Anda di halaman 1dari 18

A.

Judul
Reaksi Eksoterm dan Reaksi Endoterm
B. Tujuan
1. Memahami pengertian reaksi eksoterm dan reaksi endoterm.
2. Mengamati perbedaan reaksi yang bersifat eksoterm dan endoterm.
C. Dasar Teori
Panas reaksi dapat dinyatakan sebagai perubahan energi produk dan
reaktan pada volume konstan (∆𝐸 atau pada tekanan konstan (∆𝐻).
Sebagai contoh adalah reaksi
Reaktan (T) produk (T)
(∆𝐸) = E (produk) – E(reaktan)
Pada temperatur konstan dan volume konstan
(∆𝐻) = H(produk) - H(reaktan)
Satuan SI untuk E dan H adalah Joule, yaitu satuan energi, tetapi
satuan umum yang lain adalah kalori. Umumnya harga E atau H untuk
tiap reaktan atau produk dinyatakan sebagai Joule mol¯¹ atau kj mol¯¹.
Pada temperature konstan tertentu, biasanya 298 K. jika ∆𝐸 atau ∆𝐻
positif, reaksi dikatakan endotermis dan jika ∆𝐸 atau ∆𝐻 negatif, reaksi
dikatakan eksotermis (Dogra, 1990).
Energi yang menyertai reaksi kimia lebih disukai dinyatakan dalam
bentuk entalpi, sebab banyak reaksi-reaksi kimia yang dilakukan pada
tekanan tetap, bukan pada volume tetap. Suatu besaran yang sangat
berguna dalam reaksi kimia adalah perubahan entalpi molar standar,
dilambangkan dengan ∆𝐻0, yang menyatakan perubahan entalpi jika suatu
mol pereaksi diubah menjadi produk pada keadaan standar (Sunarya, 2010:
136).
Reaksi eksoterm yaitu reaksi yang membebaskan kalor. Pada reaksi
eksoterm, kalor yang mengalir dari sistem ke lingkungan sehingga entalpi
semakin berkurang, artinya entalpi produk (Hp) lebih kecil dari entalpi
reaksi (Hr). Oleh karena itu perubahan entalpinya (∆𝐻) bertanda negatif .
contoh :

1
N2 (g)+ 3 H2(g)→ 2 NH3(g) ∆𝐻 = −26,78 𝑘𝑘𝑎𝑙
Reaksi eksoterm yang berlangsung menyebabkan kenaikan suhu
serta mengeluarkan panas pada proses reaksinya (Kleinfelter, 1999: 31).
Reaksi eksotermik adalah reaksi kimia yang melepaskan energy
dalam bentuk cahaya dan panas. Ini adalah kebalikan dari reaksi
endotermik. Untuk reaksi ini terjadi karena kurang atau lebih besar dari
total energy yang dilepaskan. (Maleque, 2013:7).
Reaksi endoterm adalah reaksi yang menyerap kalor. Pada reaksi
endoterm system menyerap energi. Oleh karena itu, entalpi sistem akan
bertambah. Artinya entalpi produk (Hp) lebih besar dari entalpi reaksi
(Hr). Akibatnya, perubahan entalpinya (∆𝐻) bertanda positif. Contohnya:
2NH3(g) → N2(g)+ 3H2(g) ∆𝐻 = +26,78 𝑘𝑘𝑎𝑙

Menurut Sartono, (2013) dimana persamaan termokimia untuk reaksi


eksoterm adalah

CaO(S) + CO2(g) CaCO3(S) ∆𝐻 = −𝐴 𝐾𝐽.

Sedangkan persamaan reaksi endoterm adalah

CaCO3(S) CaO(S) = CO2(g) ∆𝐻 = +𝐴 𝐾𝐽.

