Anda di halaman 1dari 19

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Kimia Dasar dengan judul percobaan


“Netralisasi Asam Basa” disusun oleh :
Kelompok : II (Dua)
Anggota kelompok : 1. Muh. Arif Kamaluddin
2. Rismah
3. Zakiah Darajat
4. Edtris Khoirun Nisa
5. Putri Sarimurti
Kelas : Kimia Sains
telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten dan Koordinator Asisten, maka
dinyatakan diterima.

Makassar, Januari 2017


Koordinator Asisten, Asisten,

Rahmawati Yasin Maddaung Nurhardiyanti


NIM : 1313041015 NIM : 1313440009

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Suriati Eka Putri.S.Si.,M.Si


NIP : 19880503 201212 2 0001
A. JUDUL PERCOBAAN
“Netralisasi Asam Basa”

B. TUJUAN PERCOBAAN
Melakukan titrasi asam basa dengan menggunakan indikator.

C. LANDASAN TEORI
Reaksi penetralan (netralization reaction) merupakan reaksi antara asam
dengan basa. Reaksi asam basa dalam medium air biasanya menghasilkan air dan
garam (salt), yang merupakan senyawa ionik yang terbentuk dari suatu kation selain
H+ dan suatu amnion selain OH- atau O-2 :

Asam + basa garam + air

Semua garam merupakan elektrolit kuat. Zat yang kita kenal sebagai garam
dapur, NaCl. NaCl merupakan contoh yang sudah dikenal baik. Senyawa ini
merupakan produk dari reaksi asam basa berikut :

HCl(ag) + NaCl(aq) NaCl(ag) + H2O (l)

Jika kita memulai reaksi diatas dengan jumlah molar asam basa yang sama,
pada akhir reaksi kita, hanya akan dihasilkan garam dan tidak ada satupun asam
dan basa yang tersisa. Ini merupakan ciri dari reaksi penetralan asam basa (Chang,
2004:99)

Bila kuantitas ekuimolar dari suatu asam kuat seperti asam klorida, HCl.
Dan suatu basa kuat seperti natrium hidroksida, NaOH. Dicampurkan di dalam
suatu larutan air, ion hidronium dari asam dan ion hidroksida dari basa, akan
bersenyawa membentuk air. Reaksi ini dikenal sebagai penetralan. Reaksi
penetralan didefenisikan sebagai reaksi dalam mana kuantitas asam dan basa yang
ekuivalen, bereaksi. Umumnya, dengan penetralan diartikan bahwa semua proton
yang tersedia dari asamnya dan semua ion hidroksida dari basanya bereaksi untuk
membentuk air (Keenan,1984:419).
Asam dan basa didefinisikan oleh ahli berabad-abad yang lalu dalam sifat-
sifat larutan air mereka. Dalam pengertian ini Suatu zat yang larutan airnya berasa
asam, memerahkan lakmus biru, bereaksi dengan logam aktif untuk membentuk
hidrogen dan menetralkan basa. Dengan mengikuti pola yang serupa, suatu basa
didefinisikan sebagai suatu zat yang larutan airnya berasa pahit, membirukan
lakmus merah, terasa licin sabun, dan menetralkan asam ( Keenan, 1984:408).

Menurut Arrhenius, kita mendefinisikan asam sebagai zat yang bila


dilarutkan dalam air akan menambah jumlah ion hidrogen yang sudah ada dalam
air murni. Basa didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan akan menambah
jumlah ion hidroksida yang sudah ada dalam air murni (David, 2001:162).

Definisi yang lebih luas, yang dikemukakan oleh kimiawan Denmark


Johannes Bronsted pada tahun 1932, menyatakan asam sebagai donor proton dan
basa sebagai akseptor proton. Zat-zat yang berperilaku menurut definisi ini
disebut asam bronsted (Bronsted Acid) dan basa bronsted (Bronsted Base)
(Chang,2004:96)

Menurut Bronsted-Lowry, asam adalah senyawa yang cenderung untuk


melepaskan proton, sedangkan basa adalah senyawa yang cenderung untuk
menangkap proton. Teori ini berlaku untuk segala macam pelarut. Sedangkan
menurut Lewis, asam adalah akseptor pasangan elektron, sedangkan basa adalah
donor pasangan elektron. Dengan teori ini konsep mengenai asam berubah sama
sekali yaitu bahwa senyawa asam itu tidak harus mengandung proton (Andari,2013:
116).

