Anda di halaman 1dari 8

PERCOBAAN III

KESETIMBANGAN
I. Tujuan Percobaan
1. Mempelajari reaksi-reaksi kesetimbangan dengan mengamati perubahan fisik yang t
terjadi atau dengan mengukur parameter fisik lainnya menggunakan instrumen bantu
2. Mempelajari penentuan tetapan kesetimbangan reaksi berdasarkan data percobaan.

II. DASAR TEORI


Pada percobaan “Reaksi-Reaki Kimia” anda mengamati peristiwa yang terjadi bila
suatu zat atau beberapa zat direaksikan dengan zat lain. Data pengamatan menunjukkan
bahwa ada hasil pencampuran zat, menghasilkan reaksi kimia, dan ada yang tidak bereaksi.
Secara termodinamika reaksi kimia dapat dibagi atas tiga macam yakni:
 Reaksi spontan
 Reaksi tak spontan
 Reaksi kesemtimbangan
Ketiga macam reaksi tersebut dikaitkan dengan perubahan energi bebas (ΔG) yang
menyertai reaksi. ΔG negatif menunjukkan reaksi spontan, ΔG positif berlaku bagi reaksi
tak spontan, dan jika terjadi perubhan energi bebas (ΔG=0), maka reaksi dalam
kesetimbangan.
Pada umumnya reaksi kimia adalah reaksi kesetimbangan. Reaksi kesetimbangan dapat
dikenal dari sifat makroskopik yang konstan dalam suatu sistem tertutup (atau dapat
dianggap sebagai sistem tertutup) pada temperatur tertentu.
Salah satu contoh keadaan kesetimbangan adalah
peristiwa pelarutan kristal Iod dalam air. Kristal I2
mula-mula larut membentuk larutan berwarna
kuning. Semakin lama larutan berwarna lebih gelap
kecoklatan dan akhirnya coklat tua, sementara dalam
larutan masih terdapat kristal yang jumlahnya juga
tetap. Warna larutan yang coklat tua tersebut tidak
berubah lagi, artinya kesetimbangan tercapai.
Dari contoh di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
Gambar Kesetimbangan iod kesetimbangan dalam sistem tertutup pada
dalam air temperatur terntentu mempunyai sifat makroskopik
yang konstan. Tetapi bagaimana menerangkan suatu
kesetimbangan itu? Untuk menerangkan
kesetimbangan perlu diamati gejala molekul apa saja yang terjadi dalam molekul-molekul
pada kesetimbangan.
Ke dalam larutan jenuh I2 ditambahakan kristal I2 yang radioaktif. Beberapa saat kemudian
diamati. Ternyata bukan saja kristal tetapi larutan juga radioaktif. Fakta ini menunjukkan
bahwa ada I2 kristal yang larut dan ada I2 dalam larutan yang mengendap dengan kerapatan
dan kecepatan yang sama, mengingat bahwa warna larutan tidak berubah. Jadi
kesetimbangan kimia adalah suatu keadaan dinamik artinya, proses molekul tetap
berlangsung tetapi diimbangi dengan tidak terjadinya perubahan sifat makroskopik.

1
Mari kita perhatikan nyala dari pembakar Bunsen. Nyala pembakar mempunyai konstan
kemudian, jika kita ukur temperatur pada bagian tertentu dari nyala tersebut diperoleh
harga yang tetap sifat makroskopiknya. Namun, nyala pembakar tersebut bukan suatu
kesetimbangan karena selalu terjadi perubahan kimia, selama proses pembakaran ada zat
baru yang masuk ke pembakar dan ada zat yang keluar sebagai hasil reaksi.
Nyala pembakar yang diamati sehari-hari berlangsung dengan sistem terbuka yang disebut
steady state. Persoalaan yang kemudian timbul adalah bagaimana menentukan kuantitas
sifat makroskopik dalam kesetimbangan. Pada contoh pertama di atas kuantitas sifat
mikroskopik yang diukur adalah tekanan. Bagaimana kalau sifat yang diamati adalah
warna larutan seperti dalam keadaan berikut ini
Larutan besi (III) nitrat direaksikan dengan larutan ion tiosianat menghasilkan senyawa
yang berwarna merah. Warna ini disebabkan terbentuknya sistem ion koordinasi.
Fe3+(aq) + SCN-(aq)  FeSCN2+(aq)
Catatan: berdasarkan konsentrasi pereaksi-pereaksi, reaksi ion besi (III) dengan ion
tiosianat dapat menghasilkan sederet senyawa koordinasi salah satu di antaranya adalah
FeSCN2+ yang berwarna.
Bagaimana menentukan konsentrasi larutan FeSCN2+ yang berwarna merah ini?
Konsentrasi larutan berwarna dapat diperkirakan secara visual dengan cara
membandingkan cuplikan dengan sederet larutan yang diketahui konsentrasinya (larutan
standar). Tinggi larutan semuanya sama dengan b.

