Anda di halaman 1dari 21

JURNAL

KIMIA DASAR

JUDUL PERCOBAAN : STOIKIOMETRI

NAMA PRAKTIKAN : CIKAL FALSANDY


NIM/GRUP : 2042210703/IV
TANGGAL PRAKTIKUM : 14 DESEMBER 2022
ASISTEN : CATUR WIDYANTORO

LABORATORIUM KIMIA-FISIKA DASAR


UNIVERSITAS INTERNASIONAL SEMEN
INDONESIA
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
I. Latar Belakang
Ilmu kimia adalah ilmu yang tidak dapat dipisahkan dalam
kehidupan sehari-hari. Setiap aktivitas makhluk hidup selalu berkaitan
dengan kimia, seperti fotosintesis tumbuhan, proses metabolisme dalam
tubuh seperti proses pernapasan, pencernaan, peredaran darah, dan lain
sebagainya. Tanpa disadari, kebanyakan proses kimia dalam lingkup
kehidupan adalah reaksi dan proses. Munculnya peristiwa tersebut dan
keterkaitannya dengan makhluk hidup pada akhirnya membentuk suatu
interaksi secara langsung ataupun tidak langsung. Interaksi yang
dihasilkan oleh ilmu kimia pada akhirnya menimbulkan banyak
perkembangan dalam kemajuan riset dan teknologi. Perkembangan
pengetahuan dan wawasan khususnya yang berhubungan dengan kimia
salah satunya melalui perantara eksperimen kimia. Eksperimen kimia
dapat diartikan sebagai sebuah uji coba untuk membuktikan kebenaran
dari suatu teori. Adanya kegiatan eksperimen untuk melakukan uji coba
pastinya didukung oleh suatu wadah yang dinamakan dengan
laboratorium. Laboratorium adalah suatu bangunan yang di dalamnya
dilengkapi dengan peralatan dan bahan-bahan berdasarkan metode
keilmuan tertentu untuk melakukan percobaan ilmiah, penelitian,
praktek pembelajaran, kegiatan pengujian, kalibrasi, dan/atau produksi
bahan tertentu (Surono, 2011). Dalam mempelajari lmu kimia, ilmu ini
juga tidak pernah lepas dari yang namanya perhitungan. Perhitungan ini
meliputi tentang banyaknya jumlah bahan reaktan yang diperlukan
apabila ingin memperoleh suatu produk tertentu. Sebaliknya, apabila
tersedia sejumlah bahan reaktan, maka hasil produk secara maksimal
juga diperhitungkan untuk memperoleh produk dengan maksimal. Pada
contoh yang telah disebutkan, pasti dalam prosesnya selalu berkaitan
dengan perubahan materi. Perubahan materi ada dua bentuk, yaitu
perubahan fisika dan perubahan kimia. Secara sederhana, perubahan
fisika diartikan sebagai perubahan yang bersifat sementara dan
perubahan kimia bersifat kekal. Pada perubahan ini, berlaku hukum
kekekalan massa, yaitu massa zat sebelum dan sesudah reaksi selalu
sama. Melalui logika reaksi kimia, zat pereaksi berubah secara
keseluruhan menjadi zat hasil reaksi. Menurut kenyataan, dalam banyak
reaksi, zat pereaksi atau zat hasil reaksi nyatanya masih tersisa. Hal ini
dapat disebabkan dengan adanya zat yang bertindak sebagai pereaksi
pembatas atau terjadi reaksi kesetimbangan. Perubahan zat karena suatu
peristiwa kimia dinyatakan dengan persamaan reaksi kimia. Persamaan
reaksi merupakan gambaran zat-zat yang terlibat sebelum dan sesudah
reaksi berlangsung. Masalah tersebut dapat dengan mudah dipecahkan
dengan stoikiometri. Stoikiometri sendiri merupakan hubungan
kuantitatif antara zat-zat yang terkait dalam suatu reaksi kimia.
Sedangkan reaksi stoikiometri adalah suatu reaksi yang seluruh
reaktannya habis bereaksi. Sedangkan reaksi non stoikiometri adalah
suatu reaksi yang salah satu diantaranya tidak habis bereaksi atau
bersisa.
Stoikiometri pada dasarnya bersumber dari hukum kekekalan
massa yang mempelajari kesetaraan suatu zat dengan zat lain dalam
suatu perubahan kimia. Dalam bentuk yang sederhana, stoikiometri
meliputi kemampuan untuk menentukan koefisien-koefisien dalam
suatu reaksi kimia. Stoikiometri juga menggambarkan hubungan
kuantitatif sederhana dalam kimia yang dijelaskan dengan rumus kimia
dan persamaan reaksi. Rumus kimia dan persamaan reaksi
menggambarkan hubungan kuantitatif dua tingkat, yaitu tingkat
makroskopik dan tingkat mikroskopik. Pada tingkat makroskopik,
rumus kimia menyatakan hubungan massa unsur-unsur yang
terkandung dalam senyawa atau menyatakan perbandingan massa
pereaksi dan hasil reaksi dalam suatu persamaan reaksi. Sedangkan
pada tingkat mikroskopik rumus kimia menyatakan perbandingan atom
unsur dalam senyawa atau perbandingan partikel-partikel yang bereaksi
yang dinyatakan dalam suatu persamaan reaksi.
Pada stoikiometri, persamaan reaksi akan sangat dibutuhkan
dalam pembuatan reaksi. Dalam perhitungannya, stoikiometri dalam
kehidupan sehari-hari sangat dibutuhkan dalam berbagai bidang
industri. Industri yang memerlukan reaksi-reaksi kimia dengan cara
yang maksimal dan efisien diantaranya adalah industri tekstil makanan
dan industri farmasi. Dalam industri farmasi dan obat-obatan,
dihasilkan barang berupa obat, baik dalam bentuk padat maupun cair.
Pembuatan obat-obatan tersebut biasanya dilakukan dengan reaksi
kimia dan melibatkan perhitungan kimia yang rumit. Selain itu
hubungan kuantitatif zat-zat dalam reaksi kimia juga sangat
berpengaruh dalam perhitungan kimia. Maka dari itu, studi tentang
stoikiometri dimulai dengan pemahaman tentang jumlah dasar yang
disebut dimensi. Pengetahuan menyeluruh tentang dimensi dan
berbagai sistem unit diperlukan untuk tujuan itu. Ini akan memudahkan
penggunaan unit yang tepat dan sepi dalam memecahkan masalah
stoikiometri (Adhani, 2018). Manfaat dari stoikiometri terdapat dalam
berbagai bidang, contohnya dalam bidang pertanian untuk menganalisis
komposisi pupuk, dalam bidang kedokteran untuk menentukan unsur
atau senyawa dalam sebuah sampel misalnya sampel darah, urin, rambut
dan lain sebagainya (Kencanawa, 2012).

