Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENGARUH SUHU

DAN KONSENTRASI TERHADAP LAJU REAKSI


Diajukan untuk Memenuhi Tugas Laporan Praktikum Kimia Dasar

Disusun Oleh :
Kelompok III (A3)
Mizwa Widiarman NIM. 190140073
Fitriyani Sirait NIM. 190140077
Maghfira Khauli NIM. 190140085
Azzahra NIM. 190140094
Khairun Nissah NIM. 190140103
Alfikri Maulana NIM. 190140113
Khalida Afra NIM. 190140116

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2021
ABSTRAK

Laju reaksi adalah cepat atau lambatnya suatu reaksi berlangsung. Laju reaksi
adalah jumlah mol reaktan per satuan volume yang bereaksi dalam satuan waktu
tertentu, laju reaksi pada setiap titik sepanjang kurva sama dengan -dc/dt, tetapi
apabila laju reaksi dituliskan sebagai laju pembentukan produk, maka laju reaksi
akan bernilai positif. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari
pengaruh suhu dan temperatur terhadap kecepatan reaksi. Prosedur yang
dilakukan adalah mereaksikan NaS2O3 0,25 M dan HCl 1 M dengan perbedaan
konsentrasi dan perbedaan temperatur sistem. Di percobaan bagian A dengan
volume Na2S2O3 25 mL menghasilkan waktu reaksi yaitu 32 detik dengan laju
reaksi 0,031s-1, volume Na2S2O3 20 mL menghasilkan waktu reaksi yaitu 44 detik
dengan laju reaksi 0,022 s-1, volume Na2S2O3 15 mL menghasilkan waktu reaksi
yaitu 69 detik dengan laju reaksi 0,014 s-1, volume Na2S2O3 10 mL menghasilkan
waktu reaksi yaitu 98 detik dengan laju reaksi 0,010 s-1. Pada volume Na2S2O3 5
mL menghasilkan waktu reaksi yaitu 103 detik dengan laju reaksi 0,009 s-1 dan
volume Na2S2O3 0 mL tidak menghasilkan reaksi.Semakin tinggi suhu suatu zat
maka akan meningkatkan tumbukan antarpartikel sehingga meningkatkan laju
reaksi. Semakin tinggi konsentrasi suatu zat maka laju reaksinya akan semakin
besar.

Kata Kunci : HCl, laju reaksi, Na2S2O3, suhu dan volume


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum : Pengaruh suhu dan konsentrasi terhadap


kecepatan reaksi
1.2 Tanggal Praktikum :
1.3 Pelaksana Praktikum : 1. Mizwa Widiarman NIM. 180140073
2. Fitriyani Sirait NIM. 180140077
3. Maghfira Khauli NIM. 180140085
4. Azzahra NIM. 180140094
5. Khairun Nissah NIM. 180140103
6. Alfikri Maulana NIM. 180140113
7. Khalida Afra NIM. 180140116
1.4 Tujuan Praktikum : Untuk mempelajari pengaruh suhu dan
perubahan konsentrasi terhadap laju reaksi

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1       Laju Reaksi
Laju atau kecepatan reaksi adalah banyaknya mol per liter larutan suatu zat
yang dapat berubah zat lain dalam setiap satuan waktu. Pada umunya kecepatan
reaksi akan besar apabila konsentrasi pereaksi cukup besar. Dengan berkurangnya
konsentrasi pereaksi sebagai akibat dari reaksi, maka akan berkurang pula
kecepatannya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah:

2.1.1 Luas Permukaan terhadap Laju Reaksi


Laju reaksi dipengaruhi luas permukaan bidang sentuh antara zat-zat yang
bereaksi. Suatu zat padat akan lebih cepat bereaksi jika permukaannya diperluas
dengan cara mengubah bentuk kepingan menjadi serbuk atau ukurannya
diperkecil. Dalam bentuk serbuk, ukurannya menjadi lebih kecil, tetapi jumlahnya
banyak sehingga luas permukaan bidang tumbukan antar zat pereaksi akan
semakin besar.

2.1.2 Konsentrasi terhadap Laju Reaksi


Selain luas permukaan dan suhu, laju reaksi dapat juga dipengaruhi oleh
konsentrasi.  Semakin tinggi konsentrasi maka semakin banyak molekul reaktan
yang tersedia dengan demikian kemungkinan bertumbukan akan semakin banyak
juga sehingga kecepatan reaksi meningkat.

2.1.3 Tekanan terhadap Laju Reaksi

Reaksi yang melibatkan gas, kecepatan reaksinya berbanding lurus dengan


kenaikan tekanan dimana faktor tekanan ini ekuivalen dengan konsentrasi.

2.1.4 Suhu terhadap Laju Reaks

Semakin tinggi suhu reaksi, semakin cepat pelarutan berlangsung. Selain


mempengaruhi kecepatan pelarutan, suhu reaksi juga mempengaruhi kecepatan
suatu reaksi kimia. Jika suhu reaksi dinaikkan, akan terjadi penambahan energi
sehingga pergerakan partikel menjadi lebih cepat. Akibatnya, semakin banyak
tumbukan antar molekul pereaksi sehingga reaksi akan berlangsung semakin
cepat. Selain itu, kenaikan suhu reaksi mengakibatkan bertambahnya energi
kinetik molekul-molekul pereaksi sehingga energi kinetiknya melebihi harga
energi aktivasi.

2.1.5 Katalis terhadap Laju Reaksi

2
3

             Katalis adalah suatu zat yang dapat mempercepat atau memperlambat
reaksi. Katalis yang memperlambat reaksi disebut inhibitor. Pada umumnya
katalis disebut sebagai zat mempercepat reaksi.  (Brady, 1999).

2.2  Kegiatan dan Kejadian yang Melibatkan Katalis

Katalis banyak digunakan dalam industri dan kehidupan sehari-hari. Selain


itu, beberapa reaksi kimia di alam juga melibatkan katalis. Mekanisme kerja
katalis bergantung pada jenis katalisnya. Katalis dapat dikelompokkan menjadi
katalis homogen, katalis heterogen, dan biokatalis (enzim). Selain itu, dikenal juga
istilah autokatalis.

2.2.1 Katalis Homogen
Katalis homogen adalah katalis yang wujudnya sama dengan wujud zat-zat
pereaksi. Dalam suatu reaksi kimia, katalis homogen berfungsi sebagai pengantara
(fasilitator).

2.2.2  Katalis Heterogen


Katalis heterogen adalah katalis yang wujudnya berbeda dengan pereaksi.
Reaksi zat-zat yang melibatkan katalis heterogen berlangsung pada permukaan
katalis tersebut. Misalnya reaksi hidrogenasi etena (C2H4) dengan katalis logam
nikel (Ni). Zat pereaksi, C2H4 dan H2 berwujud gas, sedangkan logam Ni berwujud
padat.

2.2.3        Enzim
Enzim adalah katalis yang mempercepat reaksi-reaksi kimia dalam
makhluk hidup sehingga enzim dikenal pula dengan istilah biokatalis.

2.2.4        Autokatalis
Autokatalis adalah zat hasil reaksi yang berfungsi sebagai katalis, artinya
zat hasil reaksi yang terbentuk akan mempercepat reaksi kimia. Contohnya, reaksi
antara kalium permanganat dengan asam oksalat (Sukardjo, 1985).

2.3       Teori Tumbukan pada Laju Reaksi


Reaksi yang hanya melibatkan satu partikel mekanismenya sederhana dan
tidak perlu memikirkan tentang orientasi dari tumbukan. Reaksi yang melibatkan
tumbukan antara dua atau lebih partikel akan membuat mekanisme reaksi
menjadi lebih rumit.

2.3.1    Reaksi yang Melibatkan Tumbukan Antara Dua Partikel


4

Keadaan yang melibatkan dua partikel dapat bereaksi jika mereka


melakukan kontak satu dengan yang lain.  Pertama harus bertumbukan, dan lalu
memungkinkan terjadinya reaksi. Kedua partikel tersebut harus bertumbukan
dengan mekanisme yang tepat, dan harus bertumbukan dengan energi yang cukup
untuk memutuskan ikatan-ikatan.

