KIMIA DASAR
Percobaan B
1. Botol selai pada percobaan A akan digunakan kembali
2. Masukkan larutan CuSO4 (Cupri sulfat) sebanyak 20 mL kedalam
botol tersebut kedalam botol lain yang kecil dengan volume 10 mL
masukkan 5 mL larutan NaOH 0,1 M
3. Ikatkan seutas benang ke leher botol kecil, kemudian masukkan
botol kecil tersebut ke dalam botol selai yang berisi larutan kupri
sulfat dan tutup botol selai rapat-rapat
4. Timbanglah botol selai yang berisi botol kecil dan catat massanya.
5. Miringkan botol besar hingga botol kecil di dalamnya terguling
sehingga larutan akan bercampur serta bereaksi
6. Setelah reaksi selesai, timbang kembali botol tersebut lalu catat
massanya
2.1 Stoikiometri
Stoikiometri (stoi-kee-ah-met-tree) merupakan bidang dalam ilmu
kimia yang menyangkut hubungan kuantitatif antara zat-zat yang
terlibat dalam reaksi kimia, baik sebagai pereaksi maupun sebagai hasil
reaksi (Kencanawa, 2012). Stoikiometri juga menyangkut perbandingan
atom antar unsur-unsur dalam suatu rumus kimia, misalnya,
perbandingan atom H dan atom O dalam molekul H2O. Kata
stoikiometri berasal dari bahasa Yunani yaitu stoicheon yang artinya
unsur dan metron yang berarti mengukur. Seorang ahli kimia Perancis,
Jeremias Benjamin Richter (1762-1807) adalah orang yang pertama kali
meletakkan prinsip-prinsip dasar stoikiometri. Menurutnya,
stoikiometri adalah ilmu tentang pengukuran perbandingan kuantitatif
atau pengukuran perbandingan antar unsur kimia yang satu dengan yang
lain. Hubungan kuantitatif suatu reaksi dalam larutan sama dengan
reaksi ini apabila terjadi dimana saja. Koefisien dalam persamaan reaksi
merupakan perbandingan mol yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
soal stoikiometrinya. Contohnya, larutan yang mengandung natrium
kromat (Na2CrO4) yang ditambahkan ke dalam larutan timbal nitrat
(Pb(NO3)2) akan terbentuk endapan timbel kromat (PbCrO2). Untuk
menghitung jumlah reaktan yang dibutuhkan dalam suatu reaksi
dilakukan dengan cara mengubah mol menjadi gram dengan
menggunakan massa molekul (Brady E, 2010).
Stoikoimetri adalah ilmu yang mempelajari kuantitas dari reaktan
dan produk dalam reaksi kimia. Satuan yang digunakan untuk reaktan
adalah mol, gram, liter, atau satuan lainnya. Dalam Penggunaannya
reaktan menggunakan satuan mol untuk menghitung jumlah produk
yang terbentuk dalam reaksi kimia. Sebagai contoh, pembakaran karbon
monoksida di udara menghasilkan karbo dioksida. Untuk perhitungan
stoikiometri, persamaan reaksi akibat pembakaran tersebut dapat
diuraikan menjadi 2 mol gas karbon monoksida bergabung dengan 1
mol gas oksigen, sehingga membentuk 2 mol gas karbon dioksida”.
Salah satu reaksi yang pada umumnya juga berlangsung dalam larutan
adalah reaksi pengendapan yang cirinya adalah terbentuk produk yang
tak larut. Endapan adalah padatan tak larut yang terpisah dari larutan.
Reaksi pengendapan biasanya mellibatkan senyawa senyawa ionik.
Reaksi pengendapan adalah suatu reaksi yang menghasilkan endapan.
Endapan bisa berupa kristal atau koloid, serta dapat dikeluarkan dari
larutan dengan cara penyaringan (Rahayu, 2017). Endapan terbentuk
jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan.
Kelarutan bergantung pada berbagai kondisi seperti suhu, tekanan,
konsentrasi, bahab-bahan lain dalam larutan itu.
Stoikiometri bersumber dari hukum kekekalan massa yang
mempelajari kesetaraan suatu zat dengan zat lain dalam suatu perubahan
kimia. Dalam bentuk yang sederhana, stoikiometri meliputi
kemampuan menentukan koefisien-koefisien dalam suatu reaksi kimia.
Stoikiometri juga menggambarkan hubungan kuantitatif sederhana
dalam kimia yang dijelaskan dengan rumus kimia dan persamaan reaksi.
Rumus kimia dan persamaan reaksi menggambarkan hubungan
kuantitatif dua tingkat yaitu tingkat fenomenologis (level makroskopik)
dan tingkat partikel (tingkat mikroskopik). Pada tingkat makroskopik,
rumus kimia menyatakan hubungan massa unsur-unsur yang
terkandung dalam senyawa atau menyatakan perbandingan massa
pereaksi dan hasil reaksi dalam suatu persamaan reaksi. Sedangkan
pada tingkat mikroskopik rumus kimia menyatakan perbandingan atom
unsur dalam senyawa atau perbandingan partikel-partikel yang bereaksi
yang dinyatakan dalam suatu persamaan reaksi.