II. Tujuan Praktikum


a. Mengamati reaksi kimia yang terjadi
b. Menghitung perbandingan unsur dalam senyawa
c. Menuliskan reaksi kimia yang terjadi.

III. Manfaat Modul Praktikum


a. Untuk mengetahui reaksi kimia yang terjadi saat proses stoikiometri
b. Untuk mengetahui perbandingan unsur dalam senyawa yang diuji
c. Untuk menuliskan reaksi kimia yang terjadi sesudah praktikum
d. Untuk mengetahui proses stoikiometri di laboratorium

IV. Alat dan Bahan


a. Botol selai tertutup
b. Es batu
c. Botol kecil 10 mL
d. Larutan CuSO4
e. Gelas ukur 25 mL
f. Larutan NaOH 0,1 M
g. Benang wol
V. Prosedur Kerja
Percobaan A
1. Sediakan sebuah botol selai dengan tutup rapat
2. Masukkan ke dalamnya beberapa potong es dan tutuplah botol
tersebut rapat-rapat
3. Timbanglah botol tersebut dan catat massanya
4. Biarkan es tersebut mencair menjadi air dan bersihkan dinding botol
dengan tisu
5. Timbanglah kembali botol tersebut

Percobaan B
1. Botol selai pada percobaan A akan digunakan kembali
2. Masukkan larutan CuSO4 (Cupri sulfat) sebanyak 20 mL kedalam
botol tersebut kedalam botol lain yang kecil dengan volume 10 mL
masukkan 5 mL larutan NaOH 0,1 M
3. Ikatkan seutas benang ke leher botol kecil, kemudian masukkan
botol kecil tersebut ke dalam botol selai yang berisi larutan kupri
sulfat dan tutup botol selai rapat-rapat
4. Timbanglah botol selai yang berisi botol kecil dan catat massanya.
5. Miringkan botol besar hingga botol kecil di dalamnya terguling
sehingga larutan akan bercampur serta bereaksi
6. Setelah reaksi selesai, timbang kembali botol tersebut lalu catat
massanya

