Kelompok AB
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN
JATINANGOR
2018
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Larutan penyangga atau larutan buffer adalah larutan yang digunakan untuk
mempertahankan nilai pH tertentu agar tidak banyak berubah selama reaksi kimia
berlangsung. Sifat yang khas dari larutan penyangga ini adalah pH-nya hanya
berubah sedikit dengan pemberian sedikit asam kuat atau basa kuat. Dengan kata
lain larutan penyangga adalah larutan yang dapat mempertahankan pH pada
kisarannya. Jika ada suatu larutan menyangga ditambah sedikit asam atau basa
atau juga diencerkan, maka pH larutan tidak berubah. Larutan penyangga
sangatlah penting dalam kehidupan, misalnya dalam analisis biokimia,
bakteriologi, zat warna, dan industri kulit.
Kata pH dan larutan buffer (penyangga) sering kita jumpai ketika
mempelajari materi asam basa. Suatu larutan yang dapat mempertahankan nilai
pH dengan penambahan sedikit asam, basa, dan pengenceran oleh air disebut
larutan buffer. Larutan penyangga dapat dibuat dari campuran asam lemah dan
basa konjugasinya serta basa lemah dan asam konjugasinya. Larutan buffer dapat
pula dibuat dari campuran asam atau basa kuat dengan ketentuan jumlah asam
atau basa lemahnya harus lebih besar dari basa atau asam kuatnya.
Fungsi larutan penyangga banyak sekali, salah satunya dalam bidang
kesehatan dan bidang farmasi (obat-obatan), banyak zat aktif yang harus berada
dalam keadaan pH stabil. Perubahan pH dapat mengakibatkan khasiat zat aktif
tersebut berkurang atau hilang sama sekali. Selain itu, fungsi larutan penyangga
juga dapat diaplikasikan dalam tubuh manusia, larutan berperan penting dalam
mempertahankan pH. Hal ini terjadi karena di dalam cairan sel tubuh terdapat
sistem penyangga, yaitu asam hidrogen fosfat.
Komponen larutan penyangga secara umum, larutan penyangga
digambarkan sebagai campuran yang terdiri dari asam lemah (HA) dan basa
konjugasinya (ion A-). Campuran ini menghasilkan larutan bersifat asam. Basa
lemah (B) dan asam konjugasinya (BH+), campuran ini menghasilkan larutan
bersifat basa. Larutan penyangga berdasarkan komponen penyusunnya
dikelompokkan menjadi dua, yaitu larutan penyangga asam dan larutan
penyangga basa. Larutan penyangga asam berfungsi mempertahankan pH pada
daerah asam (pH < 7). Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari asam
lemah dan garamnya yang merupakan basa konjugasi dari asamnya. Adapun cara
lainnya yaitu mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa kuat dimana
asam lemahnya dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan
menghasilkan garam yang mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang
bersangkutan. Pada umumnya, basa kuat yang digunakan seperti natrium, kalium,
barium, kalsium, dan lain-lain. Larutan penyangga basa berfungsi
mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Untuk mendapatkan larutan ini
dapat dibuat dari basa lemah dan garam, yang garamnya berasal dari asam kuat.
Adapun cara lainnya yaitu dengan mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu
asam kuat dimana basa lemahnya dicampurkan berlebih. Seringkali yang
digunakan sebagai contoh adalah campuran.
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk membuat larutan buffer pada
beberapa nilai pH berbeda dan menguji kestabilan larutan buffer tersebut.
pH = pKa + log
(Takeuchi, 2006)
Larutan dapat juga dibuat dengan melarutkan basa lemah dengan
garamnya secara bersama-sama seperti Amonium hidroksida dengan ammonium
klorida.
NH4OH + H+ NH4+ + H2O
(Sudaryat, 2016)
Campuran ini menunjukan ketahanan terhadap ion hidrogen, karena ion
hidrogen bereaksi dengan ammonium hidroksida (yang tidak terdisosiasi).
