Anda di halaman 1dari 24

lOMoARcPSD|18471616

Laprak Buffer _ Laporan Praktikum larutan buffer

Teknologi Pengolahan Pangan (Universitas Padjadjaran)

StuDocu is not sponsored or endorsed by any college or university


Downloaded by Aringga Fardhana (yukimurasanada543@gmail.com)
lOMoARcPSD|18471616

Dinda Nur Annisa


240210170061

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN


Pembuatan Larutan Buffer dan Pengujian Kestabilannya

Kelompok AB

Laksmi Putri Adi Indriana 240210170012


Disa Madani 240210170031
Claudia Treviana 240210170050
Dinda Nur Annisa 240210170061
Ghifari Akbar Aryaldy 240210170097

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN
JATINANGOR
2018

Downloaded by Aringga Fardhana (yukimurasanada543@gmail.com)


lOMoARcPSD|18471616

Dinda Nur Annisa


240210170061

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Larutan penyangga atau larutan buffer adalah larutan yang digunakan untuk
mempertahankan nilai pH tertentu agar tidak banyak berubah selama reaksi kimia
berlangsung. Sifat yang khas dari larutan penyangga ini adalah pH-nya hanya
berubah sedikit dengan pemberian sedikit asam kuat atau basa kuat. Dengan kata
lain larutan penyangga adalah larutan yang dapat mempertahankan pH pada
kisarannya. Jika ada suatu larutan menyangga ditambah sedikit asam atau basa
atau juga diencerkan, maka pH larutan tidak berubah. Larutan penyangga
sangatlah penting dalam kehidupan, misalnya dalam analisis biokimia,
bakteriologi, zat warna, dan industri kulit.
Kata pH dan larutan buffer (penyangga) sering kita jumpai ketika
mempelajari materi asam basa. Suatu larutan yang dapat mempertahankan nilai
pH dengan penambahan sedikit asam, basa, dan pengenceran oleh air disebut
larutan buffer. Larutan penyangga dapat dibuat dari campuran asam lemah dan
basa konjugasinya serta basa lemah dan asam konjugasinya. Larutan buffer dapat
pula dibuat dari campuran asam atau basa kuat dengan ketentuan jumlah asam
atau basa lemahnya harus lebih besar dari basa atau asam kuatnya.
Fungsi larutan penyangga banyak sekali, salah satunya dalam bidang
kesehatan dan bidang farmasi (obat-obatan), banyak zat aktif yang harus berada
dalam keadaan pH stabil. Perubahan pH dapat mengakibatkan khasiat zat aktif
tersebut berkurang atau hilang sama sekali. Selain itu, fungsi larutan penyangga
juga dapat diaplikasikan dalam tubuh manusia, larutan berperan penting dalam
mempertahankan pH. Hal ini terjadi karena di dalam cairan sel tubuh terdapat
sistem penyangga, yaitu asam hidrogen fosfat.
Komponen larutan penyangga secara umum, larutan penyangga
digambarkan sebagai campuran yang terdiri dari asam lemah (HA) dan basa
konjugasinya (ion A-). Campuran ini menghasilkan larutan bersifat asam. Basa
lemah (B) dan asam konjugasinya (BH+), campuran ini menghasilkan larutan
bersifat basa. Larutan penyangga berdasarkan komponen penyusunnya
dikelompokkan menjadi dua, yaitu larutan penyangga asam dan larutan
penyangga basa. Larutan penyangga asam berfungsi mempertahankan pH pada

Downloaded by Aringga Fardhana (yukimurasanada543@gmail.com)


lOMoARcPSD|18471616

Dinda Nur Annisa


240210170061

daerah asam (pH < 7). Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari asam
lemah dan garamnya yang merupakan basa konjugasi dari asamnya. Adapun cara
lainnya yaitu mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa kuat dimana
asam lemahnya dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan
menghasilkan garam yang mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang
bersangkutan. Pada umumnya, basa kuat yang digunakan seperti natrium, kalium,
barium, kalsium, dan lain-lain. Larutan penyangga basa berfungsi
mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Untuk mendapatkan larutan ini
dapat dibuat dari basa lemah dan garam, yang garamnya berasal dari asam kuat.
Adapun cara lainnya yaitu dengan mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu
asam kuat dimana basa lemahnya dicampurkan berlebih. Seringkali yang
digunakan sebagai contoh adalah campuran.
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk membuat larutan buffer pada
beberapa nilai pH berbeda dan menguji kestabilan larutan buffer tersebut.

Downloaded by Aringga Fardhana (yukimurasanada543@gmail.com)


lOMoARcPSD|18471616

Dinda Nur Annisa


240210170061

II. TINJAUAN PUSTAKA


Larutan yang memiliki kerja bufer disebut larutan bufer.
Larutan buffer memiliki komponen asam yang dapat menahan kenaikan pH dan
komponen basa yang dapat menahan penurunan pH. Komponen tersebut
merupakan konjugat dari asam basa lemah penyusun larutan buffer itu sendiri.
Dengan demikian, larutan penyangga merupakan larutan yang dibentuk oleh
reaksi suatu asam lemah dengan basa konjugatnya ataupun basa lemah dengan
asam konjugatnya. Reaksi ini disebut sebagai reaksi asam-basa konjugasi.
(Keenan et al., 1980)
Sebagian besar larutan bufer terbentuk dari kombinasi garam (dari asam
lemah dan basa kuat) dan aam lemahnya. Cairan tubuh organisme adalah larutan
bufer, yang akan menekan perubahan pH yang cepat, yang berbahaya bagi
makhluk hidup. Nilai pH larutan bufer yang terbuat dari asam lemah dan
garamnya dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut.

