PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Larutan yang menggunakan air sebagai pelarut dinamakan larutan dalam air
atau aqueous. Larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah banyak
dinamakan larutan pekat. Jika jumlah zat terlalu sedikit, larutan dinamakan larutan
encer. Larutan adalah campuaran yang homogen dari dua atau lebih zat. Zat yang
jumlahnya lebih sedikit disebut zat terlarut (solute), sedangkan yang jumlahnya
lebih banyak disebut pelarut (Chang,2003).
Komposisi dan sifat fase suatu larutan berbeda dengan air murni. Larutan
merupakan campuran yang terdiri dari dua bahan. Larutan terbagi menjadi larutan
homogen dan larutan heterogen. Larutan homogen mempunyai sifat-sifat yang
sama diseluruh cairan, sedangkan larutan heterogen merupakan campuran dua
fase dan memiliki sifat-sifat yang tidak seragam (Achmadi, 2004).
Larutan adalah campuran molekul (atom atau ion dalam bneberapa hal),
biasanya molekul-molekul pelarut agak berjauhan dalam larutan dibanding dalam
pelarut murni. Sehingga pembentukan larutan dapat dibuat sebagai suatu proses
hipotesis berikut: pertama, jarak antara molekul-molekul meningkat menjadi jarak
rata-rata yang ditampilkan dalam larutan. Tahap ini memerlukan penyerapan
energi untuk melampaui gaya-gaya intermolekul kohesi. Tahap ini disertai dengan
peningkatan entalpi, reaksinya adalah endoterm. Dalam tahap endoterm kedua,
pemisahan yang sama terhadap molekul-molekul terlarut terjadi. Tahap ketiga dan
terakhir adalah membiarkan molekul-molekul pelarut dan terlarut untuk
bercampur. Gaya tarik intermolekul diantara molekul tak sejenis menyebabkan
pelepasan energi, entalpi menurun dalam tahap ini (Achmadi,2004).
Larutan terbentuk melalui pencampuran dua atau lebih zat murni yang
molekulnya berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur. Perubahan gaya
antarmolekul yang dialami oleh molekul dalam bergerak dari zat terlarut murni
atau pelarut ke keadaan tercampur mempengaruhi baik kemudahan pembentukan
maupun kestabilan larutan. Larutan dapat berada dalam kestimbangan fasa dengan
gas, padatan, atau cairan lain (Oxtoby,2001).
3
Untuk menentukan sifat pelarut suatu senyawa dapat diketahui dari
perubahan temperatur air sebelum dan sesudah. Bila temperaturnya naik, pelarut
tersebut bersifat eksoterm. Sedangkan jika temperaturnya turun, maka pelarutnya
bersifat endoterm (Schaum,1998).
Unsur terpenting yang menentukan keadaan bahan dalam larutan adalah
pelarut. Komponen yang jumlahnya lebih sedikit dinamakan zat terlarut. Larutan
yang menggunakan air sebagai pelarut dinamakan larutan dalam air atau aqueous.
Larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah banyak dinamakan larutan
pekat. Jika jumlah zat terlarut sedikit, larutan tersebut dinamakan larutan encer.
Istilah larutan biasanya mengandung arti pelarut cair dengan cairan, padatan, atau
gas sebagai zat terlarut. Larutan dapat pula berbentuk padat dan gas. Karena
molekul-molekul gas terpisah jauh, molekul-molekul dalam campuran gas berbaur
secara acak, semua campuran gas adalah larutan (Achmadi,2004).
Dalam larutan padat, pelarutnya adalah zat padat. Kemampuan membentuk
larutan padat sering terdapat pada logam dan larutan padat ini dinamakan alloy.
Dalam larutan padat tertentu, atom terlarut menggantikan beberapa atom pelarut
dalam kisi kristal. Larutan ini dinamakan larutan substitusional, yang ukuran atom
pelarut dan terlarutnya kira-kira sama. Dalam larutan padat lain atom terlarut
dapat mengisi kisi atau lubang dalam kisi-kisi pelarut. Pembentukan larutan padat
interstisial terjadi apabila atom terlarut cukup kecil untuk memasuki lubang-
lubang diantara atom-atom pelarut (Achmadi,2004).
4
Konsentrasi larutan menyatakan kuantitas zat terlarut dalam kuantitas
pelarut/larutan. Sehingga setiap sistem konsentrasi harus menyatakan satuan yang
digunakan untuk zat terlarut, kuantitas kedua dapat berupa pelarut atau larutan
keseluruhan, dan satuan yang digunakan untuk kuantitas kedua. Satuan
konsentrasi yang kuantitas terlarut dan larutannya diukur berdasarkan massa
dinamakan persen massa/massa. Satuan konsentrasi yang kuantitasnya dinyatakan
dalam satuan volume disebut persen volume/volume. Masih ada kemungkinan
lain yaitu campuran satuan massa dan volume. Misalnya jika zat terlarut diukur
berdasarkan massa dan kuantitas larutan berdasarkan volume, dapat digunakan
istilah persen massa/volume. Jika konsentrasi larutan diberikan berdasarkan
persen tanpa penjelasan lebih lanjut mengenai massa/massa, volume/volume,
massa/volume, maka yang dimaksud adalah persen massa (Achmadi,2004).