Sedangkan ketahanan terhadap ion hidroksil didasarkan atas pembentukan basa
yang tidak terdisosiasi dari ion-ion ammonium (berasal dari garamnya) :
NH4+ + OH- NH4OH
(Sudaryat, 2016)
Konsentrasi ion hidrogen dapat dihitung dari tijauan- tinjauan tentang
kesetimbangan kimia yang terdapat dalam larutan buffer tersebut. Kita tinjau
suatu buffer yang terbuat dari suatu asam lemah dan garamnya. Maka
kesetimbangan disosiasi terdapat dalam larutan.
HA H+ + A-
(Sudaryat, 2016)
Tetapan kesetimbangan dapat dinyatakan sebagai.
Ka =
(Sudaryat, 2016)
dari mana konsetrasi ion hidrogen dapat dinyatakan sebagai.
[H+] = Ka x
(Sudaryat, 2016)
Asam bebas yang terdapat, hampir tidak terdisosiasi sama sekali, karena
adanya anion A- dalam jumlah yang banyak yang berasal dari garamnya.
Akibatnya konsentrasi total asam, Ca hampir sama dengan konsentrasi asam yang
terdisosiasi. Oleh sebab yang sama, konsentrasi total garam, Cg hampir sama
dengan konsentrasi anion. Sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut.
[H+] = Ka x
(Sudaryat, 2016)
Sama halnya bila buffer itu dibuat dari basa lemah MOH dengan garamnya
yang mengandung kation M+, kesetimbangan disosiasi yang terjadi dalam larutan
ini adalah
MOH M+ + OH-
(Sudaryat, 2016)
Sehingga nilai pH yang diperoleh sebesar.
yang ditambahkan makin banyak, maka perubahan pH-nya tak dapat diabaikan
lagi. Jumlah asam atau basa yang dapat dinetralkan suatu buffer sebelum pH
larutan berubah disebut kapasitas buffer .
Kapasitas/daya tahan larutan penyangga bergantung pada jumlah mol dan
perbandingan mol dari komponen penyangganya. Semakin banyak jumlah mol
komponen penyangga, semakin besar kemampuannya mempertahankan pH.
Apabila komponen asam terlalu sedikit, penambahan sedikit basa dapat mengubah
pHnya. Sebaliknya apabila komponen basanya terlalu sedikit, penambahan sedikit
asam dapat mengubah pHnya. Sedangkan, perbandingan mol antara komponen-
komponen suatu larutan penyangga sebaiknya antara 0,1-10. Di luar perbandingan
tersebut, maka sifat penyangganya akan berkurang (Keenan et al., 1980).
Larutan penyangga ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari seperti
pada obat-obatan, fotografi, industri kulit dan zat warna. Selain aplikasi tersebut,
terdapat penerapan konsep larutan penyangga ini dalam tubuh manusia, contohnya
seperti pada cairan tubuh. Cairan tubuh (baik cairan intrasel maupun cairan
ekstrasel) merupakan larutan penyangga. Sistem penyangga yang utama dalam
cairan intrasel adalah pasangan dihidrogenfosfat-monohidrogenfosfat (H2PO4– -
HPO42-). Sedangkan sistem penyangga yang utama dalam cairan ekstrasel adalah
pasangan asam karbonat-bikarbonat (H2CO3 – HCO3–). Sistem penyangga ini
dapat menjaga pH darah hampir konstan, yaitu sekitar 7,4 (Keenan et al., 1980).
Kestabilan buffer diuji untuk mengetahui pada pH berapa buffer yang paling
stabil menjaga nilai pHnya dengan menggunakan rumus :
III. METODOLOGI
3.1. Alat
1. Ph meter Beaker glass
2. Gelas ukur
3. Labu ukur
4. Magnet stirrer
5. Pipet tetes
6. Pipet volume
7. Spatula
3.2. Bahan
1. Akuades
2. Larutan CH3COOH
3. Larutan CH3COONa
4. Larutan HCl
5. Larutan NaOH
3.3. Prosedur
A. Pembuatan Larutan Asam Asetat (CH3COOH) Glasial
1. Akuades dimasukkan sedikit ke dalam labu ukur 100 mL
2. Asam asetat glasial diukur sebanyak 12 mL dipipet ke dalam labu ukur
3. Kemudian ditepatkan dengan akuades hingga mencapai tanda batas (tanda
tera) dan dihomogenkan.
