Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tanggal Praktikum : 15 November 2016


1.2 Pelaksana Praktikum : Kelompok 3
1.3 Nama/Nim Anggota : 1. Tua Halomoan (150140025)
2. Lukman Nurhakim (150140065)
3. Hadizah Mardinata (150140063)
4. Devi Dayana H. (150140101)

1.4 Tujuan Praktikum : 1. pH meter : merangkai instrumen pH meter,


mengkalibrasi dan mempergunakan pH meter dan
menghitung derajat keasaman/basa dalam
pernyataan konsentrasi ion hidrogen dalam larutan
sampel.
2. Analisa K2CrO4 secara spektrofotometri : untuk
mengetahui kadar K2CrO4 dalam air sampel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 pH Meter
pH didefinisakan sebagai logaritma dari keaktifan ion hidrogen untuk larutan
encer merupakan konsentrasi dari ion hidrogen. pH meter merupakan volt meter yang
dapat digunakan bersama elektroda kaca sebagai elektroda penunjuk. Pada pH meter
yang diukur adalah potensial bukan langusng harga pH larutan. Instrumen pH meter
adalah peralatan laboratorium yang digunakan untuk menentukan pH atau tingkat
keasaman dari suatu larutan.
pH meter merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur kadar asam
dan basa dalam suatu larutan. Instrumen pH meter adalah peralatan laboratorium
yang digunakan untuk menentukan pH atau tingkat keasaman dari suatu larutan.
Prinsip kerja dari alat ini yaitu semakin banyak elektron pada sampel maka akan
sebagai bernilai asam begitupun sebaliknya, karna batang. pH meter berisi larutan
elektrolit lemah, pH meter banyak digunakan dalam analisa kuantitatif.
pH meter pada penggunaannya, kalibrasi alat harus diperhatikan sebelum
dilakukan pengukuran. Seperti diketahui prinsip utama pH meter adalah pengukuran
arus listrik yang tercatat pada sensor pH akibat suasana ionik dalam larutan stabilitas
sensor harus selalu dijaga dan caranya dengan dikalibrasi alat. Kalibrasi alat terhadap
pH meter dilakukan dengan : larutan buffer standar pH :4,01 : 7,00 : 10,01. Penentuan
kalibrasinya dapat dilakukan dengan cara :
a. Teknik satu titik
Pada sekitar pH yang akan diukur yaitu kalibrasinya dengan buffer standar pH
4,01 untuk sistem asam, buffer standar pH 7,00 untuk sistem netral, buffer standar pH
10,01 untuk sistem basa.
b. Teknik dua titik
Teknik ini diutamakan apabila sistem bersifat asam maka digunakan dua
buffer standar berupa Ph 4,01 dan 7,01. Apabila sistem bersifat basa digunakan dua
buffer standar 7,00 dan 10,01.
c. Teknik multi titik
Kalibrasi digunakan dengan 3 larutan buffer standar (Aneka Kimia, 2014).

2.2 Instrumen pH Meter


Peralatan labrotarorium yang digunakan untuk menentukan pH atau tingkat
keasaman dari suatu sistem larutan. Tingkat keasaman dari suatu zat ditentukan
berdasarkan keberadaan jumlah ion hidrogen dalam larutan yang dapat dinyatakan
dengan persamaan pH = -10 [H+].
Pengukuran sifat keasaman dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
a. Kertas lakmus, terdapat dua jenis kertas lakmus yaitu lakmus merah dan
lakmus biru. Penggunaan kertas lakmus hanya dapat digunakan dengan satu
kali pakai. Nilai pH hanya terukur dengan sifat pendekatan. Lakmus merah
menjadi biru jika dimasukkan kedalam larutan basa, sedangkan dalam larutan
asam tetap merah sebaliknya lakmus biru menjadi merah jika dilarutan asam.
b. pH meter, keuntungan dari penggunaan pH meter dalam menentukan tingkat
keasaman senyawa adalah pemakaiannya bisa berulang-ulang dan nilai pH
terukir relatif cukup akurat.
Larutan instrumen yang digunakan dalam pH meter dapat bersifat analog
maupun digital.