2.1 Stoikiometri
Stoikiometri (stoi-kee-ah-met-tree) merupakan bidang dalam ilmu
kimia yang menyangkut hubungan kuantitatif antara zat-zat yang
terlibat dalam reaksi kimia, baik sebagai pereaksi maupun sebagai hasil
reaksi (Kencanawa, 2012). Stoikiometri juga menyangkut perbandingan
atom antar unsur-unsur dalam suatu rumus kimia, misalnya,
perbandingan atom H dan atom O dalam molekul H2O. Kata
stoikiometri berasal dari bahasa Yunani yaitu stoicheon yang artinya
unsur dan metron yang berarti mengukur. Seorang ahli kimia Perancis,
Jeremias Benjamin Richter (1762-1807) adalah orang yang pertama kali
meletakkan prinsip-prinsip dasar stoikiometri. Menurutnya,
stoikiometri adalah ilmu tentang pengukuran perbandingan kuantitatif
atau pengukuran perbandingan antar unsur kimia yang satu dengan yang
lain. Hubungan kuantitatif suatu reaksi dalam larutan sama dengan
reaksi ini apabila terjadi dimana saja. Koefisien dalam persamaan reaksi
merupakan perbandingan mol yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
soal stoikiometrinya. Contohnya, larutan yang mengandung natrium
kromat (Na2CrO4) yang ditambahkan ke dalam larutan timbal nitrat
(Pb(NO3)2) akan terbentuk endapan timbel kromat (PbCrO2). Untuk
menghitung jumlah reaktan yang dibutuhkan dalam suatu reaksi
dilakukan dengan cara mengubah mol menjadi gram dengan
menggunakan massa molekul (Brady E, 2010).
Stoikoimetri adalah ilmu yang mempelajari kuantitas dari reaktan
dan produk dalam reaksi kimia. Satuan yang digunakan untuk reaktan
adalah mol, gram, liter, atau satuan lainnya. Dalam Penggunaannya
reaktan menggunakan satuan mol untuk menghitung jumlah produk
yang terbentuk dalam reaksi kimia. Sebagai contoh, pembakaran karbon
monoksida di udara menghasilkan karbo dioksida. Untuk perhitungan
stoikiometri, persamaan reaksi akibat pembakaran tersebut dapat
diuraikan menjadi 2 mol gas karbon monoksida bergabung dengan 1
mol gas oksigen, sehingga membentuk 2 mol gas karbon dioksida”.
Salah satu reaksi yang pada umumnya juga berlangsung dalam larutan
adalah reaksi pengendapan yang cirinya adalah terbentuk produk yang
tak larut. Endapan adalah padatan tak larut yang terpisah dari larutan.
Reaksi pengendapan biasanya mellibatkan senyawa senyawa ionik.
Reaksi pengendapan adalah suatu reaksi yang menghasilkan endapan.
Endapan bisa berupa kristal atau koloid, serta dapat dikeluarkan dari
larutan dengan cara penyaringan (Rahayu, 2017). Endapan terbentuk
jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan.
Kelarutan bergantung pada berbagai kondisi seperti suhu, tekanan,
konsentrasi, bahab-bahan lain dalam larutan itu.
Stoikiometri bersumber dari hukum kekekalan massa yang
mempelajari kesetaraan suatu zat dengan zat lain dalam suatu perubahan
kimia. Dalam bentuk yang sederhana, stoikiometri meliputi
kemampuan menentukan koefisien-koefisien dalam suatu reaksi kimia.
Stoikiometri juga menggambarkan hubungan kuantitatif sederhana
dalam kimia yang dijelaskan dengan rumus kimia dan persamaan reaksi.
Rumus kimia dan persamaan reaksi menggambarkan hubungan
kuantitatif dua tingkat yaitu tingkat fenomenologis (level makroskopik)
dan tingkat partikel (tingkat mikroskopik). Pada tingkat makroskopik,
rumus kimia menyatakan hubungan massa unsur-unsur yang
terkandung dalam senyawa atau menyatakan perbandingan massa
pereaksi dan hasil reaksi dalam suatu persamaan reaksi. Sedangkan
pada tingkat mikroskopik rumus kimia menyatakan perbandingan atom
unsur dalam senyawa atau perbandingan partikel-partikel yang bereaksi
yang dinyatakan dalam suatu persamaan reaksi.
Stoikiometri bergantung pada kenyataan bahwa unsur-unsur
berperilaku dengan cara yang dapat diprediksi, serta materi yang tidak
dapat diciptakan atau dihancurkan, karena itu ketika unsur digabungkan
menghasilkan reaksi kimia, sesuatu yang dikenal dan spesifik yang akan
terjadi dan hasil reaksi dapat diprediksi berdasarkan unsur-unsur yang
terlibat (Rahayu, 2017). Stoikiometri dapat menemukan bagaimana
unsur dan komponen diencerkan dalam larutan yang konsentrasinya
diketahui bereaksi dalam kondisi eksperimen. Hubungan reaksi dalam
stoikiometri juga berkaitan dengan atom. Atom adalah suatu satuan
dasar materi, yang terdiri atas inti atom yang bermuatan positif dan
neutron Yang tidak bermuatan dikelilingi oleh elektron yang bermuatan
negatif. Ione adalah sebuah atom atau sekelompok atom yang
mempunyai muatan. Terbagi menjadi kation dan Anion. Kation adalah
ion yang mempunyai muatan positif dikit Anion adalah ion yang
mempunyai muatan negatif. Sedangkan molekul adalah suatu kumpulan
atau mie terdiri dari sedikitnya dua atom dalam susunan tertentu yang
terikat bersama oleh ikatan kimia. Molekul terbagi menjadi molekul
diatomik dan molekul Poliatomik. Poliatomik adalah suatu molekul
yang memiliki atom-atom yang berbeda jenis misalnya seperti molekul
H2SO4 dan lain sebagainya.

