Anda di halaman 1dari 23

8

ACC-1 11/11/2020 Lra

ACC-2 14/11/2020 Lra

ACC+ 17/11/2020 Lra

STOIKIOMETRI

Laporan Praktikum Kimia Dasar


Diajukan untuk Memenuhi Syarat Lulus Mata Kuliah Kimia Dasar pada Prodi
Pendidikan Biologi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Alauddin Makassar

Praktikan : NURUL NADZIFAH


NIM : 20500120030
Prodi : Pendidikan Biologi
Gol./Klp : E3
TglPraktek : 7November 2020
Asisten : Lisra Pratama

LABORATORIUM KIMIA FAK. TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR
SEMESTER GANJIL TA 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

Judul Percobaan

STOIKIOMETRI

disusun dan diajukan oleh:

Nama : Nurul Nadzifah


NIM : 20500120030
Prodi : Pendidikan Biologi
Gol. / Klp : E3

telah diperiksa dan disetujui


serta dinyatakan memenuhi syarat/ACC.

Mengetahui,
Ka. Laboratorium Kimia, Asisten,

Dr. H. Muhammad Qaddafi, S.Si., M.Si Lisra Pratama


NIP 19760802 200501 1 004 NIM 20500119014

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak pernah lepas atau sekedar mendengar tentang

perhitungan kimia dan reaksi kimia. Karena perhitungan kimia dan reaksi kimia sangat

penting baik itu di laboratorium, di pabrik-pabrik tidak jarang juga di rumah dan kebutuhan-

kebutuhan lainnya. Perhitungan ini meliputi misalnya berapa banyak bahan baku yang

diperlukan jika kita ingin memperoleh hasil tertentu, atau mencari jumlah maksimum dan

minimum. Di alam sebagian reaksi berlangsung dalam larutan seperti contohnya cairan yang

ada dalam tubuh kita, hewan dan tumbuhan yang merupakan larutan dari berbagai jenis zat.

Suatu bidang yang mempelajari aspek kuantitatif dalam suatu reaksi kimia adalah

Stoikiometri. Stoikiometri sendiri merupakan perhitungan hubungan kuantitatif antara zat-zat

yang terkait dalam suatu reaksi kimia. Dasar dari semua hitungan stoikiometri adalah

pengetahuan tentang massa atom atau massa molekul. Ada beberapa hukum dasar kimia yang

digunakan yaitu, Hukum Avogadro, Hukum Kekekalan Massa, Hukum Perbandingan Tetap,

Hukum perbandingan Berganda, dan Hukum Perbandingan volume. Dan ada 3 jenis

stoikiometri dalam kimia yaitu, Stoikiometri reaksi, stoikiometri komposisi, dan stoikiometri

gas.

Berdasarkan uraian tersebut maka dilakukan percobaan yang berjudul “Stoikiometri”. Tujuan

dari praktikum ini adalah untuk mengetahui stoikiometri lebih lanjut agar praktikan tidak

hanya mengetahui teori tapi juga untuk mengetahui cara menentukan titik stoikiometrinya.

Selain itu mengapa praktikum ini menjadi sangat penting karena dengan mengetahui titik

reaksinya praktikum dapat mengetahui hubungan kuantitatif antara zat-zat yang terlibat dalam

reaksi kimia, baik sebagai pereaksi maupun sebagai hasil pereaksi. Serta praktikum ini juga

bertujuan untuk memenuhi syarat mata kuliah Kimia Dasar.

3
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada percobaan ini sebagai berikut:


1. Bagaimana cara menentukan titik stoikiometri larutan NaOH?
2. Bagaimana cara menentukan titik stoikiometri larutan H2SO4?

C. Tujuan

Tujuan percobaan ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana cara menentukan titik stoikiometri NaOH

2. Untuk mengetahui bagaimana cara menentukan titik stoikiometri H2SO4

D. Waktu dan Tempat

Waktu dan tempat diadakannya kegiatan percobaan ini sebagai berikut:

Hari/tanggal : Sabtu/7 November 2020

Waktu : 09.00 s. d 11.00 WITA

Tempat : Online

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Stoikiometri

Salah satu aspek penting dari reaksi kimia adalah hubungan kuantitatif antara zat-zat yang

terlibat dalam reaksi kimia, baik sebagai pereaksi maupun sebagai hasil reaksi. Stoikiometri

merupakan bidang dalam ilmu kimia yang menyangkut hubungan kuantitatif antara zat-zat

yang terlibat dalam reaksi kimia, baik sebagai pereaksi maupun sebagai hasil pereaksi.

