Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

KENAIKAN TEMPERATUR SEBAGAI UKURAN PERCEPATAN


REAKSI

Diajukan untuk memenuhi Tugas Laporan Praktikum Kimia Fisika

Disusun Oleh:
Kelompok II (A3)
Tougu Sahat Martua Kultom NIM. 190140066
Dea Riski Anggraini NIM. 190140074
Vina Dwi Ranika NIM. 190140084
Ajeng Syahfitri NIM. 190140093
Ayu Lidya Panjaitan NIM. 190140102
Ari Irawan NIM. 190140111
Roja Andesta NIM. 190140115

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2021
ABSTRAK

Laju reaksi dinyatakan sebagai laju berkurangnya pereaksi atau laju terbentuknya
produk. Laju reaksi didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi reaktan atau produk
tiap satuan waktu. Laju dengan molaritas tertentu dapat dibuat dari padatan murni
atau larutan pekatnya membuat larutan dari padatan murni dilakukan dengan
mencampurkan zat tertentu. Sementara itu, untuk membuat larutan dengan
konsentrasi tertentu dari larutan pekatnya dapat dilakukan dengan cara pengenceran.
Percobaan ini dilakukan dengan mengamati waktu yang dibutuhkan untuk menaikkan
suhu sebesar 2C pada larutan HCl yang memiliki konsentrasi berbeda-beda dengan
serbuk Mg yang kemudian diaduk hingga homogen. Waktu rata-rata yang didapat
untuk HCl dengan konsentrasi 0,5 N ,0,7 N, 0,8 N, 0,9N,dan 1 N secara berturut-turut
yaitu 16,4 s, 14,13 s, 12,35 s, 9,88 s, dan 7,63 s. Terlihat dari hasil yang didapatkan
bahwa semakin besar konsentrasi HCl, maka semakin singkat waktu yang dibutuhkan
menaikkan suhu sebesar 2C. Hal ini dipengaruhi oleh kecepatan reaksi yang
mengakibatkan semakin banyaknya tumbukan yang terjadi pada larutan HCl.

Kata Kunci: Kecepatan Reaksi, Laju Reaksi, Reaksi Kimia


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum : Kenaikan Temperature Sebagai Ukuran


Kecepatan Reaksi
1.2 Tanggal Praktikum : 21 Januari 2021
1.3 Pelaksana Praktikum : 1. Tougu Sahat Martua Gultom NIM. 190140066
2. Dea Riski Anggraini NIM. 190140074
3. Vina Dwi Ranika NIM. 190140084
4. Ajeng Syahfitri NIM. 190140093
5. Ayu Lidya Panjaitan NIM. 190140102
6. Ari Irawan NIM. 190140111
7. Roja Andesta NIM. 190140115
1.4 Tujuan Praktikum : Untuk menentukan tingkat reaksi dan tetapan
kecepatan reaksi dengan menggantikan dan
mengamati perubahan temperatur sistem reaksi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Teori kinetik gas digunakan untuk memperkirakan benturan gas antara satu
dengan molekul lainnya. Jika setiap benturan menghasilkan reaksi, maka secara
praktis reaksi akan selesai dalam waktu 10-9 s. Beberapa reaksi memang berlangsung
dengan laju reaksi secepat itu. Contohnya yaitu reaksi bimolekuler antara dua radiasi
CH2 menghasilkan C2H6.
2CH2 C2H6……........……………………………. (2.1)
Dengan tetapan laju yang diamati sebesar 1 x 1010 L.mol-1s-1. Jika tekanan
awal CH2 sekitar 1 atm maka pada suhu 25C konsentrasi awal sekitar 0,4 M.
Menurut hukum laju reaksi orde kedua sesudah 10-9 konsentrasi akan turun menjadi
0,02 M. Akan tetapi, yang lebih umum reaksi berlangsung dengan laju yang 10 12 kali
(atau lebih) jauh lebih rendah. Gagasan bahwa setiap benturan menghasilkan reaksi
harus dimodifikasi jika harus laju rekasi seperti ini diterima.
Suatu petunjuk dapat ditentukan dan pengamatan ketergantungan tetapan laju
reaksi pada suhu. Kebanyakan laju reaksi sumber meningkat tajam sejalan dengan
naiknya suhu secara khusus, khas, peningkatan suhu 10C dapat meliputi dua kali
lajunya. Pada tahun 1889 Stanve Arrhenius menyarankan bahwa tetapan laju
bervariasi secara eksponensial dengan kebalikan, dengan persamaan sebagai berikut:
-Ea

k=A e RT
……………………….………………………………….................
(2.2)