B. Pembuatan Larutan Garam Konjugasi (CH3COONa.3H2O)
1. CH3COONa.3H2O sebanyak 6,75 gram ditimbang
2. Dilarutkan CH3COONa.3H2O dengan sedikit akuades dalam wadah beaker
glass.
3. Sampel yang telah larut dimasukkan ke dalam labu ukur 250m
4. Ditepatkan dengan akuades hingga mencapai tanda batas (tanda terra) dan
dihomogenkan.
C. Pembuatan Larutan NaOH 0,1 M 50mL
1. Dilakukan penimbangan NaOH sebanyak 0,2 gram
2. Dilarutkan NaOH pada labu ukur 50mL sebanyak 30mL
3. Ditepatkan dengan akuades hingga mencapai tanda batas (tanda terra) dan
dihomogenkan
D. Pembuatan Larutan HCl 0,1 N 50 mL
1. Dilakukan penimbangan HCl sebanyak 0,42 gram
2. Dilarutkan NaOH pada labu ukur 50mL sebanyak 30mL
3. Ditepatkan dengan akuades hingga mencapai tanda batas (tanda terra) dan
dihomogenkan
kuat yang digunakan seperti natrium, kalium, barium, kalsium, dan lain-lain.
Contoh yang biasa merupakan campuran asam asetat dan natrium asetat dalam
larutan. Kasus ini, jika larutan mengandung konsentrasi molar yang sebanding
antara asam dan garam, maka campuran tersebut akan memiliki pH 4.76. Ini
bukan suatu masalah dalam hal konsentrasinya, sepanjang keduanya memiliki
konsentrasi yang sama. Kita dapat mengubah pH larutan penyangga dengan
mengubah rasio asam terhadap garam, atau dengan memilih asam yang berbeda
dan salah satu garamnya.
2. Larutan buffer yang bersifat basa.
Apabila suatu basa lemah dicampur dengan asamkonjugasinya maka akan
terbentuk suatu larutan buffer basa. Larutan ini akanmempertahankan pH pada
daerah basa (pH > 7). Misalnya larutan campuran NH3 dengan ion amonium
NH4+. Larutan buffer basa juga dapat terjadi dari campuran suatu basa lemah
dengan suatu asam kuat dimana basa lemah dicampurkan berlebih. Jika ke dalam
larutan ditambahkan suatu asam kuat, maka ion H+ yang berasal dari asam itu
akan mengikat atau bereaksi dengan ion OH-. Hal itu menyebabkan
kesetimbangan larutan menjadi bergeser ke kanan sehingga konsentrasi ion OH-
dapat dipertahankan atau dengan kata lain pH larutan stabil atau dapat bertahan.
Demikian juga pada penambahan suatu basa kuat, jumlah ion OH- dalam larutan
akan bertambah. Hal ini akan menyebabkan kesetimbangan larutan menjadi
bergeser ke kiri sehingga konsentasi ion OH- dapat dipertahankan dan pH larutan
tidak berubah.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pembuatan Larutan Buffer Asetat pH 4 dan pH 5
Teoritis Hasil Praktikum
Volume Volume Volume Volume
pH CH3COOH CH3COONa pH CH3COOH CH3COONa
(ml) (ml) (ml) (ml)
4 80 20 3.99 80 10
5 30 70 5.00 52.4 70
(Sumber : Dokumentasi pribadi, 2018)
Dalam menyiapkan suatu penyangga dengan pH yang diinginkan, analis
harus memilih suatu sistem asam-garam (atau basa-garam) dimana pKa asam
tersebut sedekat mungkin ke pH yang diinginkan. Dengan pemilihan ini, rasio
asam per garam mendekati satu, dan diperoleh keefektifan maksimal atas
peningkatan atau penurunan pH. Jika asam yang ada lebih besar dari pada garam,
maka perubahan pH yang besar akan terjadi jika basa ditambahkan demikian juga
sebaliknya (Svehla, 1990).