Stoikiometri juga menyangkut perbandingan atom antar unsur-unsur dalam suatu rumus

kimia, misalnya perbandingan atom H dan atom O dalam molekul H 2O. Mengapa kita harus

mempelajari ilmu stoikiometri? Salah satu alasannya, karena mempelajari ilmu kimia tidak

dapat dipisahkan dari melakukan percobaan di laboratorium. Adakalanya di laboratorium kita

harus mereaksikan sejumlah gram zat A, untuk menghasilkan gram zat B. Untuk itu kita

memerlukan stoikiometri. Stoikiometri erat kaitannya dengan perhitungan kimia. Untuk

menyelesaikan soal-soal perhitungan kimia digunakan asas-asas stoikiometri yaitu antara lain

persamaan kimia dan konsep mol (Kencanawati, 2012: 30).

Stoikiometri juga merupakan hubungan kuantitatif antara zat-zat yang terkait dalam suatu

reaksi kimia. Misalnya apabila 1,00 gram kalsium karbonat dipanaskan sampai terurai

seluruhnya, berapa gram kalsium oksida dan berapa gram karbon dioksida akan dihasilkan.

Jawabannya 0,56 gram kalsium oksida dan 0,44 gram karbon dioksida. Reaksi penguraiannya

adalah:

CaCO3CaO + CO2

Sebaliknya bila dinyatakan dari 0,56 gram kalsium oksida yang direaksikan dengan karbon

dioksida, berapa gram kalsium karbonat paling banyak dapat diperoleh dan berapa gram

5
karbon dioksida diperlukan. Jawabannya adalah 1,00 gram kalsium karbonat dan 0,44 gram

karbon dioksida(Harjadi, 2018: 2).

Reaksi penggabungannya ialah:

CaO + CO2 

CaCO3

Jadi hubungan stoikiometri di atas dapat dihitung antara lain:

a) Berapa CaO maupun CO2 yang dapat dihasilkan bila sejumlah CaCO2 diuraikan dangan

pemanasan

b) Berapa gram CO2 diperlukan dan berapa gram CaCO2

dapat dihasilkan bila sejumlah CaCOdirekasikan

dengan CO tadi.

B. Sejarah Stoikiometri

Konsep stoikiometri mungkin pertama kali dapat

ditemukan pada percobaan yang dilakukan oleh Flanders Jan Baptista Van Helmont (1579-

1644) yang dikenal dengan percobaan “Tanaman Willow”. Van Helmont menanam bibit

tanaman willow dalam sebuah pot yang berisi tanah sebanyak 90 kg. Pot tanaman terebut

selanjutnya ditutup dengan lempeng logam yang berlubang untuk mengurangi kemungkinan

kontaminasi debu dari luar, namun tidak mengganggu proses penyiraman dan pertumbuhan

tanaman willow. Penyiraman dilakukan dengan air hujan dan setelah lima tahun tanaman

willow yang semula bertnya 2,25 kg, naik menjadi 76,1 kg. Sedangkan tanah dalam pot

setelah ditimbang beratnya hanya berkurang 0,1 kg dari berat semula. Van Helmont saat itu

samapai pada kesimpulan bahwa penambahan berat tanaman willow tersebut berasal dari air

siramannya. Berdasarkan pandangan saat ini, hipotesis dan percobaannya jauh dari sempurna,

tetapi teorinya adalah contoh yang baik dari sikap aspek kimia kuantitatif yang sedang
6
tumbuh. Helmont mengenali pentingnya stoikiometri dan jelas mendahului

zamannya.Kimiawan Jerman Jeremias Benjamin Richter yang hidup antara 1762-1807

menemukan konsep ekuivalen (ekuivalen kimia) dengan pengamatan teliti reaksi asam/basa,

yakni hubungan kuantitatif antara asam dan basa dalam reaksi netralisasi. Ekuivalen Richter,

atau yang sekarang disebut ekuivalen kimia, mengindikasikan sejumlah tertentu materi dalam

reaksi. Satu ekuivalen dalam netralisasi berkaitan dengan hubungan antara sejumlah asam dan

sejumlah basa untuk menetralkan(Sulakhudin, 2018: 48-49).