pH = pKa + log

(Takeuchi, 2006)
Larutan dapat juga dibuat dengan melarutkan basa lemah dengan
garamnya secara bersama-sama seperti Amonium hidroksida dengan ammonium
klorida.
NH4OH + H+  NH4+ + H2O
(Sudaryat, 2016)
Campuran ini menunjukan ketahanan terhadap ion hidrogen, karena ion
hidrogen bereaksi dengan ammonium hidroksida (yang tidak terdisosiasi).
Sedangkan ketahanan terhadap ion hidroksil didasarkan atas pembentukan basa
yang tidak terdisosiasi dari ion-ion ammonium (berasal dari garamnya) :
NH4+ + OH-  NH4OH
(Sudaryat, 2016)
Konsentrasi ion hidrogen dapat dihitung dari tijauan- tinjauan tentang
kesetimbangan kimia yang terdapat dalam larutan buffer tersebut. Kita tinjau
suatu buffer yang terbuat dari suatu asam lemah dan garamnya. Maka
kesetimbangan disosiasi terdapat dalam larutan.
HA  H+ + A-

Downloaded by Aringga Fardhana (yukimurasanada543@gmail.com)


lOMoARcPSD|18471616

Dinda Nur Annisa


240210170061

(Sudaryat, 2016)
Tetapan kesetimbangan dapat dinyatakan sebagai.

Ka =

(Sudaryat, 2016)
dari mana konsetrasi ion hidrogen dapat dinyatakan sebagai.

[H+] = Ka x

(Sudaryat, 2016)
Asam bebas yang terdapat, hampir tidak terdisosiasi sama sekali, karena
adanya anion A- dalam jumlah yang banyak yang berasal dari garamnya.
Akibatnya konsentrasi total asam, Ca hampir sama dengan konsentrasi asam yang
terdisosiasi. Oleh sebab yang sama, konsentrasi total garam, Cg hampir sama
dengan konsentrasi anion. Sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut.

[H+] = Ka x

Atau pH = pKa + log

(Sudaryat, 2016)
Sama halnya bila buffer itu dibuat dari basa lemah MOH dengan garamnya
yang mengandung kation M+, kesetimbangan disosiasi yang terjadi dalam larutan
ini adalah
MOH  M+ + OH-
(Sudaryat, 2016)
Sehingga nilai pH yang diperoleh sebesar.

pH = 14 – pKb - pKa + log

Adapun sifat-sifat larutan penyangga menurut Syukri (1999) diketahui


sebagai berikut:
1. Mempunyai pH tertentu
pH buffer dapat dicari dengan persamaan Henderson-Hasselbalch, yaitu:
pH = pKa + log [garam]/[asam]
pOH = pKb + log [garam]/[basa]
pH buffer bergantung pada Ka asam lemah atau Kb basa lemah dan
perbandingan konsentrasi asam dengan konsentrasi basa konjugasinya atau

Downloaded by Aringga Fardhana (yukimurasanada543@gmail.com)


lOMoARcPSD|18471616

Dinda Nur Annisa


240210170061

konsentrasi basa lemah dengan konsentrasi asam konjugasinya. Persamaannya


(Purba, 1994):
a. Reaksi ionisasi asam lemah:
HA(aq) ↔ H+(aq) + A–(aq)
Tetapan ionisasinya dilambangkan dengan Ka
Ka = [H+][A–] / [HA]
a. Reaksi ionisasi basa lemah:
LOH(aq) ↔ L+(aq) + OH–(aq)
Tetapan ionisasinya dilambangkan dengan Kb
Kb = [L+][OH–] / [LOH]
1. pHnya relatif tidak berubah jika ditambah sedikit asam atau basa.
2. pHnya tidak berubah jika diencerkan.
Telah disebutkan bahwa larutan penyangga mengandung komponen asam
dan basa dengan asam dan basa konjugasinya, sehingga dapat mengikat baik ion
H+ maupun ion OH–. Sehingga penambahan sedikit asam kuat atau basa kuat tidak
mengubah pH-nya secara signifikan.
Menurut Syukri (1999), larutan buffer juga mempunyai
kapasitas buffer (yang biasa disebut indeks buffer atau intensitas buffer).
Kapasitas buffer merupakan suatu ukuran kemampuan buffer untuk
mempertahankan pHnya yang konstan apabila ditambahkan asam kuat atau basa
kuat. Kapasitas buffer bergantung pada jumlah asam-garam atau basa-garam yang
terkandung di dalamnya. Apabila jumlahnya besar, pergeseran kesetimbangan ke
kanan maupun ke kiri dapat berlangsung banyak untuk mengimbangi asam kuat
atau basa kuat yang ditambahkan. Sehingga dapat disebut kapasitas buffernya
besar. Sebaliknya apabila jumlah asam-garam atau basa-garam itu kecil, dapat
menyebabkan pergeseran kesetimbangan ke kanan dan ke kiri berlangsung sedikit.
Sehingga dapat dikatakan kapasitas buffernya kecil. Suatu buffer dapat menahan
perubahan [H+] sebanyak 100x semula. Perubahan pH yang diizinkan hanyalah
sekitar 2. Ka atau Kb adalah konstanta, maka suatu buffer hanya efektif pada
daerah pH tertentu yang disebut rentang daerah buffer. Sesungguhnya
penambahan asam/basa pada suatubuffer akan mengubah pH-nya, namun
perubahan itu sangatlah kecil dan dapat diabaikan. Namun, jika jumlah asam/basa