Reaksi endoterm yang berlangsung menyebabkan penurunan suhu


serta memerlukan panas dalam proses reaksinya (Kleinfelter, 1999: 32).
Reaksi eksoterm dan endorterm selalu digunakan secara luas dalam
kehidupan sehari-hari dan dalam bidang industry. Contohnya air bag,
perangkat keamanan modern pada mobil, menggunakan reaksi eksoterm.
Reaksi eksoterm bertanggung jawab atas inflasi udara di dalam mobil.
Sedangkan bungkusan dingin yang digunakan untuk mengobati cedera otot
melibatkan reaksi endotermik (Koriko, dkk, 2017).
Jumlah perubahan kalor sebagai hasil reaksi kimia dapat di ukur
dalam suatu kalorimeter (yang di ukur dalam temperatur). Kalorimeter
terdiri dari suatu tabung yang dibuat sedemikian rupa sehingga tidak ada
pertukaran atau perpindahan kalor dengan sekelilingnya, walaupun ada

2
pertukaran sekecil mungkin sehingga dapat diabaikan. Sebagai kalorimeter
yang sederhana dapat digunakan termos gelas kimia yang dihubungkan
atau bungkus busa plastik, akan tetapi perlu diperhatikan bahwa ada
pertukaran kalor antara kalorimeter dan isinya, sehingga perlu menera
kalorimeter yaitu menentukan kalor yang diserap oleh kalorimeter, seteliti
mungkin sesuai dengan persoalan yang dipelajari. Jumlah kalor yang
diserap kalorimeter untuk kenaikan suhunya sebesar 10 disebut tetapan
kalorimeter (Sukardjo, 2002: 124).
Salah satu cara untuk menetukan tetapan kalorimeter seperti yang
dalam percobaan ini, yaitu mencampurkan sejumlah air dingin
(massa=ml, suhu=T) dengan sejumlah air panas (massa=ml, suhu=T)
didalam kalorimeter yang akan ditentukan tetapannya beda temperatur air
yang dicampurkan di atas tidak lebih dari 100. Jika kalorimeter tidak
menyerap kalor pada campur ini, kalor yang diberikan air panas harus
sama dengan yang diserap oleh air yang lebih dingin. Tetapi oleh karena
kalorimeter turut menyerap kalor, maka kalor yang diserap oleh
kalorimeter adalah selisih kalor yang diberikan oleh air panas dikurangi
dengan kalor yang diserap oleh air dingin. Harga tetapan kalorimeter
dengan perubahan temperaturnya, tidak langsung dapat diukur. Yang dapat
diukur adalah perubahan temperaturnya (Syukri, 1999: 124).
Pada pokok materi terdapat termokimia yang dalam konsep reaksi
eksoterm dan reaksi endoterm, penulisan konsep tanda perubahan entalpi
pada persamaan termokimia untuk reaksi eksoterm dan reaksi endoterm.
Konsep sifat reaksi pembentukan dan penguraian beserta senyawa konsep
rumus penggunaan penentuan data entalpi pembentukan standar
(Sugiawati, 2013: 22).
Pengaplikasian reaksi termokimia dilakukan oleh Pandiangan,
(2018) beliau meneliti proses produk hydrogen secara termokimia dengan
proses 1-5 terdiri dari beberapa komponen proses atau reaksi kimia yang
membentuk suatu siklus tertutup.

3
Menurut Mulyanti (2015: 92) sistem adalah bagian dari alam
semesta yang menjadi pusat perhatian. Lingkungan adalah bagian dari
alam semesta yang berada di luar sistem. Sebagai contoh, sejumlah larutan
NaOH dalam tabung reaksi. Larutan NaOH merupakan sistem, di luar
larutan NaOH, misalnya udara di permukaan larutan dan tabung reaksi
sebagai wadahnya, merupakan lingkungan. Sistem dan lingkungan dapat
terjadi interaksi yaitu berupa perubahan materi dan atau energi. Suatu
sistem yang menjadi pusat perhatian atau pengamatan kita mengandung
energi dalam E, yang terdiri atas energi genetik dan potensial. Untuk
mengetahui kandungan energy dalam suatu system akan luar biasa sulit.
Untungnya karena energy dalam E, merupakan fungsi keadaan yang
besarnya tergantung keadaan sistem, maka kita hanya dapat mengetahui
perubahan energy dalam dari keadaan awal ke keadaan akhir dalam suatu
proses fisika atau reaksi kimia melalui perhitungan atau eksperimen.