C. Hukum-hukum Stoikiometri

Menurut (Mardalena, 2016: 24-25). Ada beberapa hukum dalam stoikiometri di antaranya

sebagai berikut:

1. Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lavoiser)

Menurut Lavoiser, “massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama”. AntonieLavoiser

telah menyelidiki massa zat sebelum dan setelah reaksi. Lavoiser menimbang hasil reaksinya.

Ternyata massa zat sesudah dan sebelum reaksi adalah sama. Lavoiser menyimpulkan hasil

penemuannya dalam suatu hukum kekekalan massa.

2. Hukum Avogadro

Menurut Avogadro, “volume gas yang bereaksi dan volume-volume hasil reaksi, jika diukur

pada suhu dan tekanan yang sama, akan berbanding sebagai bilangan bulat sederhana”.

Avogadro menyatakan ini dari hasil percobaan yang dilakukan.

Hipotesis Avogadro tentang volume sama, jumlah sama dapat dinyatakan dengan dua cara:

1) Volume yang sama dari gas-gas berbeda yang dibandingkan pada suhu dan tekanan sama

akan mengandung jumlah molekul yang sama.

2) Jumlah molekul yang sama dari gas-gas berbeda yang dibandingkan pada suhu dan

tekanan sama akan menempati volume yang sama(Hastuti, 2013: 7).

7
3. Hukum Perbandingan Ganda (Hukum Dalton)

Menurut Dalton, “bila dua unsur membentuk dua macam senyawa atau lebih, untuk massa

salah satu unsur yang sama banyaknya, massa unsur kedua dalam senyawa-senyawa akan

berbanding sebagai bilangan-bilangan bulat dan sederhana”. Untuk itu massa unsur yang lain

dalam senyawa I dan senyawa II harus disamakan (Norjana, 2016: 45).

4. Hukum GayLussac

Menurut GayLussac, “gas-gas yang bereaksi dan volume gas-gas hasil reaksi bila di ukur

pada suhu dan tekanan yang sama berbanding sebagai bilangan-bilangan bulat sederhana”.

Angka perbandingan berupa bilangan bulat sederhana juga menunjukkan angka koefisien gas

dalam persamaan reaksi (Norjana, 2016: 45).

D. Persamaan Reaksi dan Stoikiometri Reaksi Kimia

Persamaan reaksi dan stoikiometri reaksi kimia merupakan konsep yang harus dipahami,

karena keduanya merupakan konsep dasar yang digunakan untuk mempelajar materi kimia

yang lain. Konsep pereaksi pembatas merupakan bagian dari materi stoikiometri. Untuk

memahami konsep pereaksi pembatas sangat dipengaruhi konsep yang lain seperti rumus-

rumus reaksi kimia yang lain. Apabila hal ini dikuasai dengan baik maka untuk mempelajri

pereaksi pembatas tidak akan mengalami kesulitan (Magfirah, 2016: 33).

8
BAB III

METODOLOGI

A. Alat

Alat yang digunakan pada percobaan ini sebagai berikut:

1. Batang Pengaduk 4 buah

2. Botol Larutan 2 buah

3. Erlenmeyer 4 buah

4. Gelas Kimia 4 buah

5. Gelas Ukur 2 buah

6. Pipet Tetes 4 buah

7. Termometer 1unit

B. Bahan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini sebagai berikut:

1. NaOH (1 M) 50 mL

2. H2SO4 (1 M) 50 mL

C. Cara Kerja

Cara kerja pada percobaan ini sebagai berikut:

1. Tahap 1

Langkah pertama yang dilakukan adalah tuang larutan NaOH sebanyak 20 ml ke dalam gelas

ukur menggunakan pipet tetes. Lalu masukkan larutan yang sudah di ukur tersebut ke dalam

gelas kimia. Langkah kedua yaitusediakan wadah dan siapkan 5 ml larutan H2SO4 dengan

bantuan gelas ukur dan masukkan ke dalam erlenmeyer. Selanjutnya masukkan batang

9
pengaduk ke dalam gelas kimia yang berisi larutan NaOH lalu masukkan pula termometer ke

dalamnya dan catat suhu awalnya yang tertera pada termometer. Setelah pencatatan suhu awal

telah selesai masukkan larutan H2SO4 yang berada di erlenmeyer ke dalam gelas kimia lalu

lakukan pengadukan untuk menghomogenkan menggunakan batang pengaduk agar dapat

mempercepat reaksi stoikiometri. Kemudian catat suhu akhir pada saat pencampuran.

2. Tahap 2

Langkah pertama yang dilakukan adalah tuang larutan NaOH sebanyak 15 ml ke dalam gelas

ukur menggunakan pipet tetes. Lalu masukkan larutan yang sudah di ukur tersebut ke dalam

gelas kimia. Langkah kedua yaitu sediakan wadah dan siapkan 10 ml larutan H2SO4 dengan

bantuan gelas ukur dan masukkan ke dalam erlenmeyer. Selanjutnya masukkan batang

pengaduk ke dalam gelas kimia yang berisi larutan NaOH lalu masukkan pula termometer ke

dalamnya dan catat suhu awalnya yang tertera pada termometer. Setelah pencatatan suhu awal

telah selesai masukkan larutan H2SO4 yang berada di erlenmeyer ke dalam gelas kimia lalu

lakukan pengadukan untuk menghomogenkan menggunakan batang pengaduk agar dapat

mempercepat reaksi stoikiometri. Kemudian catat suhu akhir pada saat pencampuran.

3. Tahap 3

Langkah pertama yang dilakukan adalah tuang larutan NaOH sebanyak 10 ml ke dalam gelas

ukur menggunakan pipet tetes. Lalu masukkan larutan yang sudah di ukur tersebut ke dalam

gelas kimia. Langkah kedua yaitu sediakan wadah dan siapkan 15 ml larutan H2SO4 dengan

bantuan gelas ukur dan masukkan ke dalam erlenmeyer.Karena volume gelas ukur yang

digunakan hanya berkapasitas 10 ml maka pengukuran tersebut dilakukan sebanyak dua kali

dengan pengukuran yang kedua sebanyak 5 ml.Selanjutnya masukkan batang pengaduk ke

dalam gelas kimia yang berisi larutan NaOH lalu masukkan pula termometer ke dalamnya dan

10
catat suhu awalnya yang tertera pada termometer. Setelah pencatatan suhu awal telah selesai

masukkan larutan H2SO4 yang berada di erlenmeyer ke dalam gelas kimia lalu lakukan

pengadukan untuk menghomogenkan menggunakan batang pengaduk agar dapat

mempercepat reaksi stoikiometri. Kemudian catat suhu akhir pada saat pencampuran.

4. Tahap 4

Langkah pertama yang dilakukan adalah tuang larutan NaOH sebanyak 5 ml ke dalam gelas

ukur menggunakan pipet tetes. Lalu masukkan larutan yang sudah di ukur tersebut ke dalam

gelas kimia. Langkah kedua yaitu sediakan wadah dan siapkan 20 ml larutan H2SO4 dengan

bantuan gelas ukur dan masukkan ke dalam erlenmeyer. Karena volume gelas ukur yang

digunakan hanya berkapasitas 10 ml maka pengukuran tersebut dilakukan sebanyak dua kali.

Selanjutnya masukkan batang pengaduk ke dalam gelas kimia yang berisi larutan NaOH lalu

masukkan pula termometer ke dalamnya dan catat suhu awalnya yang tertera pada

termometer. Setelah pencatatan suhu awal telah selesai masukkan larutan H2SO4 yang berada

di erlenmeyer ke dalam gelas kimia lalu lakukan pengadukan untuk menghomogenkan

menggunakan batang pengaduk agar dapat mempercepat reaksi stoikiometri. Kemudian catat

suhu akhir pada saat pencampuran.

11
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Data Hasil Pengamatan


Tabel 4. 1 Data hasil pengamatan

Volume (mL) To ∆T
NaOH H2SO4 TA TA - To
20 ml 5 ml 31oC 34oC 3oC
15 ml 10 ml 31oC 36oC 5oC
10 ml 15 ml 31oC 35oC 4oC
5 ml 20 ml 31oC 33oC 2oC

B. Reaksi
Analisis data pada percobaan ini sebagai berikut:
1. Reaksi
2 NaOH + H2SO4 → Na2SO4 +2H2O

12
C. Grafik Stokiometri
Grafik 4. 1 Volume NaOH
6

3
T

0
4 6 8 10 12 14 16 18 20 22

Vol NaOH (ml)

Grafik 4. 2 Volume H2SO4


6

3
T

0
0 5 10 15 20 25 30
Vol H2SO4 (ml)

13
D. Konsentrasi Na2SO4H2SO4
a. Langkah pertama, tentukan mmolNaOHdan mmolH2SO4 pada titik stokiometri
Volume pada titik stoikiometri adalah Vs, dimana Vs = Volume stoikiometri
 mmol NaOH=Vs × Konsentrasi NaOH
Vs NaOH = 14 mL
mmolNaOH = 14 × 1 M
mmolNaOH = 14 mmol

 mmol H 2 SO 4=Vs× Konsentrasi H 2 SO 4


Vs H2SO4 = 10 mL
mmol H2SO4 = 10 ×1 M
mmolH2SO4 = 10 mL

b. Langkah kedua, tentukan mmol Na2SO4 dan2 H2O titikstokiometri,


koefisien Na2 SO 4
 mmol Na2 SO 4= × mmol NaOH
koefisien NaOH
1
mmol Na2 SO 4= ×14 mmol
2
mmol Na2 SO 4=7 mmol
koefisien2 H 2 O
 mmol 2 H 2 O= × mmol H 2 SO 4
koefisien H 2 SO 4
2
mmol 2 H 2 O= ×10 mmol
1
mmol 2 H 2 O=20 mmol

c. Langkah ketiga, tentukan konsentrasi Na2SO4 dan 2 H 2 O


mmol Na2 SO 4
 Konsentrasi Na2 SO 4= × mmol NaOH
Volume total larutan
7 mmol
Konsentrasi Na2 SO 4= × 14 mmol
25 mL
Konsentrasi Na2 SO 4=3,92 M

mmol2 H 2 O
 Konsentrasi 2 H 2 O= ×mmol H 2 SO 4
Volume total larutan

14
20 mmol
Konsentrasi 2 H 2 O= ×10 mmol
25 mL
Konsentrasi 2 H 2 O=8 M
E. Dokumentasi

Gambar 4. 1 Proses MereaksikanNaOH dengan H2SO4 Tahap 1

Gambar 4. 2 Proses MereaksikanNaOH dengan H2SO4 Tahap 2

15
F. Pembahasan

Stoikiometri merupakan bidang dalam ilmu kimia yang menyangkut hubungan kuantitatif

antara zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia, baik sebagai pereaksi maupun sebagai hasil

pereaksi. Stoikiometri juga menyangkut perbandingan atom antar unsur-unsur dalam suatu

rumus kimia.Stoikiometri juga merupakan hubungan kuantitatif antara zat-zat yang terkait

dalam suatu reaksi kimia. Pada percobaan ini dilakukan untuk mengetahui titik stoikiometri

dengan cara mereaksikan larutan asam NaOH dengan larutan basa H2SO4. Berdasarkan

dengan hasil pengamatan percobaan ini memiliki 4 kali tahap yaitu tahap pertama dilakukan

dengan mereaksikan20 ml NaOH dengan 5 ml H2SO4, tahap kedua15 ml NaOH dengan 10

ml H2SO4, tahap ketiga 10 ml NaOH dengan 15 ml H2SO4 dan tahap keempat 5 ml NaOH

dengan 20 ml H2SO4. Langkah pertama yang dilakukan adalah tuang larutan NaOH sebanyak

