PENDAHULUAN
2.1 pH Meter
pH didefinisakan sebagai logaritma dari keaktifan ion hidrogen untuk larutan
encer merupakan konsentrasi dari ion hidrogen. pH meter merupakan volt meter yang
dapat digunakan bersama elektroda kaca sebagai elektroda penunjuk. Pada pH meter
yang diukur adalah potensial bukan langusng harga pH larutan. Instrumen pH meter
adalah peralatan laboratorium yang digunakan untuk menentukan pH atau tingkat
keasaman dari suatu larutan.
pH meter merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur kadar asam
dan basa dalam suatu larutan. Instrumen pH meter adalah peralatan laboratorium
yang digunakan untuk menentukan pH atau tingkat keasaman dari suatu larutan.
Prinsip kerja dari alat ini yaitu semakin banyak elektron pada sampel maka akan
sebagai bernilai asam begitupun sebaliknya, karna batang. pH meter berisi larutan
elektrolit lemah, pH meter banyak digunakan dalam analisa kuantitatif.
pH meter pada penggunaannya, kalibrasi alat harus diperhatikan sebelum
dilakukan pengukuran. Seperti diketahui prinsip utama pH meter adalah pengukuran
arus listrik yang tercatat pada sensor pH akibat suasana ionik dalam larutan stabilitas
sensor harus selalu dijaga dan caranya dengan dikalibrasi alat. Kalibrasi alat terhadap
pH meter dilakukan dengan : larutan buffer standar pH :4,01 : 7,00 : 10,01. Penentuan
kalibrasinya dapat dilakukan dengan cara :
a. Teknik satu titik
Pada sekitar pH yang akan diukur yaitu kalibrasinya dengan buffer standar pH
4,01 untuk sistem asam, buffer standar pH 7,00 untuk sistem netral, buffer standar pH
10,01 untuk sistem basa.
b. Teknik dua titik
Teknik ini diutamakan apabila sistem bersifat asam maka digunakan dua
buffer standar berupa Ph 4,01 dan 7,01. Apabila sistem bersifat basa digunakan dua
buffer standar 7,00 dan 10,01.
c. Teknik multi titik
Kalibrasi digunakan dengan 3 larutan buffer standar (Aneka Kimia, 2014).
2.8 Spektrofotometer
Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
panjang gelombang yang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau
kisi difraksi dan detector vacuum phototube atau tabung foton hampa. Alat yang
digunakan adalah spektrofotometer, yaitu sutu alat yang digunakan untuk
menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan
mengukur transmitan ataupun absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari
konsentrasi. Pada titrasi spektrofotometri, sinar yang digunakan merupakan satu
berkas yang panjangnya tidak berbeda banyak antara satu dengan yang lainnya,
sedangkan dalam kalorimetri perbedaan panjang gelombang dapat lebih besar. Dalam
hubungan ini dapat disebut juga spektrofotometri adsorpsi atomik (Harjadi, 1990).
Spektrometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang
tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan
atau diabsorbsi. Kelebihan spektrometer dibandingkan fotometer adalah panjang
gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat
pengurai seperti prisma, grating, atau celah optis. Pada fotometer filter tidak mungkin
diperoleh panjang gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan suatu
trayek panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer, panjang
gelombang yang benar-benar terseleksi dapatdiperoleh dengan bantuan alat pengurai
cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak
yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel atau blanko
dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorbsi antara sampel dan blanko ataupun
pembanding (Day R.A, 1986).
Sinar yang melewati suatu larutan akan terserap oleh senyawa-senyawa dalam
larutan tersebut. Intensitas sinar yang diserap tergantung pada jenis senyawa yang
ada, konsentrasi dan tebal atau panjang larutan tersebut. Makin tinggi konsentrasi
suatu senyawa dalam larutan, makin banyak sinar yang diserap.
Spektrometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang
tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan
atau diabsorbsi. Kelebihan spektrometer dibandingkan fotometer adalah panjang
gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat
pengurai seperti prisma, grating, atau celah optis. Pada fotometer filter berbagai filter
dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang
gelombang tertentu.
Pada fotometer filter tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang benar-
benar monokromatis, melainkan suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm.
Sedangkan pada spektrofotometer, pnjang gelombang yang benar-benar terseleksi
dapatdiperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu
spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu,
monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat
untuk mengukur perbedaan absorbsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding.
Pengertian spektrofotometri lebih spesifik atau pengertiannya lebih sempit karena
ditunjukan pada interaksi antara materi dengan cahaya (baik yang dilihat maupun
tidak terlihat), sedangkan pengertian spektroskopi lebih luas misalnya cahaya maupun
medan magnet termasuk gelombang elektromagnetik (Maddu,2006).
Pengertian spektroskopi dan spektrofotometri pada dasarnya sama yaitu di
dasarkan pada interaksi antara materi dengan radiasi elektromagnetik. Namun
pengertian spektrofotometri lebih spesifik atau pengertiannya lebih sempit karena
ditunjukan pada interaksi antara materi dengan cahaya (baik yang dilihat maupun
tidak terlihat). Sedangkan pengertian spektroskopi lebih luas misalnya cahaya
maupun medan magnet termasuk gelombang elektromagnetik.
Radiasi elektromagnetik memiliki sifat ganda yang disebut sebagai sifat
dualistik cahaya yaitu:
1) Sebagai gelombang
2) Sebagai partikel-partikel energi yang disebut foton.
𝐼𝑡 𝐼𝑡
T = 𝐼𝑜 atau %T = 𝐼𝑜 x100%
Dimana:
I = merupakan intensitas cahaya datang
It atau I1 = intensitas cahaya setelah melewati sampel.
Rumus yang diturunkan dari Hukum Beer dapat ditulis sebagai:
A= a . b . c atau A = ε . b . c
Dimana:
A = absorbansi
b atau terkadang digunakan l = tebal larutan (tebal kuvet diperhitungkan juga
umumnya 1 cm)
c = konsentrasi larutan yang diukur
ε = tetapan absorptivitas molar (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam
molar)
a = tetapan absorptivitas (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam ppm).
1. Sinar yang masuk atau sinar yang mengenai sel sampel berupa sinar dengan
dengan panjang gelombang tunggal (monokromatis).
2. Penyerapan sinar oleh suatu molekul yang ada di dalam larutan tidak
dipengaruhi oleh molekul yang lain yang ada bersama dalam satu larutan.
3. Penyerapan terjadi di dalam volume larutan yang luas penampang (tebal kuvet)
yang sama.
4. Penyerapan tidak menghasilkan pemancaran sinar pendafluor. Artinya larutan
yang diukur harus benar-benar jernih agar tidak terjadi hamburan cahaya oleh
partikel-partikel koloid atau suspensi yang ada di dalam larutan.
5. Konsentrasi analit rendah. Karena apabila konsentrasi tinggi akan menggangu
kelinearan grafik absorbansi versus konsntrasi (Karyadi, 1994).
2.10 Menentukan konsentrasi sampel dengan cara kurva kalibrasi
Konsentrasi sampel dalam suatu larutan dapat ditentukan dengan rumus yang
diturunkan dari hukum lambert beer (A= a . b . c atau A = ε . b . c). Namun ada cara
lain yang dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu spesi yang ada dalam
suatu larutan yakni dengan cara kurva kalibarasi. Cara ini sebenarnya masih tetap
bertumpu pada hukum Lambert-Beer yakni absorbansi berbanding lurus dengan
konsentrasi (Niketut Sari, 2010).
Tabel 4.1.3 Hasil percobaan analisa K2CrO4 secara spektrofotometer dengan panjang
gelombang 395 nm.
Konsentrasi K2CrO4 Absorbansi Transmisi
100 ppm 3.357 0.1 %
75 ppm 3.332 0.0 %
50 ppm 3.092 0.0 %
25 ppm 3.314 0.1 %
Tabel 4.1.4 Hasil percobaan analisa K2CrO4 secara spektrofotometer dengan panjang
gelombang 357 nm.
Konsentrasi K2CrO4 Absorbansi Transmisi
100 ppm 3.996 0.0 %
75 ppm 4.000 0.0 %
50 ppm 4.000 0.0 %
25 ppm 4.000 0.0 %
4.2 Pembahasan
4.2.1 pH meter
Pada percobaan pH meter sampel yang digunakan yaitu : air paret, air
deterjen, jus belimbing, fanta. Sampel ini disediakan untuk menghitung pH. Setelah
masing-masing pH sampel dihitung menggunakan pH meter ternyata tiap sampel
mempunyai pH yang berbeda. Contohnya pada air paret, air paret memiliki pH 8,94.
Ini menunjukkan bahwa sampel air bersifat basa karna air yang diambil berasal dari
pemukiman warga. Deterjen adalah produk yang mengandung basa kuat, sehingga
menyebabkan air parit bersifat basa. Belimbing memiliki pH 6,47. Karna kandungan
asam yang dimiliki belimbing cukup banyak. Fanta memiliki pH 6,21. Karna fanta
memiliki kandungan soda yang bersifat asam. Air deterjen memiliki pH 11,06. Karna
sabun cuci adalah basa kuat, contoh : NaOH & KOH. Biasanya sabun itu terkandung
dari lemak atau minyak yang direaksikan dengan basa seperti NaOH dan KOH.
Dengan penambahan basa agar sabun itu membentuk padatan. Kulit kita juga
memiliki pH sekitar 7 sampai 14. Maka dari dari itu basa menjadi bahan untuk
pembuatan sabun. Dalam percobaan pH meter ini tidak hanya bahan-bahan yang
diatas saja yang mengandung pH asam dan basa, masih banyak lagi bahan-bahan
yang dapat digunakan untuk menganalisa menggunakan pH meter.
5.1 Kesimpulan
1. Air parit bersifat basa dengan pH 8,94 dan air deterjen juga bersifat basa.
Sedangkan fanta dan jus belimbing bersifat asam.
2. Air deterjen memiliki kandungan basa kuat seperti NaOH dan KOH.
3. Semakin besar konsentrasinya maka semakin besar absorbansinya.
4. Nilai absorbansi berbanding terbalik dengan nilai transmisinya.
4.3 Saran
Pada percobaan pH meter pendeteksian larutan asam basa diuji juga dengan
kertas lakmus. Untuk percobaan spektrofotometer diharapkan alat
spektrofotometernya bisa diperbaiki guna mempelancar proses praktikum dan supaya
data yang kita miliki akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Al Underwood, 1996. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.
Day, R.A.1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta Erlangga.
Hart, H.Craine L.E. 2003. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.
Karyadi, Benny. 1990 . Kimia 2. Jakarta : Balai Pustaka.
Maddu, A.2006. Sensor pH Serat Optik Berdasarkan Absorbsi Gelombang Evanecent
Dengan Menggunakan Cludding Polimer Berdopping DYE Indikator. U-I
Press : Jakarta.
Mathias Laksi. 2002. Kimia Analitik Dasar. Bandung : Grafindo Media Utama.
Niketut Sari.2010. Analisa Instrumentasi. Klaten : Yayasan Humaniora.
Suryatno, dkk. 2004. Kimia SMA/MA Kelas XI. Jakarta : Grapindo