KIMIA DASAR
ACARA III
STOIKIOMETRI REAKSI PENGENDAPAN
DISUSUN OLEH
NAMA : BAIQ REGINA SILVA
NIM : G1A019061
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
Menghitung persentase endapan yang dihasilkan berdasarkan reaksi stoikiometri.
2. Waktu Praktikum
Jumat, 04 Oktober 2019
3. Tempat Praktikum
Lantai III, Laboratorium Kimia Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Bidang kimia yang mempelajari aspek kuantitatif unsur dalam suatu
senyawa atau reaksi disebut stoikiometri (bahasa yunan: stoichen = unsur; metrain =
mengukur). Dengan kata lain stoikiometri adalah perhitungan kimia yang menyangkut
hubungan kuantitatif zat yang terlibat dalam reaksi. Kajian kuantitatif terhadap reaksi
kimia akan membahas hubungan massa atau mol antara zat yang terlibat dalam reaksi.
Bila kuantitatif suatu pereaksi diketahui, yang lain dapat dihitung baik pereaksi
maupun hasil reaksi (Syukri,1999: 23).
Stoikiometri memungkinkan dihitungnya susunan persentase (bobot) atau
senyawa dari rumus empiris maupun molekul. Lebih penting dari kehidupan nyata
ialah bahwa stoikiometri memungkinkan dihitungnya rumus empiris dari susunan
persentase, yang harus ditentukan dengan eksperimen. Dua metode untuk melakukan
hal ini ialah analisis pengendapan dan analisis pembakaran. Sekali rumus empiris
diketahui, rumus molekul dapat ditentukan dari bobot molekul senyawa itu yang
ditentukan dengan kira kira. Akhirnya dari rumus molekul yang telah diketahui, bobot
molekul cermat dapat dihitung (Keenan, 1998: 67).
Reaksi metatesis yang menghasilkan produk dalam bentuk yang tidak larut
dikenal sebagai reaksi pengendapan. Suatu endapan adalah padatan yang tidak larut
yang dibentuk oleh suatu reaksi dalam larutan. Kelarutan suatu adalah banyaknya zat
yang dapat larut di dalam sejumlah tertentu pelarut. Hanya 1,2 x 10-3 mol (Pbl2) yang
larut didalam 1 liter air pada suhu 25˚C. Zat yang memiliki kelarutan lebih kecil dari
0,01 mol/L disebut tidak larut (Hernani, 2007: 3).
Proses pengendapan dapat ditentukan dengan melihat nilai hasil kali kelarutan
atau solubility product constant atau KSP. Nilai Ksp yang rendah mengindikasikan
bahwa senyawa tersebut mudah diendapkan, sebaliknya nilai Ksp yang tinggi maka
senyawa tersebut susah diendapkan. Waktu pengendapan berpengaruh pada lamanya
reaksi. Semakin lama waktu reaksi maka reaksi akan berjalan sempurna. Akan tetapi,
suatu reaksi akan mencapai keadaan setimbang pada waktu optimum. Reaksi yang
telah mencapai keadaan setimbang ditandai dengan tidak ada perubahan pada hasil
reaksi apabila waktu reaksi ditambahkan (Anggraini, 2015).
F. ANALISIS DATA
1. Tabung I
a. Persamaan reaksi:
Pb (CH3COO)2(aq) + H2SO4(aq) PbSO4(s) + 2CH3COOH(aq)
b. Perhitungan:
Diketahui:
Berat kertas saring kosong = 1,07 gram
Berat kertas saring + endapan = 1,44 gram
Ditanyakan:
Berapa persentase endapan yang diperoleh =...?