Asam kuat dan basa kuat, dalam air akan terurai dengan sempurna. Oleh
karena itu, ion hidrogen dan ion hidroksida selamat titrasi dapat langsung dihitung
dari jumlah asam atau basa yang ditambahkan. Pada titik ekuivalen dari titrasi asam
kuat dan basa kuat, pH larutan pada temperatur 250C sama dengan pH air yaitu
sama dengan 7 (Tim Dosen, 2016:17).
Menurut Chang (2004:96), asam sebagai zat yang mengion dalam air
menghasilkan ion H+ dan basa sebagai zat yang mengion dalam air menghasilkan
ion OH- .

Asam:

1. Asam memiliki rasa masam, misalnya cuka yang mempunyai rasa dari asam
asetat, dan lemon serta buah-buahan sitrun lainnya mengandung asam sitrat.
2. Asam menyebabkan perubahan warna pada zat warna tumbuhan misalnya,
mengubah lakmus biru jadi merah.
3. Larutan asam dalam air menghantarkan arus listrik.
Basa:
1. Basa memiliki rasa pahit
2. Basa menyebabkan perubahan warna pada zat warna tumbuhan, misalnya
mengubah warna lakmus dari merah menjadi biru.
3. Larutan basa dam air menghasilkan arus listrik.
Untuk menentukan konsentrasi suatu larutan, suatu larutan dengan
konsentrasi dan volume yang telah diketahui dapat direaksikan dengan larutan yang
akan ditentukan konsentrasinya sampai perbandingan molnya tepat seperti yang
diperlukan dalam persamaan kimia yang seimbang. Kemudian dari kedua reaktan
yang telah diketahui volumenya, konsentrasi larutan yang belum diketahui dapat
dihitung. Prosedur ini disebut titrasi. Suatu indikator digunakan untuk
memberitahukan kapan titrasi harus dihentikan. Biasanya indikator adalah suatu
senyawa yang mempunyai satu warna ( atau tidak berwarna) dalam larutan yang
bersifat asam dan mempunyai warna lain dalam larutan yang bersifat basa (
Goldberg, 2008:96).
Salah satu teknik yang paling penting dalam kimia analitik adalah titrasi,
yaitu penambahan secara cermat volume suatu larutan yang mengandung zat A
yang konsentrasinya diketahui, kepada larutan keduk yang mengandung zat B yang
konsentrasinya tidak diketahui, yang akan mengakibatkan reaksi antara keduanya
secara kuantitatif. Selesainya reaksi, yaitu pada Titik akhir, ditandai dengan
semacam perubahan sifat fisis, misalnya campuran yang bereaksi. Titik akhir dapat
dideteksi dalam campuran reaksi yang tidak berwarna dengan menambahkan zat
yang disebut indikator, yaitu mengubah warna pada titik akhir (David W, 2001:
161).
Indikator asam basa ialah zat yang dapat berubah warna apabila pH
lingkungannya berubah. Apabila dalam suatu titrasi, asam maupun basanya
merupakan elektrolit kuat, larutan pada titik ekuivalen larutan akan mempunyai pH
> 7 (bereaksi basa) atau pH < 7 (bereaksi asam). Harga pH yang tepat dapat dihitung
dari tetapan ionisasi dari asam atau basa lemah tersebut dan dari konsentrasi larutan
yang diperoleh. Titik akhir titrasi asam dapat ditentukan dengan indikator asam
basa. Indikator yang digunakan harus memberikan perubahan warna yang nampak
disekitar pH titik ekuivalen titrasi yang dilakukan, sehingga titik akhirnya masih
jatuh pada kisaran perubahan pH indikator tersebut (Harjanti,2008).
Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi
yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan sejumlah
contoh tertentu yang akan dianalisis (Keenan,1984:422).
Indikator pada titrasi asam basa adalah asam atau basa organik lemah yang
mampu berada dalam dua macam bentuk warna yang berbeda, warna dalam bentuk
ion dan warna dalam bentuk molekul sehingga dapat saling berubah warna dari satu
bentuk ke bentuk lain pada konsentrasi H+ dan pH tertentu. Pemilihan indikator
sangat tergantung pada titik ekuivalen reaksi antara analit dengan titer
(Andari,2013).
Untuk menentukan titik ekuivalen ini biasanya dipakai suatu indikator asam
basa, yaitu suatu zat yang perubahan warnanya tergantung pada pH larutan.
Perubahan warna indikator tertentu timbul perubahan warna, maka titik akhir tidak
selalu berimpit dengan titik ekuivalen dan selisihnya disebut kesalahan titrasi.
Dengan pemilihan indikator yang tepat, kita dapat memperkecil kesalahan titrasi ini
(Tim Dosen, 2016:21)
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Gelas ukur 50 mL
b. Labu erlenmeyer
c. Ball pipet
d. Botol semprot
e. Corong biasa
f. Buret
g. Statif dan Klem
h. Pipet tetes
i. Lap kasar
j. Lap halus
2. Bahan
a. Larutan Asam Klorida (HCl) 0,1 M
b. Larutan Natrium Hidroksida (NaOH) 0,2 M
c. Indikator Phenolftalein
d. Indikator Universal
e. Aquades
f. Tissue
E. PROSEDUR KERJA
1. Isi buret dengan larutan NaOH 0,2 M
2. Larutan HCl 0,1 M diukur dengan gelas ukur sebanyak 10 ml. Kemudian
dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer dengan pipet ukur dan ball pipet.
Kemudian ukur pH larutan dengan indikator universal, selanjutnya
menambahkan 3 tetes indikator phenolftalein.
3. Dicatat keadaan awal (skala) dalam buret. Kemudian diteteskan 1 ml
larutan NaOH dari buret ke dalam larutan HCl dengan hati-hati,
selanjutnya diukur pH larutan HCl.
4. Dilanjutkan titrasi ampai terjadi perubahan warna dari tidak berwarna
menjadi merah muda. Kemudian diukur kembali pH larutan.
5. Dicatat kembali keadaan akhir buret dan volume NaOH yang dipakai.
6. Ditambahkan lagi 1 ml NaOH dari buret da diukur kembali pH larutan.
Diulangi titrasi paling sedikit 2 kali.
F. HASIL PENGAMATAN
Titrasi larutan Asam Klorida dengan larutan Natrium Hidroksida.
I II III Rata-rata
a. pH larutan HCl sebelum penambahan NaOH : 1 1 1 1
b. pH larutan saat penambahan 1 ml NaOH : 1 1 1 1
c. pH larutan saat mencapai titik ekuivalen : 5 7 6 6
d. pH larutan setelah melewati titik ekuivalen : 9 8 8 8,3
Pembacaan volume NaOH awal dan akhir titrasi.