Praktikum kali ini digunakan larutan asam asetat (A) 0.1 M dan larutan
natrium asetat (B) 0.1 M untuk membuat buffer pH 4 dan pH 5. Pertama-tama
larutan asam asetat atau natrium asetat yang akan dibuat buffer dimasukkan ke
dalam beaker glass (tergantung siapa yang lebih banyak volume yang dibutuhkan)
dan kemudian diaduk dengan menggunakan magnetic stirrer. Magnetic stirrer
merupakan suatu alat yang digunakan untuk pengadukan cairan kimia yang
menggunakan putaran medan magnet untuk memutar stir bar sehingga membantu
proses homogenisasi. Pengadukan dan pemanas yang dihasilkan oleh alat ini
bersumber dari energi listrik. Larutan asam asetat atau natrium asetat yan diaduk
tersebut ditambahkan dengan natrium asetat/asam asetatnya dan diukur tingkat
keasamannya. Tingkat keasaman dianalisis untuk mengetahui karakteristik larutan
yang dibuat dan menggunakan alat pH meter.
Prinsip kerja utama pH meter adalah terletak pada sensor probe berupa
elektroda kaca (glass electrode) dengan jalan mengukur jumlah ion H3O+ di dalam
larutan. Ujung elektroda kaca adalah lapisan kaca setebal 0,1 mm yang berbentuk
bulat/bulb (Desmira, dkk, 2018). pH meter harus dikalibrasi dulu menggunakan
buffer pH 4 dan pH 7 karena range pH yang diukur adalah asam menuju netral.
Selain itu, dalam setiap penggunaan pH meter, elektroda/probe harus dibilas
dengan akuades dan diseka menggunakan tisu agar pH larutan yang diukur
merupakan hasil yang sesungguhnya dan tidak terkontaminasi oleh larutan
sebelumnya. Prinsip pembuatan buffer dapat mengikuti persamaan Henderson-
Hasselbalch yakni pH efektif buffer sama dengan nilai pKa (pada buffer asam
lemah dan basa konjugatnya) atau pKb (pada buffer basa lemah dan asam
konjugatnya) dengan persamaan:
H L
CH3COOH ↔ CH3COO- + H+
30 70
mula : 0.1 0.1
100 100
reaksi : - +
akhir : 0,03 0,07
[ garam]
pH = pKa + log
[asam]
[0,07]
pH = 4,8 + log
[0,03]
pH = 4,8+ 0,358
pH = 5.17
Maka wajar apabila pH yang didapatkan tidak sesuai dengan pH yang
diinginkan karena berdasarkan tabel 1 jumlah larutan A yang dipipet sebanyak 30
ml dan jumlah larutan B yang dipipet sebanyak 70 ml. Berdasarkan hasil
praktikum, apabila ingin mendapatkan larutan buffer asetat dengan pH 5.00 maka
kita harus menentukan dulu larutan mana yang akan dipipet terlebih dahulu dan
yang telah diketahui besaran volumenya. Oleh karena itu diambil sejumlah 70 ml
larutan CH3COONa.2H2O 0.1 M sebanyak 70 ml dan ditambahkan CH3COOH
0.1 M sedikit-hingga sedikit sambil diukur pHnya dan penambahan ini dilakukan
hingga pHnya mencapai pH yang diinginkan, atau dalam hal ini yaitu pH 5.00,
dan didapatkan volume CH3COOH 0.1 M yang dibutuhkan adalah sebesar 52.4
ml. Hal tersebut diperbolehkan karena meskipun menggunakan volume yang
berbeda, pH akhir larutan buffer yang dibuat akan memiliki pH yang diinginkan.
