Anda di halaman 1dari 16

Laporan Praktikum “Daya Hantar Larutan Elektrolit”

L3 – Daya Hantar Larutan Elektrolit


Zahwa Kania Susanto/20612004
Asisten : Trisna Wardhani
Tanggal praktikum :7 Oktober 2020
Ilmu Kimia – Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Islam Indonesia

Abstrak :
Disini membahas tentang cara menghitung daya hantar larutan elektrolit, alat dan bahan di gunakan untuk
menghitung daya hantar. Di sini menggunakan daya hantar metode Jembatan Wheatstone. Berdasarkan hasil
perhitungan, didapatkan kurva grafik larutan Y dan a, dimana kurva grafik berarah positif atau keatas, yang
menandakan konsentrasi larutan berbanding lurus dengan daya hantar larutan.
Kata kunci
-

I. Pendahuluan

Larutan adalah suatu campuran yang homogennya lebih dari dua zat dalam larutan, zat yang ada dalam jumlah
yang lebih kecil disebut zat terlarut atau solute, sedangkan zat yang ada dalam jumlah yang lebih banyak
disebut pelarut atau soluen. Solute-solut yang ada dalam larutan dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu
elektrolit dan non elektrolit. Elektrolit adalah suatu zat yang apabila dilarutkan dalam air menghasilkan suatu
larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Sedangkan non elektrolit adalah suatu zat yang bila dilarutkan
dalam air menghasilkan larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik (Alberty. 1992).
Listrik sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia sehari-hari. Arus listrik dihasilkan oleh aliran muatan
listrik disebabkan oleh gerakan-gerakan ion-ion (partikel-partikel positif dan partikel negative). Gejala-gejala
yang menunjukkan suatu larutan dapat menghantarkan listrik antara lain adanya nyala lampu dan muncul
gelembunggelembung gas.
Larutan yang dapat memberikan lampu terang , dan gelembung gasnya banyak, maka larutan ini merupakan
larutan yang tergolong elektrolit kuat. Larutan yang dapat memberikan nyala redup ataupun tak menyala,
tetapi masih terdapat gelembung gas pada elektrodanya, maka larutan ini termasuk kedalam larutan elektrolit
lemah. Cara pengujian suatu senyawa termasuk kedalam golongan elektrolit atau non-elektrolit dapat
dilakukan dengan menghubungkan baterai dan lampu bohlam atau juga dapat digunakan dengan amperemeter,
kemudian ujung kabel dihungkan pada dua buah elektroda. Yang satu berperan sebagai elektroda (+), dan
yang satu lagi sebagai katoda (-).
Setelah semua terhubung, maka pengujian dapat dilakukan dengan mencelupkan kedua elektroda kedalam
larutan yang akan diuji dan perhatikan agar kedua elektroda tidak bersentuhan. Ketika elektroda dicelupkan,
jika lampu bohlam menyala dan atau terbentuk gelembung udara pada kedua elektroda maka senyawa atau zat
tersebut termasuk kedalam golongan senyawa elektrolit. Begitu pula sebaliknya, ketika elektroda dicelupkan,
maka lampu bohlam tidak menyala ataupun tidak akan terbentuk gelembung udara pada kedua elektroda,
maka senyawa atau zat tersebut golongan senyawa non elektrolit.
Arus listrik dapat dianggap sebagai aliran electron yang membawa muatan negative melalui suatu penghantar.
Perpindahan muatan ini terjadi karena adanya perbedaan potensial antara kedua tempat tersebut. Arus listrik
akan mengalir dari tempat yang potensialnya tinggi ke tempat yang potensialnya rendah.
Bila tempat A yang memiliki potensial lebih tinggi dari B (Va>Vb) dihubungkan dengan suatu penghantar
yang mempunyai hambatan sebesar R, maka akan mengalir arus sebesar i. besarnya arus listrik yang terjadi
bergantung pada besarnya hambatan penghantar yang digunakan. Kemampuan suatu penghantar untuk
memindahkan muatan listrik disebut “Daya Hantar Listrik”. Besarnya daya hantar listrik berbanding terbalik
dengan hambatan R (Ahmad. 1996).
Menurut Wani, dkk (2011) bahwa, perubahan suatu senyawa menjadi ion-ion dalam suatu larutan disebut
proses ionisasi. Proses ionisasi merupakan salah satu cara menunjukkan pembentukan ion-ion, umumnya
ditulis tanpa melibatkan molekul air atau pelarut, namun terkadang molekul air atau pelarut, namun terkadang