Downloaded by Aringga Fardhana (yukimurasanada543@gmail.com)


lOMoARcPSD|18471616

Dinda Nur Annisa


240210170061

yang ditambahkan makin banyak, maka perubahan pH-nya tak dapat diabaikan
lagi. Jumlah asam atau basa yang dapat dinetralkan suatu buffer sebelum pH
larutan berubah disebut kapasitas buffer .
Kapasitas/daya tahan larutan penyangga bergantung pada jumlah mol dan
perbandingan mol dari komponen penyangganya. Semakin banyak jumlah mol
komponen penyangga, semakin besar kemampuannya mempertahankan pH.
Apabila komponen asam terlalu sedikit, penambahan sedikit basa dapat mengubah
pHnya. Sebaliknya apabila komponen basanya terlalu sedikit, penambahan sedikit
asam dapat mengubah pHnya. Sedangkan, perbandingan mol antara komponen-
komponen suatu larutan penyangga sebaiknya antara 0,1-10. Di luar perbandingan
tersebut, maka sifat penyangganya akan berkurang (Keenan et al., 1980).
Larutan penyangga ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari seperti
pada obat-obatan, fotografi, industri kulit dan zat warna. Selain aplikasi tersebut,
terdapat penerapan konsep larutan penyangga ini dalam tubuh manusia, contohnya
seperti pada cairan tubuh. Cairan tubuh (baik cairan intrasel maupun cairan
ekstrasel) merupakan larutan penyangga. Sistem penyangga yang utama dalam
cairan intrasel adalah pasangan dihidrogenfosfat-monohidrogenfosfat (H2PO4– -
HPO42-). Sedangkan sistem penyangga yang utama dalam cairan ekstrasel adalah
pasangan asam karbonat-bikarbonat (H2CO3 – HCO3–). Sistem penyangga ini
dapat menjaga pH darah hampir konstan, yaitu sekitar 7,4 (Keenan et al., 1980).
Kestabilan buffer diuji untuk mengetahui pada pH berapa buffer yang paling
stabil menjaga nilai pHnya dengan menggunakan rumus :

Kestabilan (%) = ( ) x 100%

Downloaded by Aringga Fardhana (yukimurasanada543@gmail.com)


lOMoARcPSD|18471616

Dinda Nur Annisa


240210170061

III. METODOLOGI
3.1. Alat
1. Ph meter Beaker glass
2. Gelas ukur
3. Labu ukur
4. Magnet stirrer
5. Pipet tetes
6. Pipet volume
7. Spatula
3.2. Bahan
1. Akuades
2. Larutan CH3COOH
3. Larutan CH3COONa
4. Larutan HCl
5. Larutan NaOH
3.3. Prosedur
A. Pembuatan Larutan Asam Asetat (CH3COOH) Glasial
1. Akuades dimasukkan sedikit ke dalam labu ukur 100 mL
2. Asam asetat glasial diukur sebanyak 12 mL dipipet ke dalam labu ukur
3. Kemudian ditepatkan dengan akuades hingga mencapai tanda batas (tanda
tera) dan dihomogenkan.
B. Pembuatan Larutan Garam Konjugasi (CH3COONa.3H2O)
1. CH3COONa.3H2O sebanyak 6,75 gram ditimbang
2. Dilarutkan CH3COONa.3H2O dengan sedikit akuades dalam wadah beaker
glass.
3. Sampel yang telah larut dimasukkan ke dalam labu ukur 250m
4. Ditepatkan dengan akuades hingga mencapai tanda batas (tanda terra) dan
dihomogenkan.
C. Pembuatan Larutan NaOH 0,1 M 50mL
1. Dilakukan penimbangan NaOH sebanyak 0,2 gram
2. Dilarutkan NaOH pada labu ukur 50mL sebanyak 30mL

Downloaded by Aringga Fardhana (yukimurasanada543@gmail.com)


lOMoARcPSD|18471616

Dinda Nur Annisa


240210170061

3. Ditepatkan dengan akuades hingga mencapai tanda batas (tanda terra) dan
dihomogenkan
D. Pembuatan Larutan HCl 0,1 N 50 mL
1. Dilakukan penimbangan HCl sebanyak 0,42 gram
2. Dilarutkan NaOH pada labu ukur 50mL sebanyak 30mL
3. Ditepatkan dengan akuades hingga mencapai tanda batas (tanda terra) dan
dihomogenkan

Downloaded by Aringga Fardhana (yukimurasanada543@gmail.com)