Titrasi III
No. Pembacaan Buret Titrasi I (ml) Titrasi II (ml)
(ml)
1. NaOH akhir 8,7 10,7 20,3
2. NaOH awal 0 1 10
3. Volume NaOH 8,7 9,7 10,3

Volume NaOH Rata-Rata : 8,7 + 9,7 + 10,3 = 9,26 ml


3
G. ANALISIS DATA
a. pH larutan HCl sebelu penambahan NaOH
Diketahui : M HCl = 0,1 M
Ditanya : pH = ......?
Penyelesaian : HCl H+ + Cl-
[HCl] = M x a
= 0,1 M x 1
= 0,1 M
= 10 -1 M
pH = - log [HCl]
= - log 10-1
=1
b. pH saat penambahan 1 ml NaOH 0,2 M dalam 10 ml HCl 0,1 M
diketahui : M NaOH = 0,2 M = 0,2 mmol/ml
V NaOH = 1 ml
M HCl = 0,1 M = 0,1 mmol/ml
V HCl = 10 ml
Ditanyakan : pH = ..........?
Penyelesaian :
Mol HCl = M HCl x V HCl
= 0,1 mmol/ml x 10 ml
= 1 mmol
Mol NaOH = M NaOH x V NaOH
= 0,2 mmol/ml x 1 ml
= 0,2 mmol
HCl + NaOH NaCl + H2O
Mula-mula: 1 mmol 0,2 mmol - -
Reaksi : 0,2 mmol 0,2 mmol 0,2 mmol 0,2 mmol
Sisa : 0,8 mmol - 0,2 mmol 0,2 mmol
HCl H+ + Cl-
Mol H+ = 1 x 0,8 = 0,8 mmol
1