2.2 Hukum Dasar Kimia


Hukum dasar kimia adalah hukum yang digunakan untuk
mendasari hitungan kimia dan hubungan kuantitatif dari reaktan dan
produk dalam persamaan kimia. Aspek kuantitatif dapat diperoleh dari
pengukuran massa, volume, konsentrasi yang terkait dengan jumlah
partikel atom, ion, molekul atau rumus kimia yang terkait dalam
persamaan reaksi kimia (Lopez, 2019). Pada awal abad ke-18, para
ilmuwan telah melakukan percobaan-percobaan yang mempelajari
secara kuantitatif susunan zat dari beberapa reaksi kimia. Mereka
menemukan adanya keteraturan-keteraturan yang dinyatakan sebagai
hukum-hukum dasar kimia. Pada perhitungan kimia secara stoikiometri
memerlukan hukum-hukum dasar yang relevan.
Terdapat beberapa hukum dasar kimia yang penting, diantaranya
adalah Hukum Kekekalan Massa, Hukum Perbandingan Tetap, Hukum
Perbandingan Berganda, Hukum Perbandingan Volume, dan Hukum
Hipotesis Avogadro.
1. Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lavoisier), Hukum Lavoisier
juga dikenal sebagai hukum kekekalan massa. Teori ini dicetuskan
oleh ilmuwan asal Prancis, Antoine Laurent Lavoisier. Hukum itu
ditemukan saat Lavoisier saat membakar merkuri cair putih dengan
oksigen hingga berubah menjadi merkuri oksida berwarna merah.
Kemudian, Lavoisier juga memanaskan merkuri oksida merah itu
sampai kembali terbentuk merkuri cari putih dan oksigen. Dalam
penelitian itu Lavoisier lantas menemukan bahwa ada peran dari gas
oksigen dalam reaksi pembakaran. Massa oksigen pada saat proses
pembakaran ternyata sama dengan massa oksigen yang terbentuk
setelah merkuri oksida dipanaskan. Bunyi dari Hukum Lavoisier
adalah “massa total zat sebelum reaksi sama dengan massa total
setelah zat reaksi”. Hal tersebut lantas disebut sebagai hukum
kekekalan massa karena di dalam reaksi kimia tidak mengubah
massa.
2. Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust), Hukum Proust juga
dikenal sebagai hukum perbandingan tetap. Ini dikarenakan pada
tahun 1799, Joseph Louis Proust menemukan bahwa setiap senyawa
disusun oleh unsur dengan komposisi tertentu dan tetap. Oleh
karena itu, hukum tersebut berbunyi, “perbandingan massa unsur-
unsur setiap senyawa berisi komposisi tertentu dan tetap”. Salah
satu contoh eksperimennya adalah reaksi unsur hidrogen dengan
oksigen membentuk senyawa air dan kemudian hasilnya
menunjukkan perbandingan massa hidrogen dengan oksigen beraksi
tetap, yakni 1:8.
3. Hukum Perbandingan Berganda (Hukum Dalton), Hukum Dalton
pertama kali dicetuskan oleh ilmuwan asal Inggris bernama John
Dalton. Dalam penelitiannya, John Dalton membandingkan unsur-
unsur yang terkandung dalam beberapa senyawa. Hasilnya
ditemukanlah Hukum Perbandingan Ganda yang berbunyi, “jika ada
dua unsur bisa membentuk lebih dari satu senyawa dengan salah
satu massa unsur dibuat tetap, maka perbandingan massa yang lain
dalam senyawa itu merupakan bilangan bulat sederhana”.
Contohnya adalah belerang dan oksigen yang dapat membentuk dua
senyawa.
4. Hukum Perbandingan Volume (Hukum Gay Lussac), Hukum yang
juga dikenal sebagai hukum perbandingan volume ini ditemukan
oleh ilmuwan asal Prancis, yaitu Joseph Gay Lussac. Dalam
penelitiannya, ia ingin membuktikan tentang volume gas dalam
suatu reaksi kimia. Hasil dari penelitian itu mendapat kesimpulan
bahwa suhu dan tekanan mempengaruhi perubahan gas. Percobaan
sederhana yang dilakukan menghasilkan perbandingan volume
hidrogen : oksigen : uap air adalah 2 : 1 : 2. Nampak bahwa
perbandingan volume sesuai dengan perbandingan koefisien unsur
atau senyawa pada persamaan reaksi setara, yaitu persamaan reaksi
dengan jumlah atom di sebelah kiri sama dengan di sebelah kanan.
Bunyi hukum perbandingan ialah, “jika diukur pada suhu dan
tekanan yang sama, maka volume gas yang bereaksi dan gas hasil
reaksi berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana”.
5. Hukum Hipotesis Avogadro, Hipotesis Avogadro merupakan teori
yang ditemukan oleh Amedeo Avogadro pada tahun 1811. Dalam
penelitiannya, Avogadro menemukan bahwa partikel unsur tidak
harus selalu berupa atom tunggal, tetap dapat juga berupa molekul
unsur atau dua atom atau lebih. Hipotesis dari Avogadro itu lantas
mengatakan, “pada suhu dan tekanan yang sama, perbandingan gas
yang bervolume sama memiliki jumlah molekul yang sama juga”.

