Anda di halaman 1dari 7

Jurnal SAINTEK Peternakan dan Perikanan Vol.

1 (1) Juni 2017 : 45-51 ISSN : 2580-1945 (print)


2598-7836 (online)

KONSENTRASI PENGENCERAN SALINITAS TERHADAP KEMAMPUAN


OSMOREGULASI IKAN CAPUNGAN BANGGAI (Pterapogan cauderni)

Concentration Dilution Salinity Towards The Ability of Fish Taken


from Capungan Osmoregulasii

Diterima : 20 Oktober 2017; Disetujui 2 Desember 2017

Samsu Adi Rahman 1, Admi Athirah*2, dan Ruzkiah Asaf 1

1
Dosen pada Fakultas Perikanan, Universitas Muhammadiyah Luwuk
2
Peneliti pada Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan
*Korespondesi : m.athirah@gmail.com

ABSTRAK
Salah satu aspek yang sangat penting untuk diteliti adalah proses osmoregulasi ikan
capungan banggai terhadap media air tawar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kemampuan osmoregulasi ikan capungan banggai (P. kauderni) terhadap pengenceran berbeda
terhadap media salinitas. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei hingga bulan Juli 2016, sebagai
hewan uji yaitu ikan capungan banggai dengan ukuran panjang adalah berkisar 3.5-6 cm 3-5
gram yang diperoleh dari hasil tangkapan kawasan terumbu karang sekitar perairan Kabupaten
Banggai Kepulauan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan tiga perlakuan. Parameter yang diamati aitu kemampuan osmoregulasi,
kelangsungan hidup dan parameter kualitas air. Data dianalisis dengan analisis ragam (ANOVA)
dengan rancangan percobaan sehingga jika terdapat pengaruh yang nyata dari masing-masing
perlakuan, maka akan di lanjutkan dengan uji BNT. Hasil penelitian menunjukkan ketiga
perlakuan penurunan salinitas ikan capungan mengalami kerusakan organ ginjal dan insang pada
minggu kelima dan mampu melakukan osmoregulasi, yaitu bertahan hidup pada kondisi air 5
ppt.

Kata kunci : ikan capungan, osmoregulasi, pengenceran, salinitas

ABSTRACT
One of the aspects that are very important to fish osmoregulasi process is examined capungan
banggai freshwater against the media. This research aims to know the capabilities of the
osmoregulasi fish capungan banggai (p. kauderni) against the dilution media differently to
salinity. Research conducted in May to July 2016, as test animals namely fish taken from
capungan with the size of the length of the range is 3.5-6 cm 3-5 g obtained from the catch area
of coral reefs around the Banggai Regency waters The Islands. The experimental design used
was Complete Random Design (RAL) with three treatment. The parameters observed aitu
osmoregulasi ability, survival and parameters of water quality. Data were analyzed with the
analysis range (ANOVA) and experimental design so that if there is a noticeable influence from
each treatment, then it will continue on with test BNT. The results showed a third treatments
decreased salinity capungan fish organ damage kidneys and gills on the fifth week, and was able
to do osmoregulasi, that survive on water conditions 5 ppt.

Keywords : Banggai, dilution, salinity, osmoregulation.


Samsu Adi Rahman dkk, Konsentrasi pengenceran salinitas terhadap kemampuan osmoregulasi ikan capungan
banggai (Pterapogan cauderni)
66
Jurnal SAINTEK Peternakan dan Perikanan Vol. 1 (2) Desember 2017 : 45-51 ISSN : 2580-1945 (print)
2598-7836 (online)

