Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

PENGARUH SUHU DAN KONSENTRASI


TERHADAP KECEPATAN REAKSI

Diajukan untuk memenuhi Tugas Laporan Praktikum Kimia Fisika

Disusun Oleh:
Kelompok II (A2)

Fiqri Pradana Putra Nasution NIM. 190140031


Oktarian Pranata Gurky NIM. 190140037
Nawardah Hanie NIM. 190140046
Erisantana Pelawi NIM. 190140052
Tassa Aurora NIM. 190140069
Topan Syah NIM. 190140075
Rahmad Hidayat NIM. 190140099
Sri Wiyani NIM. 190140110

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2021
ABSTRAK
Kecepatan reaksi merupakan kecepatan perubahan konsentrasi pereaksi terhadap
waktu. Tujuan dari praktikum ini untuk mengetahui pengaruh suhu dan
konsentrasi terhadap laju reaksi. Pada percobaan A, dimasukkan 25 ml Na2S2O3
ke dalam gelas ukur dan diletakkan diatas kertas yang diberi tanda silang hitam.
Kemudian ditambah 2 ml HCl dan pada saat ditambahkan HCl dengan bersamaan
dihidupkan stopwatch, diaduk dan diamati dari atas tanda silang hitam memudar
atau tidak jika dilihat dari atas. Suhu dan waktu dicatat kemudian diulangi dengan
volume larutan yang berbeda. Pada percobaan B, dimasukkan 10 ml Na2S2O3 ke
dalam gelas ukur lalu diencerkan hingga volume menjadi 50 ml. ke dalam tabung
reaksi dimasukkan 2 ml HCl yang kemudian gelas ukur dan tabung reaksi
dimasukkan kedalam beaker glass yang berisi air yang sudah mencapai suhu
kesetimbangan. Kedalam gelas ukur dimasukkan 2 ml HCl yang kemudian
diletakkan diatas kertas yang bertanda silang hitam lalu dihomogenkan dan
dengan bersamaan hidupkan stopwatch. Suhu dan waktunya dicatat. Pada
percobaan bagian A, konsentarsi relatif thiosulfat 25 ml didapatkan 1/waktu yaitu
0,081 s-1, konsentrasi relatif thiosulfat 20 ml didapatkan 1/waktu yaitu 0,062 s-1,
konsentrasi relatif thiosulfat 15 ml didapatkan 1/waktu yaitu 0,059 s-1, konsentrasi
relatif thiosulfat 10 ml didapatkan 1/waktu yaitu 0,014 s-1, dan yang terakhir
konsentrasi relatif thiosulfat 5 ml didapatkan 1/waktu yaitu 0,015 s-1 dari data
tersebut dapat dilihat bahwa konsentrasi relatif thiosulfat 25 ml lebih cepat waktu
bereaksinya dibandingkan dengan konsentrasi relatif thiosulfat 5 ml. Percobaan
bagian B, didapatkan hasil pada suhu 35℃ didapatkan 1/ waktu yaitu 0,057 s-1
pada waktu 58,35 detik, pada suhu 40℃ didapatkan 1/ waktu yaitu 0,019 s-1 pada
waktu 52,27 detik, pada suhu 45℃ didapatkan 1/ waktu yaitu 0,021 s-1 pada
waktu 46,50 detik, pada suhu 50℃ didapatkan 1/ waktu yaitu 0,025 s-1 pada
waktu 40,37 detik, dan yang terakhir pada suhu 55℃ didapatkan 1/ waktu yaitu
0,028 s-1 pada waktu 36,01 detik. Dari percobaan tersebut dapat disimpulkan
bahwa semakin besar konsentrasi maka semakin cepat reaksi berlangsung, dan
semakin tinggi suhu semakin cepat pula reaksi berlangsung.

Kata kunci: Larutan, kecepatan reaksi, konsentrasi, suhu, dan waktu.


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum : Pengaruh Suhu Dan Konsentrasi Terhadap


Kecepatan Reaksi.
1.2 Tanggal Praktikum :
1.3 Pelaksana Praktikum : 1. Fiqri Pradana Putra Nst NIM. 190140031
2. Oktarian Pranata Gurky NIM. 190140037
3. Nawardah Hanie NIM. 190140046
4. Erisantana Pelawi NIM. 190140052
5. Tassa Aurora NIM. 190140069
6. Topan Syah NIM. 190140075
7. Rahmad Hidayat NIM. 190140099
8. Sri Wiyani NIM. 190140110
1.4 Tujuan Praktikum : Mempelajari pengaruh suhu dan perubahan
konsentrasi terhadap laju reaksi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Percobaan ini bersifat semi kuantitatif yang dapat dipergunakan untuk


