BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4. Terbentuknya endapan
Endapan merupakan produk yang tidak larut atau terpisah dari
pelarutnya dimana bentuk endapannya berupa padatan. Misalnya reaksi
identifikasi ion Ag+ dengan mereaksikan larutan AgNO3 dan HCl yang
menghasilkan endapan putih mengapung khas dari ion Ag+.
2.2 Laju Reaksi
Kinetika reaksi adalah suatu cabang dari ilmu kimia yang mempelajari
tentang mekanisme reaksi, yaitu bagaimana reaksi itu terjadi dan kecepatan
terjadinya reaksi. Laju reaksi suatu reaksi kimia merupakan pengukuran
bagaimana konsentrasi ataupun tekanan zat-zat yang terlibat dalam reaksi
berubah seiring dengan berjalannya waktu. Laju reaksi merupakan peristiwa
perubahan konsentrasi reaktan atau produk dalam satuan waktu. Laju reaksi
juga dapat dinyatakan sebagai suatu laju terhadap berkurangnya konsentrasi
suatu pereaksi (Keenan, 1984). Hukum laju dapat ditentukan dengan
melakukan serangkain eksperimen secara sistematik pada reaksi A + B → C,
untuk menentukan orde reaksi terhadap A maka konsentrasi A dibuat tetap
sementara konsentrasi B divariasi kemudian ditentukan laju reaksinya pada
variasi konsentrasi tersebut. Sedangkan untuk menentukan orde reaksi B,
maka konsentrasi B dibuat tetap sementara itu konsentrasi A divariasi
kemudian diukur laju reaksinya pada variasi konsentrasi tersebut (Partana,
2003). Orde dari suatu reaksi menggambarkan bentuk matematika dimana
hasil perubahan dapat ditunjukkan.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi atau kecepatan
reaksi.
1. Konsentrasi.
Jika kecepatan suatu zat semakin besar maka laju reaksinya
semakin besar pula dan sebaliknya jika konsentrasi semakin kecil maka
laju reaksinya semakin kecil pula. Untuk beberapa reaksi laju reaksi
dapat dinyatakan dengan persamaan matematis yang dikenal dengan
hukum laju reaksi atau persamaan laju reaksi. Pangkat-pangkat dalam
persamaan laju reaksi dinamakan orde reaksi. Menentukan orde reaksi
dalam suatu reaksi kimia pada prinsipnya menentukan pengaruh seberapa
nitri dan asam nitrat. HNO diubah menjadi HNO(g). gas NO dimasukkan
kembali ke dalam reaktor dan dioksidasi menjadi NO.
3. Industri Perminyakan
Kebutuhan akan bensin meningkat seiring dengan meningkatnya
jumlah kendaraan bermotor. Ini menyebabkan perlu untuk dilakukan
pengembangan metode distilasi yang menghasilkan bensin. Metode yang
dikembangkan tersebut yaitu pemecahan katalis dan alkilasi. Katalis yang
digunakan diantaranta asam, oksida alumunium, silikon dan krom.
4. Industri Roti
Katalis yang digunakan dalam pembuatan roti adalah enzim zimase
yang merupakan bio katalis. Penambahan zimase dilakuukan pada proses
peragian pengembangan roti. Rapi ditambahkan ke dalam adonan
sehingga glukosa dalam adonan terurai menjadi etil alkohol dan karbon
dioksida. Penguraian berlangsung dengan bantuan enzim zimase yang
dihasilkan ragi. Pada proses ini, CO berfungsi mengembangkan adonan
roti. Banyaknya rongga kecil pada roti membuktikan terjadinya
gelembung CO saat peragian.
2.4 Aplikasi Laju Reaksi pada Kehidupan Sehari-hari
Selain katalis, laju reaksi di dalam kehidupan sehari-hari dapat
ditemukan melalui kegiatan sederhana seperti:
1. Pembuatan teh manis
Menggunakan gula butiran yang halus dengan air hangat akan
membuat pembuatan teh hanya memakan waktu yang singkat karena laju
reaksi pada gula butiran dan menggunakan air hangat lebih cepat
dibandingkan laju reaksi pada gula batu dan air dingin. Berkaitan dengan
luas permukaan gula butiran yang lebih luas dari gula batu dan suhu air
hangat yang lebih besar dari air dingin.
2. Pembuatan susu dari susu bubuk
Susu yang diseduh menggunakan air hangat lebih cepat bercampur
dibandingkan air dingin. Ketika memakai air dingin, masih tertinggal
gumpalan-gumpalan susu didasar gelas meski sudah mengaduk sebanyak
hitungan pada adukan di susu yang memakai air hangat.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
a. Pengaruh Konsentrasi HCl
Variasi Waktu Perubahan
Na2S2O3 0,1 N + HCl 0,1 N 75 detik Menjadi keruh
Na2S2O3 0,1 N + HCl 0,05 N 82 detik Menjadi keruh
Na2S2O3 0,1 N + HCl 0,01 N 138 detik Menjadi keruh
d. Orde Reaksi
Variasi Waktu Perubahan
H2C2O4 0,1 N (5 mL) + KMnO4 2.520 Menjadi warna coklat
0,1 N (2 mL) + Akuades (13 mL) detik dengan endapan hitam
H2C2O4 0,1 N (10 mL) + KMnO4 1518 detik Menjadi warna jingga
0,1 N (2 mL) + Akuades (8 mL) jernih
H2C2O4 0,1 N (15 mL) + KMnO4 982 detik Menjadi warna kuning
0,1× 0,002
=
0,02
= 0,01 N
MolKMnO 4 ×V KMnO4
Erlenmeyer 2 =
Volume total
0,1× 0,002
=
0,02
= 0,01 N
MolKMnO 4 ×V KMnO4
Erlenmeyer 3 =
Volume total
0,1× 0,002
=
0,02
= 0,01 N
MolKMnO 4 ×V KMnO4
Erlenmeyer 4 =
Volume total
0,1× 0,003
=
0,02
= 0,015 N
c. Harga 1/waktu
1
Erlenmeyer 1 =
waktu erlenmeyer 1
1
=
2.520
= 0,0003968254/s
1
Erlenmeyer 2 =
waktu erlenmeyer 2
1
=
1518
= 0,0006587615/s
1
Erlenmeyer 3 =
waktu erlenmeyer 3
1
=
982
= 0,0010183299/s
1
Erlenmeyer 4 =
waktu erlenmeyer 4
1
=
1578
= 0,0006337136/s
1
Erlenmeyer rata-rata =
T rata −rata
1
=
0,0027076304
= 369,3266259679/s
3.2 Pembahasan
Konsentrasi larutan adalah komposisi yang menunjukkan dengan jelas
perbandingan jumlah zat terlarut terhadap pelarut (Adha, 2015). Konsentrasi
dapat mempengaruhi laju reaksi. Konsentrasi yang tinggi menyebabkan
banyaknya partikel sehingga memungkinkan lebih banyak tumbukan, dan itu
membuka peluang semakin banyak tumbukan efektif yang menghasilkan
perubahan reaktan terkonversi menjadi produk (Saputra, dkk., 2016).
Menurut Syukri (1999), apabila konsentrasi pereaksi diperbesar, berarti
kerapatannya bertambah dan akan memperbanyak kemungkinan terjadinya
tabrakan antar molekul sehingga mempercepat jalannya reaksi.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi yaitu sifat pereaksi, konsentrasi, temperatur dan
katalis. Semakin tinggi konsentrasi reaktan maka semakin cepat laju reaksi
yang terjadi dikarenakan konsentrasi yang tinggi menyebabkan banyaknya
partikel sehingga memungkinkan lebih banyak tumbukan, dan itu membuka
peluang semakin banyak tumbukan efektif yang menghasilkan perubahan
reaktan terkonversi menjadi produk. Selain itu semakin tinggi temperatur
reaktan maka semakin cepat laju reaksi yang terjadi dikarenakan semakin
cepatnya molekul-molekul bergerak sehingga memperbesar kemungkinan
terjadi tabrakan yang efektif. Dan pada penentuan orde reaksi, dimana nilai
orde reaksi terhadap suatu reaktan semakin besar, maka semakin besar pula
pengaruh konsentrasi reaktan tersebut terhadap laju reaksi dan jika orde
reaksi suatu reaktan bernilai nol, artinya konsentrasi reaktan tersebut tidak
mempengaruhi laju reaksi.
4.2 Saran
Saran untuk praktikan selanjutnya yaitu untuk lebih teliti lagi dalam
melihat warna keruh pada saat bereaksi agar dapat menentukan waktu yang
lebih akurat. Dan pada saat percobaan penentuan orde reaksi, lebih teliti lagi
dalam melihat perubahan warnanya agar hasil yang didapatkan lebih akurat.
Serta larutan yang digunakan ditutup rapat terlebih dahulu sebelum digunakan
agar konsentrasinya tidak berkurang.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Grafik
a. Menentukan Pengaruh Konsentrasi Reaktan Terhadap Laju Reaksi
1. Pengaruh Konsentrasi HCl
No Konsentrasi Waktu (detik) 1/Waktu (det-1)
1 HCl 0,1 N 75 0,013
2 HCl 0,05 N 82 0,012
3 HCl 0,01 N 138 0,007
0.12
0.1
0.08
Konsentrasi
0.06
0.04
0.02
0
0.006 0.007 0.008 0.009 0.01 0.011 0.012 0.013 0.014
1/Waktu
0.12
0.1
0.08
Konsentrasi
0.06
0.04
0.02
0
0.002 0.004 0.006 0.008 0.01 0.012 0.014 0.016
1/Waktu
350
340
330
320
Suhu
310
300
290
280
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12
1/Waktu
Orde 1
0.08
0.07
0.06
0.05
Konsentrasi
0.04
0.03
0.02
0.01
0
0.0003 0.0004 0.0005 0.0006 0.0007 0.0008 0.0009 0.001 0.0011
1/Waktu
Orde 2
0.006
0.005
Konsentrasi 0.004
0.003
0.002
0.001
0
0.0003 0.0004 0.0005 0.0006 0.0007 0.0008 0.0009 0.001 0.0011
1/Waktu
Orde 3
0.0000002
0.00000018
0.00000016
0.00000014
Konsentrasi
0.00000012
0.0000001
0.00000008
0.00000006
0.00000004
0.00000002
0
0.0003 0.0004 0.0005 0.0006 0.0007 0.0008 0.0009 0.001 0.0011
1/Waktu
2. Konsentrasi KMnO4
Orde 1
0.016
0.014
0.012
0.01
Konsentrasi
0.008
0.006
0.004
0.002
0
0.0003 0.0004 0.0005 0.0006 0.0007 0.0008 0.0009 0.001 0.0011
1/Waktu
Orde 2
0.00025
0.0002
Konsentrasi 0.00015
0.0001
0.00005
0
0.0003 0.0004 0.0005 0.0006 0.0007 0.0008 0.0009 0.001 0.0011
1/Waktu
Orde 3
1.2E-11
1E-11
8E-12
Konsentrasi
6E-12
4E-12
2E-12
0
0.0003 0.0004 0.0005 0.0006 0.0007 0.0008 0.0009 0.001 0.0011
1/Waktu
Perhitungan
a. Pembuatan larutan HCl 0,1 N
ρ× 10 ×%
M = N 1 ×V 1=N 2 ×V 2
Mr
1,19× 10× 37
= 12,063 ×V 1=0,1×50
36,5
= 12,063 M V 1=0,414 mL
N = M×e
= 12,063 ×1
= 12,063 N
b. Pengenceran bertingkat larutan HCl
1. Larutan HCl 0,05 N
N 1 ×V 1=N 2 ×V 2
0,1 ×V 1=0,05× 50
V 1=25 mL
2. Larutan HCl 0,01 N
N 1 ×V 1=N 2 ×V 2
0,05 ×V 1 =0,01× 50
V 1=10 mL
c. Pembuatan Na2S2O3 0,1 N
N × Mr ×V
Gr =
1000
0,1× 158× 50
=
1000
= 0,79 gram
d. Pengenceran bertingkat larutan Na2S2O3
1. Larutan Na2S2O3 0,05 N
N 1 ×V 1=N 2 ×V 2
0,1 ×V 1=0,05× 50
V 1=25 mL
2. Larutan Na2S2O3 0,01 N
N 1 ×V 1=N 2 ×V 2
0,05 ×V 1 =0,01× 50
V 1=10 mL
Dokumentasi
ABSTRAK