lOMoARcPSD|18471616

Dinda Nur Annisa


240210170061

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


Larutan buffer adalah semua larutan yang pHnya dapat dikatakan tetap,
walaupun ditambahkan sedikit asam atau basa. Biasanya, larutan buffer
mengandung asam lemah beserta basa lemah konjugatnya dalam konsentrasi
yang hampir sama. Larutan buffer berperan besar dalam mengontrol kelarutan
ion-ion dalam larutan sekaligus mempertahankan pH dalam proses biokimia dan
fisiologis (Oxtoby, 2001).
Larutan buffer adalah larutan yang mengandung (a) asam lemah atau basa
lemah dan (b) garamnya, kedua komponen tersebut harus ada dalam larutan.
Larutan buffer mempunyai kemampuan untuk menahan perubahan pH bila
sejumlah kecil asam atau basa kuat ditambahkan ke dalam larutan tersebut
(Chang, 2005).
Larutan penyangga/buffer akan bekerja paling baik dalam mengendalikan
pH pada harga pH yang hampir sama dengan pKa komponen asam atau basa,
yaitu ketika garam sama dengan asam. Ini dapat ditunjukkan dengan menghitung
kemampuan penyangga untuk menahan perubahan pH, yang dikenal dengan
kapasitas penyangga. Kapasitas penyangga didefinisikan sebagai jumlah mol per
liter asam atau basa monobasa kuat yang diperlukan untuk menghasilkan
peningkatan atau penurunan satu unit pH didalam larutan (Cairns, 2004).
Menurut Underwood A.L. (2002), larutan penyangga dapat dibedakan atas
larutan penyangga asam dan larutan penyangga basa. Apabila asam lemah
dicampur dengan basa konjugasinya maka akan terbentuk larutan buffer asam
dimana larutannya mempertahankan pH pada daerah asam dan apabila suatu
basa lemah dicampur dengan asam konjugasinya maka akan terbentuk suatu
larutan buffer basa. Larutan ini akan mempertahankan pH pada daerah basa.
Jenis-jenis larutan buffer berdasarkan Keenan, et al., (1980) yaitu:
1. Larutan buffer yang bersifat asam.
Larutan ini mempertahankan pH pada daerah asam (pH<7). Untuk
mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari asam lemah dan garamnya yang
merupakan basa konjugasi dari asamnya. Adapun cara lainnya yaitu
mencampurkan suatuasam lemah dengan suatu basa kuat dimana asam lemahnya
dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan menghasilkan garam yang
mengandung basa konjugasi dariasam lemah yang bersangkutan. Umumnya basa

Downloaded by Aringga Fardhana (yukimurasanada543@gmail.com)


lOMoARcPSD|18471616

Dinda Nur Annisa


240210170061

kuat yang digunakan seperti natrium, kalium, barium, kalsium, dan lain-lain.
Contoh yang biasa merupakan campuran asam asetat dan natrium asetat dalam
larutan. Kasus ini, jika larutan mengandung konsentrasi molar yang sebanding
antara asam dan garam, maka campuran tersebut akan memiliki pH 4.76. Ini
bukan suatu masalah dalam hal konsentrasinya, sepanjang keduanya memiliki
konsentrasi yang sama. Kita dapat mengubah pH larutan penyangga dengan
mengubah rasio asam terhadap garam, atau dengan memilih asam yang berbeda
dan salah satu garamnya.
2. Larutan buffer yang bersifat basa.
Apabila suatu basa lemah dicampur dengan asamkonjugasinya maka akan
terbentuk suatu larutan buffer basa. Larutan ini akanmempertahankan pH pada
daerah basa (pH > 7). Misalnya larutan campuran NH3 dengan ion amonium
NH4+. Larutan buffer basa juga dapat terjadi dari campuran suatu basa lemah
dengan suatu asam kuat dimana basa lemah dicampurkan berlebih. Jika ke dalam
larutan ditambahkan suatu asam kuat, maka ion H+ yang berasal dari asam itu
akan mengikat atau bereaksi dengan ion OH-. Hal itu menyebabkan
kesetimbangan larutan menjadi bergeser ke kanan sehingga konsentrasi ion OH-
dapat dipertahankan atau dengan kata lain pH larutan stabil atau dapat bertahan.
Demikian juga pada penambahan suatu basa kuat, jumlah ion OH- dalam larutan
akan bertambah. Hal ini akan menyebabkan kesetimbangan larutan menjadi
bergeser ke kiri sehingga konsentasi ion OH- dapat dipertahankan dan pH larutan
tidak berubah.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pembuatan Larutan Buffer Asetat pH 4 dan pH 5
Teoritis Hasil Praktikum
Volume Volume Volume Volume
pH CH3COOH CH3COONa pH CH3COOH CH3COONa
(ml) (ml) (ml) (ml)
4 80 20 3.99 80 10
5 30 70 5.00 52.4 70
(Sumber : Dokumentasi pribadi, 2018)
Dalam menyiapkan suatu penyangga dengan pH yang diinginkan, analis
harus memilih suatu sistem asam-garam (atau basa-garam) dimana pKa asam
tersebut sedekat mungkin ke pH yang diinginkan. Dengan pemilihan ini, rasio
asam per garam mendekati satu, dan diperoleh keefektifan maksimal atas
peningkatan atau penurunan pH. Jika asam yang ada lebih besar dari pada garam,

Downloaded by Aringga Fardhana (yukimurasanada543@gmail.com)


lOMoARcPSD|18471616

Dinda Nur Annisa


240210170061

maka perubahan pH yang besar akan terjadi jika basa ditambahkan demikian juga
sebaliknya (Svehla, 1990).
Praktikum kali ini digunakan larutan asam asetat (A) 0.1 M dan larutan
natrium asetat (B) 0.1 M untuk membuat buffer pH 4 dan pH 5. Pertama-tama
larutan asam asetat atau natrium asetat yang akan dibuat buffer dimasukkan ke
dalam beaker glass (tergantung siapa yang lebih banyak volume yang dibutuhkan)
dan kemudian diaduk dengan menggunakan magnetic stirrer. Magnetic stirrer
merupakan suatu alat yang digunakan untuk pengadukan cairan kimia yang
menggunakan putaran medan magnet untuk memutar stir bar sehingga membantu
proses homogenisasi. Pengadukan dan pemanas yang dihasilkan oleh alat ini
bersumber dari energi listrik. Larutan asam asetat atau natrium asetat yan diaduk
tersebut ditambahkan dengan natrium asetat/asam asetatnya dan diukur tingkat
keasamannya. Tingkat keasaman dianalisis untuk mengetahui karakteristik larutan
yang dibuat dan menggunakan alat pH meter.
Prinsip kerja utama pH meter adalah terletak pada sensor probe berupa
elektroda kaca (glass electrode) dengan jalan mengukur jumlah ion H3O+ di dalam
larutan. Ujung elektroda kaca adalah lapisan kaca setebal 0,1 mm yang berbentuk
bulat/bulb (Desmira, dkk, 2018). pH meter harus dikalibrasi dulu menggunakan
buffer pH 4 dan pH 7 karena range pH yang diukur adalah asam menuju netral.
Selain itu, dalam setiap penggunaan pH meter, elektroda/probe harus dibilas
dengan akuades dan diseka menggunakan tisu agar pH larutan yang diukur
merupakan hasil yang sesungguhnya dan tidak terkontaminasi oleh larutan
sebelumnya. Prinsip pembuatan buffer dapat mengikuti persamaan Henderson-
Hasselbalch yakni pH efektif buffer sama dengan nilai pKa (pada buffer asam
lemah dan basa konjugatnya) atau pKb (pada buffer basa lemah dan asam
konjugatnya) dengan persamaan:

H L

Persamaan tersebut dapat digunakan untuk mengetahui pH yang didapatkan


jika membuat buffer dari asam lemah dan basa konjugatnya seperti pada
pembuatan buffer asetat ini. Apabila diambil salah satu contoh pada pH 5 larutan
A sebanyak 30 mL dan larutan B sebanyak 70 mL, maka:

Downloaded by Aringga Fardhana (yukimurasanada543@gmail.com)


lOMoARcPSD|18471616

Dinda Nur Annisa


240210170061

CH3COOH ↔ CH3COO- + H+
30 70
mula :  0.1  0.1
100 100
reaksi : - +
akhir : 0,03 0,07
[ garam]
pH = pKa + log
[asam]
[0,07]
pH = 4,8 + log
[0,03]
pH = 4,8+ 0,358
pH = 5.17
Maka wajar apabila pH yang didapatkan tidak sesuai dengan pH yang
diinginkan karena berdasarkan tabel 1 jumlah larutan A yang dipipet sebanyak 30
ml dan jumlah larutan B yang dipipet sebanyak 70 ml. Berdasarkan hasil
praktikum, apabila ingin mendapatkan larutan buffer asetat dengan pH 5.00 maka
kita harus menentukan dulu larutan mana yang akan dipipet terlebih dahulu dan
yang telah diketahui besaran volumenya. Oleh karena itu diambil sejumlah 70 ml
larutan CH3COONa.2H2O 0.1 M sebanyak 70 ml dan ditambahkan CH3COOH
0.1 M sedikit-hingga sedikit sambil diukur pHnya dan penambahan ini dilakukan
hingga pHnya mencapai pH yang diinginkan, atau dalam hal ini yaitu pH 5.00,
dan didapatkan volume CH3COOH 0.1 M yang dibutuhkan adalah sebesar 52.4
ml. Hal tersebut diperbolehkan karena meskipun menggunakan volume yang
berbeda, pH akhir larutan buffer yang dibuat akan memiliki pH yang diinginkan.
(Sukarti,2008).
Setelah membuat larutan buffer asetat pH 4 dan pH 5, dilakukan
pengenceran buffer induk menggunakan akuades hingga konsentrasi buffer
menjadi 1% dan 10%. Kemudian diukur kembali pH selepas pengenceran
menggunakan pH meter, dan setiap pengenceran pH ditambahkan asam dan basa
lemah berupa HCl 0.1 M dan NaOH 0.1 M sebanyak 5 ml, lalu diukur kembali pH
akhir dari larutan buffer tersebut. Karena faktor-faktor yang mempengaruhi pH
larutan buffer diantaranya adalah penambahan garam-garam netral ke dalam
larutan buffer dapat mengubah pH larutan dengan berubahnya kekuatan ion.
Perubahan kekuatan ion dan pH buffer dapat pula disebabkan oleh pengenceran.

Downloaded by Aringga Fardhana (yukimurasanada543@gmail.com)


lOMoARcPSD|18471616

Dinda Nur Annisa


240210170061

Tabel 2. Pengaruh Pengenceran dan Penambahan Asam dan Basa Lemah


terhadap pH Buffer
Perubahan pH % Kestabilan
pH Pengenceran
awal +HCl +NaOH +HCl +NaOH
1% 3.72 2.81 10.31 75.5% -77.1%
3.99 10% 3.81 2.81 4.73 73.7% 75.8%
Induk 3.99 3.43 4.11 86% 97.0%
1% 4.80 2.74 10.80 57.1% -25.0%
5.00 10% 4.83 3.07 10.12 63.6% -9.5%
Induk 5.00 4.87 5.09 97.4% 98.2%
(Sumber : Dokumentasi pribadi, 2018)
Penambahan air dalam jumlah cukup jika tidak mengubah pH dapat
mengakibatkan penyimpangan positif atau negatif sekalipun kecil sekali karena
air selain dapat mengubah nilai koefisien kereaktifan ia juga dapat bertindak
sebagai asam lemah atau basa lemah. Nilai pengenceran yang positif
menunjukkan bahwa harga pH akan naik akibat pengenceran sedangkan
berdasarkan hasil pengamatan, dengan adanya pengenceran menjadi konsentrasi
1% dan 10% menyebabkan adanya penurunan pH sehingga dapat dikatakan
bahwa pengenceran tersebut bernilai pengenceran negatif yang menunjukkan pH
turun dengan adanya pengenceran buffer (Martin, 1990).
Mekanisme kerja larutan buffer adalah menetralkan asam maupun basa
dari luar. Dalam larutan buffer asam seperti yang digunakan pada praktikum kali
ini yaitu buffer asam yang terdiri dari asam asetat dan natrium asetat
(CH3COOH/CH3COONa), terjadi kesetimbangan sebagai berikut :
CH3COOH(aq) + H2O(l) <——> CH3COO-(aq) + H3O+(aq)
(Andy, 2009)
Komponen asam lemah dan basa konyugasi dalam larutan buffer asam
membentuk sistem kesetimbangan asam lemah. Saat sejumlah larutan asam
ditambahkan dari luar, komponen CH3COO- bekerja untuk menetralkan ion H+
larutan asam. Akibatnya, kesetimbangan bergeser ke arah kiri. Jumlah ion
CH3COO- akan berkurang dan sebaliknya, jumlah molekul CH3COOH akan
meningkat (Andy, 2009).
CH3COO-(aq) + H+( q)→ CH3COOH(aq)
(Andy, 2009)
Di sisi lain, saat sejumlah larutan basa ditambahkan dari luar, komponen
CH3COOH bekerja untuk menetralkan ion OH- larutan basa. Akibatnya,