menentukan perubahan konsentrasi dan pengaruh suhu terhadap reaksi. Reaksi
yang akan diamati adalah reaksi pengendapan koloid belerang yang terbentuk
apabila tiosulfat direaksikan dengan asam. Reaksi ini disebut semi kuantitatif
karena disini tidak dilakukan pengukuran konsentrasi, yang diukur hanya waktu
yang diperlukan agar koloid belerang mencapai suatu intensitas tertentu. Reaksi
dapat ditulis sebagai berikut:
S2O3 + 2H → H2O + SO + S..............................................................(2.1)
Reaksi kimia adalah proses perubahan zat pereaksi menjadi produk.
Seiring dengan bertambahnya waktu reaksi, maka jumlah zat pereaksi akan
berkurangnya semakin sedikit, sedangkan produk semakin banyak. Maka laju
reaksi dapat dinyatakan sebagai laju reaksi pereaksi atau laju terbentuknya
produk. Reaksi kimia adalah proses berubahnya pereaksi menjadi hasil reaksi.
Proses itu ada yang lambat dan ada yang cepat. Contohnya bensin terbakar lebih
cepat dibandingkan dengan minyak tanah. Ada reaksi yang berlangsung sangat
cepat, seperti membakar dinamit yang menghasilkan ledakan, dan yang sangat
lambat adalah seperti proses berkaratnya besi. Pembahasan tentang kecepatan
(laju) reaksi disebut kinetika kimia. Dalam kinetika kimia ini dikemukakan cara
menentukan laju reaksi dan faktor apa yang mempengaruhinya (Tim
Laboratorium Dasar Teknik Kimia Universitas Malikussaleh, 2016).

2.1 Pengertian laju reaksi


Laju menyatakan seberapa cepat atau seberapa lambat suatu proses
berlangsung. Laju juga menyatakan besarnya perubahan yang terjadi dalam satu
satuan waktu dapat berupa detik, menit, jam, hari atau tahun. Reaksi kimia adalah
proses perubahan zat pereaksi menjadi produk. Seiring dengan bertambahnya
waktu reaksi, maka jumlah zat pereaksi semakin sedikit, sedangkan produk
semakin banyak. Laju reaksi dinyatakan sebagai laju berkurangnya pereaksi atau
laju terbentuk nya produk. Laju reaksi didefinisikan sebagai perubahan
konsentrasi reaktan atau produk tiap satuan waktu. Dimana yang terjadi didalam
reaksi kimia adalah perubahan jumlah pereaksi dan hasil reaksi. Perubahan ini
kebanyakan dinyatakan dalam perubahan konsentrasi molar. Jadi, untuk laju
reaksi hipotetik:
A + 3B → 2C + 2D................................................................................(2.2)
Dapat diartikan sebagai laju berkurangnya konsentrasi molar A. Dengan
demikian dapat diartikan satuan laju reaksi misalnya mol L-1 detik-1 (mol perliter
per detik) ( Ralph, 1985).

2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi


Banyak hal yang mempengaruhi kecepatan reaksi biasanya kecepatan
suatu reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor sekaligus dan ada kalanya faktor-
faktor ini saling mempengaruhi satu sama lain. Beberapa faktor yang
mempengauhi kecepatan reaksi adalah:
2.2.1 Sifat alami suatu reaksi
Semakin reaktif dari sifat pereaksi laju reaksi akan semakin bertambah
atau reaksi berlangsung semakin cepat. Semakin luas permukaan zat pereaksi laju
reaksi akan semakin bertambah, hal ini dapat dijelaskan dengan semakin luas
permukaan zat yang bereaksi maka daerah interaksi zat pereaksi semakin luas
juga. Permukaan zat pereaksi dapat diperluas dengan memperkecil ukuran
pereaksi. Jadi untuk meningkatkan laju reaksi, pada zat pereaksi dalam bentuk
serbuk lebih baik bila dibandingkan dalam bentuk bongkahan. Beberapa reaksi
memang secara alami lambat atau lebih cepat dibandingkan yang lain. Jumlah
spesies yang ikut bereaksi serta keadaan fisik reaktan, ataupun kekompleksan
jalanya (mekanisme reaksi) dan faktor lain sangat menentukan kecepatan laju
reaksi.
2.2.2 Tekanan
Banyak reaksi yang melibatkan pereaksi dalam wujud gas. Kelajuan dari
pereaksi juga dipengaruhi tekanan. Penambahan tekanan dengan memperkecil
volume akan memperbesar konsentrasi, dengan demikian dapat memperbesar laju
reaksi.
2.2.3 Konsentrasi reaktan
Dari persamaan umum laju reaksi, besarnya laju reaksi sebanding dengan
konsentrasi pereaksi. Jika natrium tiosulfat dicampur dengan asam kuat encer
maka akan timbul endapan putih. Bila konsentrasi bertambah maka laju reaksi
akan bertambah. Sehingga konsentrasi berbanding lurus dengan laju reaksi.
2SO2 + O2 → 2SO3................................................................................(2.3)
Semakin besar konsentrasi SO2 dan O2 maka tumbukan antar molekul-
molekulnya untuk membentuk SO3 juga semakin cepat (Adi, 2008).
2.2.4 Orde reaksi
Orde reaksi menentukan seberapa besar konsentrasi reaktan berpengaruh
pada kecepatan reaksi. Orde reaksi berkaitan dengan pangkat dalam hukum laju
reaksi, reaksi yang berlangsung dengan konstan, tidak bergantung pada
konsentrasi pereaksi disebut orde reaksi nol. Reaksi orde pertama lebih sering
menampakkan konsentrasi tunggal dalam hukum laju, dan konsentrasi tersebut
berpangkat satu. Rumusan yang paling umum dari hukum laju reaksi orde dua
adalah konsentrasi tunggal berpangkat dua atau dua konsentrasi masing-masing
berpangkat satu. Salah satu metode penentuan orde reaksi memerlukan
pengukuran laju reaksi awal dari sederet percobaan.
2.2.5 Katalis
Katalis adalah sebuah bahan yang meningkatkan kecepatan sebuah reaksi
kimia tanpa dirinya mengalami perubahan kimia yang permanen. Proses ini
disebut katalis.
Suatu katalis dapat mempengaruhi kecepatan reaksi dengan salah jalan:
1. Dengan pembentukan senyawa-senyawa antara (katalis homogen)
2. Adsorbs (katalis heterogen)
(Keenan, 1990)
2.2.6 Suhu
Ketika Anda meningkatkan temperatur maka laju reaksinya akan
meningkat. Laju reaksi akan berlipatganda setiap kenaikan suhu tertentu. Dan
angka dari derajat suhu yang diperlukan untuk melipatgandakan laju reaksi akan
berubah secara bertahap seiring dengan meningkatnya temperatur. Jika Anda
memanaskan suatu benda, maka partikel-partikelnya akan bergerak lebih cepat
(energi kinetiknya akan naik) sehingga frekuensi terjadinya tumbukan juga akan
meningkat.