E adalah tetapan dengan dimensi energi, A adalah tetapan dengan dimensi


yang sama dengan K, logaritma alami dari persamaan ini menghasilkan:
Ea …………………………………........………......
ln k = ln A- (2.3)
RT
Dengan demikian, plot ln K terhadap 1/T seharusnya menghasilkan garis lurus
- Ea
dengan dan perpotongan ln A, banyak tetapan laju yang menunjukkan jenis
RT
ketergantungan terhadap suhu.
Arrhenius percaya bahwa agar molekul bereaksi setelah benturan, molekul itu
harus menjadi teraktivasi dan parameter Ea kemudian dikenal dengan energi aktivasi.
Gagasannya disempurnakan oleh ilmuwan pengikutnya, pada tahun 1915 A. Marcelin
menunjukkan bahwa meskipun membuat banyak benturan reaktiv hanya benturan
yang energi benturan (artinya energi kinetik translasi dari molekul yang berbenturan)
melebihi energi kritislah yang menghasilkan reaksi.
Ketergantungan tetapan laju yang kuat pada suhu seperti yang dinyatakan oleh
Hukum Arrhenius dapat dikaitkan dengan distribusi Maxwell-Boltzman mengenai
energi molekul, jika Ea merupakan energi benturan relativ yang kritis yaitu yang
harus dimiliki oleh sepasang molekul agar reaksi dapat terjadi, hanya sebagian kecil
molekul sajalah yang mempunyai energi sebesar itu (atau lebih) jika suatu cukup
rendah.
Liquid yang volatil pada temperatur kamar akan menguap persatuan waktu
sebanding dengan banyaknya molekul liquid permukaan. Secara kinetika kimia,
kecepatan reaksi mengubah liquid uap sebanding dengan jumlah spesies yang terlibat
di dalamnya.
-dL
V= =k(L)………..……………………….............................…….. (2.4)
dt
di mana:
V = Kecepatan Reaksi Penguapan
dL= Penguapan Liquid
t = Waktu
k = Tetapan Kesetimbangan
Reaksi kimia menyatakan perubahan suatu zat menjadi zat lain, yaitu
perubahan suatu pereaksi menjadi hasil reaksi.
2.1 Laju Reaksi
Laju reaksi adalah perubahan konsentrasi zat (pengurangan pereaksi atau
penambahan produk) persatuan waktu. Laju menyatakan seberapa cepat atau seberapa
lambat suatu proses berlangsung. Laju juga menyatakan besarnya perubahan yang
terjadi dalam satu satuan waktu dapat berupa detik, menit, jam, hari atau tahun. Pada
umumnya laju reaksi, akan berhubungan dengan konsentrasi. Tetapi perlu
diperhatikan bahwa beberapa reaksi memiliki kelajuan yang tidak bergantung pada
konsentrasi reaksi. Hal ini disebut sebagai reaksi orde nol. Laju reaksi dinyatakan
sebagai laju berkurangny
a pereaksi atau laju terbentuknya produk. Laju reaksi didefenisikan sebagai
perubahan konsentrasi reaktan atau produk tiap satuan waktu (Bird, 1987).

2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi


Menurut teori tumbukan, reaksi akan berlangsung jika terjadi tumbukan-
tumbukan antarpartikel. Semakin banyak terjadi tumbukan, maka reaksi akan
berlangsung lebih cepat. Namun tidak semua tumbukan dapat menghasilkan reaksi,
hanya partikel-partikel yang mempunyai energi cukup dan posisi yang baik yang
dapat menghasilkan tumbukan. Selain itu, masih terdapat beberapa faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi, yaitu:

2.2.1 Pengaruh Konsentrasi


Pengaruh konsentrasi terhadap kecepatan reaksi dapat diterangkan melalui
pendekatan teori tumbukan. Semakin besar konsentrasi zat yang terlibat dalam suatu
reaksi berarti semakin banyak partikel atau molekul yang bertumbukan. Akibatnya,
jumlah tumbukan per satuan luas, per satuan waktu juga mengalami kenaikan.
Dengan kata lain, pada keadaan seperti itu kecepatan reaksi bertambah cepat.