Gambar 5.2 Membandingkan cuplikan dengan larutan standar

Jika secara visual warna cuplikan ternyata (kira-kira) sama dengan larutan 3, maka
konsentrasi cuplikan sama dengan konsentrasi larutan 3. Cara menentukan konsentrasi
yang sedikit lebih baik adalah dengan kolorimeter, atau lebih baik jika digunakan filter
fotometer, atau yang lebih tepat lagi menggunakan spektofotometer. Dengan spekfotometer
intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diadsoprsi oleh larutan dapat diukur. Intensitass
cahaya yang ditransmisikan atau diadsorpsi oleh larutan dapat ditentukan dengan
menggunakan Hukum Lambert-Beer.

Gambar 5.3 Intensitas sinar melalui larutan

Io = intensitas sinar yang masuk


It = intensitas sianar yang diteruskan (setelah melewati larutan)
b = tebal/ tinggi larutan yang dilewati sinar
2
Hubungan yang diturunkan Lambert-Beer: A=a b c. Dengan A = absorpsi, a = tetapan
absorptivitas, b = tebal larutan yang dilewati sinar, c = konsentrasi larutan.

Jika diperinci lebih lanjut, ternyata A memenuhi hubungan A = log (Io/It). Besaran lain
yang lazim pula digunakan yakni transmitan (T). yang dimaksud dengan T adalah
perbandingan It/Io.
𝐼0 𝐼𝑡
𝐴 = log = − log = − log 𝑇 = 𝑎 𝑏 𝑐
𝐼𝑡 𝐼0
Hukum Lambert-Beer ini berlaku jika larutan tidak terlalu pekat atau encer dan sinar yang
digunakan adalah sinar monokromatik. Namun, dalam batas-batas kesalahan tertentu
persamaan Lambert-Beer dapat digunakan pada alat-alat visual. Jika dua macam air teh
yang terdapat dalam tabung mempunyai intensitas warna yang sama maka berlaku :
ab1c1 = ab2c2

Harga tetapan absorpsivitas untuk larutan-larutan yang identik adalah sama.

Gambar 5.4 Dua larutan identik yang intensitas warnanya sama

Apabila konsentrassi larutan I (c1) diketahui, dengan mengukur tinggi/tebal larutan I dan II
(b1 dan b2) maka C2 dapat dihitung :
𝑐1 𝑏1
𝑐2 =
𝑏2
Pengukuran intensitas sinar yang dilakukan dalama laboratorium biasanya menggunakan :
1. Komparator visual
2. Filter photometer
3. Spektrofotometer

I.1 Komparator Visual

Metode ini sering digunakan sebagai metode kolorimetri visual. Salah satu cara di
antaranya adalah metode deret standar dengan menggunakan tabung Nessler yang berisi
larutan berwarna yang diketahui konsentrasinya. Warna larutan yang akan ditentukan
konsentrasinya dibandingkan dengan warna larutan standar tersebut. Selain dengan tabung
Nessler, dapat digunakan silider Herner. Untuk tujuan yang sama juga dapat
menggunakan kolorimeteri Duboscq; pada alat ini terdapat dua cawan yang dapat
dinaikkan atau diturunkan. Baik menggunakan tabung nessler, silinder Herber maupun
kolorimetri Dubosq, prinsipnya sama yakni untuk kedua larutan berlaku:
A1 = a b1 c1
A2 = a b2 c2
A1 = A2

3
A b1 c1 = a b2 c2
𝑐1 𝑏1
𝑐2 =
𝑏2
I.2 Filter Fotometer
Filter fotometer adalah alat yang menggunakan filter untuk memperoleh sinar dengan
panjang gelombang tertentu. Biasanya, pengukuran absorbansi dilakukan secara
fotoelektrik. Filter yang digunakan harus melewatkan sinar dengan panjang gelombang
yang oleh zat warna memberikan absorbansi yang maksimum. Jadi warna filter merupakan
warna komplementer dari warna larutan yang akan ditentukan.

I.3 Spektofotometer
Spektrofotometer (lihat gambar 5.5) adalah suatau alat untuk mengukur transmisi (atau,
absorbansi) cahaya yang dilewatkan pada suatu zat pada panjang gelombang tertentu.
Komponen terpenting dari alat ini terlihat pada gambar 5.6. satu berkas sinar cahaya dari
lampu (a) dilewatkan pada lensa dan celas. Berkas ini kemudian dikenakan pada lensa lin
dan diarahkan pada cermin yang dilengkapi dengan kisi grating atau prisma untuk
menguraikan cahaya menjadi spektrum dari berbagai panjang gelombang. Cermin tersebut
dapat digeser dengan mengatur tombol C. Celah kedua hanya melewatkan daerah panjang
gelombang yang sempit, sehingga diperoleh cahaya monokromatik. Cahaya yang
monokromatik tertentu kemudian menembus cuplikan pada (d) dan mengenai foto sel (e).
Foto sel menimbulkan arus listrik yang sebanding dengan intensitas cahaya, dan arus
dibaca pada meter (g).
Pengatur cahaya (f) memungkinakan mengaturan intensitas cahaya yang mengenai
cuplikan. Skala panjang gelombang dihubungkan dengan sermin kisi atau cermin prisma
pengurai yang dapat digeser, dikalibrasi, untuk menunjukkan panjang gelombang cahaya
yang melalui cuplikan phototube. Pada kebanyakan alat, meter (g) ditandai untuk yang
membacaa proses transmisi (T) dan sekaligus absorbansi (A)
𝐼𝑡 𝐼𝑡 %𝑇
% 𝑇 = log × 100 𝑑𝑎𝑛 𝐴 = − log = − log
𝐼0 𝐼0 100

I0 = intensitas cahaya sebelum melalui cuplikan


It = intensitas cahaya setelah melalui cuplikan

Gambar 5.5 Spectronic 20

4
III. ALAT DAN BAHAN

a. Alat

Gelas kimia, gelas ukur, tabung reaksi, pipet tetes, penggaris, spektroskopi UV-Vis,
alat sentrifuga

b. Bahan
KSCN 0,002 M, Fe(NO3)3 0,2 M, KSCN pekat, Fe(NO3)3 0,2 M, Na2HPO4, CoCl2
0,02 M; 0,04 M; 0,06 M; dan 0,08 M dari larutan CoCl2 0,1 M, Pb2+, K2CrO4,
H2SO4 2 M, alkohol, H2SO4 pekat ,HCl pekat, Ni2+, NH4OH 2M, dimetilglioksim,
Fe2+ , K3Fe(CN)6, K4Fe(CN)6, Mg2+, NH4Cl, NaOH 2M, pereaksi titan kuning,
AgNO3, HCl 0,1M,NH3 6M

IV. PROSEDUR KERJA

IV.1 Kesetimbangan Besi (III)- tiosianat


IV.1.1 Reaksi Kesetimbangan Besi (III)- tiosianat
1. Masukkan 10 ml KSCN 0,002 M ke dalam suatu bejana gelas. Tambahkan dua atau
tiga tetes larutan Fe(NO3)3 0,2 M . Bagi larutan ini ke dalam 4 tabung reaksi.
2. Gunakan tabung reaksi pertama sebagai pembanding
3. Ke dalam tabung reaksi kedua tambahakan 1 tetes KSCN pekat
4. Ke dalam tabung reaksi ketiga tambahakan 3 tetes Fe(NO3)3 0,2 M
5. Ke dalam tabung reaksi keempat tambahakan sebutir Na2HPO4
6. Catat semua peristiwa yang terjadi
7. Apakah yang terjadi dalam tabung reaksi kedua, ketiga, dan keempat?