20 ml ke dalam gelas ukur menggunakan pipet tetes. Lalu masukkan larutan yang sudah di

ukur tersebut ke dalam gelas kimia. Langkah kedua yaitu sediakan wadah dan siapkan 5 ml

larutan H2SO4 dengan bantuan gelas ukur dan masukkan ke dalam erlenmeyer. Sebelum

pencampuran, dilakukan pengukuran suhu awal pencampuran dan semua suhunya sama yaitu

31oC. Setelah reaktan NaOH bercampur dengan reaktan H2SO4 dilakukan kembali

pengukuran suhu, suhu setelah bercampur ialah 34oC. Begitu pun dengan percobaan ke 2,

volume NaOH yang digunakan 15 ml dan H2SO4 10 ml, suhu awal NaOH 31 oC serta suhu

akhir 36oC. Pada percobaan ke 3, volume NaOH yang digunakan 10 ml direaksikan dan

H2SO4 15 ml suhu awal NaOH 31oC serta suhu akhir pencampuran 35oC. Dan pada

percobaan terahir digunakan NaOH dengan volume 5 ml dan H2SO4 20 ml, suhu awal NaOH

31oC dan suhu akhir pencampuran 33oC.

16
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapatkan dari percobaan ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui letak titik stoikiometri dari larutan NaOH dilakukan percobaan dengan

mereaksikan larutan NaOH dengan H2SO4.

2. Untuk mengetahui letak titik dari larutan H2SO4 dilakukan percobaan dengan mereaksikan

larutan H2SO4 dengan NaOH.

B. Saran

Saran yang dapat saya sampaikan setelah percobaan ini adalah:

1. Diharapkan pada saat praktikum (online) dilakukan semua persiapan sudah selesai dalam

artian aplikasi yang digunakan dapat menampung seluruh praktikan, karena pada saat

praktikum tadi ada beberapa teman yang tidak ikut dikarenakan kapasitas aplikasi

terbatas.

2. Diharapkan pada saat praktikum seluruh praktikan disuruh untuk berpakaian rapi

walaupun praktikum dilaksanakan secara online.

17
DAFTAR PUSTAKA

Harjadi, 2018: 2, Stoikiometri. Bogor: PT. Penerbit IPB PRESS

Hastuti, Dwi, dkk, 2013: 7, Jurnal Hukum-hukum Gas. Surakarta: Universitas Sebelas Maret

Kencanawati, Cok Istri Putri Kusuma, 2012: 30, Jurnal Kimia Dasar. Bali: Universitas

Udayana

Norjana, Riski, dkk, 2016: 45, Jurnal Konsep dasar Kimia. Malang: Universitas Negeri

Malang

Magfiroh, Lailatul, dkk, 2016: 33, Jurnal Identifikasi Konsep Stoikiometri. Malang:

Universitas Negeri Malang

Mardalena, 2016: 24-25, Jurnal Kajian Teori. Riau: UIN Sultan Syarif Kasim Riau

Sulakhuddin, 2018: 48-49, Kimia dasar. Sleman: Penerbit Deepublish

18
LAMPIRAN

Harjadi, 2018: 2, Stoikiometri. Bogor: PT. Penerbit IPB PRESS

19
Hastuti, Dwi, dkk, 2013: 7, Jurnal Hukum-hukum Gas. Surakarta: Universitas Sebelas maret

Kencanawati, Cok Istri Putri Kusuma, 2012: 30, Jurnal Kimia Dasar. Bali: Universitas

Udayana

20
Norjana, Riski, dkk, 2016: 45, Jurnal Konsep dasar Kimia. Malang: Universitas Negeri
Malang

Magfiroh, Lailatul, dkk, 2016: 33, Jurnal Identifikasi Konsep Stoikiometri. Malang:
Universitas Negeri Malang

21
Mardalena, 2016: 24-25, Jurnal Kajian Teori. Riau: UIN Sultan Syarif Kasim Riau

Sulakhuddin, 2018: 48-49, Kimia dasar. Sleman: Penerbit Deepublish

22
23

Anda mungkin juga menyukai