2.2 pH Larutan Asam Kuat


Dikatakan asam kuat yaitu karna ion-ionnya terionisasi secara sempurna maka
konsentrasi H+ dengan mudah dapat dicari :
[H+] = a . m
Dimana : a : Jumlah H+ pada asam
m : Konsentrasi asam yang dilarutkan
2.4 pH larutan asam Lemah
Asam lemah hanya terionisasi sebagian dalam air untuk menghitung [H+] kita
harus mengetahui harga Ka dari asam lemah tersebut.
[H+] = a.m atau [H+] = a+1√𝑎. 𝐾𝑎. 𝑚
Khusus untuk asam lemah yang beravalensi satu memiliki satu H+ berlaku
rumus :
[H+] = a.m atau [H+] = √𝐾𝑎. 𝑚

2.5 pH larutan basa lemah


Satu – satunya basa lemah yang dapat dilarutkan dalam air adalah NH4OH
yang mana hanya memiliki satu [OH-].

[OH-] = a.m atau [OH-] = √𝐾𝑏. 𝑚 (Underwood, 1996).

2.6 Prinsip Kerja pH Meter


Pada prinsipnya pengukuran suatu pH larutan adalah didasarkan pada
potensial elektrokimia yang terjadi antara larutan yang terdapat didalam elektroda
gelas yang diketahui. Hal ini dikarenakan lapisan tipis dari gelembung kaca akan
berinteraksi dengan ion hidrogen yang ukurannya relatif kecil dan aktif. Alat ini
terdiri dari elektroda gelas, elektroda pembanding dan pengukur potensial dengan
sistem pembacaan sekala pH.
Elektroda gelas memiliki membran tipis yang selektif terhadap ion H+
sehingga elektroda ini hanya merespon ion H+ saja. Banyaknya ion H+ dalam larutan
menentukan besar kecilnya harga pH larutan yang diteliti. Jika elektroda ini
dicelupkan bersamaan dengan elektroda pembanding maka akan timbul beda
potensial yang besarnya tergantung pada konsentrasi ion H+. beda potensial itu akan
diubah dalam skala pH oleh sistem pembacaan skala sehingga dapat langsung dibaca.
Sistem elektroda gelas ada yang terpisah dan ada yang digabungkan dengan
elektroda pembanding dalam pH meter. Sistem elektroda yang digabungkan
berbentuk seperti batang silinder gelas, cara menggunakannya adalah dengan
memasukkan elektroda tersebut dalam larutan yang akan diukur pH. Kemudian baca
skala harga pH larutan tersebut. Petunjuk skala pH ada yang menggunakan jarum,
angka dan ada yang menggunakan digital dengan ketelitian 0.01.
Elektroda dimasukkan kedalam aquadest setelah digunakan agar dapat
digunakan kembali untuk mengukur larutan yang berbeda (Suryatno, 2004).

2.7 Jenis – jenis pH


1. pH meter jenis stick KL 3385
Alat ukur pH jenis ini fitur yang mudah dibaca, kalibrasi satu sentuhan dan
suhu otomatis kompensasi. Alat ukur ini mampu mengukur mulai dari rentang : 2.1 –
10.8 dengan ketetapan kurang lebih 0.1. sistem kalibrasi otomatis dan suhu
konspensasi yang juga otomatis. Alat ukur ini menggunakan sumber listrik dari
baterai ukuran 1.5 V yaitu 3 buah. Dengan berat 191 gr.
2. pH meter jenis pH40BNC
Alat pH meter ini dilengkapi dengan konektor BNC standar yang dapat
menggunakan setiap elektroda pH dan BNC konektor.
3. pH meter portable/mv/Tem meter pH 221
alat ukur ini kinerja tinggi portable pH/DRP meter dirancang untuk aplikasi
luar ruangan.

