Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Larutan adalah campuran homogen (komposisinya sama), serba sama
(ukuran partikelnya), tidak ada bidang batas antara zat pelarut dengan zat
terlarut (tidak dapat dibedakan secara langsung antara zat pelarut dengan zat
terlarut), partikel- partikel penyusunnya berukuran sama (baik ion, atom,
maupun molekul) dari dua zat atau lebih. Dalam larutan fase cair, pelarutnya
(solvent) adalah cairan, dan zat yang terlarut di dalamnya disebut zat terlarut
(solute), bisa berwujud padat, cair, atau gas. Dengan demikian, larutan =
pelarut (solvent) + zat terlarut (solute). Khusus untuk larutan cair, maka
pelarutnya adalah volume terbesar.
Konsentrasi larutan dapat dibedakan secara kualitatif dan kuantitatif. Secara
kualitatif, larutan dapat dibedakan menjadi larutan pekat dan larutan encer.
Dalam larutan encer, massa larutan sama dengan massa pelarutnya karena
massa jenis larutan sama dengan massa jenis pelarutnya. Secara kuantitatif,
larutan dibedakan berdasarkan satuan konsentrasinyaPembuatan larutan
adalah suatu cara mempelajari cara pembuatan larutan dari bahan cair atau
padat dengan konsentrasi tertentu. Untuk menyatakan kepekaaan atau
konsentrasi suatu larutan dapat di lakukan berbagai cara tergantung pada
tujuan penggunaannya. Adapun satuan yang digunakan untuk menentukan
kepekaan larutan adalah molaritas. Molaritas, persen berat, persen volume,
atau sebagainya. Dalam dunia kimia, larutan adalah campuran homogen yang
terdiri dari dua atau lebih zat. Zat yang jumlahnya sedikit didalam larutan
disebut zat terkarut atau solut, sedangkan jumlahnya yang lebih banyak dari
pada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven. Proses
pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarut atau
solvasi.

1
1.2 Rumusan masalah

1. Bagaimana cara membuat larutan NaCl ?

2. Bagaimana cara membuat larutan HCl ?

1.3 Tujuan

1. Dapat mengetahui cara pembuatan larutan NaCl.

2. Mengetahui cara pembuatan larutan HCl.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Larutan yang menggunakan air sebagai pelarut dinamakan larutan dalam air
atau aqueous. Larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah banyak
dinamakan larutan pekat. Jika jumlah zat terlalu sedikit, larutan dinamakan larutan
encer. Larutan adalah campuaran yang homogen dari dua atau lebih zat. Zat yang
jumlahnya lebih sedikit disebut zat terlarut (solute), sedangkan yang jumlahnya
lebih banyak disebut pelarut (Chang,2003).
Komposisi dan sifat fase suatu larutan berbeda dengan air murni. Larutan
merupakan campuran yang terdiri dari dua bahan. Larutan terbagi menjadi larutan 
homogen dan larutan heterogen. Larutan homogen mempunyai  sifat-sifat yang
sama  diseluruh cairan, sedangkan larutan heterogen merupakan campuran dua
fase dan memiliki sifat-sifat yang tidak seragam (Achmadi, 2004).
Larutan adalah campuran molekul (atom atau ion dalam bneberapa hal),
biasanya molekul-molekul pelarut agak berjauhan dalam larutan dibanding dalam
pelarut murni.  Sehingga pembentukan larutan dapat dibuat sebagai suatu proses
hipotesis berikut: pertama, jarak antara molekul-molekul meningkat menjadi jarak
rata-rata yang ditampilkan dalam larutan. Tahap ini memerlukan penyerapan
energi untuk melampaui gaya-gaya intermolekul kohesi. Tahap ini disertai dengan
peningkatan entalpi, reaksinya adalah endoterm. Dalam tahap endoterm kedua,
pemisahan yang sama terhadap molekul-molekul terlarut terjadi. Tahap ketiga dan
terakhir adalah membiarkan molekul-molekul pelarut dan terlarut untuk
bercampur. Gaya tarik intermolekul diantara molekul tak sejenis menyebabkan
pelepasan energi, entalpi menurun dalam tahap ini (Achmadi,2004).
Larutan terbentuk melalui pencampuran dua atau lebih zat murni yang
molekulnya berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur. Perubahan gaya
antarmolekul yang dialami oleh molekul dalam bergerak dari zat terlarut murni
atau pelarut ke keadaan tercampur mempengaruhi baik kemudahan pembentukan
maupun kestabilan larutan. Larutan dapat berada dalam kestimbangan fasa dengan
gas, padatan, atau cairan lain (Oxtoby,2001). 