2.2.2 Pengaruh Suhu


Hampir semua reaksi menjadi lebih cepat bila suhu dinaikkan, karena kalor
(panas) yang diberikan akan menambah energi kinetik partikel pereaksi. Akibatnya,
jumlah dan energi tumbukan bertambah besar. Dengan kata lain, suhu semakin tinggi
maka energi kinetik zat akan naik dan gerakan partikel semakin cepat akan
mengakibatkan kemungkinan terjadi tumbukan sehingga laju reaksi meningkat.

2.2.3 Pengaruh Katalis


Katalis adalah zat yang dapat mempengaruhi kecepatan reaksi dan setelah
reaksi selesai zat tersebut akan terbentuk kembali. Katalis dapat memperkecil energi
aktivasi, sehingga banyak partikel yang mempunyai energi kinetik di atas energi
aktivasi, maka akan semakin cepat reaksi berlangsung. Energi aktivasi adalah energi
minimal yang harus dimiliki partikel agar tumbukannya menghasilkan reaksi. Katalis
dapat dibagi berdasarkan dua tipe dasar, yaitu reaksi heterogen dan homogen. Di
dalam reaksi heterogen, katalis berada dalam fase yang berbeda dengan reaktan.
Sedangkan pada reaksi homogen, katalis berada dalam fase yang sama dengan reaksi.

2.2.4 Pengaruh Luas Permukaan


Luas permukaan, ukuran materi atau luas permukaan sentuh sangat
mempengaruhi kecepatan reaksi. Semakin besar luas permukaan, maka semakin
banyak pula pertikel yang saling bertumbukan.

2.2.5 Sifat Zat yang Bereaksi


Reaksi antara senyawa ion umumnya berlangsung cepat dan reaksi antara
senyawa kovalen umumnya berlangsung lambat (Keenan,1984).

2.3 Persamaan Laju Reaksi


Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi dinyatakan dengan suatu orde reaksi
(tingkat reaksi). Misalkan konsentrasi salah satu zat dinaikkan dan ternyata laju reaksi
naik menjadi y kali, maka hubungan kenaikkan konsentrasi dengan laju reaksi
dinyatakan sebagai berikut.
[x]orde = y..................................................(2.1)
Orde reaksi tidak dapat ditentukan hanya dari persamaan reaksi, tetapi dapat
ditentukan dengan salah satu cara sebagai berikut:
1. Jika tahap-tahap reaksi elementer diketahui, maka orde reaksi sama dengan
koefisien reaksi tahap yang paling lambat.
2. Bila tidak diketahui tahap-tahap reaksi elementernya, maka orde reaksi
ditentukan melalui eksperimen.
Untuk reaksi aA + bB cC + dD, persamaan laju reaksi umumnya dinyatakan
sebagai berikut:
V=k[A]m[B]n..................................................................................................... (2.2)
Dimana: V= laju reaksi
k = tetapan laju reaksi
m = orde reaksi terhadap A
n = orde reaksi terhadap B
m= n= orde reaksi (Anwar, 2005).

2.4 Orde Reaksi


Menemukan orde reaksi merupakan salah satu cara memperkirakan sejauh
mana konsentrasi zat pereaksi mempengaruhi laju reaksi tertentu. Orde reaksi atau
tingkat reaksi terhadap suatu komponen merupakan pangkat dari konsentrasi
komponen tersebut dalam hukum laju. Sebagai contoh, V = k [A] m[B]n , bila m=1
dikatakan bahwa reaksi tersebut adalah orde pertama terhadap A, jika n=3 reaksi
tersebut orde ketiga terhadap B. Jumlah orde semua komponen dalam persamaan laju:
m + n + ...
Pangkat m dan n ditentukan dari eksperimen, biasanya harga kecil dan tidak
selalu sama dengan koefisien a dan b. Hal ini berarti, tidak ada hubungan antara
jumlah pereaksi dan koefisien reaksi dengan orde reaksi.
Menentukan orde reaksi dari suatu reaksi kimia pada prinsipnya menentukan
seberapa besar pengaruh perubahan konsentrasi pereaksi terhadap laju reaksinya.
Orde reaksi memiliki beberapa makna diantaranya:
2.4.1 Orde Nol
Reaksi dikatakan berorde nol terhadap salah satu pereaksinya apabila
perubahan konsentrasi pereaksi tersebut tidak mempengaruhi laju reaksi.