2.3 Reaksi Kimia


Semua reaksi kimia menyangkut perubahan energi yang diwujudkan
dalam bentuk panas. Kebanyakan reaksi kimia disertai dengan pelepasan panas
(reaksi eksotermis), meskipun adapula beberapa reaksi kimia yang menyerap
panas (reaksi endotermis). Bahaya dari suatu reaksi kimia terutama adalah karena
proses pelepasan energi (panas) yang demikian banyak dan dengan kecepatan
yang sangat tinggi, sehingga tidak terkendali dan bersifat destruktif (merusak)
terhadap lingkungan.
Banyak kejadian dan kecelakaan di dalam laboratorium sebagai akibat
reaksi kimia yang hebat atau eksplosif (bersifat ledakan). Namun kecelakaan
tersebut pada hakikatnya disebabkan oleh kurangnya pengertian atau apresiasi
terhadap faktor-faktor kimia-fisika yang mempengaruhi kecepatan reaksi kimia.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan suatu reaksi kimia adalah
konsentrasi pereaksi, kenaikan suhu reaksi, dan adanya katalis. Sesuai dengan
hukum aksi massa, kecepatan reaksi bergantung pada konsentrasi zat pereaksi.
Oleh karena itu, untuk percobaan-percobaan yang belum dikenal bahayanya, tidak
dilakukan dengan konsetrasi pekat, melainkan konsentrasi pereaksi kira-kira 10%
saja. Kalau reaksi telah dikenal bahayanya, maka konsetrasi pereaksi cukup 2 – 5
% saja sudah memadahi. Suatu contoh, apabila amonia pekat direaksikan dengan
dimetil sulfat, maka reaksi akan bersifat eksplosif, akan tetapi tidak demikian
apabila digunakan amonia encer.
Pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi kimia dapat diperkirakan dengan
persamaan Arhenius, dimana kecepatan reaksi bertambah secara eksponensial
dengan bertambahnya suhu. Secara kasar apabila suhu naik sebesar 10oC, maka
kecepatan reaksi akan naik menjadi dua kali. Atau apabila suhu reaksi mendadak
naik 100oC, ini berarti bahwa kecepatan reaksi mendadak naik berlipat 210 =
1024 kali. Di sinilah pentingnya untuk melakukan kendali terhadap suhu reaksi,
misalnya dengan pendinginan apabila reaksi bersifat eksotermis. Suatu contoh
asam meta-nitrobenzen sulfonat pada suhu sekitar 150oC akan meledak akibat
reaksi penguraian eksotermis. Campuran kalium klorat, karbon, dan belerang
menjadi eksplosif pada suhu tinggi atau jika kena tumbukan, pengadukan, atau
gesekan (pemanasan pelarut). Dengan mengetahui pengaruh kedua faktor di atas
maka secara umum dapat dilakukan pencegahan dan pengendalian terhadap
reaksi-reaksi kimia yang mungkin bersifat eksplosif (Petrucci, 1987).