2.3 Hukum Kekekalan Massa


Hukum kekekalan massa pertama kali diusung oleh Antonie
Laurent Lavoiser pada tahun 1789. Mikhail Lamonosov (1748) juga
telah menggunakan ide yang serupa dan telah membuktikannya dalam
suatu eksperimen. Lavoiser menimbang beberapa zat sebelum bereaksi
yang kemudian menimbang hasil reaksinya. Ternyata massa zat
sebelum dan sesudah bereaksi selalu sama (Lopez, 2019). Akan tetapi,
perubahan dalam materi umumnya berlangsung dalam sistem terbuka,
sehingga apabila hasil reaksi ada yang meninggalkan sistem, seperti
seperti pembakaran lilin atau apabila sesuatu zat dari lingkungan diikat,
seperti proses perkaratan besi yg mengikat oksigen dari udara, maka
seolah-olah massa zat sebelum dan sesudah reaksi menjadi tidak sama.
Ketika ilmuwan memahami bahwa senyawa tidak pernah hilang ketika
diukur. Mereka mulai melakukan studi tentang kuantitatif transformasi
senyawa. Studi ini membahas ide bahwa semua proses transformasi
kimia berlangsung dalam jumlah tiap element tetap.
Hukum kekekalan massa atau dikenal juga dengan hukum
Lamonsov Lavoiser adalah suatu hukum yang menyatakan massa dari
suatu sistem yang tertutup akan konstan meskipun terjadi berbagai
macam proses didalam sistem tersebut, maksudnya adalah sistem
tertutup massa zat sebelum reaksi sama dengan massa zat sesudah
bereaksi (Petrucci, 2010). Pernyataan yang umum digunakan untuk
menyatakan hukum kekekalan massa adalah massa dapat berubah
bentuk tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Karena materi
tersusun atas atom-atom yang tidak dapat berubah dalam suatu reaksi
kimia, maka massanya juga harus kekal. Untuk suatu proses kimiawi
didalam suatu sistem tertutup, massa dari reaktan juga harus sama
dengan massa produk. Pada beberapa peristiwa radiasi, dikatakan
bahwa terlihat adanya perubahan massa menjadi energi. Hal ini terjadi
ketika suatu benda berubah menjadi energi kinetik atau energi potensial
dan sebaliknya. Karena massa dan energi berhubungan dalam suatu
sistem yang menyerap atau mengeluarkan energi, massa dalam jumlah
yang sangat sedikit akan tercipta atau hilang dari sistem. Namun
demikian, hampir seluruh peristiwa yang melibatkan perubahan energi,
hukum kekekalan massa dapat digunakan karena massa yang berubah
sangatlah sedikit. Hukum kekekalan massa dapat terlihat pada reaksi
pembentukan hidrogen, oksigen, dan air. Apabila hidrogen dan oksigen
terbentuk dari 36 gram air dan reaksi berlangsung sehingga seluruh air
habis, akan diperoleh massa campuran produk hidrogen dan oksigen
sebesar 36 gram. Apabila reaksi menyisakan air, maka campuran
hidrogen, oksigen dan air yang bereaksi akan tetap 36 gram.
Penyimpangan hukum kekekalan massa dapat terjadi pada sistem
terbuka dengan proses yang melibatkan perubahan energi yang sangat
signifikan seperti reaksi nuklir. Salah satu contoh reaksi nuklir yang
dapat diamati adalah reaksi pelepasan energi dalam jumlah besar pada
bintang. Hubungan antara massa dan energi yang berubah dijelaskan
oleh Albert Einstein. Namun, perlu diperhatikan bahwa pada sistem
tertutup energi tidak keluar dari sistem dan massa dari sistem tidak akan
berubah. Hukum kekekalan menyatakan bahwa properti tertentu yang
dapat diukur dari sistem fisika terisolasi dan tidak berubah selagi sistem
berubah (Angelica, 2015). Pada dasarnya, hukum kekekalan massa
selalu berhubungan dengan interaksi materi. Interaksi materi
melibatkan dua zat atau antara materi dan energi, terutama dalam
hubungannya dengan hukum pertama termodinamika. Tidak hanya itu,
kimia tradisional juga melibatkan interaksi antara zat kimia dalam
reaksi kimia yang mengubah satu atau lebih zat menjadi satu atau lebih
zat lainnya. Reaksi kimia dapat difasilitasi dengan suatu katalis yang
umumnya merupakan zat kimia lain yang terlibat dalam media reaksi
namun tidak untuk dikonsumsi. Sebagai contohnya adalah asam sulfat
yang mengkatalisasi elektrolisis air atau fenomena immaterial, seperti
radiasi elektromagnet dalam reaksi fotokimia (Katimi, 2012). Kimia
tradisional juga menangani analisis zat kimia, baik di dalam maupun di
luar suatu reaksi, seperti dalam spektroskopi. Semua materi normal
terdiri dari atom atau komponen-komponen sub atom yang membentuk
atom, proton, elektron, dan neutron. Atom dapat dikombinasikan untuk
menghasilkan bentuk materi yang lebih kompleks seperti ion, molekul,
atau kristal. Berdasarkan serangkaian percobaan Antoine Lavoisier
tentang pembakaran merkuri membentuk merkuri oksida yang
selanjutnya dipanaskan kembali, akan terurai dengan menghasilkan
sejumlah cairan merkuri dan gas oksigen yang jumlahnya sama dengan
yang dibutuhkan waktu pembentukan merkuri oksida. Lavoisier
mengemukakan bahwa pada reaksi kimia tidak terjadi perubahan massa.
Hukum kekekalam massa menyatakan “massa sebelum dan sesudah
reaksi adalah sama”.