Penyeselasaian:
Berat endapan = (Berat kertas saring + endapan) – (Berat kertas saring
kosong)
= 1,44 gram – 1,07 gram
= 0,37 gram
c. Perhitungan mol larutan
Larutan Pb (CH3COO)2 = 0,1 M, 5 mL
n Pb (CH3COO)2 =MxV
= 0,1 M x 5 mL
= 0,5 mmol
= 0,0005 mol
Larutan H2SO4 = 1 M, 5 mL
n H2SO4 =MxV
= 1 M x 5 mL
= 5 mmol
= 0,005 mol
d. Persamaan Reaksi Setara:
Pb (CH3COO)2(aq)+ H2SO4(aq) PbSO4(s) + 2CH3COOH(aq)
e. Perbandingan mol :
Pb (CH3COO)2(aq) + H2SO4(aq) PbSO4(s) + 2CH3COOH(aq)
m: 0,0005 mol 0,005 mol
r: 0,0005 mol 0,0005 mol 0,0005 mol 0,0010 mol
s: - 0,0045 mol 0,0005 mol 0,0010 mol
mol endapan PbSO4 = 0,0005 mol
= 5 × 10-4 mol
Mr endapan PbSO4 = (Ar Pb) + (Ar S) + (4 ×Ar O)
= 207,2 + 32 + 4 × 16
= 303,2 gram/mol
𝑚 𝑒𝑛𝑑𝑝𝑎𝑝𝑎𝑛
% endapan = × 100%
𝑚 𝑃𝑏𝑆𝑂4
𝑜,37
= 0,1516 × 100%
= 244,06 %
Jadi, persentase endapan yang dihasilkan adalah 244,06 %
2. Tabung II
a. Persamaan reaksi
CuSO4(aq) + 2KOH(aq) K2SO4(s) + Cu(OH)2(aq)
b. Perhitungan:
Diketahui:
Berat kertas saring kosong = 1,07 gram
Berat kertas saring + endapan = 1,16 gram
Ditanyakan:
Berapa persentase endapan yang diperoleh = …?
Penyeselasaia:
Berat endapan = (Berat kertas saring + endapan) – (Berat kertas saring
kosong)
= 1,16 gram – 1,07 gram
= 0,09 gram
c. Perhitungan mol larutan
Larutan KOH = 0,1 M, 5 ml
n KOH =MxV
= 0,117 M x 5 ml
= 0,585 mmol
= 0,000585 mol
Larutan CuSO4 = 0,3375 M, 5 ml
n CuSO4 =MxV
= 0,3375 M x 5 ml
= 1,688 mmol
= 0,001688 mol
d. Persamaan Reaksi Setara:
CuSO4(aq) + 2KOH(aq) K2SO4(s) + Cu(OH)2(aq)
e. Perbandingan mol :
CuSO4(aq) + 2KOH(aq) K2SO4(s) + Cu(OH)2(aq)
m : 0,001688 mol 0,000585 mol - -
b : 0,000585 mol 0,000585 mol 0,000585 mol 0,000585 mol
s : 0,001103 mol - 0,000585 mol 0,000585 mol
Mol endapan K2SO4 = 0,000585 mol
Mr endapan K2SO4 = (2 Ar K) + (1 Ar S) + (4 Ar O)
= (2.39) + (32) + (4.16)
= 174
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑛
% endapan K2SO4 = × 100%
𝑛 × Mr K2SO4
0,09
= 0,000585 ×174 × 100%
0,09
= 0,10179 × 100 %
= 88,42 %
Jadi persentase endapan yang di hasilkan adalah 88,42 %
G. PEMBAHASAN
Pada praktikum yang berjudul stoikiometri reaksi pengendapan dengan tujuan
praktikum yaitu untuk menghitung persentase endapan yang dihasilkan berdasarkan
reaksi stoikiometri. Pada praktikum ini digunakan empat jenis larutan yaitu larutan
CuSO4 0,3375 M, larutan H2SO4 1 M, larutan KOH 0,117 M, larutan Pb asetat 0,1 M.