(Sukarti,2008).
Setelah membuat larutan buffer asetat pH 4 dan pH 5, dilakukan
pengenceran buffer induk menggunakan akuades hingga konsentrasi buffer
menjadi 1% dan 10%. Kemudian diukur kembali pH selepas pengenceran
menggunakan pH meter, dan setiap pengenceran pH ditambahkan asam dan basa
lemah berupa HCl 0.1 M dan NaOH 0.1 M sebanyak 5 ml, lalu diukur kembali pH
akhir dari larutan buffer tersebut. Karena faktor-faktor yang mempengaruhi pH
larutan buffer diantaranya adalah penambahan garam-garam netral ke dalam
larutan buffer dapat mengubah pH larutan dengan berubahnya kekuatan ion.
Perubahan kekuatan ion dan pH buffer dapat pula disebabkan oleh pengenceran.
2. Penyangga Hemoglobin
Pada darah, terdapat hemoglobin yang dapat mengikat oksigen untuk
selanjutnya dibawa ke seluruh sel tubuh. Reaksi kesetimbangan dari larutan
penyangga oksi hemoglobin adalah:
HHb + O2(g) → HbO2- + H+
Keberadaan oksigen pada reaksi di atas dapat memengaruhi konsentrasi ion
H+, sehingga pH darah juga dipengaruhi olehnya. Pada reaksi di atas O2 bersifat
basa. Hemoglobin yang telah melepaskan O2 dapat mengikat H+ dan membentuk
asam hemoglobin sehingga ion H+ yang dilepaskan pada peruraian H2CO3
merupakan asam yang diproduksi oleh CO2 yang terlarut dalam air saat
metabolisme. Hemoglobin juga bertindak sebagai penyangga pH dalam darah. Hal
ini karena protein hemoglobin dapat secara bergantian mengikat H+ (pada protein)
maupun O2 (pada Fe dari gugus heme), tetapi ketika salah satu dari zat tersebut
diikat, maka zat yang lain dilepaskan. Hemoglobin membantu mengontrol pH
darah dengan mengikat beberapa proton berlebih yang dihasilkan dalam otot. 3ada
saat yang sama, molekul oksigendilepaskan untuk digunakan oleh otot tersebut.
3. Penyangga fosfat
Pada cairan intra sel, kehadiran penyangga fosfat sangat penting dalam
mengatur pH darah. Penyangga ini berasal dari campuran dihidrogen fosfat
(H2PO4-) dengan monohidrogen fisfar (HPO42-)
H2PO4- (aq) + H+ (aq) → H2PO4- (aq)
H2PO4- (aq) + OH- → HPO42-(aq) + H2O
Penyangga fosfat dapat mempertahankan pH darah hingga 7.4. Penyangga
di luar sel hanya sedikit jumlahnya, tetapi sangat penting untuk larutan penyangga
urin.
B. Sistem Buffer dalam Ginjal
Ginjal sebagai penjaga homeostatis pH dan merupakan regulator pH yang
efektif, bila ginjal gagal, homeostatis pH akan gagal. Cara kerja utamanya adalah
dengan mengatur H+, baik disekresi (bila terjadi asidosis) dan reabsorpsi (bla
terjadi alkalosis). Ginjal juga merupakan sekresi dan reabsorpsi HCO3-.