3
Untuk menentukan sifat pelarut suatu senyawa dapat diketahui dari
perubahan temperatur air sebelum dan sesudah. Bila temperaturnya naik, pelarut
tersebut bersifat eksoterm. Sedangkan jika temperaturnya turun, maka pelarutnya
bersifat endoterm (Schaum,1998).
Unsur terpenting yang menentukan keadaan bahan dalam larutan adalah
pelarut. Komponen yang jumlahnya lebih sedikit dinamakan zat terlarut. Larutan
yang menggunakan air sebagai pelarut dinamakan larutan dalam air atau aqueous.
Larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah banyak dinamakan larutan
pekat. Jika jumlah zat terlarut sedikit, larutan tersebut dinamakan larutan encer.
Istilah larutan biasanya mengandung arti pelarut cair dengan cairan, padatan, atau
gas sebagai zat terlarut. Larutan dapat pula berbentuk padat dan gas. Karena
molekul-molekul gas terpisah jauh, molekul-molekul dalam campuran gas berbaur
secara acak, semua campuran gas adalah larutan (Achmadi,2004).
Dalam larutan padat, pelarutnya adalah zat padat. Kemampuan membentuk
larutan padat sering terdapat pada logam dan larutan padat ini dinamakan alloy.
Dalam larutan padat tertentu, atom terlarut menggantikan beberapa atom pelarut
dalam kisi kristal. Larutan ini dinamakan larutan substitusional, yang ukuran atom
pelarut dan terlarutnya kira-kira sama. Dalam larutan padat lain atom terlarut
dapat mengisi kisi atau lubang dalam kisi-kisi pelarut. Pembentukan larutan padat
interstisial terjadi apabila atom terlarut cukup kecil untuk memasuki lubang-
lubang diantara atom-atom pelarut (Achmadi,2004).

Konsentrasi larutan merupakan cara untuk menyatakan hubungan kuantitatif


antara zat terlarut dan pelarut. Konsentrasi merupakan jumlah zat tiap satuan
volume (besaran intensif), larutan encer berupa julah zat terlarut sangat sedikit,
dan larutan pekat adalah jumlah zat terlarut sangat banyak. Cara menyatakan
konsentrasi antara lain bisa dengan molar, molal, persen, fraksi mol, bagian
persejuta (ppm), dan lain-lain. Untuk bagian persejuta (ppm) adalah massa
komponen larutan (g) per 1 juta gram larutan. Untuk pelarut air, 1 ppm setara
dengan 1 mg/liter, sedangkan persen berat, menyatakan jumlah gram berat zat
terlarut dalam larutan 100 gram (Ratna,2009).

4
Konsentrasi larutan menyatakan kuantitas zat terlarut dalam kuantitas
pelarut/larutan. Sehingga setiap sistem konsentrasi harus menyatakan satuan yang
digunakan untuk zat terlarut, kuantitas kedua dapat berupa pelarut atau larutan
keseluruhan, dan satuan yang digunakan untuk kuantitas kedua. Satuan
konsentrasi yang kuantitas terlarut dan larutannya diukur berdasarkan massa
dinamakan persen massa/massa. Satuan konsentrasi yang kuantitasnya dinyatakan
dalam satuan volume disebut persen volume/volume. Masih ada kemungkinan
lain yaitu campuran satuan massa dan volume. Misalnya jika zat terlarut diukur
berdasarkan massa dan kuantitas larutan berdasarkan volume, dapat digunakan
istilah persen massa/volume. Jika konsentrasi  larutan diberikan berdasarkan
persen tanpa penjelasan lebih lanjut mengenai massa/massa, volume/volume,
massa/volume, maka yang dimaksud adalah persen massa (Achmadi,2004).
Pada konsentrasi molar (Molaritas), dicatat bahwa:
1.    Stoikiometri reaksi kimia didasarkan pada jumlah nisbi atom, ion, atau
molekul yang bereaksi.
2.    Banyak reaksi kimia yang dilakukan dalam larutan. Karena alasan ini
konsentrasi dinyatakan berdasarkan jumlah partikel terlarut, atau konsentrasi
molar (Achmadi,2004).
Penambahan solute menurunkam tendensi lepasnya molekul-molekul solven
hingga penurunan titik beku akan terjadi pengurangan takanan uap, paling tidak
larutan yang encer adalah berbanding langsung dengan kosentrasi dari partikel-
partikel solute yang ditambahkan (Sastrohamidjojo,2005)
Kelarutan yang besar terjadi bila molekul-molekul solute mempunyai
keasaaman dalam struktur dan sifat –sifat kelistrikan dengan molekul-molekul
solven. Bila ada keasaman, maka gaya-gaya tarik yang terjadi antara solute-solven
adalah kuat, begitu juga sebaliknya. Secara umum, padatan ionik mempunyai
kelarutan yang lebih tinggidalam solven polar dari pada dalam solven nonpolar
(Sastrohamidjojo,2001)

5
1. Persentase (%) menyatakan jumlah zat terlarut (solute) dalam 100 gram

larutan.

massa zat terlarut


% terlarut = X 100 %
massa zat terlarut+ pelarut

2. Molaritas (M) yaitu jumlah mol zat telarut perkilogram larutan.

mol zat terlarut


M=
volume larutan

3. Molaritas (n) merupakan jumlah mol zat terlarut perkilogram larutan.

mol zat terlarut


n=
kg larutan

bobot zat terlarut


n=
BM zatterlarut xkg pelarut

4. Normalitas, disefinikan sebagai perbandingan antara jumlah larutan yang

mengandung ekivalen larutan tersebut setiap volume larutan.

mol zat terlarut


M=
volume larutan

5. Faksi (x) didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah mol suatu

komponen dengan jumlah mol semua pembentuk larutan.

mol terlarut
X terlarut=
mol terlarut +mol pelarut

6
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan tempat

Waktu : Kamis 26, September 2019 pada pukul 15 : 00 sd 17 : 00


Tempat : Laboraturium Kimia farmakologi

3.2 Prosedur kerja

1. Pembuatan larutam NaCl 1 m, 100 ml

⇒ Setiap anggota kelompok diwajibkan menyediakan alat dan bahan

yang akan digunakan untuk pembuatan larutan NaCl 1m, 100 ml.

⇒ Langkah awalnya seorang praktikan menimbang NaCl 5,85 gram di

timbangan analitik yang akan dilarutkan dalam 100 ml aquadest.

⇒ Kemudian tuangkan aquadest sebanyak 50 ml, kedalam labu ukur

dengan menggunakan corong.

⇒ Lalu, masukkan NaCl 5,85 gram kedalam labu ukur perlahan.

⇒ Kemudian tambahkan aquadest hingga batas 100 ml, lalu

homogenkan sampai terlarut.

⇒ Setelah terlarutkan salin larutan NaCl kedaalm botol larutan dan beri

label sesuai regennya.

2. Pembuatan larutan HCl 1 M, 100 ml

⇒ Setiap praktikan menyediakan alat dan bahan yang akan digunakan

untuk pembuatan larutan HCl 1 M, 100 ml.

⇒ Ukur larutan HCl di gelas ukur sebanyak 25 ml,

7
⇒ Kemudian tuangkan aquadest secukupnya ke dalam labu ukur. Lalu

tambahkan HCl sebanyak 25 ml.

⇒ Kemudian kembali tuangkan aquadest sampai batas 100 ml.

⇒ Homogenkan hingga tercampur

⇒ Setelah tercampur salin kedalam botol larutan dan beri label sesuai

regen

8
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

A. Membuat larutan NaCl 1M, 100ml

Hasil Percobaan
Massa NaCl 1 M 5,85 gram
Massa HCl 1 M 25 ml

B. Perhitungan

1. Membuat larutan NaCl 1 M, 100ml

Dik : M =1

K=1000

Mr=58,5

Ml=100 ml

Dit : g…?

gr x k
Penye : M=
Mrx ml

gr x 1000
1=
58.5 x 100

gr=1 x 58.5 x 10

gr=5.85

2. Membuat larutan HCl 1 M, 100ml

Dik : M 1= 4

M 2= 1

V 2 = 100ml

9
Dit : V 1... ?

Penye :

M 1 . V 1=M 2 .V 2

4 .V 1 =1.100

100
V 1=
4

V 1=25 ml

4.2 Pembahasan

10
Pembuatan larutan adalah suatu cara mempelajari cara
pembuatan larutan dari bahan cair atau padat dengan konsentrasi
tertentu. Untuk menyatakan kepekaaan atau konsentrasi suatu larutan
dapat di lakukan berbagai cara tergantung pada tujuan
penggunaannya. Adapun satuan yang digunakan untuk    menentukan
kepekaan   larutan    adalah molaritas. Molaritas,      persen     berat, persen
volume, atau sebagainya (Faizal,2013).

Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi


zat terlarut dan pelarut di dalam larutan. Konsentrasi umumnya
dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah
total zat dalam larutan, atau dalam perbandingan jumlah zat
terlarut dengan jumlah pelarut. Contoh beberapa satuan konsentrasi
adalah molar, molal, dan bagian per juta (part per million, ppm).
Sementara itu, secara kualitatif, komposisi   larutan  dapat  dinyatakan
sebagai  encer  (berkonsentrasi rendah) atau pekat yang berkonsentrasi
tinggi (Anonim, 2014).