molekul air dituliskan juga, seperti contoh:
HCl H+ + Cl-
HCl + H2O H3O + Cl-
CH3COOH H+ + CH3COO-
CH3COOH + H2O H3O+ + CH3COO-
Ketika diberi beda potensial, ion yang bermuatan negative bergerak menuju anoda (+) sedangkan yang
bermuatan positif bergerak menuju katoda (-) karena adanya perbedaan muatan. Aturan ion inilah yang
menyebabkan larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik.
Senyawa seperti glukosa, etanol, gula tebu dan larutan urea dalam bentuk padatan, lelehan maupun larutan
tidak dapat menghantarkan arus listrik karena tidak mengalami ionisasi atau tetap dalam bentuk molekul. Ion-
ion yang timbul dalam larutan elektrolit terdiri dari dua sumber yatiu senyawa ionic dan senyawa kovalen
polar. Perlu diketahui bahwa semua senyawa ionic yang dapat larut didalam pelarut polar seperti air dan
lelehan senyawa ionic merupakan suatu elektrolit. Tetapi lelehan senyawa ionik memiliki daya hantar listrik
yang lebih baik dibanding larutannya. Hal ini disebabkan susunan ion-ion dalam lelehan senyawa ionik lebih
rapat dibanding dalam bentuk larutan, sehingga ion-ion yang ada lebih mudah atau lebih cepat bergerak
menuju anoda dan katoda ketika diberi beda potensial (Sutresna, 2007).
Senyawa-senyawa kovalen polar maupun non polar dalam keadaan murni tidak dapat menghantarkan arus
listrik. Tetapi senyawa kovalen polar dapat menghantarkan arus listrik jika dilarutkan dalam pelarut yang
sesuai. Hal ini disebabkan senyawa kovalen polar dalam pelarut yang sesuai mampu membentuk ion-ion.
Arus listrik ialah arus muatan listrik, yaitu banyaknya muatan listrik yang melintas penampang per satuan
waktu, dan rapat arus listrik bagi arus listrik yang terdistribusi secara kontinyu seperti misalnya oleh gerakan
ion-ion yang berserakan di udara didefinisikan sebagai banyaknya muatan listrik yang melintas penampang
seluas satu satuan luas per satuan waktu. Pada hakikatnya, pembawa muatan listrik didalam kawat tahanan
ialah elektron-elektron bebas yaitu elektron-elektron yang lepas dari ikatan atom-atom penyusun bahan
konduktor itu, yang bersikap seperti molekul-molekul gas sehingga disebut gas elektron.
Sedangkan arus listrik didalam cairan, khususnya larutan elektrolit, adalah oleh ion-ion yang bergerak dari
elekrode satu ke elektrode yang lainnya, dan didalam larutan tidak terdapat elektron bebas. Sesudah tentu
daya hantar yang memberikan ukuran mudah sukarnya arus listrik mengalir, ditentukan sepenuhnya oleh
mudah
sukarnya pembawa-pembawa muatan listrik, yakni elektron-elektron yang bergerak didalam medium
(Soedojo, 1999)
Jika kita memakaikan perbedaan potensial yang sama diantara ujung-ujung tongkat tembaga dan tongkat kayu
yang mempunyai geometri yang serupa, maka dihasilkan arus-arus yang sangat berbeda. Karakteristik
penghantar yang menyebabkan hal ini adalah hambatan (R). Kita mendefinisikan hambatan dari sebuah
penghantar diantara dua titik dengan memakaikan sebuah perbedaan potensial (V) diantara titik tersebut, dan
dengan mengukur arus (I) (Halliday. 1984).
Menurut Tresnawati, dkk (2013) bahwa, daya hantar listrik larutan elektrolit bergantung pada konsentrasinya.
Rentang konsentrasi yang diteliti yaitu 0.1 M – 2 M, hal ini dipilih karena dari beberapa prosedur yang ada
ratarata konsentrasi larutan yang digunakan berada pada rentang konsentrasi tersebut. Berdasarkan hasil
penelitian, konsentrasi yang optimal yaitu 2M karena pada saat konsentrasi tersebut untuk NaCl maka lampu
akan menyala lebih terang, larutan NaOH lampu akan menyala lebih terang daripada lampu pada larutan NaCl
dan lampu pada larutan HCl menyala sangat terang. Hal ini disebabkan karena zat terlarut pada larutan HCl,
NaOH, dan NaCl terurai sempurna menjadi ion-ion sehingga didalam larutan tersebut banyak mengadung
ion-ion.
Untuk larutan gula dan etanol, tidak dapat menghantarkan arus listrik berarti larutan ini tergolong larutan non
elektrolit. Pada larutan non-elektrolit, molekul-molekul gula dan etanol tidak terurai menjadi ion-ion didalam
larutan, sehingga tidak ada ion bermuatan yang dapat menghantarkan listrik.