Mekanisme lain yang dilakukan ginjal adalah dengan memproduksi amonium dan
buffer asam karbonat/bikarbonat, dan buffer fosfat untuk mempertahankan
keseimbangan asam basa, ginjal harus mengeluarkanan ion asam non volatil dan
mengganti HCO3-. Ginjal mengatur keseimbangan asam basa dengan sekresi dan
reabsorpsi ion hidrogen dan ion bikarbonat. Pada mekanisme pengaturan oleh
ginjal ini berperan 3 sistem buffer asam karbonat, buffer fosfat dan pembentukan
ammonia. Ion hidrogen, CO2, dan NH3 diekskresi ke dalam lumen tubulus dengan
bantuan energi yang dihasilkan oleh mekanisme pompa natrium di basolateral
tubulus. Pada proses tersebut, asam karbonat dan natrium dilepas kembali ke
sirkulasi untuk dapat berfungsi kembali. Tubulus proksimal adalah tempat utama
reabsorpsi bikarbonat dan pengeluaran asam. Ion hidrogen sangat reaktif dan
mudah bergabungdengan ion bermuatan negatif pada konsentrasi yang sangat
rendah. Pada kadar yang sangat rendahpun, ion hidrogen mempunyai efek yang
besar pada sistem biologi.
Cara ginjal mengatur pH adalah dengan mengekskresikan H+ dan
reabsorbsi kembali HCO3- (komponen basa tubuh). Mekanismenya membutuhkan
waktu beberapa jam hingga hari. Ginjal juga merupakan sumber utama ammonia
urin. Glutamin yang dideaminasi(dikatalisis oleh enzim gluteminase)
menghasilkan ammonia (NH3). H+ hasil metabolisme akan berikatan dengan
ammonia dan membentuk ion ammonium yang kemudian disekresikan ke urin
(urin bisa menjadi lebih asam). Dengan mekanisme ini ginjal menjalankan
pembuangan H+. Produksi ammonia di tubulus distal terjadi deaminasi asam
amino menghasilkan ammonia. Amonia yang terbentuk akan di pasangkan dengan
H+ yang disekresi dari sel, menghasilkan ammonium. Jadi H+ akan terbawa keluar
melalui urin, dan kelebihan pH dalam tubuh bisa diatasi.
DAFTAR PUSTAKA
Andy. 2009. Larutan Penyangga Buffer. Departemen Pendidikan Nasional,
Makassar.
Cairns, Donald. 2004. Intisari Kimia Farmasi Edisi 2. EGC, Jakarta.
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar/Konsep-konsep Inti Jilid 2 Edisi Ketiga.
Erlangga, Jakarta.
Day, R. A dan A. L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.
Erlangga, Jakarta.
Desmira, Aribowo, D., dan Pratama, R. 2018. Penerapan Sensor Ph Pada Area
Elektrolizer Di Pt. Sulfindo Adiusaha. Jurnal Prosisko,Volume 5(1).
Guyton, A.C., dan Hall. J. E. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11.
Penerbit Buku Kedokteran EGC.H, Jakarta
Keenan, et al., 1980. General College Chemisty, 6th Edition. Harper and Row
Publisher, Inc, Knoxville.
Martin, A. 1990. Farmasi Fisik Edisi Ketiga Jilid 1. Universitas Indonesia Press,
Jakarta.
Oxtoby, dkk. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern Jilid 1 Edisi Keempat.
Erlangga, Jakarta.
Sukarti, T. 2008. Kimia Analitik Pengantar Lengkap Analisa Kimia Bahan.
Widya Padjadjaran, Jatinangor
Svehla, G. 1990. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro Edisi kelima. Kalman Media Pustaka, Jakarta.
LAMPIRAN
Gambar
Gambar 4. Buffer pH 4
Gambar 1. Buffer pH 4 Pengenceran 10% + NaOH
Pengenceran 1% + NaOH
Gambar 3. Buffer pH 4
Pengenceran 10% + HCl Gambar 6. Penimbangan Larutan
HCl 0.1 M
Pengenceran 10%
( )
[ ]
Pengenceran 10%
( )
[ ]
Larutan Induk
( )
[ ]
Larutan Induk
( )
[ ]
( )
[ ]
Pengenceran 1%
( )
[ ]
Pengenceran 10%
( )
[ ]
Pengenceran 1%
( )
[ ]
Larutan Induk
( )
[ ]
Pengenceran 1%
( )
[ ]