Downloaded by Aringga Fardhana (yukimurasanada543@gmail.com)


lOMoARcPSD|18471616

Dinda Nur Annisa


240210170061

kesetimbangan asam lemah bergeser ke arah kanan. Jumlah molekul CH3COOH


akan berkurang dan sebaliknya jumlah ion CH3COO- akan meningkat (Andy,
2009).
CH3COOH(aq) + OH-( q)→ CH3COO-(aq) + H2O(l)
(Andy, 2009)
Berhubungan dengan larutan buffer, dikenal pula istilah kapasitas buffer/
kestabilan buffer. Kapasitas buffer merupakan sebuah nilai yang dijadikan sebagai
ukuran kemampuan suatu larutan buffer tersebut untuk mempertahankan pH-nya
baik saat ditambahkan senyawa yang bersifat asam maupun yang bersifat basa.
Secara teori, semakin tinggi kapasitas suatu larutan buffer, maka semakin rendah
nilai perubahan pH, artinya peluang berubahnya nilai pH tertentu pada larutan
buffer tersebut lebih rendah. Suatu buffer dapat menahan perubahan [H+]
sebanyak 100x semula, dengan perubahan pH yang diizinkan hanyalah sekitar
+ 2. Maka suatu buffer hanya efektif pada daerah pH tertentu yang disebut rentang
daerah buffer. Penambahan asam atau basa pada suatu buffer akan mengubah pH
nya, namun perubahan itu sangatlah kecil dan dapat diabaikan. Namun, jika
jumlah asam atau basa yang ditambahkan makin banyak, maka perubahan pH nya
tidak dapat diabaikan lagi (Keenan et al, 1980). Kestabilan pH buffer dapat
dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut:
H
H( ) ( )
H
Apabila menggunakan persamaan diatas, maka didapat kestabilan pH dari
buffer pH 4, pH 5 dan masing-masing pengenceran 1% dan 10% yang telah
dibuat, Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui bahwa buffer induk pH 3,99 termasuk
pengenceran 10% dan pH 5 termasuk pengenceran 10% memiliki kestabilan yang
cukup baik karena perubahan pH yang terjadi masih di bawah ambang batas
perubahan pH yang diizinkan yaitu + 2 (Keenan, et al, 1980). Sedangkan buffer
pH 3.99 konsentrasi 1%, dan buffer pH 5 konsentrasi 1% dan 10% ketika
ditambahkan basa atau NaOH 0.1M mengalami kenaikan pH yang sangat tinggi
dan menghasilkan nilai kestabilan pH yang negatif. Hal ini menunjukkan bahwa
buffer yang dibuat tidak stabil ketika ditambahkan oleh basa kuat encer (NaOH
0,1 M). Hal ini dikarenakan semakin besar pengenceran buffer, maka semakin
kecil jumlah buffer induk yang terkandung di dalamnya. Sebagai contoh, untuk

Downloaded by Aringga Fardhana (yukimurasanada543@gmail.com)


lOMoARcPSD|18471616

Dinda Nur Annisa


240210170061

membuat buffer asetat pH 4 konsentrasi 1% maka dibutuhkan 1 ml buffer pH 4


induk yang diencerkan dengan 99 ml akuades, sedangkan untuk membuat
konsentrasi 10% maka dibutuhkan 10 ml buffer asetat induk pH 4 dan diencerkan
dengan akuades sebanyak 90 ml.
Dalam keadaan normal pH dari cairan tubuh termasuk darah kita adalah
antara pH 7.35-7.5 walaupun sejumlah besar ion H+ selalu ada sebagai hasil
metabolisme dari zat-zat tetapikeadaaan setimbang harus selalu di pertahankan
dengan jalan membuang kelebihan asam tersebut, sebab penurunan pH sedikit saja
menujukkan keadaan sakit misalnya pada diabetic coma dimana pH darah turun
sampai 6.82 sehingga harus selalu ada kesetimbangan asam basa dalam tubuh kita.
Untuk itu maka dalam tubuh kita memiliki sistem buffer, seperti menurut Guyton
dan Hall (2012) terdiri dari beberapa jenis, diantaranya:
A. Sistem buffer dalam darah
Darah sebagai larutan penyangga, da beberapa faktor yang terlibat dalam
pengendalian pH darah, diantaranya penyangga karbonat, penyangga hemoglobin
dan penyangga fosfat
1. Penyangga Karbonat
Penyangga karbonat berasal dari campuran asam karbonat (H2CO3) dengan
basa konjugasi bikarbonat (HCO3-).
H2CO3 ↔ HCO3- + H+
Penyangga karbonat sangat berperan penting dalam mengontrol pH darah.
Contohnya pelari maraton dapat mengalami kondisi asidosis, yaitu penurunan pH
darah yang disebabkan oleh metabolisme yang tinggi sehingga meningkatkan
produksi ion bikarbonat. Kondisi asidosis ini dapat mengakibatkan penyakit
jantung, ginjal, diabetes miletus (penyakit gula) dan diare, contoh yang lain orang
yang mendaki gunung tanpa oksigen tambahan dapat menderita alkalosis, yaitu
peningkatan pH darah. Kadar oksigen yang sedikit di gunung dapat membuat para
pendaki bernafas lebih cepat, sehingga gas karbondioksida yang dilepas terlalu
banyak, padahal CO2 dapat larut dalam air ,menghasilkan H2CO3. Hal ini
mengakibatkan pH darah akan naik. Kondisi alkalosis dapat mengakibatkan
hiperventilasi (bernafas terlalu berlebihan, kadang-kadang karena cemas dan
histeris).