2.8 Spektrofotometer
Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
panjang gelombang yang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau
kisi difraksi dan detector vacuum phototube atau tabung foton hampa. Alat yang
digunakan adalah spektrofotometer, yaitu sutu alat yang digunakan untuk
menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan
mengukur transmitan ataupun absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari
konsentrasi. Pada titrasi spektrofotometri, sinar yang digunakan merupakan satu
berkas yang panjangnya tidak berbeda banyak antara satu dengan yang lainnya,
sedangkan dalam kalorimetri perbedaan panjang gelombang dapat lebih besar. Dalam
hubungan ini dapat disebut juga spektrofotometri adsorpsi atomik (Harjadi, 1990).
Spektrometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang
tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan
atau diabsorbsi. Kelebihan spektrometer dibandingkan fotometer adalah panjang
gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat
pengurai seperti prisma, grating, atau celah optis. Pada fotometer filter tidak mungkin
diperoleh panjang gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan suatu
trayek panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer, panjang
gelombang yang benar-benar terseleksi dapatdiperoleh dengan bantuan alat pengurai
cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak
yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel atau blanko
dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorbsi antara sampel dan blanko ataupun
pembanding (Day R.A, 1986).
Sinar yang melewati suatu larutan akan terserap oleh senyawa-senyawa dalam
larutan tersebut. Intensitas sinar yang diserap tergantung pada jenis senyawa yang
ada, konsentrasi dan tebal atau panjang larutan tersebut. Makin tinggi konsentrasi
suatu senyawa dalam larutan, makin banyak sinar yang diserap.
Spektrometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang
tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan
atau diabsorbsi. Kelebihan spektrometer dibandingkan fotometer adalah panjang
gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat
pengurai seperti prisma, grating, atau celah optis. Pada fotometer filter berbagai filter
dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang
gelombang tertentu.
Pada fotometer filter tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang benar-
benar monokromatis, melainkan suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm.
Sedangkan pada spektrofotometer, pnjang gelombang yang benar-benar terseleksi
dapatdiperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu
spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu,
monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat
untuk mengukur perbedaan absorbsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding.
Pengertian spektrofotometri lebih spesifik atau pengertiannya lebih sempit karena
ditunjukan pada interaksi antara materi dengan cahaya (baik yang dilihat maupun
tidak terlihat), sedangkan pengertian spektroskopi lebih luas misalnya cahaya maupun
medan magnet termasuk gelombang elektromagnetik (Maddu,2006).
Pengertian spektroskopi dan spektrofotometri pada dasarnya sama yaitu di
dasarkan pada interaksi antara materi dengan radiasi elektromagnetik. Namun
pengertian spektrofotometri lebih spesifik atau pengertiannya lebih sempit karena
ditunjukan pada interaksi antara materi dengan cahaya (baik yang dilihat maupun
tidak terlihat). Sedangkan pengertian spektroskopi lebih luas misalnya cahaya
maupun medan magnet termasuk gelombang elektromagnetik.
Radiasi elektromagnetik memiliki sifat ganda yang disebut sebagai sifat
dualistik cahaya yaitu:
1) Sebagai gelombang
2) Sebagai partikel-partikel energi yang disebut foton.

Karena sifat tersebut maka beberapa parameter perlu diketahui misalnya


panjang gelombang, frekuensi dan energi tiap foton. Hubungan dari ketiga parameter
di atas dirumuskan oleh Planck yang dikenal dengan persamaan Planck. Hubungan
antara panjang gelombang frekuensi dirumuskan sebagai.

