Anda di halaman 1dari 15

NAMA : ANGELIA DERAJANNAH

NIM : 061530400321

KELAS : 3 KB
Hukum-Hukum Gas Ideal

Hukum Boyle

Hukum Boyle dikemukakan oleh fisikawan Inggris yang bernama Robert Boyle. Hasil
percobaan Boyle menyatakan bahwa apabila suhu gas yang berada dalam bejana tertutup
dipertahankan konstan, maka tekanan gas berbanding terbalik dengan volumenya. Untuk gas
yang berada dalam dua keadaan keseimbangan yang berbeda pada suhu konstan, diperoleh
persamaan sebagai berikut.

p1V1 = p2V2

Keterangan:

p1 : tekanan gas pada keadaan 1 (N/m2)


p2 : tekanan gas pada keadaan 2 (N/m2)
V1 : volume gas pada keadaan 1 (m3)
V2 : volume gas pada keadaan 2 (m3)

Grafik hubungan volume dan tekanan gas pada suhu konstan (isotermal).

Jika dibuat grafik, maka akan menghasilkan sebuah kurva yang disebut kurva
isotermal. Perhatikan gambar diatas. Kurva isotermal merupakan kurva yang bersuhu sama.

Hukum Charles
Hukum Charles dikemukakan oleh fisikawan Prancis bernama Jacques Charles.
Charles menyatakan bahwa jika tekanan gas yang berada dalam bejana tertutup
dipertahankan konstan, maka volume gas sebanding dengan suhu mutlaknya. Untuk gas yang
berada dalam dua keadaan seimbang yang berbeda pada tekanan konstan, diperoleh
persamaan sebagai berikut.

Keterangan:

V1 : volume gas pada keadaan 1 (m3)


V2 : volume gas pada keadaan 2 (m3)
T1 : suhu mutlak gas pada keadaan 1 (K)
T2 : suhu mutlak gas pada keadaan 2 (K)

Grafik hubungan volume dan suhu gas pada tekanan konstan (isobarik)

Apabila hubungan antara volume dan suhu pada hukum Charles kita lukiskan dalam grafik,
maka hasilnya tampak seperti pada gambar diatas. Kurva yang terjadi disebut kurva isobarik
yang artinya bertekanan sama.

Hukum Gay Lussac

Hukum Gay Lussac dikemukakan oleh kimiawan Perancis bernama Joseph Gay
Iussac. Gay Lussac menyatakan bahwa jika volume gas yang berada dalam bejana tertutup
dipertahankan konstan, maka tekanan gas sebanding dengan suhu mutlaknya. Untuk gas yang
berada dalam dua keadaan seimbang yang berbeda pada volume konstan, diperoleh
persamaan sebagai berikut.

Keterangan:
T1 : suhu mutlak gas pada keadaan 1 (K)
T2 : suhu mutlak gas pada keadaan 2 (K)
p1 : tekanan gas pada keadaan 1 (N/m2)
p2 : tekanan gas pada keadaan 2 (N/m2)

Grafik hubungan tekanan dan suhu gas pada volume konstan (isokhorik)

Apabila hubungan antara tekanan dan suhu gas pada hukum Gay Lussac dilukiskan
dalam grafik, maka hasilnya tampak seperti pada gambar diatas. Kurva yang terjadi disebut
kurva isokhorik yang artinya volume sama.

Hukum Boyle-Gay Lussac

Apabila hukum Boyle, hukum Charles, dan hukum Gay Lussac digabungkan, maka
diperoleh persamaan sebagai berikut.

Persamaan di atas disebut hukum Boyle-Gay Lussac. Kita telah mempelajari hukum-
hukum tentang gas, yaitu hukum Boyle, Charles, dan Gay Lussac. Namun, dalam setiap
penyelesaian soal biasanya menggunakan hukum Boyle-Gay Lussac. Hal ini disebabkan
hukum ini merupakan gabungan setiap kondisi yang berlaku pada hukum-hukum gas ideal.

Hukum Gas Ideal

Hukum gas ideal merupakan kombinasi dari Hukum Boyle, Hukum Charles dan Hukum
Avogadro. Ini merupakan sebuah pencapaian dari serangkaian percobaan dan pengamatan
panjang dari tiga kimiwan heba. Berikut ini rangkuman persamaan dari Hukum Gas Ideal
yang telah kita peroleh:
Hubungan yang menunjukkan bagaimana volume gas bergantung pada tekanan, temperatur
dan jumlah mol gas dapat ditunjukkan oleh persamaan matematis:

Di dalam termodinamika dikenal ada 5 proses yaitu :

1. Proses pada tekanan konstan (isobarik)


2. Proses pada volume konstan (isokhorik)
3. Proses pada temperatur konstan (isotermal)
4. Proses adiabatis reversibel (isentropi)
5. Proses polytropis.