∆𝐸 = 𝐸𝑝 − 𝐸𝑖

Keterangan :

∆𝐸 = perubahanenergidalam

𝐸𝑝 = energidalamkeadaanakhir (final)

𝐸𝑖 = energidalamkeadaanawal (infial)

Sistem mengalami perubahan energy dalam (∆𝐸) melalui kalor dan


kerja. Sehingga bentuk persamaan diatas dapat di ganti menjadi,

∆𝐸 = 𝑄 + 𝑊

Jika energi di alam ini dapat berupa energi radiasi, energi kinetik,
energi potensial, energi kimia, energi termal, energi listrik, dan lain
sebagainya. Menurut hukum kekekalan energi yang menyatakan bahwa
total energi di alam ini diasumsikan konstan. Jadi menurut perspektif
makhluk, energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, tetapi energi
hanya mengalami perubahan dari satu jenis energi ke jenis energi yang

4
lain. Sebagai contoh, air terjun menyimpan energi potensial yang dapat
melakukan kerja menggerakkan terlain sehingga menghasilkan energi
kinetik (Mulyanti, 2015: 123)
D. Alat dan Bahan
Tabel 1.1 Alat
No NamaAlat Kategori Gambar Fungsi

Sebagai wadah untuk


1. Gelas kimia I menampung dan
menyimpan larutan.

Sebagai tempat untuk


mereaksikan bahan
Tabung I kimia, untuk
2. melakukan reaksi
rekasi
kimia dalam skala
kecil.
Sebagai tempat tabung
reaksi dikeringkan dan
Rak tabung
3. I tempat penyimpanan
reaksi
tabung reaksi agar
tidak berjamur.

Untuk mengukur atau


Neraca menimbang massa
4. II kecil dalam rentang
analitik
sub miligram.

Gelas ukur Untuk mengukur


5. I volume larutan.
10 ml

5
Untuk mengukur suhu
ataupun perubahan
6. Termometer I suhu dari setiap
percobaan.

Untuk memindahkan
aquades dan HCl dari
7. Pipet tetes 1 gelas kimia ke gelas
ukur

Untuk mengambil
serbuk dan
8. Spatula I memindahkannya ke
tabung reaksi

Sebagai tempat untuk


menyimpan bahan
9. Kaca arloji I yang akan di timbang
dan sebagai penutup
gelas kimia.

Untuk mengaduk atau

Batang mencampur bahan


10. I
pengaduk kimia untuk keperluan
percobaan.

Alat untuk mengukur


waktu selama
percobaan ketika
11. Stopwatch I
mengamati perubahan
temperature setiap 60
detik

6
2. Tabel 1.2 Bahan

No Nama Bahan Kategori Sifat Fisik Sifat Kimia


 Massa atom :  HCl akan berasap
36,45 tebal di udara
 Massa jenis : lembab
3,21  Gasnya berwarna
 Titik leleh :- kuning kehijauan
101℃ dan berbau
 Energi ionisasi : merangsang
1250 kj/mol  Dapat larut dalam
Khusus
1. HCL 1 m  Kalor jenis : alkali hidroksida
0,115 kal/gr℃ dan eter