[H+] = 0,8 mmol = 0,0727 mmol/ml = 7,27 x 10 -2 M


11 ml

pH = - log [H+]
= - log 7,27 x 10-2
= 2 – log 7,27
= 2 – 0,86
= 1,14
Karena pH yang diperoleh adalah 1,14 dimana pH < 7 maka larutan
bersifat asam.
c. pH saat mencapai titik ekuivalen
M1. V1 = M2.V2
V2 = 10 ml x 0,1 mmol/ml
0,2 mmol/ml
V2 = 5 ml
Diketahui : M NaOH = 0,2 mmol/ml
V NaOH = 5 ml
M HCl = 0,1 mmol/ml
V HCl = 10 ml
Ditanyakan : pH = ..........?
Penyelesaian :
n HCl = M x V
= 0,1 mmol/ml x 10 ml
= 1 mmol
n NaOH = M x V
= 0,2 mmol/ml x 5 ml
= 1 mmol
HCl + NaOH NaCl + H2O
Mula-mula: 1 mmol 1 mmol - -
Reaksi : 1 mmol 1 mmol 1 mmol 1 mmol
Sisa : - - 1 mmol 1 mmol
Kw = [H+] [OH-]
[H+] = 10-14
[H+] = √10-14
[H+] = 10-7
pH = - log [H+]
= - log 10-7
=7
Karena mol HCl dan NaOh tepat habis bereaksi maka pH larutan adalah
7.
d. pH setelah melewati Titik ekuivalen
diketahui : M NaOH = 0,2 mmol/ml
V NaOH = 5 ml + 1 ml = 6 ml
M HCl = 0,1 mmol/ml
V HCl = 10 ml
Ditanyakan : pH = ..........?
Penyelesaian :
n HCl = M x V
= 0,1 mmol/ml x 10 ml
= 1 mmol
n NaOH = M x V
= 0,2 mmol/ml x 6 ml
= 1,2 mmol
HCl + NaOH NaCl + H2O
Mula-mula: 1 mmol 1,2 mmol - -
Reaksi : 1 mmol 1 mmol 1 mmol 1 mmol
Sisa : - 0,2 mmol 1 mmol 1 mmol
[OH-] = N sisa
V total