c= λ . v atau λ = c/v atau v = c/λ

Persamaan Planck: hubungan antara energi tiap foton dengan frekuensi


E= h . v
E = h . c/ λ
Dimana:
E = energi tiap foton
h = tetapan Planck (6,626 x 10-34 J.s),
v = frekuensi sinar
c = kecepatan cahaya (3 x 108 m.s-1).
Dari rumus di atas dapat diketahui bahwa energi dan frekuensi suatu foton
akan berbanding terbalik dengan panjang gelombang tetapi energi yang dimiliki suatu
foton akan berbanding lurus dengan frekuensinya. Misalnya, energi yang dihasilkan
cahaya UV lebih besar dari pada energi yang dihasilkan sinar tampak. Hal ini
disebabkan UV memiliki panjang gelombang (λ) yang lebih pendek (100–400 nm)
dibanding panjang gelombang yang dimiliki sinar tampak (400–800 nm).
Interaksi antara materi dengan cahaya disini adalah terjadi penyerapan cahaya,
baik cahaya Uv, Vis maupun Ir oleh materi sehingga spektrofotometri disebut juga
sebagai spektroskopi absorbsi. Dari 4 jenis spektrofotometri ini (UV, Vis, UV-Vis
dan Ir) memiliki prinsip kerja yang sama yaitu “adanya interaksi antara materi dengan
cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu”. Perbedaannya terletak pada
panjang gelombang yang digunakan.
Secara sederhana Instrumen spektrofotometri yang disebut spektrofotometer
terdiri dari :
Sumber Cahaya – Monokromator – Sel Sampel – Detektor – Read Out
(Pembaca).

2.9 Penerapan Spektrofotometer


Berdasarkan hukum Lambert-Beer, rumus yang digunakan untuk menghitung
banyaknya cahaya yang hamburkan:

𝐼𝑡 𝐼𝑡
T = 𝐼𝑜 atau %T = 𝐼𝑜 x100%

dan absorbansi dinyatakan dengan rumus:


𝐼𝑡
A = -Log T = -Log 𝐼𝑜

Dimana:
I = merupakan intensitas cahaya datang
It atau I1 = intensitas cahaya setelah melewati sampel.
Rumus yang diturunkan dari Hukum Beer dapat ditulis sebagai:
A= a . b . c atau A = ε . b . c
Dimana:
A = absorbansi
b atau terkadang digunakan l = tebal larutan (tebal kuvet diperhitungkan juga
umumnya 1 cm)
c = konsentrasi larutan yang diukur
ε = tetapan absorptivitas molar (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam
molar)
a = tetapan absorptivitas (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam ppm).

Secara eksperimen hukum Lambert-beer akan terpenuhi apabila peralatan


yang digunakan memenuhi kriteria-kriteria berikut:

1. Sinar yang masuk atau sinar yang mengenai sel sampel berupa sinar dengan
dengan panjang gelombang tunggal (monokromatis).
2. Penyerapan sinar oleh suatu molekul yang ada di dalam larutan tidak
dipengaruhi oleh molekul yang lain yang ada bersama dalam satu larutan.
3. Penyerapan terjadi di dalam volume larutan yang luas penampang (tebal kuvet)
yang sama.
4. Penyerapan tidak menghasilkan pemancaran sinar pendafluor. Artinya larutan
yang diukur harus benar-benar jernih agar tidak terjadi hamburan cahaya oleh
partikel-partikel koloid atau suspensi yang ada di dalam larutan.
5. Konsentrasi analit rendah. Karena apabila konsentrasi tinggi akan menggangu
kelinearan grafik absorbansi versus konsntrasi (Karyadi, 1994).
2.10 Menentukan konsentrasi sampel dengan cara kurva kalibrasi
Konsentrasi sampel dalam suatu larutan dapat ditentukan dengan rumus yang
diturunkan dari hukum lambert beer (A= a . b . c atau A = ε . b . c). Namun ada cara
lain yang dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu spesi yang ada dalam
suatu larutan yakni dengan cara kurva kalibarasi. Cara ini sebenarnya masih tetap
bertumpu pada hukum Lambert-Beer yakni absorbansi berbanding lurus dengan
konsentrasi (Niketut Sari, 2010).