IV.1.2 Kesetimbangan tiosianat-besi (III) yang semakin encer


1. Sediakan 5 tabung reaksi yang bersih dan beri nomor 1, 2, 3, 4, dan 5 ke dalam kelima
tabung reaksi ini masukkan masing-masing 5,0 ml KSCN 0,002 M. Ke dalam tabung
reaksi pertama tambahakan 5 mL larutan Fe(NO3)3 0,2 M.
Tabung reaksi pertama ini dipergunakan sebagai standar.
2. Ukur 10,0 mL Fe(NO3)3 0,2 M dan tambahkan air sehingga volumenya menjadi 25 mL.
Ambil 5 mL dari larutan ini dan masukkan ke dalam tabung reaksi kedua. (Sebelum
praktikum ini Saudara sudah harus menghitung konsentrasi larutan ini).
3. Sisa 20ml dari larutan diatas (tahapan nomor 2) disimpan untuk pengerjaan pada
pengerjaan untuk tabung reaksi ketiga.
4. Ambil 10ml larutan dari 20ml larutan yang tersisa dan sisanya dibuang
5. 10 mL larutan Fe(NO3)3 itu ditambah air sehingga volume tepat menjadi 25 mL
(sebelum praktikum saudara harus menghitung konsentrasi larutan ini). Ukur 5 mL
larutan ini dan masukkan ke dalam tabung reaksi 3.
6. Lakukan pengerjaan yang sama sampai dengan tabung ke 5.

Catatan: Sebelum praktikum Anda harus sudah menghitung konsetrasi Fe3+ dan
SCN- sebelum terjadi kesetimbangan dalam masing-masing tabung reaksi dari
tabung 1 sampai dengan nomor 5.

5
Bandingkan warna larutan pada tabung ke-2 dengan tabung standar ke-1 untuk menghitung
konsentrasi FeSCN2+. Jika intensitas warna larutan tidak sama, keluarkan larutan dari
tabung standar setetes demi setetes dengan pipet tetes, sampai kedua tabung tersebut
menunjukkan intensitas warna yang sama dan ukur tinggi larutan dalam masing-masing
tabung (satuan mm).
Note: Larutan standart yang dikeluarkan tadi dimasukkan ke dalam tempat yang bersih
agar selalu dapat dipergunakan kembali). Selanjutnya dengan cara ini, samakan intensitas
warna larutan pada tabung 3 dan 1, tabung 4 dan 1, dan akhirnya tabung 5 dan 1 (jangan
lupa untuk mengukur tinggi larutan masing-masing tabung)

IV. 1. 3 Perhitungan
Dalam perhitungan dianggap bahwa:
a) Larutan Fe(NO3)3 dan KSCN dalam keadaan ion
b) Pada tabung pertama dianggap bahwa semua ion tiosianat bereaksi menjadi FeSCN2+

Kerjakan perhitungan tersebut di bawah ini untuk tabung 2 sampai dengan tabung 5
1. a) hitung perbandingan tinggi, larutan dari kedua tabung yang dibandingkan.

𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑡𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟


Perbandingan tinggi =
𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑡𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔 𝑘𝑒 − 𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖
b) Dari perbandingan ini, hitung konsentrasi FeSCN2+ setelah terjasi kesetimbangan :
[FeSCN2+] = perbandingan tinggi x konsentrasi standar

2. Dari pengenceran sebelumnya Anda sudah menghitung konsentrasi Fe3+ mula-mula


dalam masing-masing tabung.
3. Konsentrasi Fe3+ pada keadaan setimbang adalah selisih antara konsentrasi Fe3+ mula-
mula dengan konsentrasi FeSCN2+ pada keadaaan setimbang.
4. Konsentrasi SCN- pada keadaaan setimbang sama dengan konsentrasi SCN- mula-mula
dikurangi konsentrasi FeSCN2+ pada keadaan setimbang.
5. Selanjutnya, cari suatu hubungan konstan antara konsentrasi ion pada kesetimbangan
dalam masing-masing tabung, dengan cara mengalikan atau membagi konsentrasi
kesetimbangan ion-ion tersebut.
Misalnya:
Perhitungan untuk tabung 2 sampai 5:
a) Ka= [Fe3+][FeSCN2+][SCN-]
[𝐹𝑒 3+ ][𝐹𝑒𝑆𝐶𝑁 2+ ]
b) Kb= [𝑆𝐶𝑁− ]

[𝐹𝑒𝑆𝐶𝑁 2+ ]
c) Kc= [𝐹𝑒 3+][𝑆𝐶𝑁−]

IV.1.4 Pertanyaan
1. Kombinasi mana a, b, atau C yang menunjukkan harga konstan atau hampir konstan.
Bentuk tersebut biasanya dikenal sebagai?
2. Berikan penjelasan yang lain apa sebabnya ada hubungan tersebut di atas.

6
IV.2 Penentuan konsentrasi Larutan CoCl2 dengan menggunakan Spektrofotometer
IV.2.1 Kurva kalibrasi
 Buatlah larutan CoCl2 0,02 M; 0,04 M; 0,06 M; dan 0,08 M dari larutan CoCl2 0,1 M
(lakukan prosedur pengenceran)
 Untuk memperoleh panjang gelombang yang dipakai untuk mengukur absorbansi
larutan CoCl2 dapat dilakukan melalui percobaan pengukuran absorbansi maksimum
dari salah satu konsentrasi larutan CoCl2 (Panjang gelombang yang digunakan adalah
panjang gelombang saat absorbansi maksimum tercapai).
Absorbansi maksimum terdapat pada panjang gelombang 510 nm. Sehingga panjang
gelombang yang digunakan adalah 510nm
 Catat absorbansi masing- masing konsentrasi larutan dibawah ini:

Contoh catatan

Konsentrasi Larutan Absorbansi (A) K (dihitung)


0,10 M
0,08 M
0,06 M
0,04 M
0,02 M
Sampel= x M
a) Dari persamaaan A= k c, hitunglah k untuk masing-masing larutan
b) Buat kurva kalibrasi dengan menggunakan absorbansi (A) sebagai ordinat dan
konsentrasi (c) sebagai absis.

IV.2.2 Penentuan Konsentrasi

 Tentukan konsentrasi suatu larutan cuplikan Co(II), dengan mengukur absorbansi dan
menggunakan kurva kalibrasi pada II.2.1
 Dengan menggunakan harga k rata-rata di atas, hitung konsentrasi larutan cuplikan Co
(II) tersebut dengan persmaan A = k c dan bandingkan hasilnya dengan hasil yang
diperoleh dengan kurva kalibrasi

IV.3 Ion dalam kesetimbangan

1. Ke dalam 0,5 mL larutan timbal (II) tambahkan beberapa tetes larutan K2CrO4,
sentrifuga endapan. Catat apa yang terjadi
2. Ke dalam 0,5 mL larutan timbal (II) tambahakan beberapa tetes H2SO4 2 M dan 10
tetes alkohol. Sentrifuga endapan. Bagi larutan kedalam 3 buah tabung reaksi. Pada
tabung 1 periksa apakah endapan melarut dalam ammonium asetat. Pada tabung 2
periksa juga apakah endapan melarut dalam H2SO4 pekat. Pada tabung 3 periksa
endapan apakah melarut dalam HCl pekat. Jika diperlukan panaskan larutan tersebut.
Amati juga setelah dingin.
3. Ke dalam 0,5 mL larutan Ni(II) tambahkan 3 tetes NH4OH 2 M, kemudian tambahkan
lagi beberapa tetes dimetilglioksim. Catat apa yang terjadi.
4. Ke dalam larutan Fe(III) tambahkan beberapa tetes K3Fe(CN)6. Catat apa yang terjadi.
Ke dalam larutan Fe(III) tambahkan beberapa tetes K4Fe(CN)6. Catat apa yang terjadi.

7
Bandingkan kedua larutan tersebut
5. Ke dalam 0,5 mL larutan Mg(II), tambahkan larutan NH4OH. Catat apa yang terjadi.
6. Ke dalam 0,5 mL larutan Mg(II), tambahkan 0,5 mL larutan NH4OH kemudian 0,5 mL
NH4Cl. Catat apa yang terjadi. Dan bandingkan hasil percobaan 5
7. Ke dalam 0,5 mL larutan Mg(II), tambahkan 2 tetes NaOH 2 M, kemudian 2 tetes
pereaksi titan kuning. Catat yang terjadi.
8. Kesetimbangan ion kompleks. Kepada 5 tetes larutan AgNO3 dalam tabung reaksi,
tambahakan 5 tetes larutan HCl 0,1 M. Apa yang Anda amati? Di dalam tabung reaksi
kedua, ulangi tahap reaksi penamabahan HCl terhadap AgNO3. Biarkan endapan pada
kedua tabung reaksi beberapa saat, kemudian lakukan dekantasi. Kepada endapan pada
tabung reaksi pertama, tambahkan tetes demi tetes HCl 12M. Apa yang Anda amati?
Kepada endapan pada tabung reaksi yang kedua, tambahkan tetes demi tetes larutan
NH3 6 M. Apa yang anda amati? Diketahui bahwa AgCl2 dan Ag(NH3)2- adalah
senyawa ion kompleks yang larut dalam air. Tuliskan reaksi pembentukan kompleks
ion-ion kompleks tersebut dari endapan AgCl(s). Bagaimana warna masing-masing
senyawa ion kompleks?

Jangan Lupa Membawa


 Persiapan dan buku catatan praktikum
 Penggaris
 Kertas grafik
 Jas lab lengan panjang

Anda mungkin juga menyukai