PENDAHULUAN kilogram air laut, dalam hal ini seluruh


Ikan capungan banggai (Pterapogon karbonat telah diubah menjadi oksida, brom
kauderni) adalah ikan yang hanya terdapat dan yodium yang telah disetarakan dengan
diperairan kepulauan Banggai Propinsi klor dan bahan organik yang telah dioksidasi.
Sulawesi Tengah dan di perjual belikan di Secara langsung, salinitas media akan
dunia sebagai ikan hias dalam akuarium. Ikan mempengaruhi tekanan osmotik cairan tubuh
capungan banggai termasuk salah satu potensi ikan. Melalui penelitian ini, maka untuk
ekonomi yang harus dikelola dengan mengetahui kemampuan ikan dalam
baik,sehingga dapat memberikan manfaat beradaptasi melalui proses osmoregulasi,
yang berkelanjutan bagi masyarakat dimasa terhadap perubahan lingkungan, yang
sekarang dan masa akan datang kususnya dimanipulasi dengan beberapa perlakuan
Banggai Kepulauan (Allen dan Steene, pengenceran salinitas. Kemampuan ikan
1995). menyesuaikan diri pada salinitas tertentu,
Mengingat usaha ekspor ikan hias air dapat digolongkan menjadi ikan yang
laut mempunyai prospek yang sangat baik mempunyai toleransi salinitas yang kecil
dalam peningkatan pembangunan (stenohaline) dan ikan yang mempunyai
perekonomian di Indonesia, maka harus toleransi yang luas (euryhaline). Diharapkan
dikembangkan secara serentak melalui pola dari penelitian ini ikan capungan banggai
maju (intensif). Pola maju merupakan mampu bertoleransi lebih luas (euryhaline).
tekonologi tinggi yang dibarengi dengan input Untuk mencapai tujuan budidaya atau
yang tinggi. Disamping itu usaha meningkatkan nilai estetika dalam ornament
pemeliharaan ikan hias laut belum berhasil maka berbagai aspek budidaya dan
dikembangkan, karena pemeliharaan yang pemeliharaannya mutlak harus diteliti secara
masih dianggap rumit. Salah satu usaha untuk terarah. Salah satu aspek yang sangat penting
mengatasi permasalahan tersebut adalah untuk diteliti adalah proses osmoregulasi ikan
dengan cara manipulasi media pemeliharaan capungan banggai terhadap media air tawar.
yaitu melalui penurunan salinitas sehingga Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
ikan hias atau ikan capungan banggai mampu kemampuan osmoregulasi ikan capungan
menyesuaikan hidupnya pada kondisi banggai (P. kauderni) terhadap pengenceran
lingkungan yang berbeda. Usaha kearah berbeda terhadap media salinitas. Penelitian
manipulasi lingkungan merupakan salah satu ini dapat berguna asebagai sumber informasi
alternatif kegiatan untuk menjaga estetika terhadap upaya pemeliharaan dan
ikan capungan banggai untuk tetap digemari. perkembangan ikan hias laut. Selain itu
Penyesuaian ikan terhadap pengaruh diharapkan ikan capungan banggai bisa
lingkungan merupakan suatu homeostasis, mentolerir lingkungan yang lebih luas
dalam hal ini ikan akan mempertahankan (euryhaline).
keadaan yang stabil melalui suatu proses aktif
melawan perubahan yang dimaksud. METODE PENELITIAN
Homeostasis merupakan kecenderungan Lokasi dan Waktu Penelitian
organisme hidup untuk mengontrol dan Penelitian dilaksanakan pada bulan
mengatur fluktuasi lingkungan internalnya Mei hingga bulan Juli 2016 di Instalasi
(Affandi dkk, 2002). Stasiun Karantina Ikan, Pengendalian
Salinitas atau kadar garam adalah Mutudan Keamananan Hasil Perikanan Kelas
jumlah kandungan bahan padat dalam satu II Luwuk, Kabupaten Banggai, Propinsi
Samsu Adi Rahman dkk, Konsentrasi pengenceran salinitas terhadap kemampuan osmoregulasi ikan capungan
banggai (Pterapogan cauderni)
67
Jurnal SAINTEK Peternakan dan Perikanan Vol. 1 (2) Desember 2017 : 45-51 ISSN : 2580-1945 (print)
2598-7836 (online)