2.11 Cara Kerja Spektrofotometer


Cara kerja spektrofotometer secara singkat adalah sebagai berikut. Tempatkan
larutan pembanding, misalnya blanko dalam sel pertama sedangkan larutan yang akan
dianalisis pada sel kedua. Kemudian pilih fotosel yang cocok 200-650 nm ( 650-1100
nm ) agar daerah λ yang diperlukan dapat terliputi.
Dengan ruang fotosel dalam keadaan tertutup ” nol ” galvanometer dengan
menggunakan tombol dark-current. Pilih h yang diinginkan, buk fotosel dan lewatkan
berkas cahaya pada blanko dan ” nol ” galvanometer didapat dengan memutar tombol
sensitivitas. Dengan menggunakn tombol transmitansi, kemudian atur besarnya pada
100 %. Lewatkan berkas cahaya pada larutan sampel yang akan dianalisis. Skala
absorbansi menunjukkan absorbansi larutan sampel (Mathias,2000).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat - alat
1. Gelas Kimia
2. pH meter
3. Gelas Kimia
4. Labu Ukur
5. Pipet Volume
6. Bola Penghisap
7. Kuvet
8. Spektrofotometer

3.1.2 Bahan - bahan


1. Jus Belimbing
2. Air Parit
3. Air Deterjen
4. Fanta
5. Air Suling
6. K2CrO4
7. Aquadest

3.2 Prosedur Kerja


3.2.1 pH Meter
1. 4 sampel yang tersedia dimasukkan masing – masing kedalam gelas baker
2. pH masing – masing sampel dihitung menggunakan pH meter
3.3 Analisa K2CrO4 Secara Spektrofotometer
1. Larutan K2CrO4 dimasukkan kedalam labu ukur 100 ppm, 75 ppm, 50 ppm, 25
ppm. Diencerkan
2. K2CrO4 yang telah diencerkan dimasukkan kedalam gelas kimia.
3. Larutan yang ada pada 5 gelas kimia kemudian dimasukkan kedalam kuvet
dan dianalisa dengan spektrofotometer
4. Dicatat nilai absorbansinya dan trasnmisi dari analisa masing – masing sampel
5. Diulangi percobaan diatas dengan panjang gelombang 434 nm, 395 nm, 357
nm
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 pH meter
Tabel 5.1.1 Hasil percobaan pH meter
No Sampel pH Keterangan
1 Belimbing 6.47 Asam
2 Air Deterjen 11.06 Basa
3 Fanta 6.21 Asam
4 Air Paret 8.94 Basa

4.1.2 Analisa K2CrO4 Secara Spektrofotometer


Tabel 4.1.2 Hasil percobaan analisa K2CrO4 secara spektrofotometer dengan panjang
gelombang 434 nm.
Konsentrasi K2CrO4 Absorbansi Transmisi
100 ppm 1.855 1.4 %
75 ppm 1.909 1.2 %
50 ppm 1.891 1.3 %
25 ppm 2.031 0.9 %

Tabel 4.1.3 Hasil percobaan analisa K2CrO4 secara spektrofotometer dengan panjang
gelombang 395 nm.
Konsentrasi K2CrO4 Absorbansi Transmisi
100 ppm 3.357 0.1 %
75 ppm 3.332 0.0 %
50 ppm 3.092 0.0 %
25 ppm 3.314 0.1 %
Tabel 4.1.4 Hasil percobaan analisa K2CrO4 secara spektrofotometer dengan panjang
gelombang 357 nm.
Konsentrasi K2CrO4 Absorbansi Transmisi
100 ppm 3.996 0.0 %
75 ppm 4.000 0.0 %
50 ppm 4.000 0.0 %
25 ppm 4.000 0.0 %

4.2 Pembahasan
4.2.1 pH meter
Pada percobaan pH meter sampel yang digunakan yaitu : air paret, air
deterjen, jus belimbing, fanta. Sampel ini disediakan untuk menghitung pH. Setelah
masing-masing pH sampel dihitung menggunakan pH meter ternyata tiap sampel
mempunyai pH yang berbeda. Contohnya pada air paret, air paret memiliki pH 8,94.
Ini menunjukkan bahwa sampel air bersifat basa karna air yang diambil berasal dari
pemukiman warga. Deterjen adalah produk yang mengandung basa kuat, sehingga
menyebabkan air parit bersifat basa. Belimbing memiliki pH 6,47. Karna kandungan
asam yang dimiliki belimbing cukup banyak. Fanta memiliki pH 6,21. Karna fanta
memiliki kandungan soda yang bersifat asam. Air deterjen memiliki pH 11,06. Karna
sabun cuci adalah basa kuat, contoh : NaOH & KOH. Biasanya sabun itu terkandung
dari lemak atau minyak yang direaksikan dengan basa seperti NaOH dan KOH.
Dengan penambahan basa agar sabun itu membentuk padatan. Kulit kita juga
memiliki pH sekitar 7 sampai 14. Maka dari dari itu basa menjadi bahan untuk
pembuatan sabun. Dalam percobaan pH meter ini tidak hanya bahan-bahan yang
diatas saja yang mengandung pH asam dan basa, masih banyak lagi bahan-bahan
yang dapat digunakan untuk menganalisa menggunakan pH meter.