2.4 Ciri-ciri reaksi kimia


Suatu perubahan kimia atau reaksi kimia dapat diketahui melalui gejala-gejala
yang menyertainya. Gejala-gejala atau ciri-ciri reaksi kimia antara lain sebagai
berikut:
1. Terjadinya perubahan warna.
Hal ini dapat kamu amati misalnya pada reaksi antara larutan amilum dan
iridium. Hasil reaksi berupa larutan berwarna biru.
2. Terjadi gas
Pernahkah kamu berdekatan dengan bengkel las karbit? Bau menyengat
yang kamu rasakan di dekat bengkel las karbit adalah gas etuna. Gas itu
berasal dari reaksi antara karbit dan air saat digunakan untuk mengelas.
3. Terjadi endapan
Endapan hasil reaksi dapat kamu temukan pada alat-alatmemasak. Selain
itu juga dapat kamu temukan pada proses penjernihan air yang
menggunakan tawas.
4. Terjadi perubahan suhu
Adanya perubahan suhu dapat kamu amati ketika batu gamping dicampur
air. Selain itu kamu juga dapat menemukan perubahan suhu itu pada reaksi
karbit dengan air.
Reaksi kimia yang menghasilkan energi disebut reaksi eksoterm. Ada pun
reaksi yang menyerap energi disebut reaksi endoterm.
2.5 Laju Sesaat
Laju sesaat adalah laju pada saat tertentu. Sebagai telah kita lihat
sebelumnya, laju reaksi berubah dari waktu ke waktu. Pada umumnya, laju reaksi
makinkecil seiring dengan bertambahnya waktu reaksi. Oleh karena itu, plot
konsentrasi terhadap waktu berbentuk garis lengkung (Bird, 1990).

2.6 Energi Aktivasi (Ea)


Selama perubahan kimia, perlulah bagi molekul-molekul yang bereaksi
untuk bertabrakan ketika molekul itu bergerak secara acak. Tetapi untuk banyak
reaksi endoterm pada temperatur kamar kebanyakan molekul sekedar terpental
setelah bertabrakan tanpa bereaksi, seperti digambarkan dalam temperatur kamar,
molekul-molekul berulang ulang bertabrakan satu sama lain dan terpental tanpa
perubahan. Sebuah bola yang diam dalam suatu lekukan pada lereng akan
melepaskan energinya jika bola itu dapat menggelinding ke bawah. Tetapi, itu tak
akan terjadi kecuali jika energinya dinaikkan dulu secukupnya agar dapat ke luar
dari lekukan.
Molekul hidrogen dan oksigen pada temperatur kamar, rata-rata molekul
itu tidak mempunyai cukup energi untuk membentuk keadaan transisi. Akan tetapi
jika korek api menyala dimasukkan ke dalam wadah, molekul-molekul di dekat
nyala akan memperoleh cukup energi untuk bereaksi bila molekul-molekul
tersebut bertabrakan. Energi keseluruhan yang dibebaskan diberikan ke molekul-
molekul didekatnya, sehingga reaksi menyebar sangat cepat ke semua bagian dari
wadah. Energi yang ditambahkan yang harus dipunyai oleh zat-zat yang bereaksi
untuk membentuk kompleks teraktifan atau keadaan transisi, disebut energi
pengaktifan (Ea). Energi pengaktifan untuk reaksi khas bergantung terutama pada
sifat dasar pereaksi (Keenan, 1984).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat-alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum sebagai berikut:
1. Beaker gelas 100 ml 1 buah
2. Gelas ukur 100 ml 1 buah
3. Gelas ukur 25 ml 1 buah
4. Pipet volum 5 ml 1 buah
5. Tabung reaksi dan rak 1 buah
6. Thermometer 1 buah
7. Batang pengaduk 1 buah
8. Stopwatch 1 buah
9. Hotplate 1 buah

3.1.2 Bahan-bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum sebagai berikut:
1. Larutan Na2S2O3 0,25 M
2. Larutan HCl 1M

3.2 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja yang dilakukan sebagai berikut:
A. Bagian A
1. Ditempatkan 25 ml Na2S2O3 0,25 M dapat beaker gelas 100 ml, dan
diletakkan diatas kertas yang diberi tanda silang hitam sehingga jelas dari
atas.
2. Ditambahkan 2 ml HCl 1 M dan tepat ketika penambahan dilakukan
dihidupkan stopwatch, larutan diaduk agar homogen, dilakukan
pengamatan dari atas.
3. Dicatat waktu sampai tanda silang hitam menjadi kabur.
4. Suhu larutan diukur dan dicatat.
5. Diulangi cara kerja diatas dengan komposisi larutan sebagai berikut :

Volume Volume Volume


No.
Na2S2O3 (ml) H2O (ml) HCl (ml)