II. Metode Praktikum


Diagram Alir :

Menyiapkan alat
dan bahan yang dibutuhkan

Mengukur dan mencatat diameter elektroda, diameter dalam


tabung U, dan volume larutan

Membuat larutan jembatan Wheatstone

Mengisi tabung U dengan larutan CuSO4 100% sebanyak 100 mL (untuk


tabung Uberukuran kecil) dan 160 mL (untuk tabung berukuran besar)

Menghubungkan ke saklar listrik rangkaian dan menyalakan saklar

Mengatur hambatan geser sampai jarum galvanometer menujuk angka 0


Mencatat skala yang terukur pada
hambatan geser sebagai data R2

Melakukan pengulangan percobaan untuk konsentrasi 80 % sebanyak 3 kali

Alat dan bahan :

Gambar 1. Bejana Gelas U

Gambar 2. Rangkaian jembatan wheatstone

Gambar 3. Jangka Sorong


Gambar 4. Multimeter

5. Elektroda
6. Larutan CuS 100%

Gambar 7. Kabel jumper

III. Data Percobaan

Konsentrasi R2 (ohm) Rata-rata R3 (ohm) Rata-rata


(%) (ohm) (ohm)
1 2 3 1 2 3

100 760 760 750 756,7 240 240 250 243,3


80 710 710 700 706,7 290 290 300 293,3
60 670 680 680 676,7 330 320 320 323,3
40 550 520 540 536,7 450 480 460 463,3
20 410 400 420 410,0 590 600 580 590,0
0 110 100 110 106,7 890 900 890 893,3

Diameter tabung = 2,21 cm


Diameter elektroda = 1,75 cm
Volume cairan = 170 ml
R1 = 2000 ohm

IV. Analisis data


1. Mengkonversikan data diameter tabung dan diameter elektroda ke dalam satuan m a.
Diameter tabung
Diameter = 2,21 cm = 0,0221 m
b. Diameter elektroda
Diameter = 1,75 cm = 0,0175 m
2.
Mengkonversikan data volume cairan ke dalam satuan m3 Volume
cairan = 170 ml = 0,00017 m3

3. Menentukan luas tabung U


At= π rt2 = 3,14 x ( 1,105 x 10-2 m)2
= 3,3834 x 10-4 m2

4. Menentukan panjang tabung

Ɩ = 0,443 m
5.
Menentukan luas elektroda
Ae = π re2 = 3,14 x ( 8,75 x 10-3 m)2
= 240, 40 x 10-6 m2
6. Menentukan nilai rerata R2

Konsentrasi = 100%
a.
R2̅ 𝛿𝑅2 (R2- R2̅) |𝛿𝑅2 (R2- R2̅)|2
760 3,3 Ω 10,89 Ω2
760 3,3 Ω 10,89 Ω2
750 6,7 Ω 44,89 Ω2
ΣR₂ = 2270 Ʃ =|𝛿𝑅2 (R2- R2̅)|2
= 66,67 Ω2

= 5,77 Ω

Jadi, 𝐑̅𝟐 ± ∆𝐑̅𝟐 = (757 ± 6) ohm


b.
Konsentrasi 80 %

R2̅ 𝛿𝑅2 (R2- R2̅)


710 3,3
710 3,3
700 6,7
ΣR₂ = 2270 Ʃ =|𝛿𝑅2 (R2- R2̅)|2
= 66,67 Ω2

= 5,77 Ω

Jadi, 𝐑̅𝟐 ± ∆𝐑̅𝟐 = (707 ± 6) ohm

c. Konsentrasi 60%

R2̅ 𝛿𝑅2 (R2- R2̅)


670 6,7
680 3,3
680 3,3
ΣR₂ = 2030 Ʃ =|𝛿𝑅2 (R2- R2̅)|2
= 66,67 Ω2

= 5,77 Ω
Jadi, 𝐑̅𝟐 ± ∆𝐑̅𝟐 = (677 ± 6) ohm

d.
Konsentrasi 40%

R2̅ 𝛿𝑅2 (R2- R2̅)


550 13,3
520 16,7
540 3,3
ΣR₂ = 1610 Ʃ =|𝛿𝑅2 (R2- R2̅)|2
= 466,67 Ω2

Jadi, 𝐑̅𝟐 ± ∆𝐑̅𝟐 = (537 ± 16) ohm


e.
Konsentrasi 20%

R2̅ 𝛿𝑅2 (R2- R2̅)


410 0
400 10
420 10
ΣR₂ = 1230 Ʃ =|𝛿𝑅2 (R2- R2̅)|2
= 200 Ω2

Jadi, 𝐑̅𝟐 ± ∆𝐑̅𝟐 = (200 ± 6) ohm

f. Konsentrasi 0%

R2̅ 𝛿𝑅2 (R2- R2̅)


110 3,3
100 6,7
110 3,3
ΣR₂ = 320 Ʃ =|𝛿𝑅2 (R2- R2̅)|2
= 66,67 Ω2

Jadi, 𝐑̅𝟐 ± ∆𝐑̅𝟐 = (107 ± 6) ohm


Menentukan nilai rerata 𝑅3 ̅

a. Konsentrasi 100 %

R3 𝛿𝑅2 (R3- R3̅)


240 3,3 Ω
240 3,3 Ω
7. 250 6,7 Ω
Σ= 730 Ʃ =|𝛿𝑅3 (R3- R3̅)|2
= 66,67 Ω2

R3̅ ohm

= 5,77 Ω

Jadi, 𝐑̅𝟑 ± ∆𝐑̅𝟑 = (243 ± 6) ohm

b. Konsentrasi 80%

R3 𝛿𝑅2 (R3- R3)̅


290 3,3 Ω
290 3,3 Ω
300 6,7 Ω
Σ= 880 Ʃ =|𝛿𝑅3 (R3- R3̅)|2
= 66,67 Ω2

R3̅ ohm

= 5,77 Ω

Jadi, 𝐑̅𝟑 ± ∆𝐑̅𝟑 = (293 ± 6) ohm


Konsentrasi 60%
c. R3 𝛿𝑅2 (R3- R3)̅ |𝛿𝑅3 (R3- R3̅)|2
330 6,7 Ω 44,89 Ω2
320 3,3 Ω 10,89 Ω2
320 3,3 Ω 10,89 Ω2
Σ= 970 Ʃ =|𝛿𝑅3 (R3- R3̅)|2
= 66,67 Ω2

R3̅

ohm

= 5,77 Ω

Jadi, 𝐑̅𝟑 ± ∆𝐑̅𝟑 = (323 ± 6) ohm


Konsentrasi 40%

R3 𝛿𝑅2 (R3- R3)̅ |𝛿𝑅3 (R3- R3̅)|2


d. 450 13,3 Ω
480 16,7 Ω
460 3,3 Ω
Σ= 1390 Ʃ =|𝛿𝑅3 (R3- R3̅)|2
= 466,67 Ω2

R3̅

ohm

Jadi, 𝐑̅𝟑 ± ∆𝐑̅𝟑 = (466 ± 15) ohm


Konsentrasi 20%
e.
R3 𝛿𝑅2 (R3- R3)̅
590 0Ω
600 10 Ω
580 10 Ω
Σ= 1770 Ʃ =|𝛿𝑅3 (R3- R3̅)|2
= 200 Ω2

R3̅

ohm

= 100 Ω
Jadi, 𝐑̅𝟑 ± ∆𝐑̅𝟑 = (590 ± 100) ohm
V. Pembahasan
RALAT ATAU KESALAHAN

Fisika mempelajari gejala alam secara kuantitatif, oleh karenanya pengukuran besaran fisis merupakan hal
yang sangat penting. Mengukur adalah membandingkan suatu besaran fisis dengan besaran fisis sejenis
sebagai standar yang telah diperjanjikan terlebih dahulu. Tujuan mengukur adalah untuk mengetahui nilai ukur
besaran fisis dengan hasil yang akurat. Suatu benda yang diukur berulang, maka setiap pengukuran boleh jadi
memberikan angka ukur yang berbeda, demikian juga jika besaran fisis yang sama diukur oleh orang lain. Jadi
usaha untuk memperoleh hasil ukur yang tepat betul tidak pernah tercapai, dan yang bisa dicapai hanyalah
memperoleh hasil terboleh jadi betul, dan nilai kisaran hasil ukur. Jika besaran fisis yang diukur (x) maka hasil
ukur terboleh jadi betul adalah nilai rerata pengukuran, dan kisaran hasil ukur dinamakan ralat pengukuran
dinyatakan. Nilai kisaran hasil ukurnya, mempunyai arti nilai itu berada dalam rentang antara x minimum
yakni sampai dengan x maksimum. Suatu alat ukur dikatakan presisi apabila memberikan nilai yang kecil.
Setiap alat ukur mempunyai tingkat kepresisian sendiri-sendiri, misalnya alat ukur panjang: mikrometer sekrup
0,0001 cm, jangka sorong 0,01 cm dan mistar 0,1 cm. Hasil ukur dikatakan baik apabila diperoleh ralat relatif
yang bernilai kecil.