4.2.2 Analisa K2CrO4


4.2.2 Hubungan antara konsentrasi, absorbansi dan panjang gelombang
5
KONSENTRASI
4
panjang gelombang 434
3 nm

2 panjang gelombang 395


nm
1
panjang gelombang 357
0 nm
0 1 2 3 4 5
ABSORBANSI

Gambar 5.2.2 Grafik hubungan konsentrasi,absorbansi dan panjang gelombang


Pada percobaan menggunakan spektrofotometer, blanko yang digunakan
adalah K2CrO4. Grafik diatas menyatakan hubungan antara koensentrasi dan
absorbansi pada gelombang yang berbeda. Dengan menggunakan percobaan
spektrofotometer menunjukkan seharusnya semakin tinggi nilai konsentrasinya maka
semakin tinggi pul absorbansinya. Namun, dilihat dari grafik hasil yang kami dapat
berlawanan karna alat spektrofotometernya error.
4.2.3 Hubungan antara konsentrasi, transmisi dan panjang gelombang
1.6
1.4
KONSENTRASI

1.2 panjang gelombang 434


1 nm
0.8 panjang gelombang 395
0.6 nm
0.4 panjang gelombang 357
0.2 nm
0
0 1 2 3 4 5
TRANSMISI
Gambar 5.2.3 Grafik hubungan konsentrasi, transmisi dan panjang gelombang
Pada grafik hasil diatas hubungan, transmisi dan panjang gelombang yang
berbeda. Dengan menggunakan percobaan spektrofotometer menunjukkan seharusnya
semakin tinggi nilai konsentrasinya maka semakin rendah nilai transmisinya. Namun,
hasil yang kami dapatkan ternyata berbeda. Mungkin alat yang kami gunakan error,
karna alatnya sudah lama.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Air parit bersifat basa dengan pH 8,94 dan air deterjen juga bersifat basa.
Sedangkan fanta dan jus belimbing bersifat asam.
2. Air deterjen memiliki kandungan basa kuat seperti NaOH dan KOH.
3. Semakin besar konsentrasinya maka semakin besar absorbansinya.
4. Nilai absorbansi berbanding terbalik dengan nilai transmisinya.

4.3 Saran
Pada percobaan pH meter pendeteksian larutan asam basa diuji juga dengan
kertas lakmus. Untuk percobaan spektrofotometer diharapkan alat
spektrofotometernya bisa diperbaiki guna mempelancar proses praktikum dan supaya
data yang kita miliki akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Al Underwood, 1996. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.
Day, R.A.1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta Erlangga.
Hart, H.Craine L.E. 2003. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.
Karyadi, Benny. 1990 . Kimia 2. Jakarta : Balai Pustaka.
Maddu, A.2006. Sensor pH Serat Optik Berdasarkan Absorbsi Gelombang Evanecent
Dengan Menggunakan Cludding Polimer Berdopping DYE Indikator. U-I
Press : Jakarta.
Mathias Laksi. 2002. Kimia Analitik Dasar. Bandung : Grafindo Media Utama.
Niketut Sari.2010. Analisa Instrumentasi. Klaten : Yayasan Humaniora.
Suryatno, dkk. 2004. Kimia SMA/MA Kelas XI. Jakarta : Grapindo

Anda mungkin juga menyukai