2.4.2 Orde Satu


Suatu reaksi dikatakan berorde satu terhadap salah satu pereaksinya, jika laju
reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi itu. Jika konsentrasi pereaksi itu
dilipat tigakan maka laju reaksi akan menjadi 31 atau 3 kali lebih besar orde satu.

2.4.3 Orde Dua


Suatu reaksi dikatakan berorde dua terhadap salah satu pereaksinya, jika laju
reaksi merupakan pangkat dua dari konsentrasi pereaksi itu. Apabila konsentrasi
pereaksi itu dilipat tigakan maka laju reaksi akan menjadi 32 atau 9 kali lebih besar.

2.4.4 Orde Tiga


Suatu reaksi dikatakan berorde tiga terhadap salah satu pereaksi, jika laju
reaksi merupakan pangkat tiga dari konsentrasi pereaksi itu. Apabila konsentrasi zat
itu dilipat tigakan, maka laju pereaksi akan menjadi 33 atau 27 kali lebih besar.

2.4.5 Orde Negatif


Suatu pereaksi berorde negatif, jika laju pereaksi berbanding terbalik dengan
konsentrasi pereaksi itu. Jika konsentrasi pereaksi itu diperbesar, maka laju reaksi itu
akan makin kecil. Reaksi kimia terjadi karena adanya tumbukan yang efektif antara
partikel-partikel zat yang bereaksi. Tumbukan efektif adalah tumbukan yang
mempunyai energi yang cukup untuk memutuskan energi ikatan-ikatan pada zat yang
bereaksi. Energi miminum yang harus dimiliki oleh partikel pereaksi sehingga
menghasilkan tumbukan yang efektif disebut dengan energi pengaktifan atau energi
aktivasi. Pada umumnya reaksi kimia dapat berlangsung cepat, jika konsentrasi zat-
zat yang bereaksi (reaktan) diperbesar(Brady, 1990).
2.5 Penentuan Ordo Reaksi Secara Percobaan
2.5.1 Metoda Integrasi
Salah satu cara untuk menentukan orde reaksi adalah dengan jalan
mencocokkan persamaan laju reaksi dengan data hasil percobaan. Masalah utama
dalam metoda ini adalah adanya reaksi samping dan reaksi kebalikan yang dapat
mempengaruhi hasil percobaan. Tetapi cara ini merupakan cara penentuan orde reaksi
yang paling tepat.

2.5.2 Metoda Laju Reaksi Awal


Dengan metoda ini, masalah reaksi samping dan reaksi kebalikan dapat
ditiadakan. Dalam metoda ini, prosedur yang dilakukan adalah mengukur laju reaksi
awal dengan konsentrasi awal reaktan yang berbeda-beda.

2.5.3 Metoda Waktu Paruh


Secara umum, untuk suatu reaksi yang berordo n, waktu paruh reaksi
sebanding dengan 1/Con-1, dimana Co adalah konsentrasi awal reaktan. Jadi, data hasil
percobaan dimasukkan ke dalam persamaan diatas, kemudian dibuat kurva yang
berbentuk garis lurus dengan cara yang sama seperti pada metoda integrasi. Seperti
halnya pada metoda integrasi, adanya reaksi samping mempengaruhi kecepatan
metode ini (Foliatini, 2009).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah :
1. Beaker glass 100 ml 3 buah
2. Termometer 1000C 1 buah
3. Stopwatch 1 buah
4. Pipet Volume 25 ml 1 buah
5. Pengaduk 1 buah

3.1.2 Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah :
1. Serbuk Mg
2. Larutan HCl 0,5 N, 0,7 N, 0,8 N, 0,9 N, 1 N

3.2 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja yang dilakukan sebagai berikut:
1. Masukan 25 ml HCl 0,1 N kedalam beaker glass 100 ml.
2. Amati temperaturnya dengan teliti.
3. Masukkan serbuk Mg kedalam beaker glass dan aduk sampai homogen
4. Amati waktu yang diperlukan untuk menaikkan temperatur campuran
sebanyak 2℃
5. Ulangi percobaan sebanyak 3 kali tiap-tiap konsentrasi HCl yang ada.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Kenaikan Temperatur sebagai Ukuran Kecepatan Reaksi
Percobaan
Konsentrasi T.awal T.akhir Rata-rata
No I II III
HCl(N) ( ⁰C ) ( ⁰C ) waktu (s)
(menit) (menit) (menit)
1. 0,5 30 32 19,84 13,14 15,44 16,4
2. 0,7 30 32 15,37 24,21 12,83 14,13
3. 0,8 30 32 12,46 13,37 11,24 12,35
4. 0,9 30 32 9,38 10,41 9,86 9,88
5. 1 30 32 7,43 8,17 7,31 7,63

4.2 Pembahasan
Percobaan kenaikan temperatur sebagai ukuran kecepatan reaksi bertujuan untuk
menentukan tingkat reaksi dan tetapan kecepatan reaksi dengan menggantikan dan
mengamati perubahan temperatur sistem reaksi. Pada percobaan ini dilakukan dengan
tiga kali pengulangan. Perlakuan yang diberikan adalah penggunaan konsentrasi HCl
yaitu HCl 0,5 N; 0,7 N; 0,8 N; 0,9 N dan 1 N yang direaksikan dengan serbuk Mg.
Pada konsentrasi HCl 0,5 N didapatkan waktu rata-rata serbuk Mg bereaksi yaitu 16,4
detik. Pada konsentrasi HCl 0,7 N didapatkan waktu rata-rata serbuk Mg bereaksi
yaitu 14,13 detik. Pada konsentrasi HCl 0,8 N didapatkan waktu rata-rata serbuk Mg
bereaksi yaitu 12,35 detik. Pada konsentrasi HCl 0,9 N didapatkan waktu rata-rata
serbuk Mg bereaksi yaitu 9,88 detik. Pada konsentrasi HCl 1 N didapatkan waktu
rata-rata serbuk Mg bereaksi yaitu 7,63 detik. Melalui kelima perlakuan konsentrasi
yang digunakan tersebut maka diketahui serbuk Mg yang direaksikan dengan
konsentrasi 1 N lebih cepat bereaksi (lebih cepat terlarut dan berubah keruh)
dibandingkan dengan konsentrasi lainnya yang lebih sedikit. Hal ini dikarenakan
makin besar konsentrasi maka makin cepat reaksi berlangsung. Makin besar
konsentrasi makin banyak zat-zat yang bereaksi sehingga makin besar kemungkinan
terjadinya tumbukan makin besar, maka reaksi dapat berlangsung lebih cepat.
Adapun hubungan antara temperatur yang naik dengan kecepatan reaksi
adalah temperatur yang semakin tinggi mengakibatkan energi molekul atau ion
bertambah sehingga laju molekul atau ion meningkat. Percobaan ini melibatkan
reaksi antara serbuk Mg dan larutan HCl oleh karena itu kecepatan reaksi ini hanya
dipengaruhi oleh ion H+ maka kecepatan reaksi sama dengan kecepatan pengurangan
konsentrasi ion H+.
0.16

0.14
f(x) = 0.1256 x + 0.0204
0.12 R² = 0.990388895341355

0.1
1/t(detik)

0.08

0.06

0.04

0.02

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1

Konsentrasi HCl(N)

Gambar 4.1 Grafik hubungan antara konsentrasi (N) dengan 1/t(s)


Berdasarkan grafik hubungan antara konsentrasi dengan 1/t maka diketahui
semakin besar konsentrasi maka semakin cepat waktu yang terjadi untuk tiap kali
bereaksi.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa:
1. Semakin tinggi konsentrasi larutan, maka semakin cepat laju reaksi yang
berlangsung.
2. Larutan HCl dengan konsentrasi 1 N merupakan larutan tercepat untuk
menaikan suhu sebesar 2ºC yaitu dengan rata-rata waktu 7,63.
3. Larutan HCl dengan konsentrasi 0,5 N merupakan larutan yang paling lama
untuk menaikan suhu sebesar 2ºC yaitu dengan rata-rata waktu 16,4.

5.2 Saran
Dalam percobaan kenaikan temperature sebagai ukuran kecepatan reaksi,
sebaiknya saat mengamati pengukuran temperatur harus dilakuakan secara teliti agar
di dapat waktu yang akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Budiman. 2005. 1700 Bank Soal Bimbingan Pemantapan Kimia SMA.
Bandung: Yramawidya.

Bird, Tony. 1987. Penuntun Praktikum Kimia Universitas. Jakarta: PT Gramedia.