KLASIFIKASI RALAT ATAU KESALAHAN


Berdasarkan faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya ralat, maka ralat atau kesalahan dibagi menjadi 3
macam, yaitu :
a. Ralat sistematik (systematic error)
Ralat kelompok ini memberikan efek yang tetap nilainya terhadap hasil ukur, dan dapat dihilangkan apabila
diketahui sumber-sumbernya, antara lain faktor-faktor berikut.
1) Alat
Misalnya, kesalahan kalibrasi, meter arus tidak menunjukkan nol sebelum digunakan (zero error), ketidak
elastisan benda / fatigue. 2) Pengamat
Misalnya karena ketidakcermatan pengamat dalam membaca skala. Hal ini bisa disebabkan selama
pembacaan, mata pengamat terlalu ke bawah atau ke atas terhadap objek yang diamati sehingga nilai yang
terbaca tergeser dari nilai sebenarnya (paralaks).
3) Kondisi fisis pengamatan
Misalnya kondisi fisis saat pengamatan tidak sama dengan kondisi fisis saat peneraan alat, sehingga
mempengaruhi penunjukkan alat.
4) Metode pengamatan
Ketidaktepatan dalam pemilihan metode akan mempengaruhi hasil pengamatan, misalnya sering terjadi
kebocoran besaran fisis seperti panas, cahaya. b. Ralat rambang (random error)
Setiap pengukuran yang dilakukan berulang atau pengamatan berulang untuk besaran fisis yang tetap, ternyata
nilai setiap pengukuran itu berbeda. Ralat yang terjadi pada pengukuran berulang ini disebut ralat rambang,
atau ralat kebetulan atau ralat random.

Faktor-faktor penyebab ralat rambang antara lain sebagai berikut.


1) Ketepatan penaksiran
Misalnya penaksiran terhadap penunjukkan skala oleh pengamat yang berbeda dari waktu ke waktu.
2) Kondisi fisis yang berubah (berfluktuasi)
Misalnya karena suhu atau tegangan listrik yang digunakan tidak stabil (berfluktuasi).
3) Gangguan
Misalnya adanya medan magnet yang kuat disekitar alat-alat ukur listrik sehingga dapat mempengaruhi
penunjukkan meter-meter listrik. 4) Definisi
Misalnya karena penampang pipa tidak berbentuk lingkaran sempurna maka penentuan diameternya pun akan
menimbulkan ralat.

VI. Kesimpulan
Tingginya konsentrasi larutan mempengaruhi besar daya hantar dan daya hantar jenis larutannya yaitu
semakin tinggi konsentrasi larutan, maka semakin besar juga nilai daya hantar dan daya hantar jenis
larutannya.

Daftar Pustaka

 Ahmad, Hiskia. 1996. Kimia Larutan. Bandung. PT. Citra Adya Bakti


Alberty, Robert. 1992. Kimia Fisika Edisi 5 jilid 1. Jakarta: Erlangga


Halliday. 1986. Fisika. Jakarta: Erlangga


Soedojo, Peter. 1999. Fisika Dasar. Yogyakarta: Penerbit Andi


Sutresna, Nana. 2007. Cerdas Belajar Kimia. Bandung: Grafindo

 Tresnawati, Reni dan Gebi Dwiyanti. 2013. Pengembangan prosedur praktikum kimia pada topic
larutan Elektrolit dan Non Elektrolit. Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia. Volume 1: No:1
ISSN: 2301-721X Hal: 5. Diakses pada hari Selasa, 13 Oktober 2020.

 Wani, Sukma dan Putri Nurdiana dan Hakim Mulyasa. 2011. Larutan elektrolit dan bukan elektrolit.
Jurnal Elektrokimia. Volume 3 Hal: 1-2. Diakses pada hari Selasa, 13 Oktober 2020

Anda mungkin juga menyukai