Stoikiometri bergantung pada kenyataan bahwa unsur-unsur
berperilaku dengan cara yang dapat diprediksi, serta materi yang tidak
dapat diciptakan atau dihancurkan, karena itu ketika unsur digabungkan
menghasilkan reaksi kimia, sesuatu yang dikenal dan spesifik yang akan
terjadi dan hasil reaksi dapat diprediksi berdasarkan unsur-unsur yang
terlibat (Rahayu, 2017). Stoikiometri dapat menemukan bagaimana
unsur dan komponen diencerkan dalam larutan yang konsentrasinya
diketahui bereaksi dalam kondisi eksperimen. Hubungan reaksi dalam
stoikiometri juga berkaitan dengan atom. Atom adalah suatu satuan
dasar materi, yang terdiri atas inti atom yang bermuatan positif dan
neutron Yang tidak bermuatan dikelilingi oleh elektron yang bermuatan
negatif. Ione adalah sebuah atom atau sekelompok atom yang
mempunyai muatan. Terbagi menjadi kation dan Anion. Kation adalah
ion yang mempunyai muatan positif dikit Anion adalah ion yang
mempunyai muatan negatif. Sedangkan molekul adalah suatu kumpulan
atau mie terdiri dari sedikitnya dua atom dalam susunan tertentu yang
terikat bersama oleh ikatan kimia. Molekul terbagi menjadi molekul
diatomik dan molekul Poliatomik. Poliatomik adalah suatu molekul
yang memiliki atom-atom yang berbeda jenis misalnya seperti molekul
H2SO4 dan lain sebagainya.
2.4 Molaritas
Molaritas menyatakan banyaknya mol zat terlarut dalam tiap liter
larutan. Pengertian molaritas adalah satuan yang menyatakan
banyaknya mol zat terlarut dalam satu liter atau 1000 ml larutan. Simbol
dari molaritas adalah M atau dalam bentuk satuannya dinyatakan
dengan mol/L (Rusheau, 2018). Dari simbol atau satuan molaritas
tersebut, molaritas dapat dijabarkan sebagai jumlah mol zat yang
terdapat dalam suatu pelarut atau banyak pelarut. Molaritas didapat dan
berkaitan erat dengan larutan. Larutan didefinisikan sebagai campuran
homogen antara dua atau lebih zat yang terdispersi baik sebagai
molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat berpariasi.
Larutan dapat berupa gas, cairan, atau padatan. Larutan encer adalah
larutan yang mengandung sebagian kecil solute, relative terhadap
jumlah pelarut. Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang
mengandung sebagian besar solute. Solute adalah zat terlarut.
Sedangkan solvent (pelarut) adalah medium dalam mana solute terlarut
(Baroroh, 2014).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu temperatur,
sifat pelarut, efek ion sejenis, efek ion berlainan, pH, hidrolisis,
pengaruh kompleks dan lain-lain (Khopkar, 2013). Pembuatan larutan
banyak aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya dalam
pembuatan teh manis. Ketika menambahkan gula ke dalam air dan teh,
ternyata air teh tersebut terasa manis, kemudian ditambahkan lagi air
kedalamnya sehingga air teh yang awalnya pekat dan manis, menjadi
lebih encer dan rasa manisnya berkurang. Itu semua adalah kegiatan
dalam pembuatan larutan. Mencampurkan air, teh, dan gula merupakan
contoh pembuatan larutan. Ketiga campuran itu disebut sebagai larutan
sedangkan penambahan air ke dalam air teh yang manis dinamakan
pengenceran. Kekentalan atau kepekatannya disebut konsentrasi atau
molaritas (kombo, 2015). Jadi, larutan adalah suatu sistem homogen
yang terdiri dari molekul atom ataupun ion yang terdiri dari dua zat atau
lebih. Larutan akan terjadi jika atom atau molekul dari suatu zat
semuanya terdispersi. Larutan terdiri atas zat yang dilarutkan (zat
terlarut) yang disebut solute dan pelarut yang dinamakan solvent.
Solvent atau pelarut merupakan senyawa dalam jumlah yang lebih
besar, sedangkan senyawa dalam jumlah yang lebih sedikit disebut
solute atau zat terlarut (PMIPA-FKIP, 2012). Larutan yang saling
melarutkan adalah campuran dua larutan polar atau dua larutan non
polar yang membentuk larutan satu fase homogen. Larutan yang tidak
melarutkan adalah campuran dari dua zat cair polar dan non polar
membentuk dua fase. Sifat dari suatu larutan ditentukan oleh jenis dan
jumlah partikel zat terlarut dalam larutan. Sebagai contoh, rasa asin dari
larutan garam bertambah seiring bertambahnya jumlah partikel garam
yang larut. Demikian pula rasa manis dari larutan gula akan bertambah
seiring bertambahnya jumlah partikel gula yang larut.