Brady, James E. 1990. General Chemistry. New York: John Wiley & Sons
.
Brady, J. E. (1999). Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Bina Rupa Aksar

Foliatini, 2009. Buku Pintar Kimia SMA. Jakarta: Wahyumedia.

Keenan, 1984. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.


LAMPIRAN A
DATA PENGAMATAN

Percobaan
Konsentrasi T.awal T.akhir Rata-rata
No I II III
HCl(N) ( ⁰C ) ( ⁰C ) waktu (s)
(menit) (menit) (menit)
1. 0,5 30 32 19,84 13,14 15,44 16,4
2. 0,7 30 32 15,37 24,21 12,83 14,13
3. 0,8 30 32 12,46 13,37 11,24 12,35
4. 0,9 30 32 9,38 10,41 9,86 9,88
5. 1 30 32 7,43 8,17 7,31 7,63
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN

A. Dimana log [H+] adalah Xi maka dapat dicari (Xi)2


1. HCl 0,5 N
[H+] = 0,5 N
log [H+] = log 0,5
log [H+] = −¿ 0,301
(xi)2 = ¿0,301)2
(xi)2 = 0,0906
2. HCl 0,7 N
[H+] = 0,7 N
log [H+] = log 0,7
log [H+] = −¿ 0,1549
(xi)2 = ¿0,1549)2
(xi)2 = 0,0239
3. HCl 0,8 N
[H+] = 0,8 N
log [H+] = log 0,8
log [H+] = −¿ 0,0969
(xi)2 = ¿0,0969)2
(xi)2 = 0,0094
4. HCl 0,9 N
[H+] = 0,9 N
log [H+] = log 0,9
log [H+] = −¿ 0,0458
(xi)2 = ¿0,0458)2
(xi)2 = 0,0021
5. HCl 1 N
[H+] =1N
log [H+] = log 1
log [H+] =0
(xi)2 = ¿ )2
(xi)2 =0
Total¿ =−¿ 0,5986

1 1
B. Mencari dan log (yi)
t t
1. HCl 0,5 N
t = 16,4 s
1
= 1 / 16,4
t
= 0,0609
1
log (yi) = log 0,0609
t
= −¿ 1,2154
2. HCl 0,7 N
t = 14,13 s
1 1
=
t 14,13
= 0,0708
1
log (yi) = log 0,0708
t
= −¿ 1,1499
3. HCl 0,8 N
t = 12,35 s
1 1
=
t 12,35
= 0,081
1
log (yi) = log 0,081
t
= −¿ 1,0915

4. HCl 0,9 N
t = 9,88 s
1 1
=
t 9,88
= 0,1012
1
log (yi) = log 0,1012
t
= −0,9948
5. HCl 1 N
t = 7,63 s
1
= 1/ 7,63
t
= 0,1311
1
log (yi) = log 0,1311
t
= −¿ 0,8824
1
Total log (yi) = −5,334
t

C. Mencari (xi).(yi)
1. HCl 0,5 N
(xi) =−0,301
(yi) = −1,2154
(xi).(yi) = (-0,301)×(-1,2154)
= 0,3658
2. HCl 0,7 N
(xi) =−0 ,1549
(yi) = −¿ 1,1499
(xi).(yi) = (-0,1549)×(-1,1499 ¿
= 0,1781
3. HCl 0,8 N
(xi) =−0,0969
(yi) = −¿ 1,0915
(xi).(yi) = (-0,0969)×(-1,0915)
= 0,1057
4. HCl 0,9 N
(xi) =−0,0458
(yi) = −¿ 0,9948
(xi).(yi) = (-0,0458)×(- 0,9948¿
= 0,0456
5. HCl 1 N
(xi) =0
(yi) = −0,8824
(xi).(yi) = (0)×(-0,8824)
=0
Total (xi).(yi) = 0,6952

D. Mencari Slope dan Intercept

n ΣXiYi – ΣXi ΣYi


Slope (b) =
n Σ Xi2 - (ΣXi)2
5 ( 0,6952 ) - (-0,5986)(-5,334)
= 2
5 ( 0,126 ) - (0,126)
3,476−3,193
= 0,63−0,016

0,283
= 0,614

= 0,4609

ΣYi - b ΣXi
Intercept (a) =n

( -5,334 ) - ( 0,4609 ) (-0,5986)