2.3.2    Orientasi Dari Tumbukan


Pertimbangkan suatu reaksi sederhana yang melibatkan tumbukan antara
dua molekul etena dan hidrogen klor, HCl sebagai contoh. Keduanya bereaksi
untuk menghasilkan kloroetan. Sebagai hasil dari tumbukan antara dua molekul,
ikatan rangkap diantara dua karbon berubah menjadi ikatan tunggal.
Satu hidrogen atom berikatan dengan satu karbon dan atom klor berikatan dengan
satu karbon lainnya. Reaksi hanya dapat terjadi bila hidrogen yang merupakan
ujung dari ikatan H-Cl mendekati ikatan rangkap karbon-karbon. Tumbukan
selain daripada itu tidak bekerja dikarenakan kedua molekul tersebut akan
saling bertolak (Smith, 1999).

2.4 Kinetika Kecepatan Reaksi


Kinetika kecepatan reaksi didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi
dengan waktu dan dengan mempertimbangkan koefisien stoikiometri dari masing-
masing komponen. Dalam praktik eksperimen, konsentrasi ini dapat
dikuantifikasikan dengan berbagai cara, sebagai berikut:
a. Fotometri: pengukuran cahaya yang diserap pada panjang gelombang
spesifik mengikuti hukum lambert-beer.
b. Kondometri: pengukuran konduksi listrik jika ion terbentuk atau
dikonsumsi selama reaksi kimia.
c. Polarimetri: pengukuran sudut rotasi cahaya terpolarisasi jika komponen
aktif secara optik terlibat.
Adapun penurunan konsentrasi komponen A dengan waktu untuk reaksi
adalah:
nAA + nBB = nCC....................................................................................(2.1)
Diberikan sebagai:dcA

- = k . cAnA. cBnA.................................................................................
(2.2)
Konstanta kecepatan k tergantung pada suhu dan dapat ditingkatkan
dengan menambahkan katalis, seperti pada persamaan Arrhenius (Schartl,2014).
Laju reaksi dapat dinyatakan sebagai berkurangnya jumlah pereaksi untuk
setiap satu satuan waktu atau bertambahnya jumlah hasil reaksi untuk setiap satu
5

satuan waktu.Laju reaksi menyatakan berkurangnya konsentrasi pereaksi atau


bertambahnya konsentrasi zat hasil reaksi per satuan waktu (Antasari, 2012).

2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju reaksi


2.5.1 Sifat dasar pereaksi
Zat-zat berbeda secara nyata dalam lajunya mereka mengalami perubahan
kimia.Molekul hidrogen dan fluor bereaksi secara meledak bahkan pada
temperatur kamar dengan menghasilkan molekul hidrogen fluorida.
H2 + F2 2HF (sangat cepat pada temperatur kamar)
Pada kondisi serupa molekul hidrogen dan oksigen bereaksi begitu lambat sekali.
2H2 + O2 2H2O (sangat lambat pada temperatur kamar)
Nikel dan besi berkarat dalam atmosfer dengan laju yang berlainan bahkan bila
temperatur dan konsentrasi sama untuk keduanya. Dalam waktu yang relatif
singkat besi oksida (karat) akan nampak pada besi, tetapi permukaan nikel
nampaknya tidak berubah.
Masing-masing reaksi ini bersifat sementara artinya perubahan energi
bebas adalah negatif ( G = -). Selisih kereaktifan dapat diterangkan dengan
perbedaan jenis yang berlainan dari atom dan molekul bahkan yang bereaksi.Jika
suatu reaksi melibatkan dua spesi molekul-molekul ini pada temperatur biasa
mungkin tidak menyediakan cukup energi untuk memutuskan ikatan-
ikatann(Keenan, 1980).

2.5.2 Energi Pengaktifan


Selama perubahan kimia perlulah bagi molekul-molekul yang bereaksi
untuk bertabrakan ketika mereka bergerak secara acak.Tetapi untuk banyak reaksi
eksoterm dan sertamerta pada temperatur kamar kebanyakan molekul sekedar
terpental setelah bertabrakan tanpa bereaksi.Energi keseluruhan yang dibebaskan
diberikan ke molekul di dekat tabrakan sehingga reaksi menyebar sangat cepat ke
semua bagian wadah.
Energi yang ditambahkan yang harus dipunyai oleh zat-zat yang bereaksi
untuk membentuk kompleks teraktifan atau keadaan transisi disebut energi
pengaktifan (Ea).Energi pengaktifan untuk reaksi bergantung pada sifat dasar
pereaksi.
Untuk suatu reaksi reversibel (dapat balik) energi yang dibebaskan dalam
reaksi eksoterm sama besar dengan energi yang diserap dalam reaksi endoterm.
Energi reaksi ( E) sama dengan selisih antara energi-energi pengaktifan dari
reaksi-reaksi yang berlawanan, artinya E = Ea-Ea'
Pada sebuah konsep yang pertama kali ditangani oleh Arrhenius
berdasarkan fenomenologis murni ia berasumsi bahwa semua reaksi menghasilkan
keadaan transisi yang terletak, sehubungan dengan educts, lebih tinggi dalam
6

energi oleh jumlah aktivasi. Menurut Arrhenius ketergantungan suhu dari


konstanta kecepatan reaksi sebagai berikut:

k= A . exp [- ].....................................................................................
(2.3)
Dimana:
RT : Energi Termal
E : Energi Aktivasi
Perhatikan bahwa dalam pendekatan sederhana murni energi ini A
hanyalah parameter fitting fenomenologis yang sesuai dengan kecepatan reaksi
maksimum yang mungkin yaitu k = A ke T → ∞(Schartl,2014).

2.5.3 Temperatur
Suhu adalah besaran fisika yang hanya dapat dirasakan. Tubuh kita dapat
merasakan suhu dalam bentuk rasa panas atau dingin. Ketika menyentuh es, otak
memberikan informasi rasa dingin. Ketika berada di terik matahari, otak
memberikan informasi rasa panas. Tampak di sini bahwa suhu adalah ukuran
derajat panas suatu benda. Kenapa pada suhu lebih tinggi benda menjadi lebih
panas? Pada suhu lebih tinggi atom-atom atau molekul-molekul penyusun benda
bergetar lebih kencang. Akibatnya, energi yang dimiliki partikel menjadi lebih
tinggi. Ketika kita menyentuh benda tersebut maka akan terjadi perpindahan
energi dari partikel benda ke tangan kita. Akibatnya tangan merasakan lebih
panas.
Pada saat udara panas, molekul-molekul udara bergerak lebih kencang.
Molekul-molekul ini menumbuk kulit kita lebih kencang sehingga kita merasakan
lebih panas. Sebaliknya, pada saat udara dingin, molekul-molekul di udara
bergerak lebih lambat. Molekul-molekul di kulit kita justru bergetar lebih
kencang. Ketika udara dingin bersentuhan dengan kulit maka sebagian energi
yang dimiliki atom-atom di kulit berpindah ke atom-atom di udara. Getaran atom
kulit menjadi lebih lambat sehingga kulit merasakan dingin (Abdullah, 2016).
Laju reaksi kimia bertambak dengan naiknya temperatur. Biasanya
kenaikan sebesar 10 akan melipatkan dua atau tiga laju suatu reaksi antara
molekul-molekul. Kenaikan laju reaksi ini dapat diterangkan sebagian sebagai
lebih cepatnya molekul-molekul bergerak kian-kemari pada temperatur yang lebih
ting gi dan karenanya bertabrakan satu sama lain lebih sering. Tetapi ini belum
menjelaskan semua kecuali bila energi pengaktifan praktis nol. Dengan naiknya
temperatur bukan hanya molekul-molekul lebih sering bertabrakan tetapi mereka
juga bertabrakan dengan dampak yang lebih besar karena mereka bergerak lebih
cepat. Pada temperatur yang ditinggikan presentasi tabrakan yang mengakibatkan
reaksi kimia akan lebih besar karena mereka bergerak lebih cepat dan karenanya
7

banyak molekul yang memiliki kecepatan lebih besar dan memiliki energi cukup
untuk bereaksi (Keenan, 1980).

2.5.4 Konsentrasi
Laju suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai laju berkurangnya konsentrasi
suatu pereaksi atau sebagai laju bertambahnya konsentrasi suatu produk. Reaksi
umum :
A B + C.......................................................................... (2.4)
Konsentrasi A pada waktu t1 dinyatakan sebagai [A1] dan konsentrasi pada t2
sebagai [A2] dengan tanda kurung siku berarti konsentrasi mol/liter. Laju rata-rata
berkurangnya konsentrasi A dinyatakan sebagai :

Laju berkurangnya [A] = = ...................


.(2.5)
Laju rata-rata bertambahnya [B] atau [C] adalah :

Laju bertambahnya [B] atau [C] =

= = ...(2.6)
Dalam pernyataan untuk laju rata-rata berkurangnya [A], kuantitas A/
t adalah negatif karena [A1] lebih besar daripada [A2]. Karena laju dinyatakan
sebagai berharga positif menurut perjanjian maka ditaruh tanda minus di depan
kuantitas ini sehingga :

- = ....................................................(2.7)
(Bird, 1987).

2.6 Penentuan Orde Reaksi secara Percobaan


2.6.1 Metode integrasi
Salah satu cara untuk menentukan orde reaksi adalah dengan jalan
mencocokkan persamaan laju reaksi dengan data hasil percobaan. Masalah utama
dalam metode ini adalah adanya reaksi samping dan reaksi kebalikan yang dapat
mempengaruhi hasil percobaan, tetapi cara ini merupakan cara penentukan orde
reaksi yang paling cepat.

2.6.2 Metode laju reaksi awal (initial rates method)


Dengan metode ini masalah reaksi samping dan reaksi kebalikan dapat
ditiadakan.Dalam metode ini, prosedur yang dilakukan adalah mengukur laju
8

reaksi awal dengan konsentrasi awal reaktan yang berbeda-beda. Misalnya, laju
reaksi = k axbycz, maka dalam metode ini mula-mula axby dibuat tetap dengan jalan
menambahkan a dan b dapat diabaikan dengan demikian persamaan laju reaksi
menjadi :
Laju reaksi = k1c2....................................................................................(2.9)
Bila misalkan laju reaksi awal adalah , maka :

....................................................................................
........(2.10)
Keterangan :
z = orde reaksi terhadap c
Co = konsentrasi awal c
k' = konstanta laju reaksi (termasuk di dalamnya axby)
log = log k' + z log Co.......................................................................
(2.11)
Dibuat kurva log sebagai fungsi log Co akan diperoleh garis lurus dengan slop
z sehingga orde reaksi terhadap c dapat ditentukan.

2.6.3 Metode waktu paruh


Secara umum untuk suatu reaksi yang berordo n, waktu paruh reaksi
sebanding 1/Co n-1 dimana Co adalah konsentrasi awal reaktan. Jadi, data hasil
percobaan dimasukkan ke dalam persamaan kemudian dibuat kurva yang
berbentuk garis lurus dengan cara yang sama seperti metode integrasi. Seperti
halnya pada metode integrasi, adanya reaksi samping mempengaruhi kecepatan
reaksi pada metode ini (Bird, 1987).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Bahan dan Alat


3.1.1 Alat-alat
Adapun alat-alat yang digunakan sebagai berikut:
1. Beaker glass 100 ml 1 buah
2. Gelas ukur 100 ml 1 buah
3. Gelas ukur 25 ml 1 buah
4. Pipet volum 5 ml 1 buah
5. Tabung reaksi dan rak 1 buah
6. Thermometer 1 buah
7. Batang pengaduk 1 buah
8. Stopwatch 1 buah
9. Hot plate 1 buah

3.1.2 Bahan-bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan sebagai berikut:
1. Larutan Na2S2O3 0,25 M
2. Larutan HCL 1M

3.2 Prosedur Kerja


3.2.1 Bagian A
Adapun prosedur kerja yang dilakukan sebagai berikut:
1. Ditempatkan 25 mL Na2S2O3 0,25 M dalam beaker glass 100 mL dan
diletakkan di atas kertas yang diberi tanda silang hitam sehingga jelas dari
atas.
2. 2 ml HCl 1 M ditambahkan kedalam gelas ukur, stopwatch dihidupkan
pada saat penambahan dilakukan , larutan diaduk agar homogen,
dilakukan pengamatan dari atas.
3. Setelah itu dicatat waktu sampai tanda silang hitam menjadi kabur.
4. Selanjutnya, suhu larutan diukur dan dicatat.
5. Dan terakhir diulangi cara kerja diatas dengan komposisi larutan sebagai
berikut :
Volume HCL
No Volume Na2S2O3 (mL) Volume H2O (mL)
(mL)
1 25 0 2
2 20 5 2
3 15 10 2