Downloaded by Aringga Fardhana (yukimurasanada543@gmail.com)


lOMoARcPSD|18471616

Dinda Nur Annisa


240210170061

2. Penyangga Hemoglobin
Pada darah, terdapat hemoglobin yang dapat mengikat oksigen untuk
selanjutnya dibawa ke seluruh sel tubuh. Reaksi kesetimbangan dari larutan
penyangga oksi hemoglobin adalah:
HHb + O2(g) → HbO2- + H+
Keberadaan oksigen pada reaksi di atas dapat memengaruhi konsentrasi ion
H+, sehingga pH darah juga dipengaruhi olehnya. Pada reaksi di atas O2 bersifat
basa. Hemoglobin yang telah melepaskan O2 dapat mengikat H+ dan membentuk
asam hemoglobin sehingga ion H+ yang dilepaskan pada peruraian H2CO3
merupakan asam yang diproduksi oleh CO2 yang terlarut dalam air saat
metabolisme. Hemoglobin juga bertindak sebagai penyangga pH dalam darah. Hal
ini karena protein hemoglobin dapat secara bergantian mengikat H+ (pada protein)
maupun O2 (pada Fe dari gugus heme), tetapi ketika salah satu dari zat tersebut
diikat, maka zat yang lain dilepaskan. Hemoglobin membantu mengontrol pH
darah dengan mengikat beberapa proton berlebih yang dihasilkan dalam otot. 3ada
saat yang sama, molekul oksigendilepaskan untuk digunakan oleh otot tersebut.
3. Penyangga fosfat
Pada cairan intra sel, kehadiran penyangga fosfat sangat penting dalam
mengatur pH darah. Penyangga ini berasal dari campuran dihidrogen fosfat
(H2PO4-) dengan monohidrogen fisfar (HPO42-)
H2PO4- (aq) + H+ (aq) → H2PO4- (aq)
H2PO4- (aq) + OH- → HPO42-(aq) + H2O
Penyangga fosfat dapat mempertahankan pH darah hingga 7.4. Penyangga
di luar sel hanya sedikit jumlahnya, tetapi sangat penting untuk larutan penyangga
urin.
B. Sistem Buffer dalam Ginjal
Ginjal sebagai penjaga homeostatis pH dan merupakan regulator pH yang
efektif, bila ginjal gagal, homeostatis pH akan gagal. Cara kerja utamanya adalah
dengan mengatur H+, baik disekresi (bila terjadi asidosis) dan reabsorpsi (bla
terjadi alkalosis). Ginjal juga merupakan sekresi dan reabsorpsi HCO3-.
Mekanisme lain yang dilakukan ginjal adalah dengan memproduksi amonium dan
buffer asam karbonat/bikarbonat, dan buffer fosfat untuk mempertahankan

Downloaded by Aringga Fardhana (yukimurasanada543@gmail.com)


lOMoARcPSD|18471616

Dinda Nur Annisa


240210170061

keseimbangan asam basa, ginjal harus mengeluarkanan ion asam non volatil dan
mengganti HCO3-. Ginjal mengatur keseimbangan asam basa dengan sekresi dan
reabsorpsi ion hidrogen dan ion bikarbonat. Pada mekanisme pengaturan oleh
ginjal ini berperan 3 sistem buffer asam karbonat, buffer fosfat dan pembentukan
ammonia. Ion hidrogen, CO2, dan NH3 diekskresi ke dalam lumen tubulus dengan
bantuan energi yang dihasilkan oleh mekanisme pompa natrium di basolateral
tubulus. Pada proses tersebut, asam karbonat dan natrium dilepas kembali ke
sirkulasi untuk dapat berfungsi kembali. Tubulus proksimal adalah tempat utama
reabsorpsi bikarbonat dan pengeluaran asam. Ion hidrogen sangat reaktif dan
mudah bergabungdengan ion bermuatan negatif pada konsentrasi yang sangat
rendah. Pada kadar yang sangat rendahpun, ion hidrogen mempunyai efek yang
besar pada sistem biologi.
Cara ginjal mengatur pH adalah dengan mengekskresikan H+ dan
reabsorbsi kembali HCO3- (komponen basa tubuh). Mekanismenya membutuhkan
waktu beberapa jam hingga hari. Ginjal juga merupakan sumber utama ammonia
urin. Glutamin yang dideaminasi(dikatalisis oleh enzim gluteminase)
menghasilkan ammonia (NH3). H+ hasil metabolisme akan berikatan dengan
ammonia dan membentuk ion ammonium yang kemudian disekresikan ke urin
(urin bisa menjadi lebih asam). Dengan mekanisme ini ginjal menjalankan
pembuangan H+. Produksi ammonia di tubulus distal terjadi deaminasi asam
amino menghasilkan ammonia. Amonia yang terbentuk akan di pasangkan dengan
H+ yang disekresi dari sel, menghasilkan ammonium. Jadi H+ akan terbawa keluar
melalui urin, dan kelebihan pH dalam tubuh bisa diatasi.