0,2 mmol
=
16 ml
= 0,0125 mmol/ml
= 1,25 x 10-2 M
pOH = - log [OH-]
= - log 1,25 x 10-2 M
= 2 – log 1,25
= 1,903
pH = 14 – pOH
= 14 – 1,903
= 12,097
H. PEMBAHASAN
Netralisasi merupakan suatu prosedur yang bertujuan untuk mengetahui
konsentrasi suatu zat dalam suatu larutan. Titrasi adalah cara analisis dengan
pengukuran jumlah larutan yang dibutuhkan untuk bereaksi secara tepat dengan zat
yang terdapat dalam zat lain, Diana salah satu larutan diketahui konsentrasinya.
Ketika terjadi perubahan warna pada zat yang dianalisis maka kita akan bisa
mengetahui kandungan atau besarnya konsentrasi suatu zat dalam larutan tersebut.
Secara teknis, netralisasi dilakukan sedikit demi sedikit hingga larutan basa atau
asam yang ada di dalam buret habis bereaksi dengan asam atau basa yang ada di
dalam labu erlenmeyer sehingga terjadi perubahan warna dari indikator yang
dipakai.
Pengamatan dan percobaan ini dilakukan titrasi antara asam kuat dan basa
kuat yaitu larutan Asam Klorida dan Natrium Hidroksida.
HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)
Asam kuat dan basa kuat, dalam air akan terurai dengan sempurna. Oleh
karena itu, ion hidroksida dan ion hidrogen, secara titrasi dapat langsung dihitung
dari jumlah asam atau basa yang ditambahkan. Pada percobaan ini titrasi dilakukan
sebanyak 3 kali. Kenapa sebanyak 3 kali, dengan tujuan agar bisa menjadi
perbandingan untuk memastikan volume HCl 0,1 M yang dibutuhkan saat titrasi.
Indikator yang digunakan adalah indikator universal dan indikator phenolftalein.
Indikator universal berfungsi untuk mengukur pH larutan. Sedangkan indikator
phenolftalein berfungsi sebagai indikator pH yang akan berubah warna menjadi
merah muda saat mencapai titik titrasi. Indikator memiliki trayek perubahan warna
pada skala 8,0-10,0, Dimana warna asam adalah tidak berwarna dan warna basa
adalah merah muda.
Percobaan pertama pH larutan HCl secara berturut-turut pH sama dengan
1. pH 1 karena termasuk asam kuat yang mempunyai pH < 7. Kemudian diteteskan
3 tetes indikator phenolftalein dan larutan tidak berwarna. Hal ini menunjukkan
larutan masih bersifat asam karena indikator phenolftalein akan bening bila larutan
dalam kondisi asam dan berwarna apabila larutan dalam kondisi basa.setelah itu
penambahan NaOH dari buret ke dalam larutan HCl. Pada saat NaOH ditambahkan
maka pH larutan secara berturut-turut adalah 1. Kemudian melanjutkan titrasi
hingga terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi berwarna merah muda.
Perubahan warna terjadi karena adanya resornasi elektron, berbagai indikator
mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda. Indikator phenolftalein andalan
indikator yang dibuat dengan kondensasi alhidrida fhalein dengan fenol. Perubahan
warna menjadi merah muda menunjukkan larutan mencapai titik ekuivalen dari
larutan asam berubah menjadi larutan basa. Titik ekuivalen adalah kondisi pada saat
perbandingan jumlah mol asam dan mol basa sama dengan perbandingan jumlah
koefisien basa dan koefisien basa menurut reaksi. pH saat mencapai titik ekuivalen
adalah 7. Titik akhir titrasi adalah titik Diana terjadi perubahan warna. Setelah itu,
penambahan NaOH agar diketahui perubahan pH larutan setelah mencapai titik
ekuivalen. Selain itu juga untuk mengetahui apakah larutan NaOH yang digunakan
masih berwarna atau tidak. Setelah penambahan larutan NaOH, pH larutan
meningkat menjadi 9. Indikator penolftalein semakin pudar dalam konsentrasi basa
yang semakin pekat (pH>14). Pada larutan yang bersifat basa pada rentangan pH
8,3-10,0 indikator akan memberikan perubahan warna menjadi merah muda, dan
pada rentang pH>10 indikator phenolftalein akan memberikan perubahan warna
menjadi merah.
Adapun volume rata-rata NaOH yang digunakan pada percobaan adalah
9,26 ml, Dimana NaOH yang digunakan pada percobaan adalah 8,7 ml, 9,7 ml, dan
10,3 ml.
I. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan tentang netralisasi asam basa
dapat disimpulkan bahwa apabila asam kuat dan basa kuat direaksikan maka akan
menghasilkan garam dan air. Pada titik ekuivalen diperoleh pH sebesar 7. Titik
ekuivalen ini ditandai dengan berubahnya larutan menjadi merah muda. Larutan
berubah warna merah muda karena ditambahkan indikator phenolftalein sebelum
titrasi sebanyak 3 kali.
pH larutan diukur menggunakan indikator universal. Pada percobaan ini pH
larutan HCl yang diketahui ada 4 yaitu sebelum titrasi, setelah titrasi 1 ml larutan
NaOH 0,2 M, saat mencapai titik ekuivalen dan setelah melewati titik ekuivalen.
pH larutan meningkat seiring dengan semakin banyak larutan NaOH yang
digunakan.
2. Saran
a. Praktikan, untuk selanjutnya harus menguasai prosedur kerja dengan baik
seperti saat melakukan titrasi. Berhati-hati dalam melakukan percobaan, karena alat
yang digunakan mudah pecah. Selain itu, lebih teliti dalam pembacaan alat, karena
data yang diperoleh bergantung pada pembacaan alat.
b. Asisten, diharapkan agar selalu mengarahkan praktikan dalam melakukan
percobaan supaya hasil yang diperoleh baik. Tetap pertahankan sifat yang ramah
kepada praktikan dan sebaliknya bisa memberikan nilai kepada praktikannya
dengan baik.
c. Laboran, diharapkan agar ditingkatkan pelayanan praktikum agar lebih baik
lagi, agar praktikan bisa melakukan praktikum dengan nyaman.
DAFTAR PUSTAKA

Andari, susilowati. 2013. Perbandingan penetapan kadar ketoprofen tablet secara


alkalimetri dengan spektrofotometri-UV.Jurnal Edu Health. Vol. 3 No. 2
ISSN 2087-3271.

Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

David W, dkk. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern Jilid I. Jakarta : Erlangga.

Goldberg, David E. Kimia untuk pemula. Jakarta : Erlangga.

Harjanti, Ratna sari. 2008. Pemungutan kurmunin dari kunyit (Curcuma


domestica val.) dan pemakaiannya sebagai indikator analisis volumetri.
Jurnal Rekayasa Proses. Vol.2 No.2