Sebelum kita membahas tentang kondisi pada masing-masing proses terlebih dahulu kita
ingat kembali beberapa persamaan persamaan yang berlaku seperti :

Persamaan gas ideal :

Perubahan energi dalam :

Perubahan entalpi :

Indek isentropis atau rasio panas jenis tekanan konstan terhadap panas
jenis volume konstan :

1. Proses tekanan konstan (isobarik)


Pada proses tekanan konstan, tekanan awal proses sama dengan tekanan akhir proses atau p1=
p2 . Bila p = C maka dp = 0. Pada diagram p-V dapat digambar sebagai berikut.
Kerja akibat ekspansi atau kompresi gas pada tekanan konstan dapat dihitung sebagai berikut
:

Perubahan energi dalam pada proses isobarik dapat dihitung :

Perubahan kalor pada proses isobarik dapat dihitung :

Dari persamaan gas ideal didapat :


dan

Sehingga :

Entalpi pada proses isobar :

2. Proses volume konstan


(isokhorik)
Pada proses isokhorik, volume awal akan sama dengan volume akhir gas atau V1 = V2. Bila
V1 = V2 maka dV = 0.
Pada diagram p-V dapat digambar sebagai breikut :

Pada proses isokhorik atau volume konstan, tidak ada kerja yang diberikan atau dihasilkan
sistem, karena volume awal dan akhir proses sama sehingga perubahan volume (dV) adalah
0. Pada proses isokhorik semua kalor yang diberikan diubah menjadi energi dalam sistem.
Perubahan energi dalam pada proses
isokhorik :

Kalor pada proses isokhorik :

Dimana dV = 0 sehingga dQ = dU = m.cv.(T2 T1)


Entalpi pada proses isokhorik :

3. Proses temperatur konstan (isotermal)


Pada proses isotermal, temperatur awal proses akan sama dengan temperatur akhir proses
atau T1 = T2 . kondisi ini menyebabkan dT = 0 sehingga perubahan energi dalam sistem (dU)
= 0.
Kerja pada proses isotermal dapat dihitung :

Dari hukum gas ideal :

Karena T = konstan maka p.V = konstan (C). sehingga maka

m, R dan T konstan maka :

Didapat:

Perubahan energi dalam pada proses isotermal adalah 0 sehingga besar perubahan kalor akan
sama dengan kerja pada proses isotermal.
Perubahan entalpi pada proses isotermal :

4. Proses Isentropis (adiabatis reversibel)

Proses adiabatis reversibel adalah proses termodinamika dimana tidak ada kalor yang masuk
atau keluar dari sistem (adiabatis) dan proses ini mampu balik (reversibel) artinya tidak ada
hambatan atau gesekan. Pada kenyataannya proses ini tidak ada di alam, tetapi penyederhaan
yang demikian dapat mempermudah untuk menganalisa sistem. Pada p-V diagram dapat
digambarkan sebagai berikut.
Karena tidak ada kalor yang dapat masuk dan keluar dari sistem, maka tidak ada perubahan
kalor atau dQ = 0. Sehingga kerja yang diberikan atau dilakukan oleh sistem akan mengubah
energi dalam sistem. Proses ini berlangsung pada kondisi p.Vk = konstan. Dimana k adalah
rasio panas jenis pada tekanan konstan dengan panas jenis pada volume konstan atau sering
disebut juga sebagai index isentropis. Kerja pada proses adiabatis reversibel dapat dihitung
sebagai berikut :

Karena proses berlangsung pada kondisi p.Vk = C , maka:

sehingga :

Perubahan energi dalam sistem adiabatis reversibel :


Tidak ada kalor yang masuk atau keluar sistem sehingga :

Entalpi pada proses adiabatis reversibel :

Entalpi proses adiabatis reversibel adalah massa dikali panas jenis tekanan konstan dan
dikali dengan delta temperatur. Dari mana asalnya coba turunin sendiri. Petunjuk dQ = 0
untuk proses ini.

5. Proses polytropis

Proses polytropis adalah proses termodinamika dengan index isentropis k = n dimana n > 1
atau p.Vn = C. Proses ini sama dengan proses adiabatis reversibel hanya dibedakan jika pada
proses adiabatis, kalor tidak dapat keluar atau masuk ke sistem, tetapi pada proses ini kalor
dapat berubah (dapat keluar masuk sistem). p V diagram untuk proses politropis sama
dengan p-V diagram proses adiabatis.

Kerja pada proses politropis adalah sama dengan kerja pada proses adiabatis reversibel,
hanya k diganti dengan n dimana n > 1.

Karena proses berlangsung pada kondisi p.Vn = C , maka

sehingga :
Perubahan energi dalam sistem politropis :

Perubahan kalor dalam sistem politropis :

Bila n pada proses politropis sama dengan 1 maka proses akan berjalan mengikuti proses
isotermal, sedangkan bila besar harga n = k, maka proses akan berjalan berdasarkan proses
adiabatis reversibel dan bila n sama dengan 0, maka harga vn akan sama dengan 1 sehingga
proses akan mengikuti proses tekanan konstan.
PERSAMAAN GAS NON IDEAL

VAN DER WAALS

Fisikawan Belanda Johannes Diderik van der Waals (1837-1923) mengusulkan


persamaan keadaan gas nyata, yang dinyatakan sebagai persamaan keadaan van der Waals
atau persamaan van der Waals. Ia memodifikasi persamaan gas ideal (persamaaan 6.5)
dengan cara sebagai berikut: dengan menambahkan koreksi pada P untuk mengkompensasi
interaksi antarmolekul; mengurango dari suku V yang menjelaskan volume real molekul gas.
Sehingga didapat:
[P + (n2a/V2)] (V nb) = nRT (6.12)
Keterangan :
P = tekanan
V = volume
n = jumlah mol zat
Vm = V/n = volume molar, volume 1 mol gas atau cairan
T = temperatur (K)
R = tetapan gas ideal (8.314472 J/(molK))
[P + (n2a/V2)] (V nb) = nRT (6.12)

a dan b adalah nilai yang ditentukan secara eksperimen untuk setiap gas dan disebut
dengan tetapan van der Waals (Tabel 2.1). Semakin kecil nilai a dan b menunjukkan bahwa
perilaku gas semakin mendekati perilaku gas ideal. Besarnya nilai tetapan ini juga
berhbungan denagn kemudahan gas tersebut dicairkan.
Tabel Nilai tetapan gas yang umum kita jumpai sehari-hari.

gas a(atm dm6 mol-2) b(atm dm6 mol-2)


He 0,0341 0,0237
Ne 0,2107 0,0171
H2 0,244 0,0266
NH3 4,17 0,0371
N2 1,39 0,0391
C2 H 4,47 0,0571
CO2 3,59 0,0427
H2O 5,46 0,0305
CO 1,49 0,0399
Hg 8,09 0,0170
O2 1,36 0,0318

Gas nyata (real gas) bersifat menyimpang dari gas ideal, terutama pada tekanan tinggi dan
suhu rendah. Teori Kinetika gas menjelaskan Postulat 1: massa gas dapat diabaikan jika
dibandingkan dengan volume bejana. Pada tekanan tinggi, atau jika jumlah molekul banyak,
volume gas harus diperhitungkan volume ideal sebetulnya lebih kecil dari volume real.

Menurut Van Der Waals, koreksi volume tergantung dari n (junlah mol gas)
b = tetapan koreksi volume

Pada tekanan tinggi rapatan gas tinggi molekul2 sangat berdekatan gaya antar molekul
harus diperhitungkan karena ada gaya tarik menarik tekanan yang sebenarnya lebih
rendah dari tekanan ideal.

Pengurangan tekanan karena kerapatan gas adalah:

1. Berbanding lurus dengan jml tabrakan dgn dinding atau dengan konsentrasi gas

2. Berbanding lurus dengan gaya tabrakan berbanding lurus dengan konsentrasi gas
Sifat gas nyata:

Volume molekul gas nyata tidak dapat diabaikan

Terdapat gaya tarik menarik antara molekul-molekul gas terutama jika tekanan
diperbesar atau volum diperkecil

Adanya interaksi atau gaya tarik menarik antar molekul gas nyata yang sangat kuat,
menyebabkan gerakan molekulnya tidak lurus, dan tekanan ke dinding menjadi kecil,
lebih kecil daripada gas ideal.

Memenuhi persamaan

P + (an2/V2)] (V nb) = nRT


Dimana :
P = Tekanan absolut gas (atm)
V = Volume spesifik gas (liter)
R = Konstanta gas (0,082 L.atm/mol atau 8,314J/Kmol)
T = Suhu /temperatur absolut gas (K)
n = Jumlah mol gas
a,b = Konstanta Van der Waals

Kwong model Redlich

The -Kwong Persamaan Redlich lain-parameter persamaan dua yang digunakan untuk model
gas nyata.Hampir selalu lebih akurat daripada van der Waals persamaan , dan sering kali
lebih akurat daripada beberapa persamaan dengan lebih dari dua parameter. Persamaan ini
P T RT a
P 0 ,5
Pc 2Tc V b T V V b

R 2 Tc2 , 5
a 0 , 42748
Pc
R Tc
b 0 ,08662
Pc

Bentukkubik (dalamZ) daripersamaan RK:


Z 3 Z 2 A B B 2 Z AB 0

Dengan
Pr Pr
A a B b
Tr2.5 Tr

Peng-Robinson Model

Persamaan kedua parameter memiliki properti menarik yang berguna dalam pemodelan
beberapa cairan serta gas nyata

1. Parameter-parameter yang adaharusdapatdinyatakandalamsifatkritisdanfaktorasentrik.

2. Modelharusbisamemprediksiberbagaimacamproperty di sekitartitikkritis,
terutamauntukperhitunganfaktorkompresibilitasdan density cairan.

3. Mixing ruleharusmenggunakansatubinary interaction parameter yang


tidaktergantungpada T, P, dankomposisi.

4. Persamaanharusberlakuuntuksemuaperhitungansemua property dalam proses natural


gas.

RT a
P 2
V b V 2bV b 2

R 2 Tc2 R Tc
a 0,45724 b 0,07780
Pc Pc

1 0,37464 1,54226 0,2699 2 1 Tr0,5


T
2
Tr
Tc

Anda mungkin juga menyukai