HCl adalah asam kuat, dan memisah sepenuhnya dalam air.


HCl dibentuk oleh ikatan kovalen antara ion hidrogen dan klorida.
HCl memiliki banyak kegunaan komersial, termasuk penggunaan
dalam produksi baja dan dalam produksi obat-obatan. Selain itu, HCl
digunakan oleh perut untuk mengaktifkan enzim yang memecah protein.
Kimotripsin dan pepsin adalah dua enzim ini, dan kehadiran HCl akan
memungkinkan enzim ini menjadi aktif dan mempercepat proses
pencernaan. (Sridianti, 2014).

Pada proses pembuatan larutan HCL dengan dengan menambahkan


aquades ke dalam labutakar dan di homogenkan, sampai pada titik tera,
maka terjadi reaksi ditandai dengan larutan menggelembungnya larutan
terswbut dan setelah di homogenkan larutan tetap bening reaksi kimia
terjadi.
HCL (aq)H+ CL-(aq) Penimbangan larutan NaCl Pada proses pembuatan
NaCl, NaCl ditimbang menggunakan neraca analitik. Dan menambahkan
aquades ke dalam labu takar, dan di homogenkan sampai pada titik tera,
maka terjadi reaksi di tandai dengan warna tetap bening dan terdapat
gelembung – gelembung, dan di tandai larutan menjadi dingin.

Pencampuran larutan merupakan penggabungan dua zat atau lebih yang


jenisnya sama. Namun larutan tersebut mempunyai konsentrasi yang

11
berbeda. Pencampuran tidak menyebabkan adanya perubahan fisik. Pada
proses pencampuran beberapa jenis zat berlaku rumus (Salirawati, 2007):

Dimana :

V1 = volume larutan pertama               V2 = volume larutan kedua

M1 = molaritas larutan pertama            M2 = molaritas larutan kedua

BAB V
PENUTUP

12
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa,Teknik pembuatan larutan dapat di lakkan dengan cara
mencampurkan dua larutan atau lebih. Menentukan konsentrasi sebuah
larutan dapat dilakukan dengan membandingkan volume konsentrasi dan
normalitas sebelum dan sesudah dilarutkan. Teknik pengenceran larutan
yang benar adalah mencapur larutan dengan bahan pelarut murni agar
diperoleh volume konsentrasi yang lebih rendah. Teknik mencampurkan
larutan adalah dengan mencampurkan dua larutan atau lebih dengan
konsentrasi yang berbeda hingga tidak dapat dibedakan lagi secara fisik.

5.2 Saran
Sebelum melakukan praktikum para praktikan harus mengetahui semua

bahan-bahan yang akan digunakan dalam pembuatan larutan HCL dan NaCL.

DAFTAR PUSTAKA

13
Chang, R.. (2003). Kimia Dasar Jilid 1. Erlangga, Jakarta

Achmadi, Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan. Penerbit Andi, Jakarta.

Oxtoby, D.W., Gillis, H.P., Nachtrieb, N.H. (2001) Prinsip-prinsip Kimia

Modern. Edisi ke-4. Jilid 1. Diterjemahkan oleh S.S. Achmadi. Jakarta: Erlangga

Sastrohamidjojo, Hardjono.2001. Kimia Dasar. UGM Press.Yogyakarta.

Faisal, Z.H, 2013, Pembuatan dan karakterisasi Katalis Al3+-bentonit tersulfat

untuk Esterifikasi Asam Palmitat menjadi Metil Palmitat. Skripsi di bawah

bimbingan Abdulloh S.Si,. M.Si, dan Dr. Nanik Siti Aminah M.Si. Departemen

Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga.

Anonim. 2014. Ebookpangan 2006: Pengujian Organoleptik (Evaluasi Sensori)

Dalam Industri Pangan. http://www.tekpan.unimus.ac.id/.../Pengujian-

Organoleptik-dalamIndustri-Pangan.html. Diakses pada 14 Juni 2014 pukul 07.14

WIB.

Anonim. 2014. Ebookpangan 2009: Teknologi Pengolahan Mie. http://www.

tekpan.unimus.ac.id/.../Teknologi-Pengolahan-Mie-teori-dan-praktek.html.

Diakses pada 2 Juni 2014 pukul 15.08 WIB.

Sridianti.2014. Sifat Asam Klorida Fungsi dan Manfaat ,http://www.sridianti.

com/sifat-asam-klorida-fungsi-manfaat.html,(Online). Diakses tanggal. 14 Juni

2015.

. Das, Salirawati, Belajar Kimia Secara Menarik untuk SMA/MA Kelas XI, J

akarta: Grasindo, 2007

14

Anda mungkin juga menyukai