Sulawesi Tengah. Alat yang digunakan dalam sebanyak 5% dari bobot tubuh ikan,
penelitian ini adalah akuarium ukuran sedangkan frekuensi pemberian pakan
70x40x40 cm2, aerator, selang aerasi, batu dilakukan 2 kali sehari. Penambahan air
aerasi, salinometer, pH meter, termometer, dilakukan setiap hari sesuai dengan dosis air
tabung infus, timbangan, pipet tetes dan gelas tawar masing-masing perlakuan, penambahan
ukur. Sedangkan bahan yang digunakan dalm air tawar dengan cara membuka tabung infuse
penelitian ini yaitu, air laut, air tawar dan secara perlahan (Kasmi & Rahman, 2015).
pakan pelet sebagai pakan organisme uji. Penelitian ini dilakukan selama 35 hari dan
Sebagai hewan uji, digunakan ikan capungan dilakukan pencatatan hasil yang diperoleh.
banggai (P. kaudernii) dengan ukuran panjang Pengumpulan data diperoleh dari hasil
adalah berkisar 3.5-6 cm 3-5 gram yang pengamatan tingkah laku ikan dan tingkat
diperoleh dari hasil tangkapan kawasan kelangsungan hidup serta mengamati organ
terumbu karang sekitar perairan Kabupaten dalam pada ikan yaitu ginjal dan insang.
Banggai Kepulauan. Kemampuan osmoregulasi diamati
Rancangan percobaan yang digunakan setiap hari dengan melihat keadaan organ
adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang berperan dalam osmoregulasi yaitu
dengan tiga perlakuan yaitu perlakuan A : 150 ginjal, insang dan kulit, serta mengamati
ml air tawar/liter, B : 100 ml air tawar/liter, C tingkah laku ikan. Untuk melihat keadaan
: 50 ml air tawar/liter, dan masing-masing 3 organ dalam ginjal dan insang dilakukan
ulangan, sehingga total perlakuan adalah 9. pengamatan secara visual dengan melihat
Penempatan setiap unit percobaan dilakukan perubahan bentuk dan warna pada ikan uji
secara acak. apabila terdapat mortalitas, untuk pengamatan
tingkah laku ikan yang diamati ikan yang
masih bertahan hidup.
Kelangsungan hidup merupakan
presentase dari jumlah ikan yang hidup dan
jumlah ikan yang di tebar selama
pemeliharaan (Effendie, 1997), dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Nt
Gambar 1. Penempatan unit-unit percobaan S= x 100 %
Organisme uji yang digunakan dalam No
perlakuan diaklimatisasi di dalam akuarium S = Derajat kelangsungan hidup (%)
yang telah berisi air dengan salinitas yang No = Jumlah ikan yang ditebar pada awal
sama yaitu 35 ppt, serta aklimatisasi penelitian (ekor)
dilakukan selama 3 hari. Nt = Jumlah ikan yang ditebar pada akhir
Setelah organisme uji diadaptasikan penelitian (ekor)
pada media bersalinitas yang sama kemudian Data kualitas air meliputi pengukuran
dimasukan ke dalam akuarium dengan salinitas, suhu, dan pH. Pengukuran parameter
kepadatan sama yakni 10 ekor. Penyiponan kualitas air ini dilakukan setiap pagi. Data
sisa pakan dan feses ikan dilakukan yang diperoleh pada penelitian dianalisis
seperlunya yang diharapkan mampu menjaga dengan analisis ragam (ANOVA) dengan
kualitas air di dalam sistem resirkulasi. Pakan rancangan percobaan, sehingga jika terdapat
diberikan secara satiasi (sedikit-sedikit) pengaruh yang nyata dari masing-masing
Samsu Adi Rahman dkk, Konsentrasi pengenceran salinitas terhadap kemampuan osmoregulasi ikan capungan
banggai (Pterapogan cauderni)
68
Jurnal SAINTEK Peternakan dan Perikanan Vol. 1 (2) Desember 2017 : 45-51 ISSN : 2580-1945 (print)
2598-7836 (online)

perlakuan, maka akan di lanjutkan dengan uji lebih pucat dan kulit lebih pudar kemudian
BNT (Beda Nyata Terkecil) (Gaspersz, 1991). berlendir. Pada kondisi ini ikan tidak mampu
lagi menyesuaikan dengan tekanan osmotik
HASIL DAN PEMBAHASAN yang ada di lingkungan.
Kemampuan Osmoregulasi Ikan Capungan Perubahan yang terjadi pada organ
Hasil penelitian pengenceran salinitas anatomi ikan disebabkan oleh tekanan
terhadap kemampuan osmoregulasi ikan osmotik atau osmoregulasi selama
capungan banggai dengan tiga konsentrasi pemeliharaan, dimana pengenceran salinitas
yang berbeda menunjukan perubahan pada yang dilakukan pada penelitian menyebabkan
organ yaitu ginjal, insang dan kulit seperti proses fisiologis dalam tubuh ikan tidak
yang terlihat pada Tabel 1. berjalan dengan normal karena organ-organ
Pada saat penebaran pertama ikan anatomi ikan seperti ginjal, insang dan kulit
masih dalam keadaan normal setelah diberi sangat berperan dalam pengaturan
pelakuan ginjal ikan terlihat pucat, insang osmoregulasi. Menurut Randall, et.al., (2001)
pucat dan warna kulit pudar, hal ini karena dan Wilmer, et.al., (2010) bahwa
kemampuan osmoregulasi mulai menurun, osmoregulasi ikan dilakukan oleh organ-organ
sehingga ikan sudah mulai bekerja keras, ginjal, insang, kulit, dan saluran pencernaan.
ginjal ikan mulai membesar karena tidak
mampu menyerap air tawar, insang terlihat
Tabel 1. Hasil pengamatan pada tubuh ikan yang telah mati selama penelitian
Perlakuan Ginjal Insang Kulit
N Normal Normal Normal
Berlendir, membesar Berlendir dan
A Berlendir dan sangat pucat
dan sangat pucat sangat pucat
B Mulai membesar Lebih pucat Pudar
C Pucat Pucat Pucat
Keterangan : N = Kontrol, A = 150 ml air tawar/liter, B = 100 ml air tawar/liter, C = 50 ml air
tawar/liter

Tabel 2. Tingkah laku ikan capungan bagai yang masih hidup


Salinitas Salinitas Salinitas Salinitas Salinitas Salinitas
Perlakuan
Awal 0 Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5
Ikan sudah
Gerakan
mulai
A 150 ml air lambat dan Gerakan
Aktif Aktif hilang Pasif
tawar warna naik turun
keseimban
memudar
gan
Gerakan
lambat dan Ikan diam
B 100 ml air Gerakan
Aktif Aktif warna dan Pasif
tawar naik turun
memudar berkumpul

Gerakan
Ikan diam
C 50 ml air lambat dan Gerakan
Aktif Aktif dan Pasif
tawar warna naik turun
berkumpul
memudar

Samsu Adi Rahman dkk, Konsentrasi pengenceran salinitas terhadap kemampuan osmoregulasi ikan capungan
banggai (Pterapogan cauderni)
69
Jurnal SAINTEK Peternakan dan Perikanan Vol. 1 (2) Desember 2017 : 45-51 ISSN : 2580-1945 (print)
2598-7836 (online)

Berdasarkan hasil pada Tabel 2 tinggi shingga energi kurang dan


berikut maka dapat dilihat bahwa tingkah laku menyebabkan kematian. Kemudian pada
ikan pada masing masing perlakuaan setiap minggu kelima pada semua perlakuan ikan
minggu. Pada perlakuan A (150 ml air mulai mengalami kematian, dimana salinitas
tawar/liter), B (100 ml air tawar/liter) dan C perlakuan A (13 ppt), dan perlakuan B (7 ppt)
(50 ml air tawar/liter) merupakan penebaran dan C (5 ppt).
awal, dimana kondisi salinitas pada saat itu Menurut Affandi (2002) bahwa
masih optimal, yaitu 35 ppt sehingga gerakan organisme mempunyai kemampuan yang
ikan masih normal atau aktif. berbeda-beda untuk menghadapi masalah
Pada minggu pertama ikan masih tetap osmoregulasi sebagai respon atau tanggapan
aktif pada masing-masing perlakuan karena terhadap perubahn osmotik lingkunganya
pada kondisi tersebut ikan masih mentolerir eksternalnya. Perubahan kosentrasi ini
salinitas pada masing-masing perlakuan. Pada cenderung mengganggu kondisi internal.
minggu kedua setelah diberi perlakuan, ikan Untuk menghadapi masalah ini cenderung
capungan sudah mulai menampakkan gejala hewan melakukan pengaturan tekanan
gerakan lambat dan warna memudar. osmotik dengan cara mengurangi gradient
Sedangkan minggu ketiga gerakan ikan sudah osmotik antara lain cairan tubuh dengan
mulai naik turun, berenang lambat, hal ini lingkungannya. Ikan yang tidak mampu
dikarenakan karena adanya proses menyesuaikan diri dengan perbedaan tekanan
osmoregulasi dimana ikan capungan mulai osmotik antara cairan tubuh dan lingkungan
menyeimbangkan tekanan osmotik yang ada akan mengalami degradasi atau menyebabkan
di dalam air dan di luar tubuhnya, selanjutnya terjadinya mortalitas.
pada minggu keempat tingkah laku ikan Sintasan
banyak diam dan ikan sudah mulai hilang Berdasarkan hasil pengamatan yang
keseimbangan, hal tersebut diduga diperoleh dari rata-rata sintasan (Gambar 2)
pembelanjaan energi untuk osmoregulasi sebagai berikut:

90
80
70
Sintasan (Survival rate)

60
50
(%)

40
30
20
10
0
N A B C

Perlakuan (Treatments)

Gambar 2. Grafik sintasan ikan capungan banggai


Samsu Adi Rahman dkk, Konsentrasi pengenceran salinitas terhadap kemampuan osmoregulasi ikan capungan
banggai (Pterapogan cauderni)
70
Jurnal SAINTEK Peternakan dan Perikanan Vol. 1 (2) Desember 2017 : 45-51 ISSN : 2580-1945 (print)
2598-7836 (online)

Grafik di atas menunjukan hasil rata- mampu tergadap tekanan osmotik dari luar.
rata sintasan dari setiap perlakuan selama Berdasarkan masing-masing perlakuan
penelitian, dimana dari jumlah tebar awal tekanan osmotik perlakuan A lebih tinggi
pada semua perlakuan masing-masing 10 dari perlakuan B, C dan kontrol. Tekanan
ekor/wadah. Hasil Uji Analisis Ragam osmotik ini mempengaruhi tingkat
diperoleh bahwa ketiga perlakuan penurunan keberlangsungan hidup ikan capungan
salinitas terhadap sintasan berbeda nyata. banggai, sehingga semakin kecil tekanan
Sintasan yang sangat rendah menunjukan osmotik semakin besar tingkat kelangsungan
bahwa ikan capungan tidak dapat hidup ikan dan sebaliknya semakin besar
menyesuaikan diri dengan penurunan tekanan osmotik, maka kelangsungan hidup
salinitas yang dilakukan. Pada minggu kedua ikan menurun. Hal ini berkaitan dengan
sampai minggu kelima ikan sudah mengalami proses osmoregulasi yang terjadi pada ikan.
gejala klinis dan pada akhir penelitian, yaitu
minggu kelima perlakuan A (10 ekor), B (20 Parameter kualitas air
ekor), C (50 ekor) dan N (80 ekor). Hasil pengukuran kisaran kualitas air
Hewan uji yang bertahan pada masing- selama penelitian tersaji pada Tabel 3
masing perlakuan diduga karena masih berikut.

Tabel 3. Kisaran Kualitas Air Masing-Masing Perlakuan Selama Penelitian

Perlakuan Kualitas Air yang diamati


Suhu (temperature) (0C) pH
A 150 ml air tawar/liter 25 6–7
B 100 ml air tawar/liter 25 7 – 7,5
C 50 ml air tawar/liter 25 7 – 7,5

Tabel 3 menunjukan bahwa kisaran pesisir memiliki pH relatif lebih stabil dan
kualitas air pada masing-masing perlakuan berada dalam kisaran yang sempit, biasanya
masih dalam kisaran yang layak untuk berkisar antara 7,6 – 8,3 yang berarti bersifat
menunjang keberlangsungan hidup ikan basa atau disebut alkali. Air yang banyak
capungan, dimana suhu air selama penelitian mengandung CO2 biasanya mempunyai pH
250C dan pH 7,5-8. Sedangkan menurut lebih rendah dari 7 dan bersifat asam. Derajat
Tullock (1998) bahwa suhu yang baik untuk keasamam (pH) air sebesar 6,5-9,0 sangat
akuarium laut berkisar 24-270C. Menurut memadai bagi budidaya ikan.
Siahaya (2010) pada saat musim timur (Juli)
curah hujan relatif tinggi sehingga salinitas KESIMPULAN
dan pH lautnya menjadi lebih rendah Berdasarkan hasil penelitian mengenai
dibandingkan saat musim barat. kosentrasi pengenceran terhadap kemampuan
Selanjutnya Ahmad (2009) menyatakan osmoregulasi ikan capungan banggai
bahwa air laut biasanya bersifat alkalis (Pterapogon kauderni) dapat disimpulkan
dengan pH lebih dari 7 karena banyak bahwa pada ketiga perlakuan penurunan
mengandung garam yang bersifat alkalis. salinitas ikan capungan mengalami kerusakan
Sedangkan menurut Brotowidjoyo et al. organ ginjal dan insang pada minggu kelima.
(1995) pada umumnya perairan laut maupun Ikan capungan banggai mampu melakukan

Samsu Adi Rahman dkk, Konsentrasi pengenceran salinitas terhadap kemampuan osmoregulasi ikan capungan
banggai (Pterapogan cauderni)
71
Jurnal SAINTEK Peternakan dan Perikanan Vol. 1 (2) Desember 2017 : 45-51 ISSN : 2580-1945 (print)
2598-7836 (online)

osmoregulasi, yaitu bertahan hidup pada Kasmi M, Rahman SA. (2015). The Dosage
kondisi air 5 ppt. Selain itu, perlu dilakukan of Saline Water Dilution on The
penelitian lanjutan mengenai konsentrasi Osmoregulatory Capacity of
yang lebih kecil untuk melihat optimalisasi Clownfish (Amphiprion ocellaris).
osmoregulasi ikan capungan banggai. IOSR Journal of Agriculture and
Ucapan Terima Kasih Veterinary Science (IOSR-JAVS).
Penulis menyampaikan terima kasih dan Vol 8 (I):74-78.
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada
seluruh teknisi laboratorium fakultas Randall,D.,W. Burggren, & K.French.
perikanan Universitas Muhammadiyah (2001). Animal Physiology:
Luwuk selama kegiatan penelitian dilakukan Mechanisma and Adaptations. W.H.
dan pada seluruh pihak yang membantu Freeman and Company. New York.
sehingga penelitian ini dapat dipublikasikan.
Tullock, J .H. (1998). Clownfishes and Sea
DAFTAR PUSTAKA Anemones. Barron’s. Wireless
Affandi, T.K, Manik, B., Rosadi, M., Utomo., Boulevard.
M., Senge., Adachi, dan Oki. (2002).
Soil Erosion Under Coffe Trees with Wilmer, J.B., Germine, L., Chabris, C.F.,
Different Weed Management in Chatterjee, G., Williams, M., Loken,
Humid Tropical Hilly Area of E.,et. al. (2010). Human Face
Lampung. South Sumatera, Indonesia. Recognition Ability Is Specific And
Highly Heritable.
Ahmad, A (2009). Keasaman Laut (pH) Proc.Nat.Acad.Sci.USA 107, 5238–
Indonesia. Pustaka Setia: Bandung. 5241.doi:10.1073/pnas.0913053107.

Allen, G and R.C. Steene. (1995). Notes on


the Ecology and Behaviour of the
Indonesia cardinal Fish
(Apogonidae). Rev for Aquariol.

Brotowijoyo, M. D., Dj. Tribawono., E.


Mulbyantoro., 1995. Pengantar
Lingkungan
Perairan dan Budidaya Air. Liberty:
Yogyakarta.

Effendie., M. I. (1997). Biologi Perikanan.


Yayasan Pustaka Nusatama. Bogor.

Gaspersz. (1991). Metode Perancangan


Percobaan. CV. Annico. Bandung.
Hal.33 – 35.

Samsu Adi Rahman dkk, Konsentrasi pengenceran salinitas terhadap kemampuan osmoregulasi ikan capungan
banggai (Pterapogan cauderni)
72

Anda mungkin juga menyukai