2.4 Molaritas
Molaritas menyatakan banyaknya mol zat terlarut dalam tiap liter
larutan. Pengertian molaritas adalah satuan yang menyatakan
banyaknya mol zat terlarut dalam satu liter atau 1000 ml larutan. Simbol
dari molaritas adalah M atau dalam bentuk satuannya dinyatakan
dengan mol/L (Rusheau, 2018). Dari simbol atau satuan molaritas
tersebut, molaritas dapat dijabarkan sebagai jumlah mol zat yang
terdapat dalam suatu pelarut atau banyak pelarut. Molaritas didapat dan
berkaitan erat dengan larutan. Larutan didefinisikan sebagai campuran
homogen antara dua atau lebih zat yang terdispersi baik sebagai
molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat berpariasi.
Larutan dapat berupa gas, cairan, atau padatan. Larutan encer adalah
larutan yang mengandung sebagian kecil solute, relative terhadap
jumlah pelarut. Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang
mengandung sebagian besar solute. Solute adalah zat terlarut.
Sedangkan solvent (pelarut) adalah medium dalam mana solute terlarut
(Baroroh, 2014).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu temperatur,
sifat pelarut, efek ion sejenis, efek ion berlainan, pH, hidrolisis,
pengaruh kompleks dan lain-lain (Khopkar, 2013). Pembuatan larutan
banyak aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya dalam
pembuatan teh manis. Ketika menambahkan gula ke dalam air dan teh,
ternyata air teh tersebut terasa manis, kemudian ditambahkan lagi air
kedalamnya sehingga air teh yang awalnya pekat dan manis, menjadi
lebih encer dan rasa manisnya berkurang. Itu semua adalah kegiatan
dalam pembuatan larutan. Mencampurkan air, teh, dan gula merupakan
contoh pembuatan larutan. Ketiga campuran itu disebut sebagai larutan
sedangkan penambahan air ke dalam air teh yang manis dinamakan
pengenceran. Kekentalan atau kepekatannya disebut konsentrasi atau
molaritas (kombo, 2015). Jadi, larutan adalah suatu sistem homogen
yang terdiri dari molekul atom ataupun ion yang terdiri dari dua zat atau
lebih. Larutan akan terjadi jika atom atau molekul dari suatu zat
semuanya terdispersi. Larutan terdiri atas zat yang dilarutkan (zat
terlarut) yang disebut solute dan pelarut yang dinamakan solvent.
Solvent atau pelarut merupakan senyawa dalam jumlah yang lebih
besar, sedangkan senyawa dalam jumlah yang lebih sedikit disebut
solute atau zat terlarut (PMIPA-FKIP, 2012). Larutan yang saling
melarutkan adalah campuran dua larutan polar atau dua larutan non
polar yang membentuk larutan satu fase homogen. Larutan yang tidak
melarutkan adalah campuran dari dua zat cair polar dan non polar
membentuk dua fase. Sifat dari suatu larutan ditentukan oleh jenis dan
jumlah partikel zat terlarut dalam larutan. Sebagai contoh, rasa asin dari
larutan garam bertambah seiring bertambahnya jumlah partikel garam
yang larut. Demikian pula rasa manis dari larutan gula akan bertambah
seiring bertambahnya jumlah partikel gula yang larut.