1. 25 0 2

2. 20 5 2

3. 15 10 2

4. 10 15 2

5. 5 20 2

6. 0 25 2

B. Bagian B
1. Dimasukkan 10 ml Na2S2O3 0,25 ml kedalam gelas ukur, lalu diencerkan
volumenya menjadi 50 ml.
2. Diukur 2 ml HCl 1 M dimasukkan kedalam tabung reaksi, ditempatkan
gelas ukur dan tabung reaksi tersebut dipenangas air pada suhu 32˚C.
Dibiarkan kedua larutan beberapa lama sampai mencapai suhu
kesetimbangan, diukur suhu dengan thermometer dan dicatat.
3. Ditambahkan HCl kedalam larutan Na2S2O3 tersebut, pada saat yang
bersamaan dihidupkan stopwatch. Larutan diaduk lalu ditempatkan gelas
ukur diatas kertas bertanda silang hitam, dicatat waktu yang dibutuhkan
sampai tanda silang menjadi kabur bila dilihat dari atas.
4. Diulangi langkah kerja diatas dengan variasi suhu 35˚C, 40˚C, dan 45˚C,
50˚C, dan 55˚C.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Adapun hasil yang diperoleh pada praktikum ini terdapat pada Tabel 4.1
dan 4.2.
Tabel 4.1 Hasil percobaan pengaruh suhu terhadap laju reaksi
Volume Volume Volume Waktu 1/waktu
No
Na2S2O3 (ml) H2O (ml) HCl (ml) (s) (s-1)
1. 25 0 2 12,27 0,081
2. 20 5 2 16,07 0,062
3. 15 10 2 16,87 0,059
4. 10 15 2 18,49 0,054
5. 5 20 2 64,27 0,015
6. 0 25 2 ∞ ∞

Tabel 4.2 Hasil percobaan pengaruh suhu terhadap laju reaksi


Suhu Suhu Waktu 1/waktu Log
No 1/suhu (K-1) -1
(˚C) (˚K) (detik) (det ) 1/waktu
1. 35 308 0,00324 58,35 0,017 -1,769
2. 40 313 0,00319 52,27 0,019 -1,721
3. 45 318 0,00314 46,50 0,021 -1,678
4. 50 323 0,00309 40,37 0,025 -1,602
5. 55 328 0,00304 36,01 0,028 -1,552

4.2 Pembahasan
Percobaan ini dilakukan bertujuan mempelajari pengaruh perubahan
konsentrasi terhadap laju reaksi. Percobaan bagian ini dilakukan dengan variasi
konsentrasi Na2S2O3 dan H2O sedangkan konsentrasi HCl tetap. Hasil yang
diperoleh pada percobaan ini adalah pada beaker glass I dimasukkan 25 ml
larutan Na2S2O3 25 ml + 0 ml H2O + 2 ml HCl ke dalam beaker glass. Kemudian
diletakkan diatas kertas yang bertanda silang hitam. Campuran tersebut
memerlukan waktu 12,27 detik untuk memudarkan tanda silang jika dilihat dari
atas. Secara berturut dan dengan perbandingan yang telah ditetapkan diperoleh
waktu yang diperlukan untuk memudarkan tanda silang jika dilihat dari atas
adalah 16,07 detik, 16,87 detik, 18,49 detik, 64,27 detik dan tidak terhingga.
Pada saat pencampuran, dilakukan pengadukkan yang bertujuan untuk
membuat larutan bercampur homogen agar mecapai hasil yang maksimal. Larutan
ini juga mengalami perubahan warna yang semakin keruh dan ketika dilihat dari
atas tanda silang yang berada dibawah beaker glass perlahan tidak terlihat.
Perubahan warna larutan menjadi keruh disebabkan karena konsentrasi dan
volume Na2S2O3 dalam campuran lebih banyak dari pada H2O dan HCl. Selain itu
keadaan ini juga dapat terjadi karena sifat dari Na2S2O3 adalah salah satu jenis
dari garam trehidrat, dimana garam terhidrat itu merupakan garam yang terbentuk
dari senyawa kimia yang mengikat molekul air pada suhu kamar. Garam natrium
memiliki sikap higroskopis sehingga hal inilah yang menyebabkan keadaannya
menjadi keruh.
Berikut dapat digambarkan melalui grafik dibawah ini:

0,09
KECEPATAN REAKSI (1/WAKTU)

0,08 y = 0,0031x + 0,0058


0,07 R² = 0,9061
0,06
0,05
0,04
0,03
0,02
0,01
0
0 5 10 15 20 25
KONSENTRASI TIOSULFAT (%V)