Terdapat dua prosedur kerja yang digunakan dalam praktikum ini. Pertama yaitu,
dengan mereaksikan Pb asetat 0,1 M dengan H2SO4 1 M. Dengan memasukan masing
masing 5 mL ke dalam tabung reaksi dan diamati endapannya. Setelah itu, mengambil
kertas saring berbentuk lingkaran dan ditimbang beratnya, lalu dilipat menjadi ½ dan
dilanjutkan ¼ dan dilipat sekali lagi. Lalu, memasukkan kertas saring yang sudah
dibasahi sedikit dengan aquades. Memasang corong yang berkertas saring untuk
menampung filtratnya. Lalu, tabung reaksi dibilas dengan aquades dan dituangkan ke
dalam corong. Kertas saring dikeringkan beserta endapannya di dalam oven. Lalu,
didinginkan dan ditimbang menggunakan timbangan analitik. Endapan yang diperoleh
sebesar 0,37 gram yang dimana berat endapan digunakan untuk mencari persentase
endapan. Kedua, mereaksikan KOH 0,117 M dengan CuSO4 0,3375 M. Dengan cara
yang sama seperti pada reaksi pertama. Setelah terbentuknya endapan kemudian
disiapkan kertas saring yang telah dilipat ¼ bagian selanjutnya dipasang corong kaca
pada erlenmeyer. Setelah itu larutan yang telah bereaksi dan membentuk endapan
dituangkan pada corong yang telah dimasukkan kertas saring. Tunggu beberapa saat
sampai endapan benar-benar mengendap pada kertas saring. Kemudian oven kertas
saring yang berisi endapan selama 15 menit dan setelah itu ditimbang massanya.
Setelah massa kertas saring kosong diketahui dan masa kertas saring + endapan
diketahui maka massa tersebut dikurangi, dan diperoleh massa untuk endapannya yaitu
0,09 gram yang kemudian massa endapan tersebut digunakan untuk mencari
persentase endapan KOH 0,117 M dengan CuSO4 0,3375 M. Untuk perubahan warna
yang terjadi pada setiap reaksi tersebut menunjukkan bahwa terjadi reaksi kimia antar
larutan yang di reaksikan. Jika ion Cu2+ direaksikan dengan larutan KOH , akan
terbentuk endapan biru Cu(OH)2 yang dimana didapati hasil reaksinya:
CuSO4(aq) + 2KOH(aq) K2SO4(s) + Cu(OH)2(aq)
Hasil reaksi dari larutan tersebut adalah berupa endapan. Pengendapan terjadi
jika konsentrasi senyawa melebihi larutan atau kelarutan. Persentase endapan yang
dihasilkan dari reaksi Pb asetat 0,1 M dengan H2SO4 1 M adalah 244,06%. Persentase
endapan yang dihasilkan dari reaksi KOH 0,117 M dengan CuSO4 0,3375 M adalah
88,42%.
H. KESIMPULAN
Dalam pereaksian antara larutan timbal asetat Pb (CH3COO)2 dengan larutan
asam sulfat H2SO4 terjadi reaksi yang menghasilkan endapan timbal (II) sulfat yang
memiliki persentase 244,06 % dan dalam pereaksian antara larutan KOH 0,117 M
dengan CuSO4 0,3375 M terjadi reaksi yang menghasilkan endapan tembaga (II)
Sulfat yang memiliki persentase endapan 88,42 %.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, M., Sarono, B., Waluyo, S., Rusyidi, dan Sujono, Pengendapan Uranium Dan Thorium
Hasil Slag II, Eksplorium Vol. 36(2), pp 125.
Hernani, S. M., O., 2007, Kimia Dasar 1, Universitas Terbuka, Jakarta.
Keenan, C. W., D.C. Kleinfeter., dan J.H. Wood., 1998, Ilmu Kimia Untuk Universitas Edisi
Keenam Jilid 1, Jakarta, Erlangga.
Syukri, 1999, Kimia Dasar 1, ITB, Bandung.