2.5 Reaksi Kimia


Reaksi kimia adalah suatu perubahan dari suatu senyawa atau
molekul menjadi senyawa lain atau molekul lain. Reaksi yang terjadi
pada senyawa anorganik biasanya disebut dengan reaksi antarion,
sedangkan reaksi pada senyawa organik ditandai dengan adanya
pemutusan ikatan kovalen dan pembentukan ikatan kovalen yang baru.
Pada reaksi yang berlangsung dalam beberapa tahap untuk
menghasilkan suatu senyawa, dikenal istilah intermediet, sesuatu yang
dapat atau tidak dapat diisolasi (Dasar, 2012). Kelarutan zat padat dalam
larutan akan bertambah apabila suhu dinaikkan. Karena umumnya
proses kelarutan bersifat endoterm. Akan tetapi ada zat yang sebaliknya,
yaitu eksoter. Jika kelarutan zat padat bertambah dengan kenaikan suhu,
maka kelarutan gas berkurang ketika suhu dinaikkan, karena gas
menguap dan meninggalkan pelarut. Jika sistem berada dalam
kesetimbangan, kenaikan suhu menyebabkan kesetimbangan bergeser
ke arah reaksi endoterm dan penurunan suhu menimbulkan pergeseran
ke arah reaksi eksoterm (Oxtoby, 2016). Beberapa pereaksi dan hasil
reaksi dapat berada dalam bentuk larutan sesungguhnya dengan
ditentukan oleh komponen larutan itu sendiri, yaitu pelarut yang
merupakan substansi yang melarutkan zat. Komponen ini menentukan
wujud larutan sebagai gas, padatan, atau sebagai cairan. Zat terlarut
merupakan substansi yang terlarut dalam solvent. Sebagai contoh NaCl,
maka artinya NaCl sebagai solute dan H2O sebagai solvent (Diana,
2015).
Reaksi kimia selalu melibatkan terbentuk dan terputusnya ikatan
kimia. Reaksi kimia adalah perubahan yang melibatkan perubahan sifat
fisik zat dengan membentuk zat baru, biasanya melibatkan perubahan
sifat fisik seperti, perubahan suhu, perubahan warna, bau, terbentuknya
endapan dan timbulnya gelembung gas (Turmala, 2010). Reaksi Kimia
dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis, yaitu:
1. Reaksi asam basa, secara luas merupakan reaksi antara asam dengan
basa. Ia memiliki berbagai definisi tergantung pada konsep asam
basa yang digunakan. Beberapa definisi yang paling umum adalah
definisi Arrhenius, yakni asam berdisosiasi dalam air dan
melepaskan ion H3O+, dan basa berdisosiasi dalam air melepaskan
ion OH-. Definisi Brønsted-Lowry, yakni asam adalah pendonor
proton (H+) dan basa adalah penerima (akseptor) proton yang juga
melingkupi definisi Arrhenius. Definisi Lewis, yakni asam adalah
akseptor pasangan electron dan basa adalah pendonor pasangan
elektron. Definisi ini melingkupi definisi Brønsted-Lowry.
2. Reaksi pengendapan adalah reaksi antara zat ion logam yang sukar
larut dalam air, sehingga terbentuklah endapan. Untuk mengetahui
apakah suatu reaksi terbentuk endapan atau tidak, harus diketahui
kelarutan zat yang terjadi. Sebagai contoh beberapa zat yang sukar
larut dalam air, yaitu I+, Mg2+, Fe2+, dan Cl-.
3. Reaksi redoks, reaksi yang terjadi karena perubahan pada bilangan
oksidasi atom senyawa yang bereaksi. Reaksi ini dapat
diinterpretasikan sebagai transfer elektron. Contoh reaksi redoks
adalah 2 S2O32−(aq) + I2(aq) → S4O62−(aq) + 2 I−(aq)
4. Metatesis (pemindahan tanggal) adalah suatu reaksi dimana terjadi
pertukaran antara dua reaksi. AgNo3(ag)→NaCL(a g) →AgCL(p)
+ NaNO3(ag)
5. Penguraian adalah suatu reaksi dimana suatu zat dipecah menjadi
zat-zat yang lebih sederhana. 2Ag2O(p)→4Ag(p) + O2(9)
6. Penggabungan (sintetis) suatu reaksi dimana sebuah zat yang lebih
kompleks terbentuk dari dua atau lebih zat yang lebih sederhana,
baik unsur maupun senyawa. 2H2 (9) + O2 (9) → 2H2O (9) dan CO
(9) + 2H2 (9) → CH3OH (9)
7. Reaksi kompleksometri adalah reaksi ion logam, yaitu kation
dengan anion atau molekul netral yang terdiri dari atom pusat dan
sejumlah ligan.
Pada saat reaksi kimia berlangsung, akan muncul beberapa
peristiwa yang menjadi tanda-tanda bahwa suatu materi sedang
mengalami perubahan kimia (Puspita, 2019). Tanda-tanda terjadinya
reaksi kimia pada suatu materi dapat diketahui dari beberapa hal berikut
ini:
1. Terjadi pembentukan endapan. Hal ini terjadi jika zat baru yang
terbentuk tidak larut atau sukar larut dalam air.
2. Terjadi pembentukan gas. Hal ini terjadi jika zat baru yang
dihasilkan berbentuk gas sehingga menimbulkan gelembung-
gelembung gas yang seringkali memiliki bau yang khas.
3. Terjadi perubahan warna. Hal ini biasa terjadi jika zat baru yang
terbentuk mempunyai warna yang berbeda dengan warna zat
semula.
4. Terjadi perubahan suhu. Pada setiap reaksi kimia berlangsung
selalunya disertai dengan penyerapan dan pelepasan energi panas
(kalor). Jika suhu materi naik, maka terjadi reaksi Eksoterm.
Sedangkan jika suhu materi menurun maka terjadi reaksi Endoterm.
2.6 Perubahan Fisika dan Kimia
Materi adalah segala sesuatu yang mempunyai massa dan
menempati ruang. Materi dibedakan menjadi 3 wujud cair, gas, dan
padat. Sifat dan perubahan materi dalam ilmu kimia mencakup
perubahan fisika dan perubahan materi. Perubahan materi secara fisika
adalah sesuatu perubahan yang tidak menghasilkan zat baru. Perubahan
kimia adalah perubahan yang disertai adanya zat baru melibatkan suatu
reaksi kimia (Yulia, 2013). Perubahan materi dan perubahan fisika
adalah perubahan yang tidak menyebabkan terjadinya perubahan baru.
Perubahan fisika dapat disebabkan oleh perubahan-perubahan berikut:
Perubahan wujud, contohnya air membeku, lilin yang meleleh, iodium
menyublim. Perubahan ukuran, contohnya gula larut dalam air.
Perubahan bentuk, contohnya kain menjadi baju, emas menjadi cincin.
Perubahan kimia dapat disebabkan oleh proses pembakaran, contohnya
kertas dibakar menjadi arang. Proses peragian, contohnya kacang
kedelai menjadi kecap. Proses kerusakan, contohnya besi berkarat.
Proses kimia didalam tubuh makhluk hidup, contohnya karbohidrat
menjadi gula.
Sifat fisik adalah sifat yang dapat diamati tanpa merubah identitas
zat, sedangkan sifat kimia adalah sifat yang berkaitan dengan
kemampuan zat tersebut untuk bereaksi membentuk zat lain. Sedangkan
sifat yang mengubah sifat kimia suatu materi adalah proses suatu materi
bereaksi dengan materi yang lain dan membentuk suatu materi baru.
Perubahan kimia bersifat kekal dan cenderung menghasilkan zat baru.
Perubahan kimia disebut juga reaksi kimia (Lestari, 2013). Pada saat
reaksi kimia berlangsung, akan muncul beberapa peristiwa yang
menjadi tanda-tanda bahwa suatu materi sedang mengalami perubahan
kimia. Tanda-tanda terjadinya reaksi kimia pada suatu materi dapat
diketahui dari beberapa hal berikut ini:
1. Terjadi pembentukan endapan. Hal ini terjadi jika zat baru yang
terbentuk tidak larut atau sukar larut dalam air.
2. Terjadi pembentukan gas. Hal ini terjadi jika zat baru yang
dihasilkan berbentuk gas sehingga menimbulkan gelembung-
gelembung gas yang seringkali memiliki bau yang khas.
3. Terjadi perubahan warna. Hal ini biasa terjadi jika zat baru yang
terbentuk mempunyai warna yang berbeda dengan warna zat
semula.
4. Terjadi perubahan suhu. Pada setiap reaksi kimia berlangsung
selalunya disertai dengan penyerapan dan pelepasan energi panas
(kalor). Jika suhu materi naik, maka terjadi reaksi Eksoterm.
Sedangkan jika suhu materi menurun maka terjadi reaksi Endoterm