9
10

4 10 15 2
5 5 20 2
6 0 25 2

3.2.2 Bagian B
Adapun prosedur kerja yang dilakukan sebagai berikut:
1. 10 mL NaS2O3 0,25 M dimasukkan kedalam gelas ukur 10 ml, lalu
diencerkan volumenya menjadi 50 ml
2. 2 mL HCl diukur, dimasukkan ke dalam tabung reaksi, gelas ukur dan
tabung reaksi tersebut diletakkan dipenangas air pada suhu 350C. dibiarkan
kedua larutan beberapa lama sampai mencapai suhu kesetimbangan , suhu
diukur dengan termometer dan dicatat.
3. HCl ditambahkan ke dalam larutan tiosulfat tersebut stopwatch
dihidupkan, larutan diaduk, lalu ditempatkan gelas ukur diatas kertas
bertanda silang hitam. Dicatat waktu yang dibutuhkan sampai tanda silang
menjadi kabur bila dilihat dari atas.
4. Langkah kerja diatas diulangi untuk berbagai variasi suhu35, 40 45, 50,
dan 55oC.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Adapun hasil yang didapat dalam percobaan ini ditunjukkan pada Tabel
4.1.
Tabel 4.1 Hasil Percobaan Pengaruh Suhu dan Konsentrasi Terhadap Kecepatan
reaksi
No Na2S2O3 (ml) H2O HCL (ml) Waktu (detik) 1/t (detik-1)
(ml)
1 25 0 2 12,27 detik 0,081 detik
2 20 5 2 16,07 detik 0,062 detik
3 15 10 2 16,87 detik 0,059 detik
4 10 15 2 18,49 detik 0,024 detik
5 5 20 2 64,27 detik 0,015 detik
6 0 25 2 ~ ~

4.2 Pembahasan
Pada percobaan ini, dilakukan percobaan untuk menentukan kecepatan reaksi
dengan konsentrasi dan pengaruh suhu. Pada percobaan ini, sampel yang digunakan
adalah Na2S2O3 0,25 N, 2ml HCl 1 M, dan H2O. Pada percobaan ini dilakukan dengan
larutan yang berbeda volumenya yaitu 25 ml, 20 ml, 15 ml, 10 ml, 5 ml, 0 ml, sehingga
setiap tabung akan mengalami waktu yang berbeda-beda untuk mencapai suatu reaksinya.
Pada percobaan ini volume Na2S2O3 25 mL dengan volume H2O 0 mL dan
HCl 2 mL memerlukan waktu untuk bereaksi adalah 12,27 detik dengan laju
reaksi sebagai 1/t adalah 0,081 s-1. Kemudian pada volume Na2S2O320 mL dengan
volume H2O 5 mL dan HCl 2 mL memerlukan waktu untuk bereaksi adalah 16,07
detik dengan laju reaksi sebagai 1/t adalah 0,062 s-1.Di volume Na2S2O3 15 mL
dengan volume H2O 10 mL dan HCl 2 mL memerlukan waktu untuk bereaksi
adalah 16,87 detik dengan laju reaksi sebagai 1/t adalah 0,059 s-1.Di volume
Na2S2O3 10 mL dengan volume H2O yang lebih banyak yaitu 15 ml dan HCl 2 ml
memerlukan waktu untuk bereaksi adalah 18,49 detik dengan laju reaksi sebagai
1/t adalah 0,024 s-1. Sementara di volume Na2S2O3 5 mL dengan volume H2O 20
ml dan HCl 2 ml memerlukan waktu untuk bereaksi adalah 64,27 detik dengan
laju reaksi sebagai 1/t adalah 0,015 s-1. Terakhir pada volume Na2S2O3 0 ml
dengan volume H2O 25 ml dan HCl 2 ml memerlukan waktu untuk bereaksi
adalah tak terhingga karena tidak terbentuk endapan sebagai pertanda terjadi
reaksi.Dari hasil yang diperoleh adalah semakin besar konsentrasi Na2S2O3, maka
semakin cepat laju reaksinya. Hal ini dikarnakan jumlah partikel yang digunakan
lebih banyak, sehingga tumbukan antar partikel lebih sering terjadi.

11
12

Teori yang menyatakan bahwa laju reaksi dapat dipercepat atau


diperlambat dengan mengubah suhunya adalah benar. Karena ketika suhu
dinaikkan maka laju reaksinya akan meningkat pula. Teori yang menyatakan jika
konsentrasi zat semakin  besar makan laju reaksinya semakin besar pula, dan
sebaliknya jika sentrasi suatu zat semakin kecil maka laju reaksinya pun semakin
kecil adalah benar dan cepat tidaknya mengaduk larutan juga berpengaruh karena
ketika praktek kedua kalinya dan mengaduk sedikit lambat maka waktu justru
bertambah.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Di percobaan bagian A dengan volume Na2S2O3 25 mL menghasilkan
waktu reaksi yaitu 12,27 detik dengan laju reaksi 0,081 s-1, volume
Na2S2O3 20 mL menghasilkan waktu reaksi yaitu 16,07 detik dengan laju
reaksi 0,062 s-1, volume Na2S2O3 15 mL menghasilkan waktu reaksi yaitu
16,87 detik dengan laju reaksi 0,059 s-1, volume Na2S2O3 10 mL
menghasilkan waktu reaksi yaitu 18,49 detik dengan laju reaksi 0,024 s-1.
Pada volume Na2S2O3 5 mL menghasilkan waktu reaksi yaitu 64,27 detik
dengan laju reaksi 0,015 s-1 dan volume Na2S2O3 0 mL tidak menghasilkan
reaksi.
2. Semakin tinggi konsentrasi suatu zat maka laju reaksinya akan semakin
besar.
3. Di percobaan bagian B pada suhu 35 menghasilkan waktu untuk
bereaksi adalah 58,35 detik dengan laju reaksi 0,017 s -1. Pada suhu 40
menghasilkan waktu untuk bereaksi adalah 52,27 detik dengan laju
reaksi 0,019 s-1, pada suhu 45 menghasilkan waktu untuk bereaksi
adalah 46,30 detik dengan laju reaksi 0,021 s-1. Sementara di suhu 50
menghasilkan waktu untuk bereaksi adalah 40,37 detik dengan laju reaksi
0,025 s-1danterakhir pada suhu 55 menghasilkan waktu untuk
bereaksi adalah 36,01 detik dengan laju reaksi 0,028 s-1.
4. Semakin tinggi suhu suatu zat maka akan meningkatkan tumbukan
antarpartikel sehingga meningkatkan laju reaksi.
5. Orde reaksi terhadap konsentrasi natrium tiosulfat adalah 0,648.

5.2 Saran
Dalam percobaan ini, tidak hanya larutan HCl yang bisa digunakan
sebagai katalis, praktikan juga bisa menggunakan larutan asam kuat yang lain
sebagai katalis seperti H2SO4 .

13
14
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Mikrajuddin. 2016. Fisika Dasar I. Bandung: Institut Teknologi


Bandung

Antasari, Ina. 2012. Metode Juara Kimia. Yogyakarta : Easymedia

Bird, Tony. 1987. Kimia Fisik untuk Universitas.Jakarta : PT. Gramedia Jakarta

Keenan, W. Charles dkk. 1990. Kimia untuk Universitas. Jakarta : Erlangga

Schartl, Dr wolfgang. 2014. Basic Physical Chemistry. Jerman: Mainz University

Brady, James E. 1999. Kimia Universitas Jilid 1 Edisi 5. Jakarta: Binarupa Aksara

Smith, C. Julian. 1999. Operasi Teknik Kimia. Jakarta: Erlangga

Sukardjo. 1985. Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga

(http://perpustakaancyber.blogspot.co.id/2013/06/pengertian-laju-reaksi-kimia-
rumus-orde.html)

15
LAMPIRAN A

PRAKTIKUM KIMIA FISIKA


DATA PENGAMATAN

JUDUL PERCOBAAN : Pengaruh Suhu dan Konsentrasi Terhadap Laju


Reaksi
KELOMPOK : III A3
NAMA/NIM : 1. Mizwa Widiarman NIM. 180140073
2. Fitriyani Sirait NIM. 180140077
3. Maghfira Khauli NIM. 180140085
4. Azahra NIM. 180140094
5. Khairun Nissah NIM. 180140103
6. Alfikri Maulana NIM. 180140113
7. Khalida afra NIM. 180140116

Tanggal Praktikum :-

Bagian A

Volume
Volume Volume Waktu
No HCl (deti
Na2S2O3 (ml) H2O (ml) (detik)
(ml) k)
1 25 0 2 12,27 0,081 detik
2 20 5 2 16,07 0,062 detik
3 15 10 2 16,87 0,059 detik
4 10 15 2 18,27 0,024 detik
5 5 20 2 64,27 0,015 detik
6 0 25 2 ˷ ˷