Grafik 5.1 hubungan konsentrasi tiosulfat dengan kecepatan reaksi

Dapat dilihat dari grafik diatas, bahwa semakin tinggi volume suatu
larutan menandakan bahwa semakin pekat suatu campuran tersebut maka semakin
cepat terjadinya reaksi. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi
suatu zat maka jumlah molekul semakin banyak dan hal ini mengakibatkan
besarnya kemungkinan tiap molekul bertumbukkan. Hal ini membuktikan bahwa
konsentrasi berpengaruh terhadap laju reaksi dan konsentrasi berbanding lurus
dengan laju reaksi.
Percobaan selanjutnya adalah mengetahui pengaruh suhu terhadap laju
reaksi. Larutan yang digunakan sama dengan percobaan pertama yaitu
menggunakan larutan Na2S2O3, H2O dan HCl. Perbedaannya adalah larutan H2O
dipanaskan terlebih dahulu yang bertujuan untuk menaikkan suhu agar dapat
dibandingkan mana yang lebih cepat bereaksi antara suhu yang dinaikkan dengan
suhu yang tidak dinaikkan atau suhu di ruangan. Pemanasan pada percobaan ini
juga bertujuan agar suhu tersebut merupakan ketetapan yang apabila suhu tersebut
dinaikkan maka akan membuat laju reaksi menjadi cepat.
Suhu yang digunakan adalah 35oC, 40oC, 45oC, 50oC, dan 55oC. Pada suhu
35oC memerlukan waktu 58,35 detik dengan laju reaksi 0,017 untuk bereaksi dan
menyebabkan terjadinya perubahan warna pada larutan yaitu larutan menjadi
keruh. Pada suhu 40oC memerlukan waktu 52,27 detik dengan laju reaksinya
0,019 untuk bereaksi. Pada suhu 45oC memerlukan waktu 46,50 detik dengan laju
reaksi 0,021 yaitu untuk bereaksi. Pada suhu 50oC memerlukan waktu 40,37 detik
dengan laju reaksi sebesar 0,025 untuk bereaksi dan yang terakhir pada suhu 55oC
memerlukan waktu 36,01 detik dengan laju reaksi 0,028 untuk bereaksi. Berikut
digambarkan pada grafik dibawah ini:

0,03
KECEPATAN REAKSI

0,025
y = 0,0006x - 0,0032
(1/WAKTU)

0,02 R² = 0,98
0,015
0,01
0,005
0
0 10 20 30 40 50 60
SUHU (°C)

Grafik 5.2 hubungan suhu (oC) dengan kecepatan reaksi


Pengaruh suhu (oC) terhadap laju reaksi dapat dilihat pada grafik dibawah
ini:
SUHU (°C)
-1,5
0 10 20 30 40 50 60
-1,55 y = 0,0111x - 2,1621
R² = 0,991
LOG (1/WAKTU)

-1,6

-1,65

-1,7

-1,75

-1,8

Grafik 5.3 hubungan suhu (oC) denganlog 1/ waktu


Dari grafik 5.2 dan 5.3 dapat diketahui bahwa semakin tinggi suhu larutan
maka akan semakin kecil waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi. Hal ini
disebabkan oleh kenaikan suhu yang memicu energi kinetik molekul membesar
sehingga mempercepat reaksi ini membuktikan bahwa suhu berpengaruh dalam
kecepatan reaksi. Suhu yang tinggi dan konsentrasi larutan yang pekat maka akan
menyebabkan sering terjadinya tumbukkan antar partikel dan menyebabkan reaski
cepat terjadi. Fungsi HCl pada percobaan ini adalah sebagai katalis untuk
mempercepat terjadinya reaksi pada larutan, sedangkan fungsi H2O adalah sebagai
pelarut.
Jadi pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa suhu dan konsetrasi
suatu larutan dapat berpengaruh terhadap kecepatan reaksi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Semakin tinggi suhu maka laju reaksi akan semakin cepat begitu
sebaliknya jika semakin rendah suhu maka akan semakin lama laju reaksi.
2. Semakin besar volume tiosulfat dalam campuran maka waktu yang terjadi
berlangsung semakin cepat hingga larutan keruh, dan sebaliknya.
3. Semakin tinggi konsentrasi suatu larutan maka akan semakin cepat laju
reaksi begitu sebaliknya semakin rendah konsentrasi suatu larutan maka
semakin lama laju reaksi.
4. Pada percobaan bagian A pada konsentarsi relatif thiosulfat 25, 1/waktu
yaitu 0,081 , konsentrasi relatif thiosulfat 20, 1/waktu yaitu 0,062, pada
konsentrasi 15, 1/waktu yaitu 0,059, pada konsentrasi 10, 1/waktu yaitu
0,054, konsentrasi relatif thiosulfat 5, 1/waktu yaitu 0,015 dan pada
konsentrasi relatif thiosulfat 0 tidak terjadi reaksi.
4. Pada suhu 35℃ 1/suhu yaitu 0,017 pada waktu 58,35 detik, pada suhu
40℃ 1/suhu yaitu 0,019 pada waktu 52,27 detik, pada suhu 45℃ 1/suhu
yaitu 0,021 pada waktu 46,50 detik, pada suhu 50℃ 1/suhu yaitu 0,025
pada waktu 40,37 detik, pada suhu 55℃ 1/suhu yaitu 0,028 pada waktu
36,01 detik.