VI. Daftar Pustaka

Adhani. (2018). Ensiklopedia Kimia. Yogyakarta: PT. Lentera Abadi.


Angelica, R. (2015). Massa Zat-Zat Pada Reaksi Kimia. Manado.
Baroroh. (2014). Molaritas Larutan Zat Pelarut & Zat Terlarut. Gorontalo.
Brady E, J. (2010). Kimia Universitas. Jakarta: Binarupa Aksara.
Dasar, T. K. (2012). Petunjuk Praktikum Kimia Dasar. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Diana, B. (2015). Buku Wajib Kimia Dasar. Jakarta: Pelita.
Katimi. (2012). Panduan Praktikum Kimia Dasar 1. Cirebon: IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
Kencanawa, K. P. (2012). Diktat Mata Kuliah Dasar. Bali: Universitas Udayana.
Khopkar. (2013). Perhitungan Molaritas dalam Zat-Zat Kimia. Bekasi.
kombo, F. G. (2015). Menganalisis Serta Menghitung Persen Berat Dan Molaritas Larutan
Gula Dan Garam Dalam Air . Manado: UNIVERSITAS SAM RATULANGI .
Lestari, S. (2013). Laporan Praktikum Mengidentifikasi Perubahan Zat Kimia. Cirebon:
Institut Agama Islam Syekh Nurjati.
Lopez, Y. F. (2019). Hukum-hukum Dasar Kimia. Kupang: Program Studi Manajem Pertanian
Lahan Kering Politeknik Pertanian Negeri Kupang.
Oxtoby. (2016). Fisika Kimia Dasar Edisi Keempat. Yogyakarta: Erlangga.
Petrucci, R. H. (2010). Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.
PMIPA-FKIP, T. K. (2012). Penuntun Praktikum Kimia Dasar Jurusan Pendidikan MIPA.
Jember: Jember University Press.
Puspita, D. (2019). IPA Terpadu : untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.
Rahayu. (2017). Reaksi Kimia. Jakarta: Jurnal Kimia Dasar.
Rif’atul Mahmudah, d. (2018). Buku Petunjuk PRAKTIKUM KIMIA DASAR I. Malang:
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM.
Rusheau, C. R. (2018). Et Indira Vel Ovolas. California: University of Colorado Boulder.
Sukardjo. (2018). KImia Fisika. Yogyakarta : Rineka Cipta.
Surono. (2011). Peran Laboratorium Terakreditasi. Jakarta.
Turmala, E. D. (2010). Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Bandung: Universitas Pasundan.
Yulia, R. F. (2013). Laporan Praktikum Mengidentifikasi Perubahan Kimia. Cirebon: Institut
Agama Islam Negeri Syekh Nurjati .
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai