Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR

Semester 1 (Satu) Tahun Akademik 2020/2021

(Kelompok 3)
Oleh :

1. Triana Novitasari_202067010
2. Jeinnever Christina Adlony Nanuru_202067011
3. Ziepora Veronica Mairuhu_202067012
4. Novita Rahmawati_202067013
5. Anderias Amanupunjo_202067014 (Ketua Kelompok)
6. Afifah Andini Irwan_202067015

TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Laporan
Praktikum kimia dasar” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah kimia dasar. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang alat,bahan dan ikatan kimia di laboratium bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Ir. J. Leiwakabessy MS , selaku
Dosen kimia dasar yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni ini.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat saya
sebutkan semua, terimakasih atas bantuannya sehingga sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas ini.

Saya menyadari, tugas yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun kami butuhkan demi kesempurnaan makalah
ini.

AMBON, 1 febuarry 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………….

DAFTAR ISI ………………………………………………………

BAB I ………………………………………………………………

PERCOBAAN I. Pengenenalan Alat dan Bahan Kimia ………

PERCOBAAN II. Rumus Pengenceran ……………………….

PERCOBAAN III. Ikatan Kimia ………………………………

PERCOBAAN IV. Larutan ……………………………………

BAB II ……………………………………………………………….

Kesimpulan ………………………………………………….

Saran …………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………


BAB I
PERCOBAAN 1

Pengenalan alat dan bahan kimia

Maksud percobaan :
1. Mengenal beberapa zat berbahaya dan mempraktekkan cara
penanganannya
2. Mengenal beberapa peralatan laboratorium dan cara menggunakannya

Dasar teori :
Salah satu faktor yang menunjang kesuksesan dalam melakukan praktikum
di laboratorium pada umumnya dan laboratorium kimia khususnya adalah bila
pelaku praktikum telah mengenal dan menguasai cara pengguaan alat yang
pakai, kemudian yang lebih penting lagi adalah mutlak harus mengetahui
dengan baik zat-zat yang berbahaya dan cara penanganannya.

Bila pelaku praktikum tidak mengenal dengan baik alat-alat yang digunakan
dan tidak mengetahui dengan baik penanganannya maka pelaksanaan praktikum
akan mengalami hambatan bila seorang pelaku praktikum tidak memperhatikan
hal-hal tersebut di atas maka dapat berakibat fatal bagi alat dan sipelaku
praktikum. Dengan perkataan lain harus mengenal alat dan bahan yang
digunakan serta tahu dengan baik cara penanganannya.

Secara umum yang dimaksud peralatan laboratorium adalah segala yang


terdapat dilar bangunan fisik, yang secara garis besar berupa alat gelas dan non
gelas. Beberapa alat dan bagaimana cara penanganannya akan diterangkan
asisten, begitu juga tentang melakukan praktikum diharuskan untuk
memperhatikan, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Berikut akan
dilakukan praktikum pendahuluan yang bertujuan untuk mengenal beberapa
peralatan laboratorium dan bagaimana penggunaannya serta penanganannya
beberapa zat berbahaya.
Alat dan bahan

A. Alat
 Tabung reaksi
Terbuat dari gelas, dapat dipanaskan, dipakai sebagai tempat untuk
mereaksikan zat-zatkimia dalam jumlah sedikit.

Gambar 1. Tabung reaksi

Cara penggunaanya :
a. Tabung reaksi dipegang pada lehernya, miringkan lebih kurang
60oC lalu diisi
dengan larutan yang akan diperiksa.
b. Bila tabung beserta isinya akan dipanaskan, tabung dipegang
dengan penjepit tabung
dan pemansan dilakukan pada daerah 1/3 bagian cairan di bawah.
Mulut tabung
harus diarahkan ke tempat yang aman (jangan ke arah muka sendiri
atau muka orang lain).

 Gelas beker
Alat ini bukan sebagai alat pengukur. Tanda volume yang ada
merupakan taksiran kasar. Terdapat dalam berbagai ukuran.
Digunakan untuk .
a. Wadah sementara larutan/reagent
b. Memanaskan larutan
c. Menguapkan pelarut atau memekatkan
Gambar 2. Gelas beker

 Buret
Berupa tabung gelas panjang dengan pembagian skala dan ujung
bawah dilengkapi dengan kran. Digunakan untukS titrasi / mengukur
volume titran yang dipakai.
Berdasarkan tingkat ketelitian/pembagian skalanya, buret ada 2 jenis :
a. Makro buret dengan pembagian skala 0,10 – 0,05 ml
b. Mikro buret dengan pembagian skala 0,01 ml

Gambar 3. Buret

Bentuk buret disamping lurus, ada juga buret yang ujungnya bengkok.
Buret yang ujungnya bengkok digunakan untuk titrasi yang
menggunakan pemanas. Cara penggunaanya :
a. Cuci dengan sabun / detergent, kemudian cuci dengan air ledeng.
b. Bilas dengan air suling.
c. Bilas dengan larutan / titran yang akan dimasukkan ke dalam buret,
larutan pembilas dibuang.
 Pengaduk gelas
Berbentuk tabung yang tidak berlubang di dalamnya, dipakai untuk
mengaduk suatu campuran atau larutan zat-zat kimia pada waktu
melakukan reaksi-reaksi kimia, juga dipakai untuk membantu pada
waktu menuangkan/mendekantasi cairan dalam proses penyaringan
dan pemisahan

Gambar 4.pengaduk gelas

 Pipet Pasteur / pipet tetes


Pipet ini tidak mempunyai ukuran volume atau skala lainnya.
Digunakan untuk
memindahkan sedikit zat cair /larutan yang tidak mempunyai ketelitian
tinggi.

Gambar 5. Pipet tetes


 Pipet ukur
Berupa tabung gelas yang agak panjang dengan ujung runcing
dan mempunyai skala. Teknik penggunaannya sama dengan pipet
volume, hanya isi pipet dapat dipindahkan sebagian-sebagian
disesuaikan dengan keperluan.
Jumlah cairan yang dituangkan dapat disesuaikan dengana skala yang
ada.

Gambar 6. Pipet ukur

 Labu ukur / labu takar


Suatu bejana dengan leher panjang, sempit dan dasar yang datar.
Dilengkapi dengan tanda batas volumen. Mempunyai kapasitas
tampung sesuai dengan ukuran yang tercantum. Bila pada alat tertulis
20oC dan 100 mL maka alat tersebut dapat menampung cairan pada
20oC tepat sebanyak 100 mL sampai garis tanda yang terdapat pada
leher alat. Digunakan untuk membuat larutan standar (baku) pada
análisis volumetri. Sering juga dipakai untuk pengenceran sampai
volume tertentu Jangan digunakan untuk mengukur larutan atau
pelarut yang panas.
Gambar 7. Labu ukur

Cara penggunaannya :
a. Cuci dengan detergent dan selanjutnya dengan air ledeng.
b. Bila dengan air suling.
c. Bahan cairan atau padatan dimasukkan hati-hati dengan bantuan
corong ke dalam
labu ukur.
d. Tambahkan air suling / bahan pengencer lain yang diperlukan
melalui corong tadi
sampai kurang lebih 4/5 bagian yang penuh, kemudian gojog sampai
diperoleh
campuran yang homogen.

 Neraca analitik
Neraca analitik merupakan alat timbang yang dioperasikan
menggunakan aliran arus listrik.

Gambar 8. Neraca analitik


 Neraca digital
Merupakan alat yang digunakan sebagai pengukuran untuk
mengukur suatu berat atau beban maupun masa pada suatu zat skala
digital.

Gambar 9. Neraca digital

 Tang krus
Digunakan untuk menjepit gelas kimia dan cawan pada keadaan panas

Gambar 10. Tang krus


B. Bahan
 NH,CI
 NaOH
 MgSO,3H,O
 HCI
 H,SO
 Indikator pp
 Kertas pH (lakmus)
 Air suling

Cara kerja

Untuk lebih mengerti tentang alat-alat yang akan digunakan dan bagaimana
penggunaannya berikut akan dilakukan percobaan. Yang mendapat perhatian
disini bagaimana menggunakan alat-alat tersebut dengan baik dan benar berikut
penanganan zat dengan alat bersangkutan sehingga meminimalkan resiko yang
mungkin terjadi.

Cara menangani suatu gas berbahaya dan mengenal sifatnya.

Gas amoniak (NH3) adalah gas yang berbau agak menusuk sehinnga cairan
tersebut dilakukan dengan hati-hati, yaitu mengibas-mengibaskan tangan diatas
tabung dengan jarak hidung relatif jauh. Hal ini agar kosentrasi yang terhirup masih
dibawah batas ambang batas. pH, kemudian warnanya dibandingkan.

1. Ambil secukupnya larutan NH4CI 0,1 M dan masukan dalam tabung reaksi,
kemudian tambahkan NaOH 0,1 M secukupnya tetes demi tetes
2. Pegang tabung reaksi dengan penjepit dan panaskan dengan lampu spirtus
sambil digoyang. Praktikan cara membau yang diajarkan asisten dan catat
hasilnya. Bila isi tabung hendak ditumpah, angkat dari api. Perhatikan : mulut
tabung jangan diarahkan pada teman.
3. Simpulkan sifat dan tuliskan reaksi yang terjadi beserta tanda wujudnya.
Percobaan 2

Rumus Pengenceran

Maksud percobaan :

1. Untuk mengetahui teknik pembuatan larutan.


2. Untuk mengetahui bagaimana menentukan konsentrasi, Molaritas, dan
Normalitas.
3. Untuk mengetahui cara mengencerkan larutan.
4. Untuk mengetahui cara mencampurkan larutan dan menentukan
konsentrasinya.

Praktikum ini mempunyai kegunaan untuk mengetahui bagaimana cara membuat


larutan dan cara mengencerkan suatu larutan. Sehingga dapat menjadi pengetahuan
dasar bagi praktikan dalam membuat dan mengencerkan larutan pada praktikum
selanjutnya.

Dasar teori :
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih
zat yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang
komposisinya dapat bervariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan atau
padatan. Larutan encer adalah larutan yang mengandung sejumlah kecil
solute, relatif terhadap jumlah pelarut. Sedangkan larutan pekat adalah
larutan yang mengandung sebagian besar solute. Solute adalah zat
terlarut, sedangkan solvent (pelarut) adalah medium dalam mana solute
terlarut (Baroroh, 2004).

Bila dua atau lebih zat yang tidak bereaksi dicampur, campuran yang terjadi ada 3
kemungkinan, yaitu campuran kasar, disperse kolid,
dan larutan sejati. Dua jenis campuran yang pertama bersifat heterogen dan dapat
dipisahkan seacara mekanis. Sedang larutan yang bersifat homogeny dan tidak dapat
dipisahkan secara mekanis. Atas dasar ini campuran larutan didefinisikan sebagai
campuran homogeny antara dua zat atau lebih. Keadaan Fisika larutan dapat berupa
gas, cair, atau padat dengan perbandingan yang berubah-ubah pada jarak yang luas
(Sukardjo, 1997).
Ada dua komponen yang penting dalam suatu larutan yaitu pelarut
dan zat yang dilarutkan dalam pelarut tersebut. Zat yang dilarutkan itu
disebut zat terlarut (solute). Larutan yang menggunakan air sebagai
pelarut dinamakai larutan dalam air. Larutan yang mengandung
zat terlarut dalam jumlah yang banyak dinamakan larutan pekat. Jika
jumlah zat terlarut sedikit, larutan dinamakan cairan, padatan atau gas
sebagai zat yang terlarut. Larutan dapat berupa padat dan gas, karena molekul-
molekul gas berpisah jauh, molekul-molekul dalam campuran
gas berbaur secara acak, semua gas adalah larutan, contoh terbaik
larutan adalah udara (Karyadi, 1994).

Pengertian dan sifat larutan

 Pengertian Larutan :

Campuran homogeny dua zat atau lebih yang saling melarutkan dan masing-
masing zat penyusunannya tidak dapat dibedakan lagi secara fisik. Larutan terdiri dari
zat pelarut dan terlarut.

 Sifat larutan :

1. Memiliki komposisi dan ukuran yang sama.

2. Tidak memiliki bidang batas antara zat pelarut dengan zat terlarut (tidak
bedakan secara langsung)

3. Partikel ukurannya sama (baik ion,atom,maupun molekul) dari dua zat atau
lebih.

4. Dalam larutan fase cair,pelarutnya adala cairan dan zat yang terlarut bias
berwujud padat,cair,gas.

5. Khusus untuk larutan cair,maka pelarutnya adalah volume terbesar.

Pengertian konsentrasi dan perhitungan dalam konsep larutan.

 Pengertian konsentrasi :

Konsentrasi merupakan cara untuk seni hubungan kuantitatif antara zat


terlarut dan pelarut. Umumnya dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat terlarut
dengan jumlah total zat dalam larutan.
 Perhitungan dalam konsep larutan .

1. Molaritas (M)

Banyak mol zat terlarut dalam 1000 mL larutan.

M = gr zat terlarutMr x 1000ml larutan

2. Molalitas (m)

Jumlah mol yang terdapat didalam 100 gram pelarut dengan satuan mol

m = gr zat terlarutMr x 1000gr pelarut

ket :

m: molalitas (mol/kg)

3. Normalitas (N)

Banyaknya zat dalam gram ekivalen dalam satu liter larutan.

N= gr zat terlarutBE x 1000ml larutan

Keterangan :

Menjadi : berat ekivalen (bapak yang telah kontruktif oleh reaksi berdasarkan
lepas atau diterimanya atom H. Rumus menjadi = tuan/banyak atom H. yang
dilepas atau diterima.

4. Fraksimol (X)

Seni perbandngan jumlah mol zat terlarut atau pelarut terhadap jumlah mol
larutan.

X1 = mol zat terlarut (mol)mol zat terlarut mol+ mol pelarut (mol)

Xp = mol zat pelarut (mol)mol zat terlarut mol+ mol pelarut (mol)
METODOLOGI PRAKTIKUM

 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:


1) Beaker glass.
2) Spatula kaca.
3) Labu ukur.
4) Pipet tetes.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1) Aquadest.
2) NaOH 0,1 M
3) HCl 0,1 M.
 Cara Kerja

Cara kerja praktikum kali ini adalah:

1.      Siapkan labu ukur 100 ml dan bilas 2 X dengan aquadest.


2.      Pipet larutan NaOH sebanyak sesuai yang telah Saudara hitung pada
perhitungan di atas.
3.      Masukkan alikuot ke dalam labu ukur yang telah disiapkan dan tambahkan
aquadest ke dalamnya sebanyak 50 ml, dan gojog secara perlahan dengan posisi
tutup labu di bawah.
4.      Tambahkan aquadest lagi sampai batas tanda pada labu dan gojog kembali
secara perlahan.
5.      Larutan ini akan digunakan untuk titrasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN

 Hasil
Hasil praktikum kali ini adalah cara menghitung larutan yang diperlukan untuk
pengenceran.
 Pembahasan

Larutan-larutan yang tersedia di dalam laboratorium umumnya dalam bentuk


pekat. Untuk memperoleh larutan yang konsentrasinya lebih rendah biasanya
dilakukan pengenceran. Pengenceran dilakukan dengan menambahkan aquadest ke
dalam larutan yang pekat. Penambahan aquadest ini mengakibatkan konsentrasi
berubah dan volume diperbesar tetapi jumlah mol zat terlarut tetap.
Pengenceran adalah proses mencampur larutan (zat terlarut) yang berkonsentrasi
tinggi dengan cara menambahkan zat pelarut hingga diperoleh volume yang lebih
besar dan konsentrasi zat terlarut yang lebih rendah. Pelarut yang digunakan bersifat
netral. Pelarut yang lazim digunakan pada proses pengenceran adalah seperti
penjelasan di atas, yakni aquadest. Pengenceran juga dapat meningkatkan jumlah pH
dalam larutan.
Pengenceran dapat dilakukan dengan mengetahui terlebih dahulu konsentrasi yang
diinginkan. Dalam pengenceran berlaku rumus V1M1=V2M2. Dimana V1 adalah
volume awal larutan sebelum diencerkan. M1 adalah konsentrasi awal larutan
sebelum diencerkan. V2 adalah volume akhir larutan yang telah diencerkan. M2 adalah
konsentrasi larutan yang telah diencerkan.
Praktikum kali ini kita akan mempraktekkan bagaimana cara mengencerkan suatu
larutan. Larutan yang digunakan kali ini adalah larutan yang telah kita buat pada
praktikum sebelumnya, yakni NaOH 1 M dan HCl 1 M. Masing-masing larutan ini
akan diencerkan menjadi NaOH 0,1 M sebanyak 100 ml dan HCl 0,1 M sebanyak
100 ml. Seperti pada rumus di atas, kita telah mengetahui volume akhir dan
konsentrasi akhir larutan yang kita inginkan. Sehingga selanjutnya kita harus
mengetahui berapa banyak volume larutan NaOH 1 M dan Larutan HCl 1 M yang
diperlukan sebelum digunakan pada proses pengenceran.
Setelah dilakukan perhitungan, didapatkan bahwa volume larutan NaOH 1 M dan
Larutan HCl 1 M yang diperlukan adalah 10 ml. Setelah mengetahui volume awal
larutan, selanjutnya kita mengambil labu ukur sesuai dengan volume akhir yang kita
inginkan, yakni labu ukur 100 ml. Gunakan pipet untuk memindahkan larutan
terlebih dahulu ke dalam gelas ukur. Proses selanjutnya kita menambahkan pelarut
aquadest kira-kira sampai setengah dari volume labu ukur. Gojog labu ukur dengan
posisi tutup berada di bawah. Selanjutnya tambahkan lagi aquadest sampai mencapai
batas tanda pada leher labu ukur, kemudian gojog kembali. Larutan NaOH 0,1 M dan
HCl 0,1 M pun sudah siap. Larutan ini kemudian dapat digunakan untuk proses
titrasi.

Percobaan III

Ikatan Kimia

Maksud percobaan:

1. Membedakan senyawa elektrovalen dan kovalen berdasarkan reaksi


2. Bagaimana cara kerja untuk membedakan kekuatan asam browteslowry secara
relatif dengan pereaksi yang bertindak sebagai indikator.

Dasar teori :

Ketika dua atom ataupun ion saling berhubungan satu sama lain dapat dikatakan
bahwa ada ikatan kimia di antara kedua atom atau ion tersebut. Hal tersebut
dikarenakan adanya interaksi antar elektron, dimana terjadi pelepasan atau
penerimaan pemakaian bersama elektron. terdapat tiga jenis utama ikatan kimia,
yakni elektrovalen (ionik),kovalen dan logam (Goldbreg, 2003) . Dalam gambaran
ikatan ion yang disederhanakan, inti atom yang bermuatan positif secara dominan
melebihi muatan positif inti atom lainnya, sehingga secara efektif menyebabkan satu
atom mentransfer elektronnya ke atom yang lain. Hal ini menyebabkan satu atom
bermuatan positif dan yang lainnya bermuatan negatif secara keseluruhan. Ikatan ini
dihasilkan dari atraksi elektrostatik di antara atom-atom dan atom-atom tersebut
menjadi ion-ion yang bermuatan. Ikatan ion terbentuk jika terjadinya perpindahan
elektron di antara atom untuk membentuk partikel yang bermuatan listrik dan
mempunyai daya tarik-menarik. Daya tarik menarik di antara ion-ion yang bermuatan
berlawanan merupakan suatu ikatan ion. Ikatan kovalen terbentuk dari terbaginya
(sharing) elektron di antara atom-atom. Dengan perkataan lain, daya tarik-menarik
inti atom pada elektron yang terbagi di antara elektron itu merupakan suatu ikatan
kovalen (Brady, 1999).

1. Pengertian ikatan elektrovalen(ionik)

Ikatan ionik terbentuk dari adanya transfer elektron antara elemen logam dan non
logam. Ikatan ionik merupakan ikatan yang kuat karena tarikan elektrostatik (temel
dan ozgul 2016).

Substansi ionik secara umum merupakan hasil dari interaksi antara logam yang
merupakan golongan kiri dari tabel periodik dengan nonlogam di sebelah kanan
(kecuali gas mulia, unsur golongan VIIIA). Ketika logam sodium (Na) mengalami
kontak dengan gas klorin (cl2), maka akan terjadi reaksi sebagai berikut
(brown,2012): Na(s)+½Cl(g)>NaCl(s)

Formasi dari Na+ dari Na dan Cl- dari Cl2 menunjukan bahwa sebuah elektron telah
di berikan oleh atom Na atom C. Hal tersebut mengindikasikan bahwa telah terjadi
transfer elektron; energi ionisasi, di mana begitu mudah sebuah elektron dapat
berpindah dari sebuah atom. Begitu pun keafinitas elektron, yang mengukur sebanyak
apa sebuah atom membutuhkan sebuah elektron. Transfer elektron terjadi ketika salah
satu atom melepaskan sebuah atom (afnitas elektronnya rendah) dan atom yang lain
menerima sebuah atom (afnitas elektronya tinggi) (Brown,2012).
11Na + 35Br > Na + Br > NaBr

11Na; 2 8 1 (stabil jika melepaskan 1 elekton membentuk Na+)

35Br; 2 8 18 7 (stabil jika menangkap 1 elektron membentuk Br), contoh lain; NaCl,
MgCl2, Na2S dan lain-lain.

Senyawa yang mempunyai ikatan ion antara lain :a)   Golongan alkali (IA) [kecuali
atom H] dengan golongan halogen (VIIA) Contoh : NaF, KI, CsF

b)      Golongan alkali (IA) [kecuali atom H] dengan golongan oksigen (VIA)


Contoh : Na2S, Rb2S,Na2O

c)      Golongan alkali tanah (IIA) dengan golongan oksigen (VIA)


Contoh : CaO, BaO, MgS

Sifat umum senyawa ionik :

1)      Titik didih dan titik lelehnya tinggi

2)      Keras, tetapi mudah patah

3)      Penghantar panas yang baik.

4)      Lelehan maupun larutannya dapat menghantarkan listrik (elektrolit).

5)      Larut dalam air.

6)      Tidak larut dalam pelarut/senyawa organik (misal : alkohol, eter, benzena)

Pengertian ikatan kovalen

Ikatan kovalen adalah ikatan yang umumnya sering dijumpai, yaitu ikatan yang
perbedaan elektronegativitas (negatif dan positif) di antara atom-atom yang berikat
sangatlah kecil atau hampir tidak ada. Ikatan-ikatan yang terdapat pada
kebanyakan senyawa organik dapat dikatakan sebagai ikatan kovalen. Pada
prinsipnya semua ikatan kimia berasal dari gaya tarik menarik inti (nucleus) yang
bermuatan + terhadap e yang ber`muatan negatif, Gaya tarik menarik ini ditentukan
oleh Hukum  F =

F              : Gaya tarik menarik atau tolak menolak


              Q1 dan Q: Muatan partikel 1 dan 2
             r               : Jarak antara partikel 1 dan 2
              k              : Konstante dielektrik
Bila Q1 dan Q2 bermuatan sama, maka keduanya akan tolak-menolak, sebaliknya
bila Q1 dan Q2 bermuatan berlawanan akan terjadi tarik menarik.
Ikatan kovalen terbentuk, karena hampir semua unsur memiliki ruang kosong dan
orbit luar berenergi rendah. Makin rendah energi suatu orbit, nakin tinggi stabilitas
elektron yang ada di dalamnya. Semua unsur non-logam memiliki paling tidak 4 dari
8elektron yang mungkin berada pada orbit luar, kecuali: H, He, dan B. Perbedaan
unsur non-logam dengan logam adalah tidak memiliki kelebihan ruang kosong yang
berenergi rendah untuk penyebaran elektron yang akan disharing. Elektron yang
dapat disharing dalam unsur non-logam tidak mengalami “delocalised” seperti pada
ikatan metalik (ikatan logam). Jadi elektron ini tinggal terlokalisir dalam kedekatan
antar 2 inti (ikatan kovalen).( benito.staff.ugm.ac.id, ikatan kimia) .
Contoh: pembentukan H2 dari 2 atom H. Pada molekul H2 ada 3 gaya yang
bekerja yaitu:
a)      Gaya tolak-menolak antara 2 inti
b)      Gaya tolak-menolak antara 2 elektron
c)      Gaya tarik-menarik antara inti dari satu atom dengan elektron dari atom yang
lainnya. Besarnya gaya c ini lebih besar dari jumlah gaya a dan b.

Perbedaan antara ikatan elektrovalen dan kovalen


Ikatan elektrovalen adalah jenis gaya tarik elektrostatik antara dua atom, sedangkan
Ikatan kovalen adalah ikatan kimia langsung antara dua atom. Ikatan Elektrovalen:
Ion terlibat dalam pembentukan ikatan elektrovalen dan ikatan Kovalen: Atom
terlibat dalam pembentukan ikatan kovalen.

Metode Percobaan

Bahan dan alat

a) Bahan
NaCl,  K3Fe(CN)6,  FeCl3,  AgNO3 ,  HCl CHCL3,  M.O,  KCN,
BaCl2,  CH3COOH, K4Fe(CN)6,  CCL4,  CuSO4, C2H5OH, NH4
b) Alat
1)      Tabung reaksi, digunakan sebagai tempat untuk mereaksikan zat – zat.
2)      Rak tabung, tempat untuk menyimpan tabung reaksi.
3)      Pipet tetes, alat yang digunakan untuk mengambil larutan sedikit demi
sedikit dari sebuah wadah.
4)      Gelas piala, tempat untuk menyimpan atau mereaksikan larutan.
c) Cara kerja
1)      Siapkan 3 buah tabung reaksi. Masing – masing tabung reaksi diisi dengan 1 ml
AgNO3. Tabung (1) ditetesi dengan NaCl, tabung (2) dengan CCl4/Alkohol, dan
tabung (3) dengan CHCl3, masing – masing sebanyak 3 – 5 tetes. Perhatikan dan catat
perubahan yang terjadi.
2)      Siapkan 3 buah tabung reaksi. Tabung (1) diisi dengan HCl, tabung (2) dengan
CH3COOH dan tabung (3) dengan C2H5OH, masing – masing sebanyak 2,5.
Selanjutnya, setiap tabung reaksi ditetesi dengan indicator Metil orange (MO).
Perhatikan dan catat perubahan yang terjadi.
3)      - Siapkan 2 buah tabung reaksi yang diisi dengan 1 ml CuSO 4. Masing – masing
tabung ditetesi dengan larutan amonia sampai tidak terjadi endapan. Tabung reaksi
(1) ditambah dengan larutan BaCl2, tabung (2) dengan K4Fe(CN)6, masing – masing 2 – 3
tetes. Perhatikan dan catat perubahan yang terjadi.
-Siapkan 2 buah tabung reaksi yang diisi dengan 1 ml CuSO4. Tabung (1) ditambah dengan
BaCl2 dan tabung (2) dengan K4Fe(CN)6  masing – masing 2 – 3 tetes. Perhatikan dan catat
perubahan yang terjadi.
4)  Siapkan 2 buah tabung reaksi. Tabung reaksi (1) diisi dengan FeCl 3 dan tabung (2)
dengan K3Fe(CN)6  masing – masing 1 ml. Ke dalam tabung (1) dan (2) ditambahkan
2 – 3 tetes KCNS. Perhatikan dan catat perubahan yang terjadi.

2. Bagaimana cara kerja untuk membedakan kekuatan asam browteslowry


secara relatif dengan pereaksi yang bertindak sebagai indikator.
Pada tahun 1923, ahli kimia Johannes Nicolaus Bronsted dan Thomas Martin Lowry
mengembangkan definisi asam dan basa berdasarkan kemampuan (donor) atau
menerima (akseptor) proton (ion H+). Menurut konsep Bronsted dan Lowry, zat yang
memiliki kecenderungan untuk menyumbangkan ion H+ pada zat lain adalah asam.
Sedangkan zat yang memiliki kecenderungan untuk menerima ion H+ dari zat lain
adalah basa. Senyawa yang dapat bertindak sebagai asam basa Bronsted-Lowry
disebut amfoter. Perhatikan reaksi berikut ini !

HCl (aq) + NH3(aq) → NH4+ (aq) + Cl–(aq)

(asam) (basa) (asam konjugasi) (basa konjugasi)

Pada reaksi tersebut, asam klorida (HCl) menyumbangkan proton (H+) pada ammonia
(NH3) dan membentuk ion ammonium yang bermuatan positif (NH4+) dan ion klorida
yang bermuatan negatif (CI–). Sehingga NH3 merupakan basa Bronsted – Lowry
karena menerima proton.Pada bagian produk, Cl- disebut dengan basa konjugasi dari
HCl dan NH4+ disebut dengan asam konjugasi dari basa NH3.

Teori Brønsted–Lowry adalah teori reaksi asam–basa yang diajukan secara terpisah
oleh Johannes Nicolaus Brønsted dan Thomas Martin Lowry pada tahun 1923.
Konsep dasar teori ini adalah bahwa ketika suatu asam dan basa bereaksi satu sama
lain, asam akan membentuk basa konjugatnya, dan basa membentuk asam
konjugatnya melalui pertukaran proton (kation hidrogen, atau H-). Teori ini
merupakan generalisasi teori Arrhenius.

Menurut teori Arrhenius, asam didefinisikan sebagai senyawa yang jika terdisosiasi di
dalam larutan akuatik membebaskan H+ (ion hidrogen).Basa didefinisikan sebagai
senyawa yang jika terdisosiasi dalam larutan akuatik membebaskan OH− (ion
hidroksida). Dalam teori Brønsted–Lowry asam dan basa didefinisikan sesuai dengan
cara mereka bereaksi satu sama lain, yang memungkinkan generalisasi yang lebih
luas. Definisi tersebut dinyatakan dalam persamaan kesetimbangan.

asam+basa ⇋ basa konjugat +asam konjugat

Jika asam ditulis sebagai HA, persamaan di atas dapat disederhanakan menjadi:
+ ¿¿

HA + B ⇋ A−¿+ H B ¿

Digunakan tanda kesetimbangan ⇋, karena reaksi dapat terjadi bolak-balik. Asam


HA, dapat melepas proton menjadi basa konjugatnya, A−. Sedangkan basa B, dapat
menerima proton menjadi asam konjugatnya, HB+. Reaksi asam-basa pada umumnya
berlangsung cepat sehingga komponen reaksi biasanya berada dalam kesetimbangan
dinamis satu sama lain.

Dilihat dari persamaan di bawah:

CH 3 COOH + H 2 O ⇋CH 3COO − + H 3 O +

Asam asetat CH3COOH, adalah suatu asam karena ia mendonorkan proton kepada air
(H2O) dan menjadi basa konjugatnya, ion asetat (CH3COO−). H2O adalah suatu basa
karena menerima proton dari CH3COOH dan menjadi asam konjugatnya, ion
hidronium (H3O+ )
Kebalikan dari reaksi asam-basa juga merupakan reaksi asam basa, antara asam
konjugat dari basa dalam reaksi pertama dan basa konjugat dari asamnya.Dari contoh
di atas, asetat adalah basa pada reaksi balik dan ion hidronium adalah suatu asam.

H 3 O + + CH 3 COO−⇋CH 3 COOH + H 2 O

Kekuatan teori Brønsted–Lowry adalah, (kontras dengan teori Arrhenius), tidak perlu
suatu asam terdisosiasi.

KEKUATAN ASAM BRONSTED-LOWRY

Dalam kimia anorganik terdapat aspek kekuatan asam anorganik yang menarik untuk
dipahami.Aspek kekuatan asam ini diturunkan dari teori asam basa Bronsted
Lowry.Asam-asam yang umum dikenal dengan nilai Ka berpangkat positif atau pKa
berharga negatif seperti asam hidroklorida, asam nitrat, asam nitrat, asam sulfat, dan
asam perklorat, semuanya dipertimbangkan sebagai asam kuat. Sebaliknya asam-
asam dengan nilai Ka berpangkat negatif atau pKa berharga positif seperti asam nitrit,
asam hidrofluorida dan hamper semua asam anorganik yang lain adalah asam lemah,
yaitu terdapat porsi molekul asam yang cukup besar dalam larutannya.

Dalam air, semua asam-asam kuat tersebut nampaknya mempunyai kekuatan yang
relative sama, terionisasi hampir 100%. Dalam hal ini air dikatakan bertindak sebagai
pelarut penyama,leveling solvent, karena menghasilkan ion hidronium, H3O+, yang
merupakan kemungkinan asam terkuat dalam larutan air. Untuk mengidentifikasi
asam mana yang lebih kuat secara kualitatif dapat dilakukan dengan melarutkan
asam-asam yang bersangkutan ke dalam suatu basa yang lebih lemah daripada air.
Basa yang lebih lemah ini, yang sering berupa asam lemah murni akan bertindak
sebagai pelarut pembeda (differentiating solvent) bagi asam-asam. Sebagai contoh
adalah asam peklorat dalam pelarut hidrogen fluorida yang mengalami ionisasi
menurut persamaan reaksi keseimbangan berikut:
HClO4(HF)+HF(l) ⇋H2F+(HF)+ClO4-(HF)

Asam yang lebih lemah, HF, dalam campuran ini bertindak sebagai basa yaitu
akseptor (penerima) proton bagi asam perklorat yang lebih kuat sebagai donor proton.
Tetapi, karena asam fluida bersifat basa lebih lemah daripada air, reaksi
keseimbangan tersebut tidak sepenuhnya menggeserke kanan, yaitu ke arah produk,
seperti halnya yang terjadi dalam pelarut air. Percobaan seperti ini dapat dilakukan
bagi asam-asam yang lain, sehingga diperoleh harga tetapan keseimbangan yang
berbeda-beda, dan ternyata asam preklorat merupakan asam yang paling kuat.

Berikut ini jenis-jenis indikator asam basa dan juga contohnya.


1. Kertas Lakmus
Indikator yang sering tersedia di laboratorium adalah kertas lakmus, karena jenis
indikator ini lebih praktis dan harganya relatif murah.Terdapat dua jenis kertas
lakmus, yaitu lakmus merah dan lakmus biru.

Senyawa asam basa dapat diindentifikasi menggunakan kertas lakmus dengan cara
mengamati perubahan warna pada kertas lakmus ketika bereaksi dengan larutan.
Pada larutan asam, kertas lakmus selalu berwarna merah, sedangkan dalam larutan
basa, kertas lakmus selalu berwarna biru.

Sehingga, larutan asam akan mengubah warna kertas lakmus biru menjadi merah dan
larutan basa akan mengubah warna lakmus merah menjadi biru.

Pada larutan yang netral (garam), warna kertas lakmus tidak


menunjukkan perubahan (merah tetap merah dan biru tetap biru).

2. Indikator Alami
Beberapa jenis tanaman dapat dijadikan sebagai indikator alami, contohnya kol
ungu, kulit manggis, bunga sepatu, bunga bougenvile, pacar air, dan kunyit.
Syarat dapat atau tidaknya suatu tanaman untuk dijadikan sebagai indikator alami
adalah terjadinya perubahan warna apabila ekstraknya diteteskan pada larutan asam
atau basa.

3. Larutan Indikator

Larutan indikator merupakan salah satu bahan yang dapat digunakan untuk
mengetahui sifat asam basa suatu senyawa.

Untuk mendeteksi sifat asam basa suatu zat, pada umumnya digunakan indikator
dalam bentuk larutan, karena dengan larutan tersebut, sifat pembawaan asam dan basa
menjadi lebih mudah dideteksi.

Indikator yang sering digunakan pada laboratorium adalah larutan indikator


fenolftalein (PP) metil merah (mm), metil jingga (mo), dan juga bromtimol blue
(BTB).

Berikut ini adalah beberapa indikator pH lainnya yang juga sering digunakan dalam
laboratorium.Indikator-indikator tersebut menunjukkan adanya perubahan warna
larutan pada rentang nilai pH tertentu.

4. pH meter

pH meter dapat digunakan sebagai alat pengukur pH suatu larutan dengan cepat dan
akurat. pH meter mempunyai elektroda yang dapat dicelupkan ke dalam larutan asam
basa yang akan diukur nilai pH-nya.

Nilai pH dapat dengan mudah dilihat secara langsung melalui angka yang tertera pada
layar digital dari alat pH meter itu sendiri.

5. Indikator Universal

Salah satu indikator yang memiliki tingkat kepercayaan baik adalah indikator
universal.Indikator universal merupakan indikator yang tediri atas bebagai macam
indikator dengan warna yang berbeda untuk setiap nilai pH antara 1 – 14.
Indikator universal ada yang berupa larutan dan ada yang berbentuk kertas.Paket
indikator universal tersebut selalu dilengkapi dengan warna standar untuk pH 1 – 14.

Cara menggunakan indikator universal adalah dengan mencelupkan kertas indikator


universal pada larutan yang akan diselidiki nilai pH-nya atau meneteskan indikator
universal pada larutan yang deteksi.

Selanjutnya, amati perubahan warna yang terjadi dan bandingkan perubahan warna
tersebut dengan warna standar.

Membedakan kekuatan asam Bronsted-Lowry secara relative dengan pereaksi


yang bertindak sebagai indikator.
1. Sediakan tiga buah tabung reaksi dengan tabung (1) berisi HCl 0,2 M, tabung
(2) dengan CH3COOH 0,2 M dan tabung (3) dengan C2H5OH masing-masing
2,5 mL.
2. Pada masing-masing tabung ditambahkan 2-3 tetes indikator methyl orange.
3. Perhatikan perubahan warna yang terjadi dan ramalkan untuk keasaman
relative berdasarkan teori Bronsted-Lowry.

PERCOBAAN 4
Larutan

Maksud Percobaan :
1. Menentukan (Ka) dan (α) Asam asetat
2. Menentukan (Kb) dan (α) Amonium hidroksida
3. Membuat larutan HCl 0,1 mol
4. Membuat larutan NaOH 0,5 mol

Dasar Teori :
Derajat ionisasi (α) suatu zat elektrolit adalah perbandingan antara bagian
yang terionisasi dengan jumlah mula-mula, yang harganya berkisar antara 0 sampai
dengan 1. Jika harga α=0 berarti larutan tersebut adalah non elektrolit (tidak
mengalami ionisasi). Untuk harga α=1 menunjukkan bahwa larutan tersebut
terionisasi sempurna, atau merupakan elektrolit yang sangat kuat. Jadi untuk elektrolit
lemah akan mempunyai harga α dari 0 s/d 1. Harga derajat ionisasi sangat berkaitan
dengan konstanta asam (Ka) dan konstanta basa (Kb).

Nilai Ka dan Kb hanya dimiliki oleh larutan elektrolit lemah, semakin lemah
larutan elektrolit tersebut maka harga Ka dan Kb juga semakin kecil. Secara umum
ionisasi suatu larutan asam lemah monovalen dapat ditulis sebagai berikut :
−¿¿

HA K a H + ¿+ A ¿

Persamaan untuk konstanta kesetimbangan dari suatu ionisasi asam adalah :


Ka=¿ ¿

Hubungan antara Ka atau Kb dengan ion dapat ditunjukkan dengan persamaan sebagai
berikut :

Misal : HA = a mol/l dengan derajat ionisasi α , maka :

[H+] = aα dan [A-] = aα sedangkan [HA]sisa = a(1 – α).

(aα )(aα )
Sehingga : Ka=
a(1−α )

Karena α sangat kecil maka (1 – α) = 1, sehingga dapat diperoleh persamaan berikut :

Ka=¿ ¿ ¿ ¿

Dengan [H+] = [A+]

1 1
Sehingga pH = pKa - log [HA]
2 2

pH dapat diukur dengan pH meter, sehingga Ka dan α dapat ditentukan dengan


memasukkan harga – harga hasil pengukuran dalam persamaan tersebut diatas.

Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida (HCl). Ia
adalah asam kuat, dan merupakan komponen utama dalam asam lambung. Senyawa
ini juga digunakan secara luas dalam industri. Asam klorida harus ditangani dengan
wewanti keselamatan yang tepat karena merupakan cairan yang sangat korosif.

Asam klorida pernah menjadi zat yang sangat penting dan sering digunakan
dalam awal sejarahnya. Ia ditemukan oleh alkimiawan Persia Abu Musa Jabir bin
Hayyan sekitar tahun 800. Senyawa ini digunakan sepanjang abad pertengahan oleh
alkimiawan dalam pencariannya mencari batu filsuf, dan kemudian digunakan juga
oleh ilmuwan Eropa termasuk Glauber, Priestley, and Davy dalam rangka
membangun pengetahuan kimia modern.

Natrium hidroksida (NaOH), yang juga dikenal sebagai soda kuastik dan
termasuk golongan alkali tanah, adalah kuastik logam dasar. NaOH digunakan di
banyak industri, terutama sebagai basa kuat dalam pembuatan pilp dan kertas, tekstil,
air minum, sabun dan deterjen dan sebagai pembersih kotoran. Natrium hidroksida
adalah bahan dasar umum di laboratorium kimia.

NaOH sangat mudah larut dalam air dengan membebaskan panas, natrium
hidroksida Murni adalah padatan putih, dalam bentuk pelet, serpih, butir dan sebagai
50% larutan jenuh ini adalah higroskopis dan mudah menyerap air dari udara,
sehingga harus disimpan dalam kedap udara kontainer. NaOH juga larut dalam etanol
dan metanol, meskipun kemampuan kelarutan dalam pelarut lebih rendah daripada
hidroksida kalium.

Alat dan Bahan :

A. Alat
 pH meter
 labu takar
 pipet volum
 gelas kimia
 botol pencuci
 Ruber bulb
 Corong kaca
 Neraca digital
B. Bahan
 Asam asetat 0,1 M
 Amonium hidroksida
 Natrium hidroksida 0,5 M
 HCl pekat 37%
 Aquades dan Buffer

Cara kerja :

A. Menentukan Ka dan derajat ionisasi Asam Asetat


1. Siapkan pH meter dan melakukan kalibrasi
2. Pipet 25 ml asam asetat 0,1 M masukkan dalam gelas piala.
3. Ukur pH dengan mencelupkan elektroda.
4. Hitung Ka dan derajat ionisasi.

B. Menentukan Kb Amonium Hidroksida


1. Siapkan pH meter dan melakukan kalibrasi.
2. Pipet 25 ml amonium hidroksida kemudian dimasukkan ke dalam gelas
piala.
3. Ukur pH dengan mencelupkan pH meter ke dalam larutan.
4. Hitung Kb berdasarkan persamaan yang ada.

C. Membuat Larutan HCl 0,1 M


1. Masukkan aquades secara perlahan-lahan ke dalam labu ukur kira-kira 200
ml – 400 ml.
2. Ambil larutan HCl pekat dengan pipet ukur sebanyak 0,83 ml dan
tuangkan secara perlahan dan hati-hati pada labu ukur yang telah terisi
aquades.
3. Tambahkan kembali aquades sampai tanda batas labu ukur 1 Liter.
4. Dogodok larutan tersebut hingga rata.
5. Setelah rata, Tuangkan larutan tersebut ke dalam botol bahan, berikan
label nama sesuai dengan konsentrasi larutan.

D. Membuat Larutan NaOH 0,5 M


1. Timbang 2 gram NaOH
2. Larutkan NaOH tersebut dalam gelas kimia dengan menambahkan sedikit
pelarut.
3. Pindahkan NaOH yang sudah larut ke dalam labu ukur 100 ml. Usahakan
agar tidak ada larutan yang tersisa dalam gelas kimia.
4. Tambahkan pelarut dalam labu kuat sampai garis yang dalam labu ukur
100 ml tersebut.
5. Kocok perlahan agar larutan dapat terlarut secara merata.

BAB II

Kesimpulan :
Penggunaan bahan kimia laboratorium sangat perlu di perhatikan guna menjaga
keselamatan kerja dan praktikum dalam melakukan proses kegiatan di lab. Dari hasil
praktikum diketahui ada 10 jenis alat yang digunakan dalam menunjang kegiatan di
dalam lab dan terdapat 8 macam bahan yang membantu proses bertukar ilmu.

Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah:


1.      Pengenceran dapat dilakukan apabila larutan yang akan kita gunakan terlalu
pekat.
2.      Pengenceran berarti memperbanyak jumlah zat pelarut dengan jumlah zat
terlarut tetap.
3.      Rumus yang dipakai pada proses pengenceran adalah V1M1=V2M2.
4.      Pelarut yang digunakan bersifat netral, yang umumnya menggunakan aquadest.
5.      Pengenceran memerlukan alat yang berketelitian baik, karena dapat
mempengaruhi hasil pengenceran.
6.      Hasil pengenceran dapat digunakan untuk proses titrasi.
Senyawa dengan ikatan metalik dan ionik yang dominan, ikatan itu dibuat oleh
elektron-elektron yang disharing. Dalam logam gaya tarik berasal dari “delocalised
electron”, sedang dalam senyawa ionik berasal dari gaya tarik menarik antara ion
positif dan negatif. Dalam senyawa ini, partikel-partikel bermuatan diposisikan pada
jarak yg sama satu dengan yang lainnya, sehingga tidak ada kemungkinan untuk
membedakan atau memisahkan molekul yang utuh (discrete). Dalam logam, setiap
atom biasanya diposisikan pada jarak yang sama dari 6, 8 atau 12 atom yang lainnya
yang menunjukkan bahwa ikatan dengan seluruh atom-atom yang berbeda ini
memiliki kekuatan yang sama.    Senyawa dengan ikatan kovalen yang dominan,
elektron dari ikatan berada pada atom yang membuat ikatan. Diantara molekul yang
berbeda ada ikatan yang lemah yang disebut “gaya van der Waals”. Hal yang sama
terjadi untuk senyawa dengan “ikatan kovalen koordinat”. Molekul yang berbeda
membentuk satuan-satuan yang terpisah. Dalam molekul ini jarak antar atom dalam
molekul lebih kecil dari jarak antara atom dan molekul didekatnya.
Asam dan basa merupakan suatu kelompok elektrolit yang banyak digunakan dalam
kehidupan sehari – hari. Asam adalah suatu zat yang larutannya berasa asam,
memerahkan lakmus biru dan menetralkan basa. Basa adalah suatu zat yang
larutannya berasa pahit, licin, membirukan kertas lakmus merah dan menetralkan
sifat asam.
Suatu basa lemah di dalam air akan mengalami reaksi ionisasi sebagian (/alpha< 1)
dan akan terbentuk keaadaan setimbang. Tetapan kesetimbangan untuk reaksi ionisasi
basa lemah disebut dengan tetapan ionisasi asam dinotasikan dengan Kb. Tetapan
ionisasi basa (Kb) dapat menyatakan ukuran kekuatan dari suatu asam secara
kuantitatif. Nilai tetapan ionisasi dapat dicari dengan menghitung perbandingan
antara hasil kali konsentrasi produk dipangkatkan koefisiennya dengan hasil kalo
konsentrasi reaktan dipangkatkan koefisiennya . Suatu asam lemah di dalam air akan
mengalami reaksi ionisasi sebagian (derajat ionisasi < 1) dan akan terbentuk
keaadaan setimbang. Tetapan kesetimbangan untuk reaksi ionisasi asam lemah
disebut dengan tetapan ionisasi asam dinotasikan dengan $$K_a$$. Tetapan ionisasi
asam (Ka) dapat menyatakan ukuran kekuatan dari suatu asam secara kuantitatif. Nilai
tetapan ionisasi dapat dicari dengan menghitung perbandingan antara hasil kali
konsentrasi produk dipangkatkan koefisiennya dengan hasil kalo konsentrasi reaktan
dipangkatkan koefisiennya . HCl (asam klorida) merupakan asam kuat. HCl bersifat
asam dengan pH < 6. HCl termasuk golongan asam kuat karena mampu berionisasi
sempurna dalam air membentuk ion H+ dan Cl- sehingga pH nya asam dan termasuk
kedalam asam kuat. HCl berbentuk cairan/larutan pekat. HCl pekat berbentuk cairan
yang tidak berwarna. larutan 100 mL NaOH 0,5 M dapat dibuat dengan melarutkan 2
gram NaOH dalam 100 mL larutan.

Saran :

Dalam melakukan praktikum, sebaiknnya di lakukan dengan lebih teliti agar tidak
terjadi penyimpangan pada hasil praktikum, dan pada saat praktikum di mulai para
dosen atau pembimbing praktikum lebih dahulu memperkenalkan alt dan bahan yang
akan di gunakan.

DAFTAR PUSTAKA

http://alfichry.blogspot.com/2016/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html?
m=1#:~:text=Tujuan%20dari%20praktikum%20pengenalan%20alat%20ini
%20adalah%20untuk%20mengenal%20beberapa,kerja%20dalam%20melakukan
%20proses%20penelitian.

Achmadi, Suminar. 2004. Kimia Dasar. Erlangga : Jakarta.


Baroroh, Umi L. U. 2004. Diktat Kimia Dasar I. Universitas Lambung Mangkurat.
Banjarbaru.
Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid I.
Erlangga : Jakarta.
Gunawan, Adi dan Roeswati. 2004. Tangkas Kimia. Kartika : Surabaya.
Harjadi, W. 2006. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT. Gramedia : Jakarta.
Khopkar, S. M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia : Jakarta.
Oxtoby. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern Jilid I. Erlangga : Jakarta.
http://abbyminers.blogspot.com/2012/10/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://alcromosoma.blogspot.com/2018/07/laporan-praktikum-kimia-dasar-
ikatan.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Kekuatan_asam
https://www.ilmukimia.org/2013/01/kekuatan-asam-bronsted-lowry.html
https://www.amongguru.com/pengertian-dan-jenis-jenis-indikator-asam-basa-
beserta-contohnya/
http://abisaseptiarini.blogspot.com/2015/03/laporan-pembuatan-asam-klorida.html

https://www.academia.edu/16763458/Laporan_Praktikum_Sintesis_NaOH

https://brainly.co.id/tugas/881504

https://brainly.co.id/tugas/17976146

https://www.zenius.net/prologmateri/kimia/a/1280/tetapan-ionisasi-asam-ka

https://www.zenius.net/prologmateri/kimia/a/1279/tetapan-ionisasi-basa

Anda mungkin juga menyukai