Pada konsentrasi molar (Molaritas), dicatat bahwa:
1. Stoikiometri reaksi kimia didasarkan pada jumlah nisbi atom, ion, atau
molekul yang bereaksi.
2. Banyak reaksi kimia yang dilakukan dalam larutan. Karena alasan ini
konsentrasi dinyatakan berdasarkan jumlah partikel terlarut, atau konsentrasi
molar (Achmadi,2004).
Penambahan solute menurunkam tendensi lepasnya molekul-molekul solven
hingga penurunan titik beku akan terjadi pengurangan takanan uap, paling tidak
larutan yang encer adalah berbanding langsung dengan kosentrasi dari partikel-
partikel solute yang ditambahkan (Sastrohamidjojo,2005)
Kelarutan yang besar terjadi bila molekul-molekul solute mempunyai
keasaaman dalam struktur dan sifat –sifat kelistrikan dengan molekul-molekul
solven. Bila ada keasaman, maka gaya-gaya tarik yang terjadi antara solute-solven
adalah kuat, begitu juga sebaliknya. Secara umum, padatan ionik mempunyai
kelarutan yang lebih tinggidalam solven polar dari pada dalam solven nonpolar
(Sastrohamidjojo,2001)
5
1. Persentase (%) menyatakan jumlah zat terlarut (solute) dalam 100 gram
larutan.
mol terlarut
X terlarut=
mol terlarut +mol pelarut
6
BAB III
METODE PENELITIAN
yang akan digunakan untuk pembuatan larutan NaCl 1m, 100 ml.
⇒ Setelah terlarutkan salin larutan NaCl kedaalm botol larutan dan beri
7
⇒ Kemudian tuangkan aquadest secukupnya ke dalam labu ukur. Lalu
⇒ Setelah tercampur salin kedalam botol larutan dan beri label sesuai
regen
8
BAB IV
4.1 Hasil
Hasil Percobaan
Massa NaCl 1 M 5,85 gram
Massa HCl 1 M 25 ml
B. Perhitungan
Dik : M =1
K=1000
Mr=58,5
Ml=100 ml
Dit : g…?
gr x k
Penye : M=
Mrx ml
gr x 1000
1=
58.5 x 100
gr=1 x 58.5 x 10
gr=5.85
Dik : M 1= 4
M 2= 1
V 2 = 100ml
9
Dit : V 1... ?
Penye :
M 1 . V 1=M 2 .V 2
4 .V 1 =1.100
100
V 1=
4
V 1=25 ml
4.2 Pembahasan
10
Pembuatan larutan adalah suatu cara mempelajari cara
pembuatan larutan dari bahan cair atau padat dengan konsentrasi
tertentu. Untuk menyatakan kepekaaan atau konsentrasi suatu larutan
dapat di lakukan berbagai cara tergantung pada tujuan
penggunaannya. Adapun satuan yang digunakan untuk menentukan
kepekaan larutan adalah molaritas. Molaritas, persen berat, persen
volume, atau sebagainya (Faizal,2013).
11
berbeda. Pencampuran tidak menyebabkan adanya perubahan fisik. Pada
proses pencampuran beberapa jenis zat berlaku rumus (Salirawati, 2007):
Dimana :
BAB V
PENUTUP
12
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa,Teknik pembuatan larutan dapat di lakkan dengan cara
mencampurkan dua larutan atau lebih. Menentukan konsentrasi sebuah
larutan dapat dilakukan dengan membandingkan volume konsentrasi dan
normalitas sebelum dan sesudah dilarutkan. Teknik pengenceran larutan
yang benar adalah mencapur larutan dengan bahan pelarut murni agar
diperoleh volume konsentrasi yang lebih rendah. Teknik mencampurkan
larutan adalah dengan mencampurkan dua larutan atau lebih dengan
konsentrasi yang berbeda hingga tidak dapat dibedakan lagi secara fisik.
5.2 Saran
Sebelum melakukan praktikum para praktikan harus mengetahui semua
bahan-bahan yang akan digunakan dalam pembuatan larutan HCL dan NaCL.
DAFTAR PUSTAKA
13
Chang, R.. (2003). Kimia Dasar Jilid 1. Erlangga, Jakarta
Modern. Edisi ke-4. Jilid 1. Diterjemahkan oleh S.S. Achmadi. Jakarta: Erlangga
bimbingan Abdulloh S.Si,. M.Si, dan Dr. Nanik Siti Aminah M.Si. Departemen
WIB.
tekpan.unimus.ac.id/.../Teknologi-Pengolahan-Mie-teori-dan-praktek.html.
2015.
. Das, Salirawati, Belajar Kimia Secara Menarik untuk SMA/MA Kelas XI, J
14