 Berbau tajam  Merupakan


oksidator kuat
 Berafinitas besar
sekali terhadap
unsur–unsur lain
 Racun bagi
pernapasan
 Massa molar
 Berwarna putih
39.99711 g/mol
atau praktis putih,
 Penampilan putih
berbentuk pellet,
solid,
serpihan atau
hirooskopik
batang atau bentuk
 Kepadatan
2. Padatan NaOH Khusus lain.
21,13 g/cm
 Sangat basa, keras,
 Titik lebur 318
rapuh, dan
derajat, 591 K,
menunjukan
604 derajat F
pecahan hablur.
 Titik didih 1388
 Bila dibiarkan di

7
derajat C, 2530 udara akan cepat
derajat F menyerap
 Kelarutan dalam karbondioksida
etanol:190 g/l dan lembab.
 Kelarutan dalam  Mudah larut dalam
methanol 238 air dan dalam
g/l ethanol tetapi tidak
 Kelarutan dalam larut dalam eter
gliserol:larut  NaOH membentuk
basa kuat bila
dilarutkan dalam
air, NaOH murni
merupakan padatan
berwarna putih.
 Senyawa ini sangat
mudah terionisasi
 Membentuk ion
natrium dan
hidroksida

 Padatan putih  Larut dalm etanol,


 Titik lebur 334 gliserol dan
derajat celcius ammonia
 Titik didih 400  Bersifat sebagai
3. Padatan KNO3 Khusus
derajat celcius oksidator
 Massa molar
101,103 g/mol

4.  Berat molekul  Mudah larut


H2SO4 pekat Khusus 98.08g/mol dalam air dingin,
 Tak berwarna air panas, dan

8
 Titik didih 270 asetan
derajat celcius  Larut dalam etil
 Densitor uap alcohol
3.4g/cm  Sulfat larut dalam
air dengan
pembebasan
banyak panas

 Massa molar  Zat padat putih


5. 39.9971g/mol  Kebasaan-2.34
 Titik lebur: 318  Proses
NaOH 1 m Khusus 0
C pelarutannya
 Tiitk didih 1390 dalam air bereaksi
derajat celcius secara eksotermis

 Massa molar  Larut dalam


\
39.8871g/mol pelarut
 Massa jenis  Memiliki sifat
2.1g/cm tidak mudah
Padatan NaOH Umum
6.  Titik lebur 318 terbakar
derajat celcius  Mudah relaktif
 Titik didih 1390 dengan oksidator
derajat celcius dari logam

 Berat molekul:  Tidak dapat


18,02 g/mol terbakar
7.  Titik didih:  Tidak beracun
1000 0C (273 K,  pH 7 (netral)
Aquades Umum
32 F)  Tidak terjadi
 Densitas 1000 iritasi pada kulit
kg/m3 jika terjadi
 berbentuk kontak

9
cairan tidak  Polimerisa tidak
berwarna terjadi

E. Prosedur kerja
1. Reaksi Penetralan
Percobaan 1

HCl 1 M NaOH 1 M

memasukan 5 ml Larutan HCl 1 m


kedalam tabung reaksi dan mengukur
temperature larutan tersebut

memasukan 5 ml Larutan NaOH 1 m


kedalam tabung reaksi kedua dan
mengukur temperatur larutan tersebut

memasukan larutan NaOH kedalam


tabung reaksi yang berisi HCl.

Mengocok tabung reaksi secara perlahan,


kemudian mengamati perubahan
temperatur dan mencatat temperaturnya
setiap60 detik selama 5 menit

Suhu awal= 31ºc

Suhu akhir = 32ºc

10
2. Reaksi Pelarutan
Percobaan 1

NH4NO3

Memasukkan 5 ml aquades ke dalam tabung reaksi


dan mengukur temperaturnya

Menambahkan padatan NH4NO3 kedalam tabung


reaksi sebanyak 1 spatula

Mengocok tabung reaksi secara perlahan, kemudian


mengamati perubahan temperature dan mencatat
temprtaurnya setiap 60 detik selama 3 menit

Suhu awal 30 0C
berubah menjadi 27 0C

Percobaan 2
NaoH

Memasukkan 5 ml aquades ke dalam tabung reaksi


dan mengukur temperaturnya

Menambahkan padatan NaOH kedalam tabung


reaksi sebanyak 1 spatula

Mengocok tabung reaksi secara perlahan, kemudian


mengamati perubahan temperature dan mencatat
temperaturnya setiap 60 detik selama 3 menit

Suhu awal 30 0C
berubah menjadi 38 0C

11
Percobaan 3
H2S04

Memasukan 5 ml aquadest ke dalam tabung reaksi


dan mengukur temperaturnya

Menambahkan 15 tetes H2S04 pekat dalam tabung


reaksi

Mengocok tabung reaksi secara perlahan,kemudian


mengamati perubahan temperature dan mencatat
temperaturnya setiap 60 detik selama 3 menit.

Suhu awal 30 0C
berubah menjadi 33 0C

Percobaan 4

KNO3

Memasukan 5 ml aquadest dalam tabung reaksi dan


mengukur suhunya

Menambhakan padatan KNO3 ke dalam tabung


reaksi sebanyak 1 spatula

Mengocok tabung reaksi secara perlahan, kemudian


mengamati perubahan temperature dan mencatat
temperaturnya setiap 60 detik selama 3 menit
.

Suhu awal 30 0C
berubah menjadi 28 0C

12
F. Hasil Pengamatan

1. Reaksi penetralan

T2
T1
Larutan
60 S 120S 180S 240S 300S

HCl 31ºC
35ºC 34ºC 33ºC 33ºC 32ºC

31ºC
NaOH

2. Reaksi Pelarutan
NO Persamaan
Reaksi

13
14
G. Pembahasan
Ilmu yang mempelajari tentang perubahan energi disebut
termokimia. Ilmu ini didasarkan dengan adanya perpindahan energi dari
lingkungan ke sistem ataupun dari sistem ke lingkungan. Reaksi
termokimia terbagi menjadi dua yaitu reaksi eksoterm dan reaksi
endoterm. Reaksi eksoterm adalah reaksi yang melepaskan kalor, ditandai
dengan adanya perpindahan kalor dari sistem ke lingkungan. Adapun
reaksi endoterm yaitu reaksi yang menyerap kalor, ditandai dengan adanya
perpindahan kalor dari lingkungan ke sistem.
Pada praktikum ini kami melakukan dua percobaan yaitu reaksi
penetralan dan reaksi pelarutan.

Pada percobaan reaksi penetralan yang telah dilakukan dapat


ditentukan perubahan suhu dari dari beberapa larutan yaitu larutan HCl 1
M dan NaOH 1 M. Pada percobaan ini menghasilkan perubahan suhu dari
suhu awal 31ºC naik menjadi 32ºC setiap 60 detik selama 5 menit.

Sedangkan pada percobaan reaksi pelarutan yang telah dilakukan


dapat ditentukan perubahan suhu dari beberapa reaksi yaitu:

1. Penentuan suhu aquadest dan NH4NO3


Pada percobaan pertama yaitu campuran antara aquadest dengan
padatan NH4NO3 yang menghasilkan perubahan suhu dari suhu awal
300C naik menjadi 27 0C. Penurunan suhu ini menandakan bahwa
reaksi ini mengalami reaksi endoterm. Pada percobaan ini didapatkan
persamaan reaksi sebagai berikut:
NH4NO3 (s) +H2O (aq) → NH4NO3(aq)
Pada percobaan yang terjadi dapat dilihat bahwa terjadi
perpindahan kalor dari lingkungan ke sistem. Sehingga menyebabkan
penurunan suhu.
2. Penentuan suhu aquades dan NaOH
Pada percobaan kedua yaitu campuran antara aquades dengan
padatan NaOH dapat menghasilkan perubahan suhu dari suhu awal

15
300C naik menjadi 380C. Dari percobaan dapat dilihat bahwa reaksi
tersebut mengalami reaksi eksoterm yaitu terjadi kenaikan suhu
lingkungan.
Pada percobaan ini didapatkan persamaan reaksi:
NaOH(s) + H2O(l) → NaOH(aq)
Campuran antara aquades dengan padatan NaOH menyebabkan
kenaikan suhu yang ditandai dengan berpindahnya suhu dari sistem ke
lingkungan.
3. Penentuan suhu aquades dan padatan H2SO4
Pada percobaan ketiga yaitu campuran antara aquades dengan
padatan H2SO4 dapat menghasilkan perubahan suhu dari suhu awal
300C naik menjadi 330C. Sehingga reaksi ini dikatakan mengalami
reaksi eksoterm karena lingkungan mengalami kenaikan suhu.
Dengan persamaan reaksi, yaitu:
H2SO4 (s) + H2O(l) → H2SO4(aq)
4. Penentuan suhu aquades dengan padatan KNO3
Pada percobaan selanjutnya yaitu campuran antara aquades
dengan padatan KNO3 dapat menghasilkan perubahan suhu dari suhu
awal 300C turun menjadi 280C, hal ini bisa dikatakan bahwa
campurann aquades dengan padatan KNO3 mengalami penurunan suhu
yang merupakan ciri dari reaksi endoterm.
Pada percobaan ini didapatkan persamaan reaksi yaitu:
KNO3 (s) + H2O(l)→ KNO3(aq

H. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan, setiap reaksi yang terjadi disertai dengan
perubahan energi. Perubahan nergi yang dimaksud adalah proses
pelepasan dan penyerapan kalor. Dari percobaan yang sederhana ini, kita
dapat mengetahui dan mempelajari bagaimana suatu larutan akan
dicampurkan, bias melakukan pengubahan kalor. Setiap reaksi kimia

16
selalu dipengaruhi oleh energi dan dalam reaksi kimia akan terjadi
penyerapan energy dan pelepasan energi.

17
DAFTAR PUSTAKA
Dogra, S.K. 1990. Kimia Fisik dan Soal-Soal. Jakarta: UI Pres

Kleinfelter, Wood. 1999. Kimia Untuk Universitas Jilid 1 Edisi 6. Jakarta :


Erlangga.
Koriko, O.K., Omowaye, A.J., Animasaun, I.L., dan Babatunde, I.O. 2017.
Boundary Layer Analysis of Exothermic and Endothermic Kind of
Chemical Reaction in the Flow of Non-Darcian Unsteady Micropolar
Fluid Along on Infinite Vertical Surface. International Journal of
Engineering in Afrika ISSN 1663-4144, Vol. 28.
Maleque, K.A. 2013. Effects of Exothermic/Endothermic Chemical Reaction
with Arhenius Activaton Energy on MHD Free Convection and Mass
Transfer Flow in Presenc of Thermal Radiation. Jurnal of
thermodynamics vol 2013.
Mulyanti, Sri. 2015. Kimia Dasar Jilid 1. Bandung: Alfabeta.

Pandiangan, T. 2010. Analisis Proses Pembentukan Hlx untuk Mendukung


Pemisahan Produk Reaksi Bunsen dalam Meningkatkan Produksi
Hidrogen. Sigma Episilon Jurnal ISSN 0853-9103. Vol. 14 No. 1.

Sugiawati, Vinsenia Ade. 2013. Penggunaan Strategi Konflik Kognitif Dalam


Pembelajaran TPS Untuk Mereduksi Miskonsepsi Siswa Pada Materi
Termokimia. Jurnal Nalar Pendidikan Vol.1. No. 1.
Sunarya, Yayan. 2010. Kimia Dasar 1. Bandung: Yrama Widya
Sukardjo. 2002. Kimia Fisika. Jakarta: PT. Rinka Citra
Syukri. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung: ITB

18

Anda mungkin juga menyukai