5.2 Saran
Dalam praktikum ini kedepannya selain menggunakan suhu dan
konsentrasi bisa juga ditambahkan katalis dalam satu percobaan sehingga dapat
dibandingkan mana percobaan yang hanya menggunakan faktor suhu dan
konsentrasi dengan percobaan faktor suhu, konsentrasi dan katalis. Pada saat
percobaan sebaiknya bahan yang digunakan harus diperiksa telebih dahulu agar
kita dapat mengetahui bahan yang kita gunakan layak atau tidaknya digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Krisbiyantoro.2008. Panduan Kimia Praktis SMA. Yogyakarta: Pustaka
Widyatama.
Bird, Tony. 1990. Kimia Fisik untuk Universitas, Jakarta : Erlangga.
Keenan, 1990. Kimia Untuk Universita. Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Petrucci, Ralph H.1985. Kimia Dasar Prinsip Dan Terapan Moderen Jilid II.
Jakarta: Erlangga.
Petrucci, Ralph H.1987. Kimia Dasar Prinsip Dan Terapan Moderen Jilid II.
Erlangga: Jakarta.
Team Laboratorium Teknik Kimia. 2016. Penuntun Praktikum Kimia Fisika.
Universitas Malikussaleh.
LAMPIRAN A
DATA PENGAMATAN
PRAKTIKUM KIMIA FISIKA
DATA PENGAMATAN

JUDUL PRAKTIKUM : Pengaruh Suhu Dan Konsentrasi Terhadap


Kecepatan Reaksi.

KELOMPOK : 2
NAMA/NIM : 1. Fiqri Pradana Putra Nst NIM. 190140031
2. Oktarian Pranata Gurky NIM. 190140037
3. Nawardah Hanie NIM. 190140046
4. Erisantana Pelawi NIM. 190140052
5. Tassa Aurora NIM. 190140069
6. Topan Syah NIM. 190140075
7. Rahmad Hidayat NIM. 190140099
8. Sri Wiyani NIM. 190140110
Bagian A
Volume Volume Volume Waktu 1/waktu
No
Na2S2O3 (ml) H2O (ml) HCl (ml) (s) (s-1)
1. 25 0 2 12,27 0,081
2. 20 5 2 16,07 0,062
3. 15 10 2 16,87 0,059
4. 10 15 2 18,49 0,054
5. 5 20 2 64,27 0,015
6. 0 25 2 ∞ ∞

Bagian B
Suhu Suhu Waktu 1/waktu Log
No 1/suhu (K-1) -1
(˚C) (˚K) (detik) (det ) 1/waktu
1. 35 308 0,00324 58,35 0,017 -1,769
2. 40 313 0,00319 52,27 0,019 -1,721
3. 45 318 0,00314 46,50 0,021 -1,678
4. 50 323 0,00309 40,37 0,025 -1,602
5. 55 328 0,00304 36,01 0,028 -1,552
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN

1. Bagian A

Pada konsentrasi 25 ml = 1/ waktu = 1/ 12,27s = 0,081 s-1

Pada konsentrasi 20 ml = 1/ waktu = 1/ 16,07s = 0,062 s-1

Pada konsentrasi 15 ml = 1/ waktu = 1/ 16,87s = 0,059 s-1

Pada konsentrasi 10 ml = 1/ waktu = 1/ 18,49s = 0,054 s-1

Pada konsentrasi 5 ml = 1/ waktu = 1/ 64,27s = 0,015 s-1

Pada konsentrasi 0 = 1/∞ = ∞ s-1

2. Bagian B

1. Menghitung suhu (T) dalam Kelvin (K)

a. T = 35°C = 35 + 273 = 308 K


Maka 1/T = 1/308 K = 0,00324 K
b. T = 40°C = 40 + 273 = 313 K
Maka 1/T = 1/313 K = 0,00319 K
c. T = 45°C = 45 + 273 = 318 K
Maka 1/T = 1/318 K = 0,00314 K
d. T = 50°C = 50 + 273 = 323 K
Maka 1/T = 1/323 K = 0,00309 K
e. T = 55°C = 55 + 273 = 328 K
Maka 1/T = 1/328 K = 0,00304 K
2. Menghitung harga v (1/t)

a. t = 58,35 detik
1/t = 1/ 58,35s = 0,017 s-1
b. t = 52,27 detik
1/t = 1/ 52,27s = 0,019 s-1
c. t = 46,50 detik
1/t = 1/ 46,50s = 0,021 s-1
d. t = 40,37 detik
1/t = 1/ 40,37s = 0,025 s-1
e. t = 36,01 detik
1/t = 1/ 36,01s = 0,028 s-1

3. Menghitung harga log (1/t)

a. 1/t = 0,017 s-1


Log 1/t = Log 0,017 = -1,769
b. 1/t = 0,019 s-1
Log 1/t = Log 0,019 = -1,721
c. 1/t = 0,021 s-1
Log 1/t = Log 0,021 = -1,678
d. 1/t = 0,025 s-1
Log 1/t = Log 0,025 = -1,602
e. 1/t = 0,028 s-1
Log 1/t = Log 0,028 = -1,552
LAMPIRAN C
TUGAS DAN PERTANYAAN

C.1 Bagian A

1. Lengkapi tabel diatas, dalam percobaan ini 1/waktu digunakan untuk


mengukur laju reaksi. Buatlah kurva laju reaksi sebagai fungsi konsentrasi
tiosulfat !
2. Hitung orde reaksi terhadap tiosulfat !
3. Bagaimana cara menentukan orde reaksi secara keseluruhan ?

Jawab:

1. Hasil data pengamatan:


Konsentrasi Relatif Waktu 1
No. (detik)
Tiosulfat (ml) (detik) waktu
1. 25 12,27 0,081
2. 20 16,07 0,062
3. 15 16,87 0,059
4. 10 18,49 0,054
5. 5 64,27 0,015
6. 0 ~ Tidak terdefenisi
Berikut kurva laju reaksi sebagai fungsi volume tiosulfat:

0,09
KECEPATAN REAKSI (1/WAKTU)

0,08 y = 0,0031x + 0,0058


0,07 R² = 0,9061
0,06
0,05
0,04
0,03
0,02
0,01
0
0 5 10 15 20 25
KONSENTRASI TIOSULFAT (%V)
V1 C1 V2 C2
2. = =
V2 C2 V3 C3

0,081 25 0,062 20
0,062
= =
20 0,059 15

1,306 = (1,25)x 1,051 = (1,33)x

X = 1,045 X = 0,790

V3 C3 V4 C4
= =
V4 C4 V5 C5

0,059 15 0,054 10
= =
0,054 10 0,015 5

1,092 = (1,5)x 3,6 = (2)x

X = 0,728 X = 1,8

3. m dan n adalah bilangan perpangkatan (orde reaksi) yang hanya dapat


ditentukan melalui eksperimen. Sesuai dengan rumus, V = k [A]m[B]n.
Bilangan perpangkatan m dan n memperlihatkan pengaruh konsentrasi
reaktan A dan B terhadap laju reaksi. Sehingga cara menentukan orde
keseluruhan (orde total) dengan cara menjumlahkan nilai m dan nilai n
(m+n).

C.2 Bagian B

1. Lengkapi tabel di atas, laju reaksi dinyatakan dengan 1/waktu. Buat kurva
laju reaksi sebagai fungsi suhu (°C) dan buat juga kurva log laju reaksi
sebagai fungsi 1/suhu (K-1).

2. Buat pembahasan mengenai bentukkurva yang diperoleh


Jawab:

1. Hasil data pengamatan

Suhu Suhu Waktu 1/waktu Log


No 1/suhu (K-1)
(˚C) (˚K) (detik) (det-1) 1/waktu
1. 35 308 0,00324 58,35 0,017 -1,769
2. 40 313 0,00319 52,27 0,019 -1,721
3. 45 318 0,00314 46,50 0,021 -1,678
4. 50 323 0,00309 40,37 0,025 -1,602
5. 55 328 0,00304 36,01 0,028 -1,552

Berikut kurva laju reaksi sebagai fungsi suhu (°C):

0,03
KECEPATAN REAKSI (1/WAKTU)

0,025
y = 0,0006x - 0,0032
0,02 R² = 0,98
0,015
0,01
0,005
0
0 10 20 30 40 50 60
SUHU (°C)

Berikut kurva log laju reaksi sebagai fungsi 1/suhu (K-1)

SUHU (°C)
-1,5
0 10 20 30 40 50 60
-1,55 y = 0,0111x - 2,1621
R² = 0,991
LOG (1/WAKTU)

-1,6

-1,65

-1,7

-1,75

-1,8
2. Dari kedua kurva di atas dapat diketahui bahwa, suhu yang dinaikkan
membuat reaksi berlangsung lebih cepat. Hal ini disebabkan oleh kenaikan
suhu yang memicu energi kinetik molekul membesar, sehingga
mempercepat reaksi. Hal ini membuktikan bahwa suhu berpengaruh
terhadap laju reaksi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa suhu berbanding
lurus terhadap kecepatan reaksi.
LAMPIRAN D
GAMBAR ALAT

No. Nama dan Gambar Alat Fungsi


Beaker gelas

Beaker gelas berfungsi untuk


1. mengaduk campuran dan sebagai
wadah memanaskan cairan.

Gelas ukur

Gelas ukur berfungsi untuk


2.
mengukur volume cairan.

Pipet volume

Pipet volume berfungsi untuk


3. memindahkan volume cairan dengan
teliti atau seksama.
Tabung reaksi

Tabung reaksi berfungsi untuk


4.
mereaksikan dua atau lebih zat.

Thermometer

Thermometer berfungsi untuk


5.
mengukur suhu.

Batang pengaduk

Batang pengaduk berfungsi untuk


6.
mengaduk larutan.

Stopwatch

Stopwatch berfungsi untuk mengukur


7.
waktu.
Hotplate

Hotplate berfungsi untuk


8.
memanaskan campuran atau sampel.

Anda mungkin juga menyukai