudian memudar menjadi coklat muda. Ketika ditambahkan 1 tetes lagi
besi(III)nitrat, terdapat bercak hitam pada larutan.
NiSO4 berwarna hijau ditambah dengan Na2S2O3 yang berwarna keruh. Namun pada
saat dicampurkan , sejak awal penambahan sudah terlihat tanda silang.
CuSO4 berwarna biru kemudian ditambah dengan Na2S2O3 yang berwarna keruh.
Namun, pada saat pencampuran dari mulai penambahan tanda silang sudah terlihat. Pada
saat dicampurkan menghasilkan warna hijau.
Pada percobaan ini FeSO4 berwarna kuning ditambahkan dengan Na2S2O3 yang
berwarna keruh. Pada saat ditambahkan sudah terlihat sejak awal tanda silang. Sedangkan
warnanya berubah menjadi kekuning-kuningan.
Na2S2O3 (aq) + CuSO4 (aq) → CuS2O3 (aq) + Na2SO4
Na2S2O3 (aq) + FeSO4(aq) → FeS2O3 (aq) + Na2SO4
Na2S2O3 (aq) + NiSO4 (aq) → NiS2O3 (aq) + Na2SO4
6Na2S2O3 (aq) + 2Fe(NO3)3 (aq) → 2Fe(S2O3)3 (aq) + 6Na2(NO3)
Pada reaksi katalisis ini hanya reaksi besi(III)nitrat dengan natrium tiosulfat saja
yang berhasil dilakukan. Karena pada percobaan katalisis ini, praktikan salah mengartikan
prosedur kerja. Dimana praktikan seharusnya setelah besi(III)nitrat dengan natrium tiosulfat
ditambahkan ditambahkan satu tetes besi(III)nitrat. Selanjutnya penambahan satu tetes itu
diganti dengan satu tetes nikel(II)sulfat, tembaga(II)sulfat dan besi(II)sulfat.
BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
 Dapat mengetahui jenis jenis reaksinya yaitu, reaksi asam basa dan metatesis, reaksi
redoks, reaksi pembentukan senyawa kompleks, dan reaksi katalisis
 Reaksi dapat terjadi ditandai dengan adanya perubahan warna, adanya bau, endapan
dan gas. Reaksi reaksi tersebut dapat dipengaruhi oleh suhu dan katalis.
 Reaksi yang mudah berlangsung biasanya dikatakan reaksi dengan kendali termokimia.
Sedangkan reaksi yang sulit bereaksi dan dapat dibantu dengan katalis disebut reaksi
dengan kendali kinetika.
 Pada reaksi asam basa terjadi reaksi dengan kendali termokimia. Karena dipengaruhi
oleh suhu.
Pada reaksi redoks terjadi peningkatan bilangan oksidasi sehingga jenis kendalinya
yaitu kendali termokimia
Pada pembentukan kompleks dan substitusi ligan terjadi pergantian ligan dan jenis
kendalinya kinetika.
Pada reaksi katalisis, reaksi yang terjadi sangat cepat karena bantuan katalis sehingga
jenis kendalinya adalah kinetika.
DAFTAR PUSTAKA

Cotton, F. Albert. 1976. Basic Inorganic Chemistry. Jakarta : UI PRESS


Chang, Raymond. 2005. Kimdas dasar jilid II. Jakarta : Erlangga
Saito, Taro.(1996).Kimia Anorganik. Tokyo : Iwanami Shoten
Suhendar, Dede. 2018. Buku Panduan Praktikum Kimia Anorganik. FSAINTEK, UINSGD
Bandung
Underwood, A.L (1998).Quantitative Analysis Sixth Edition. Prentice Hall
Vogel . 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro. Jakarta: PT .
Kalman Pustaka
Lampiran Gambar
LAMPIRAN

PERHITUNGAN

PEMBUATAN LARUTAN

1. Larutan Na2CO3 0.01 mol sebanyak 50 mL dari Na2CO3 2M


𝑛
𝑀= 𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
𝑉
0.1 𝑚𝑜𝑙 𝑀2 ×𝑉2
𝑀= 𝑉1 =
0.05 𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑀1
0.2 𝑀 ×50 𝑚𝐿
M2 = 0.2 M 𝑉1 =
2𝑀

V1 = 5 mL

2. Larutan HCl 0.005 mol sebanyak 50 mL dari HCl 6M


𝑛
𝑀= 𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
𝑉
0.05 𝑚𝑜𝑙 𝑀2 ×𝑉2
𝑀= 𝑉1 =
0.05 𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑀1