Bagian B

LA-1
NO Suhu (oC) Suhu 1/suhu Waktu 1/waktu Log
(K) (K-1) (detik) (det-1) (1/waktu)

1 35 308 0,00324 58,35 0,017 -1,769

2 40 313 0,00319 52,27 0,019 -1,721

3 45 318 0,00314 46,30 0,021 -1,678

4 50 323 0,00309 40,37 0,025 -1,602

5 55 328 0,00304 36,01 0,028 -1,552

LA-1
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN

A. Bagian A
1. Menghitung 1/waktu
a. 25 ml Na2S2O3

= = 0,081 detik-1
b. 20 mL Na2S2O3

= = 0,062 detik-1
c. 15 mL Na2S2O3

= = 0,059 detik-1
d. 10 mL Na2S2O3

= = 0,024 detik-1
e. 5 mL Na2S2O3

= =0,015 detik-1
f. 0 mL Na2S2O3

= =
2. Laju reaksi bagian A
reaksi : Na2S2O3 (aq) + 2 HCl (aq) 2 NaCl (aq) + SO2 (g) + S (s) + H2O (l)

v=-

a. v=- = -0,0203 M/s

b. v=- = -0,0155 M/s

c. v=- = -0,0148 M/s

d. v=- = -0,0135 M/s

LB-1
LB-2

e. v=- = -0,0038 M/s

f. v=- = M/s
LAMPIRAN C
TUGAS DAN PERTANYAAN

1. Lengkapi tabel di atas dan buatlah kurva laju reaksi sebagai fungsi
konsentrasi !
2. Hitung orde reaksi terhadap natrium tiosulfat !
3. Bagaimana cara menentukan orde reaksi secara keseluruhan ?
Jawab:

1. Tabel percobaan
No Na2S2O3 (mL) Waktu (detik) 1/Waktu (detik-1)
1. 25 12,27 0,081
2. 20 16,07 0,062
3. 15 16,87 0,059
4. 10 18,49 0,024
5. 5 64,27 0,015
6 0 - -

Berikut ini adalah kurva laju reaksi terhadap konsentrasi natrium tiosulfat

Hubungan antara volume Na2S2O3


dengan 1/T
0,1

0,08
1/T (Detik^-1)

0,06

0,04

0,02

0
0 5 10 15 20 25 30
Na2S2O3 (mL)

2. Menghitung orde reaksi


v = k [Na2S2O3]m [HCl]n

a. = b. =

LC-1
LC-2

= =
1,409 = 1,571 =
ln1,409= ln ln 1,571 = ln
ln1,409 = m ln 1,25 ln 1,571 = m ln 1,33
0,343 = 0,223 m 0,452 = 0,285 m
m = 1,538 m = 1,582

c. = d. =

= =
1,4 = 1,111 =
ln1,4 = ln ln 1,111 = ln
ln1,4 = m ln 1,5 ln 1,111 = m ln 2
0,336 = 0,406 m 0,105 = 0,693 m
m = 0,828 m = 0,152

3. Orde reaksi total dapat ditentukan dengan menjumlahkan m dengan n. m


dan n adalah bilangan perpangkatan (orde reaksi) yang dapat ditentukan
melalui eksperimen. Sesuai dengan rumus v = k [A]m [B]n, maka reaktan A
dan B terhadap laju reaksi, sehingga cara menentukan orde total dengan
cara menjumlahkan m dan n.
LAMPIRAN D
GAMBAR ALAT

No. Nama dan Gambar Alat Fungsi


1. Beaker glass Sebagai wadah pengukur larutan.

2. Gelas ukur Berfungsi untuk mengukur volume


larutan yang akan digunakan

3. Pipet volum Berfunsi untuk memindahkan cairan


dari satu wadah ke wadah yang lain,
biasanya untuk memindahkan larutan
baku primer atau sample pada proses
titrasi

4. Tabung reaksi Berfungsi sebagai tempat dimana


kita mereaksikan bahan kimia

LD-1
LD-2

5. Thermometer untuk mengukur suhu (temperatur),


ataupun perubahan suhu

6. Stopwatch Digunakan untuk mengukur lamanya


waktu yang diperlukan dalam
kegiatan

7. Hot plate Digunakan sebagai memanaskan


campuran/sampel

Anda mungkin juga menyukai