Kenan, dkk. 1984. Ilmu Kimia untuk Universitas Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Tim dosen. 2016. Penuntun praktikum kimia dasar. Makassar : laboratorium kimia
FMIPA UNM.
LAMPIRAN
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan titik ekuivalen?
Jawab : Titik ekuivalen adalah titik dimana perbandingan asam yang
bereaksi sama dengan jumlah basa yang bereaksi.
2. Hitunglah pH teoritis larutan sebelum penambahan NaOH, saat
penambahan 1 ml, saat tercapai titik ekuivalen dan setelah melewati titik
ekuivalen !
Jawab :
a. pH larutan HCl sebelu penambahan NaOH
Diketahui : M HCl = 0,1 M
Ditanya : pH = ......?
Penyelesaian : HCl H+ + Cl-
[HCl] = M x a
= 0,1 M x 1
= 0,1 M
= 10 -1 M
pH = - log [HCl]
= - log 10-1
=1
b. pH saat penambahan 1 ml NaOH 0,2 M dalam 10 ml HCl 0,1 M
diketahui : M NaOH = 0,2 M = 0,2 mmol/ml
V NaOH = 1 ml
M HCl = 0,1 M = 0,1 mmol/ml
V HCl = 10 ml
Ditanyakan : pH = ..........?
Penyelesaian :
Mol HCl = M HCl x V HCl
= 0,1 mmol/ml x 10 ml
= 1 mmol
Mol NaOH = M NaOH x V NaOH
= 0,2 mmol/ml x 1 ml
= 0,2 mmol
HCl + NaOH NaCl + H2O
Mula-mula: 1 mmol 0,2 mmol - -
Reaksi : 0,2 mmol 0,2 mmol 0,2 mmol 0,2 mmol
Sisa : 0,8 mmol - 0,2 mmol 0,2 mmol
HCl H+ + Cl-
Mol H+ = 1 x 0,8 = 0,8 mmol
1

[H+] = 0,8 mmol = 0,0727 mmol/ml = 7,27 x 10 -2 M


11 ml

pH = - log [H+]
= - log 7,27 x 10-2
= 2 – log 7,27
= 2 – 0,86
= 1,14
Karena pH yang diperoleh adalah 1,14 dimana pH < 7 maka larutan
bersifat asam.
c. pH saat mencapai titik ekuivalen
M1. V1 = M2.V2
V2 = 10 ml x 0,1 mmol/ml
0,2 mmol/ml
V2 = 5 ml
Diketahui : M NaOH = 0,2 mmol/ml
V NaOH = 5 ml
M HCl = 0,1 mmol/ml
V HCl = 10 ml
Ditanyakan : pH = ..........?
Penyelesaian :
n HCl = M x V
= 0,1 mmol/ml x 10 ml
= 1 mmol
n NaOH = M x V
= 0,2 mmol/ml x 5 ml
= 1 mmol
HCl + NaOH NaCl + H2O
Mula-mula: 1 mmol 1 mmol - -
Reaksi : 1 mmol 1 mmol 1 mmol 1 mmol
Sisa : - - 1 mmol 1 mmol
Kw = [H+] [OH-]
[H+] = 10-14
[H+] = √10-14
[H+] = 10-7
pH = - log [H+]
= - log 10-7
=7
Karena mol HCl dan NaOh tepat habis bereaksi maka pH larutan adalah
7.
d. pH setelah melewati Titik ekuivalen
diketahui : M NaOH = 0,2 mmol/ml
V NaOH = 5 ml + 1 ml = 6 ml
M HCl = 0,1 mmol/ml
V HCl = 10 ml
Ditanyakan : pH = ..........?
Penyelesaian :
n HCl = M x V
= 0,1 mmol/ml x 10 ml
= 1 mmol
n NaOH = M x V
= 0,2 mmol/ml x 6 ml
= 1,2 mmol
HCl + NaOH NaCl + H2O
Mula-mula: 1 mmol 1,2 mmol - -
Reaksi : 1 mmol 1 mmol 1 mmol 1 mmol
Sisa : - 0,2 mmol 1 mmol 1 mmol
[OH-] = N sisa
V total

0,2 mmol
=
16 ml
= 0,0125 mmol/ml
= 1,25 x 10-2 M
pOH = - log [OH-]
= - log 1,25 x 10-2 M
= 2 – log 1,25
= 1,903
pH = 14 – pOH
= 14 – 1,903
= 12,097
3. Buatlah kurva titrasi reaksi antara HCl dan NaOH!
Jawab :
a. Grafik titrasi I
10
9
8
7
pH Larutan

6
5
4
3
2
1
0
0 2 4 6 8 10 12
volume NaOH

b. Grafik titrasi II
10

pH Larutan
6

0
0 2 4 6 8 10 12
Volume NaOH

c. Grafik titrasi III


9
8
7
6
pH larutan

5
4
3
2
1
0
0 2 4 6 8 10 12
volume NaOH

Anda mungkin juga menyukai