=5
(−5,334 ) +0,2759
= 5
= −1,01162
LAMPIRAN C
TUGAS DAN PERTANYAAN

1. Apa yang dimaksud dengan kecepatan reaksi?


2. Mengapa kecepatan reaksi tergantung dari konsentrasi zat yang bereaksi?
3. Mengapa banyaknya serbuk Mg tidak mempengaruhi kecepatan reaksi?
4. Tentukan kecepatan reaksi (v)?
5. Buat Grafik laju log 1/t vs log k

Jawaban :
1. Kecepatan reaksi adalah perubahan konsentrasi persatuan waktu atau dengan
pengurangan reaktan dan penambahan produk per satuan waktu. Laju reaksi
menyatakan molaritas zat terlarut dalam reaksi yang dihasilkan tiap detik reaksi.
2. Karena larutan yang mempunyai konsentrasi yang besar (pekat) mengandung
partikel yang lebih rapat jika dibandingkan dengan larutan encer. Semakin tinggi
konsentrasi berarti semakin banyak molekul-molekul dalam sekap suatu luas
ruangan, akibatnya tumbukan antar molekul lebih sering terjadi dan reaksi
berlangsung lebih cepat
3. Karena kecepatan reaksi hanya dipengaruhi oleh ion H+ maka kecepatan reaksi
sama dengan kecepatan pengurangan konsentrasi ion H+ dan kecepatan reaksi
hanya dipengaruhi oleh konsentrasi HCl atau ion H+
4. a. HCl 0,1 N
t = 27,587 sekon
N × Volume
mol =
1
0,1× 5
= = 0,0003 mol
1
0,5 mol
v = = 0,018 mol/s
27,587 s

b. HCl 0,3 N
t = 22,11 sekon
N × Volume
mol =
1
0,3 ×5
= = 1,5 mol
1
1,5 mol
v = = 5 mol/s
0,3 s
c. HCl 0,5 N
t = 10,7 sekon
N × Volume
mol =
1
0,5 x 5
= = 2,5 mol
1
2,5 mol
v = = 0,23 mol/s
10,7 s
d. HCl 0,7 N
t = 9,49 sekon
N × Volume
mol =
1
0,7 x 5
= = 3,5 mol
1
3,5 mol
v = = 0,37 mol/s
9,49 s

e. HCl 0,9 N
t = 5,63
N × Volume
mol =
1
0,9 x 5
= = 4,5 mol
1
4,5 mol
v = = 0,8 mol/s
5,63 s

5. Grafik laju log 1/t vs log k


Plot log [H+] vs log 1/trata-rata
0
-1.1 -1 -0.9 -0.8 -0.7 -0.6 -0.5 -0.4 -0.3 -0.2

-0.2

-0.4
f(x) = 1.38830825621589 x − 0.0377503167186762
R² = 0.895442321993186 -0.6
Log 1/t rata-rata

-0.8

-1

-1.2

-1.4

Log [H+]
LAMPIRAN D
GAMBAR ALAT

Alat Nama Alat Fungsi Alat

Bola Hisap Digunakan untuk


membantu proses
pengambilan cairan.

Pipet Volum untuk memindahkan


cairan-cairan yang
digunakan dalam proses
pengujian dengan jumlah
mulai sangat kecil hingga
ukuran lainnya yang
diinginkan
Spatula Sebagai sendok kecil yang
juga digunakan untuk
mengambil bahan kimia.
Hanya saja bedanya, alat
ini juga bisa digunakan
sebagai alat pengaduk
saat membuat suatu
larutan. Semua jenis
larutan yang ingin dibuat,
kecuali larutan asam, bisa
menggunakan alat ini
sebagai alat pengaduk
Rak Tabung Reaksi Sebagai tempat untuk
meletakkan tabung reaksi
yang berjumlah banyak
agar tidak pecah ataupun
jatuh

Tabung Reaksi Untuk melakukan


percobaan reaksi kimia
dalam skala kecil.
Sebagai wadah untuk
perkembangbiakan
mikroorganisme dalam
media cair. Untuk
mencampur,
menampung, dan
memanaskan bahan
kimia dalam jumlah yang
kecil
Stopwatch untuk mengukur lamanya
waktu yang diperlukan
dalam sebuah percobaan

Termometer Mengukur suhu atau


temperatur, serta
perubahan suhu terjadi di
suatu percobaan

Anda mungkin juga menyukai