Downloaded by Aringga Fardhana (yukimurasanada543@gmail.com)


lOMoARcPSD|18471616

Dinda Nur Annisa


240210170061

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari praktikum pembuatan larutan buffer dan
pengujian kestabilannya adalah sebagai berikut:
 Pembuatan larutan buffer dilakukan dengan mereaksikan asam lemah
CH3COOH dengan basa konjugatnya yaitu CH3COONa sejumlah volume
tertentu dengan penambahan secara berkala agar tercapai pH larutan buffer
tepat sebesar pH 4 dan pH 5
 Pengenceran larutan buffer induk pH 4 dan 5 sebesar 1% dan 10%
menggunakan air memberikan penurunan pH yang relatif kecil begitu juga
dengan penambahan asam kuat encer, namun dengan penambahan basa
kuat encer seperti NaOH 0.1 N memberikan perubahan pH yang relatif
besar
 Persentase kestabilan buffer tertinggi terdapat pada buffer asetat induk pH
4 dan pH 5, dan terendah pada buffer asetat pH 4 dan pH 5 pada
pengenceran 1%.
5.2. Saran
Saran yang dapat diberikan pada praktikum kali ini adalah diharapkan di
setiap proses pengerjaan adalah praktikum dapat berhati-hati, pembuatan larutan
induk bahan kimia dan menggunakan pH meter dengan lebih teliti lagi agar
dihasilkan data yang lebih akurat dan presisi.

Downloaded by Aringga Fardhana (yukimurasanada543@gmail.com)


lOMoARcPSD|18471616

Dinda Nur Annisa


240210170061

DAFTAR PUSTAKA
Andy. 2009. Larutan Penyangga Buffer. Departemen Pendidikan Nasional,
Makassar.
Cairns, Donald. 2004. Intisari Kimia Farmasi Edisi 2. EGC, Jakarta.
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar/Konsep-konsep Inti Jilid 2 Edisi Ketiga.
Erlangga, Jakarta.
Day, R. A dan A. L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.
Erlangga, Jakarta.
Desmira, Aribowo, D., dan Pratama, R. 2018. Penerapan Sensor Ph Pada Area
Elektrolizer Di Pt. Sulfindo Adiusaha. Jurnal Prosisko,Volume 5(1).
Guyton, A.C., dan Hall. J. E. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11.
Penerbit Buku Kedokteran EGC.H, Jakarta
Keenan, et al., 1980. General College Chemisty, 6th Edition. Harper and Row
Publisher, Inc, Knoxville.
Martin, A. 1990. Farmasi Fisik Edisi Ketiga Jilid 1. Universitas Indonesia Press,
Jakarta.
Oxtoby, dkk. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern Jilid 1 Edisi Keempat.
Erlangga, Jakarta.
Sukarti, T. 2008. Kimia Analitik Pengantar Lengkap Analisa Kimia Bahan.
Widya Padjadjaran, Jatinangor
Svehla, G. 1990. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro Edisi kelima. Kalman Media Pustaka, Jakarta.

Downloaded by Aringga Fardhana (yukimurasanada543@gmail.com)


lOMoARcPSD|18471616

Dinda Nur Annisa


240210170061

LAMPIRAN
Gambar

Gambar 4. Buffer pH 4
Gambar 1. Buffer pH 4 Pengenceran 10% + NaOH
Pengenceran 1% + NaOH

Gambar 5. Buffer pH 4 + NaOH


Gambar 2. . Buffer pH 4
Pengenceran 1% + HCl

Gambar 3. Buffer pH 4
Pengenceran 10% + HCl Gambar 6. Penimbangan Larutan
HCl 0.1 M

Downloaded by Aringga Fardhana (yukimurasanada543@gmail.com)


lOMoARcPSD|18471616

Dinda Nur Annisa


240210170061

Gambar 8. Buffer pH 4 + HCl


Gambar 7. Penimbangan larutan
NaOH 0.1 M
Perhitungan Kestabilan Buffer
A. Buffer pH 3.99 dengan  Pengenceran 1%
Penambahan HCl 0.1M ( )
[ ]
 Pengenceran 1%
( )
[ ]

 Pengenceran 10%
( )
[ ]
 Pengenceran 10%
( )
[ ]

 Larutan Induk
( )
[ ]
 Larutan Induk
( )
[ ]

C. Buffer pH 5.00 dengan


% Penambahan HCl 0.1M
B. Buffer pH 3.99 dengan  Pengenceran 1%
Penambahan NaOH 0.1M

Downloaded by Aringga Fardhana (yukimurasanada543@gmail.com)


lOMoARcPSD|18471616

Dinda Nur Annisa


240210170061

( )
[ ]
 Pengenceran 1%
( )
[ ]

 Pengenceran 10%
( )
[ ]
 Pengenceran 1%
( )
[ ]

 Larutan Induk
( )
[ ]
 Pengenceran 1%
( )
[ ]

D. Buffer pH 5.00 dengan


Penambahan NaOH 0.1M

Downloaded by Aringga Fardhana (yukimurasanada543@gmail.com)

Anda mungkin juga menyukai