0.1 𝑀 ×50 𝑚𝐿
M2 = 0.1 M 𝑉1 =
6𝑀

V1 = 0.83 mL → 16 𝑡𝑒𝑡𝑒𝑠

3. Larutan CaCl2 0.01 mol sebanyak 250 mL

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
𝑛=
𝑀𝑟

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 = 𝑛 × 𝑀𝑟
𝑔
Massa = 0.01 mol × 111 ⁄𝑚𝑜𝑙
Massa = 1.11 gram
4. Larutan AgNO3 0.1 M sebanyak 50 mL
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
𝑀= ×
𝑀𝑟 𝑉 (𝑚𝐿)

𝑀 ×𝑀𝑟 × 𝑉(𝑚𝐿)
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 =
1000
𝑔
0.1𝑀 ×169.83 ⁄𝑚𝑜𝑙 ×50𝑚𝐿
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 =
1000

Massa = 0.84915 gram


5. Larutan NaCl 0.01 M sebanyak 50 mL
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
𝑀= ×
𝑀𝑟 𝑉 (𝑚𝐿)

𝑀 ×𝑀𝑟 ×𝑉(𝑚𝐿)
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 =
1000
𝑔
0.1𝑀 ×58.5 ⁄𝑚𝑜𝑙 ×50𝑚𝐿
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 =
1000

Massa = 0.2925 gram

6. Larutan FeCl3 0.02 mol sebanyak 250 mL


𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
𝑛=
𝑀𝑟

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 = 𝑛 × 𝑀𝑟
𝑔
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 = 0.02 𝑚𝑜𝑙 × 162.5 ⁄𝑚𝑜𝑙

Massa = 3.25 gram

7. Larutan FeCl3 0.01 mol sebanyak 50 mL


𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
𝑛=
𝑀𝑟

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 = 𝑛 × 𝑀𝑟
𝑔
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 = 0.01 𝑚𝑜𝑙 × 162.5 ⁄𝑚𝑜𝑙

Massa = 1.625 gram


8. Larutan CuSO4 1M sebanyak 50 mL

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
𝑀= ×
𝑀𝑟 𝑉 (𝑚𝐿)

𝑀 ×𝑀𝑟 ×𝑉(𝑚𝐿)
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 =
1000
𝑔
1𝑀 × 159.5 ⁄𝑚𝑜𝑙 × 50𝑚𝐿
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 =
1000

Massa = 7.975 gram

9. Larutan EDTA 1M sebanyak 100 mL


𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
𝑀= ×
𝑀𝑟 𝑉 (𝑚𝐿)

𝑀 ×𝑀𝑟 ×𝑉(𝑚𝐿)
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 =
1000
𝑔
1𝑀 × 372.24 ⁄𝑚𝑜𝑙 × 100𝑚𝐿
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 =
1000

Massa = 3.7224 gram

10. Larutan Na2S2O4.5H2O 1M sebanyak 500 mL


𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
𝑀= ×
𝑀𝑟 𝑉 (𝑚𝐿)

𝑀 ×𝑀𝑟 ×𝑉(𝑚𝐿)
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 =
1000
𝑔
1𝑀 × 274.9 ⁄𝑚𝑜𝑙 × 500𝑚𝐿
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 =
1000

Massa = 137.45 gram

11. Larutan Fe(NO3)3 1M sebanyak 50 mL


𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
𝑀= ×
𝑀𝑟 𝑉 (𝑚𝐿)

𝑀 ×𝑀𝑟 ×𝑉(𝑚𝐿)
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 =
1000
𝑔
1𝑀 × 222 ⁄𝑚𝑜𝑙 × 50𝑚𝐿
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 =
1000

Massa = 11.1658 gram


12. Larutan H2SO4 1M sebanyak 50 mL

% ×10 × 𝜌 𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
𝑀=
𝑀𝑟
𝑀2 ×𝑉2
𝑔
95 ×10 × 1.84 ⁄ 3 𝑉1 =
𝑐𝑚 𝑀1
𝑀= 𝑔
98 ⁄𝑚𝑜𝑙
1𝑀×50𝑚𝐿
𝑉1 =
17.8 𝑀
M1 = 17.8 M
V1 = 2.8 mL

13. Larutan NiSO4 1M sebanyak 50mL

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
𝑀= ×
𝑀𝑟 𝑉 (𝑚𝐿)

𝑀 ×𝑀𝑟 ×𝑉(𝑚𝐿)
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 =
1000
𝑔
1𝑀 × 155 ⁄𝑚𝑜𝑙 × 50𝑚𝐿
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 =
1000

Massa = 7.75 gram

Anda mungkin juga menyukai