Anda di halaman 1dari 5

Percobaan 4

STOIKIOMETRI
PENENTUAN TINGGI ENDAPAN DAN SUHU LARUTAN

I. TUJUAN
1. Mengetahui konsep dasar stoikiometri
2. Menentukan suhu larutan NaOH, HCl, dan campuran keduanya

II. DASAR TEORI


Reaksi kimia adalah satu reaksi dimana satu atau lebih zat berubah menjadi zat yang
baru yang memiliki sifat berbeda dibandingkan dengan zat sebelumnya. Reaksi kimia
pada umumnya dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu reaksi asam-basa dan
reaksi redoks. Perbedaan mendasar dari keduanya yaitu pada reaksi redoks terjadi
perubahan bilangan oksidasi sedangkan pada reaksi asam-basa tidak terjadi perubahan
bilangan oksidasi.
Stoikiometri adalah dasar perhitungan kimia yang menyatakan relasi kuantitatif rumus
kimia dan persamaan kimia. Ada beberapa konsep di dalam stoikiometri, contohnya
seperti konsep mol dan massa molar, rumus empiris, penyetaraan reaksi, dan sebagainya.
Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani yaitu stoiceon (unsur) dan metrein
(mengukur). Stoikiometri berarti mengukur unsur-unsur dalam hal ini adalah partikel
atom ion, molekul yang terdapat dalam unsur atau senyawa yang terlibat dalam reaksi
kimia. Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif
dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia) yang didasarkan pada
hukum-hukum dasar dan persamaan reaksi. (Ahmad,1985)
Stoikiometri beberapa reaksi dapat dipelajari dengan mudah, salah satunya dengan
metode JOB atau metode Variasi Kontinu, yang mekanismenya yaitu dengan dilakukan
pengamatan terhadap kuantitas molar pereaksi yang berubah-ubah, namun molar totalnya
sama.
Sifat fisika tertentunya (massa, volume, suhu, daya serap) diperiksa, dan
perubahannya digunakan untuk meramal stoikiometri sistem. Dari grafik aluran sifat
fisik terhadap kuantitas pereaksi, akan diperoleh titik maksimal atau minimal yang sesuai
titik stoikiometri sistem, yang menyatakan perbandingan pereaksi-pereaksi dalam
senyawa (Muhrudin, 2011). Perubahan kalor pada reaksi kimia bergantung jumlah
pereaksinya. Jika mol yang bereaksi diubah dengan volume tetap, stoikiometri dapat
ditentukan dari titik perubahan kalor maksimal, yakni dengan mengalurkan kenaikan
temperatur terhadap komposisi campuran.
Menurut (Syabatini, 2008) Hukum-hukum dasar ilmu kimia adalah sebagai berikut:
1. Hukum Boyle: P1.V1 = P2.V2
2. Hukum Lavoisier: "Massa zat sebelum dan sesudah reaksi selalu sama."
3. Hukum Proust: "Perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu persenyawaan kimia
selalu tetap."
4. Hukum Gay Lussac: “Dalam suatu reaksi kimia gas yang diukur pada P dan T yang sama
volumenya berbanding lurus dengan koefisien reaksi atau mol, dan berbanding lurus
sebagai bilangan bulat dan sederhana.”
5. Hukum Boyle-Gay Lussac: Untuk n1 = n2 maka P1.V1/T1 = P2.V2/T2
6. Hukum Dalton: “Jika dua unsur dapat membentuk satu atau lebih senyawa, maka
perbandingan massa dari unsur yang satu yang bersenyawa dengan jumlah unsur lain
yang tertentu massanya akan merupakan bilangan mudah dan tetap.”
7. Hukum Avogadro: “Gas-gas yang memiliki volum yang sama, pada temperatur dan
tekanan yang sama, memiliki jumlah partikel yang sama pula.”
8. Hukum Gas Ideal: PV=nRT

III. ALAT
1. Labu ukur tutup ulir 100 mL 5. Termometer
2. Beaker glass 250 mL 6. Gelas ukur 25 mL dan 50 mL
3. Pipet tetes 7. Neraca Ohaus
4. Batang pengaduk

IV. BAHAN
1. HCl 30% 1M 10 mL
2. NaOH 1M 4 gram
3. Aquades 90 mL
4. Aquades 100 mL
5. CuSO4 0,1M
V. CARA KERJA

1. Stoikiometri Reaksi Pengendapan


a. NaOH – CuSO4
Pertama, sediakan dua buah gelas beker 50 mL. Ke dalam 1 gelas beker dimasukan 1
mL NaOH 0,1 M. Pada gelas beker yang lain dimasukan 5 mL CuSO 4 0,1 M. Setelah
itu, kedua larutan tersebut di campurkan dan kemudian dikocok. Selanjutnya campuran
tersebut dibiarkan agar endapan yang terbentuk berada di dasar gelas beker. Kemudian
tinggi endapan yang terbentuk diukur dengan menggunakan mistar. Supaya lebih akuran
satuan yang digunakan adalah mili meter. Setelah itu digunakan cara kerja yang sama
tetapi volume pereaksi masing-masing diubah dengan catatan volume total tetap 6 ml,
yaitu:
1) 2 mL NaOH 0,1 M dan 4 mL CuSO4 0,1 M
2) 3 mL NaOH 0,1 M dan 3 mL CuSO4 0,1 M
3) 4 mL NaOH 0,1 M dan 2 mL CuSO4 0,1 M
4) 5 mL NaOH 0,1 M dan 1 mL CuSO4 0,1 M
Setelah dilakukan percobaan pada masing-masing larutan, kemudian dibuat grafik yang
menyatakan antara tinggi endapan (sumbu y) dan volume larutan (sumbu x), sehingga
diperoleh titik optimum kurva. Dari grafik tersebut ditentukan koefisien reaksi
berdasarkan titik optimumnya. Titik optimum menyatakan perbandingan koefisien
reaksi. Kemudian koefisien yang diperoleh dari titik optimum kurva dibandingkan dari
menyetarakan persamaan reaksi. Terakhir, hasil reaksi yang terbentuk ditentukan
rendemennya dengan menggunakan konsep mol.

b. Na2CO3- CaCl2
1. Disiapkan 6 tabung reaksi dengan diameter yang sama dan yang dilengkapi dengan
sumbat karet yang baik.
2. Ditempatkan tabung – tabung tersebut pada arak tabung.
3. Dipipet 5ml larutan Na2CO3 masing – masing ke dalam tabung reaksi.
4. Ditambahkan 5ml larutan CaCl2 ke dalam masing – masing tabung dengan kosentrasi
1M ; 0,5M ; 0,5M ; 1M ; 0,1M ; 0,05M. Kemudian tabung segera ditutup dengan
sumbat karet. Dikocok kuat – kuat dengan jumlah pengocokan yang sama pada setiap
tabung (misal 20kali).
5. Didiamkan tabung pada rak selama 15-20 menit sampai semua endapan terkumpul
pada dasar tabung.
6. Dibandingkan endapan yang terbentuk dengan mengambil tabung no 3 sebagai
pembanding.

2.   Stoikiometri Sistem Asam-Basa


Pertama, sediakan dua buah gelas beker 50 mL. Ke dalam 1 gelas beker dimasukan 1 mL
NaOH 1,0 M. Pada gelas beker yang lain dimasukan 5 mL HCl 1.0 M. Kemudian kedua
larutan tersebut diukur temperature (TM). Setelah itu, kedua larutan tersebut dicampurkan
dan dikur serta dicatat suhu maksimum yang konstan (T A). Setelah itu digunakan cara
kerja yang sama tetapi volume pereaksi masing-masing diubah dengan catatan volume
total tetap 6 ml, yaitu:
1) 2 mL NaOH 1,0 M dan 4 mL HCl 1,0 M
2) 3 mL NaOH 1,0 M dan 3 mL HCl 1,0 M
3) 4 mL NaOH 1,0 M dan 2 mL HCl 1,0 M
4) 5 mL NaOH 1,0 M dan 1 mL HCl 1,0 M
Setelah dilakukan percobaan pada masing-masing larutan, kemudian dibuat grafik yang
menyatakan antara perubahan temperatur (sumbu y) dan volume larutan (sumbu x),
sehingga diperoleh titik optimum kurva. Dari grafik tersebut ditentukan koefisien reaksi
berdasarkan titik optimumnya. Titik optimum menyatakan perbandingan koefisien reaksi.
Kemudian koefisien yang diperoleh dari titik optimum kurva dibandingkan dari
menyetarakan persamaan reaksi. Terakhir, hasil reaksi yang terbentuk ditentukan
rendemennya dengan menggunakan konsep mol.

b. NaOH – H2SO4
1. 2,5 ; 5; 7,5; 10; 12,5 ml larutan NaOH 1M dimasukkan ke dalam gelas kima dan
diukur masing masing suhunya.
2. 12,5 ; 10; 7,5; 5; 2,5 ml larutan H 2SO4 1M dimasukkan ke dalam gelas kimia dan
diukur masing masing suhunya.
3. Dicampurkan larutan H2SO4 1M ke dalam larutan NaOH 1M dan dengan segera
diukur suhu campuran tersebut.

VI. DATA PENGAMATAN

1. Stoikiometri Reaksi Pengendapan NaOH - CuSO4 


Tinggi Endapan
No. Larutan
(mm)
1 1 mL NaOH 0,1M dan 5 mL CuSO4 1,0 M 3
2 2 mL NaOH 0,1M dan 4 mL CuSO4 1,0 M 8
3 3 mL NaOH 0,1M dan 3 mL CuSO4 1,0 M 9
4 4 mL NaOH 0,1M dan 2 mL CuSO4 1,0 M 30
5 5 mL NaOH 0,1M dan 1 mL CuSO4 1,0 M 27

2. Stoikiometri Sistem Asam-Basa


a. NaOH-HCl
No Perubahan
Larutan
. TEmperatur (°C)
1 1 mL NaOH 1,0 M dan 5 mL HCl 1,0 M 3
2 2 mL NaOH 1,0 M dan 4 mL HCl 1,0 M 2
3 3 mL NaOH 1,0 M dan 3 mL HCl 1,0 M 4
4 4 mL NaOH 1,0 M dan 2 mL HCl 1,0 M 2
5 5 mL NaOH 1,0 M dan 1 mL HCl 1,0 M 1

b. NaOH- H2SO4
Perubahan
No. Larutan
TEmperatur (°C)
1 1 mL NaOH 1,0 M dan 5 mL H2SO4 1,0 2
M
2 2 mL NaOH 1,0 M dan 4 mL H2SO4 1,0 3
M
3 3 mL NaOH 1,0 M dan 3 mL H2SO4 1,0 3
M
4 4 mL NaOH 1,0 M dan 2 mL H2SO4 1,0 3
M
5 5 mL NaOH 1,0 M dan 1 mL H2SO4 1,0 2
M

VII. PENGOLAHAN DATA

VIII. PEMBAHASAN

IX. KESIMPULAN

X. DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai